Anda di halaman 1dari 33

ELECTRO-PNEUMATICS Smti 2019

PENDAHULUAN
1. Gabungan sistem control antara sistem elektrik dengan pneumatic
2. Alat yang menjembatani sistem elektrik dan pneumatic adalah katub/ valve yang
dilengkapi dengan solenoid untuk aktuasinya
3. Terdapat dua jenis solenoid : solenoid AC dan DC
4. Urutan proses sinyal pada control elektropneumatik sebagai berikut :
SUSUNAN ELEMEN ELEKTRO-PNEUMATIC
JENIS DIAGRAM PADA ELEKTRO-PNEUMATIC
1. Rangkaian elektrik/
rangkaian kendali
2. Rangkaian pneumatic/
rangkaian daya
PERANGKAT ELEKTRIK PADA ELEKTRO-
PNEUMATIK
Non Contacting Proximity Limit Switch Type
 Reed switch
 Proximity switch inductive
 Proximity switch capacitive
 Proximity switch optics

Relay
Penunjukan angka pada relay mempunyai arti
sebagai berikut :
 Angka pertama menunjukkan kontak yang ke berapa,
sedangkan angka yang ke dua selalu 3 – 4 untuk relay
normally open dan 1 – 2 untuk relay normally closed.
PENGONTROLAN LANGSUNG SILINDER TUNGGAL
Rangkaian dasar silinder tunggal

Pengaturan kecepatan silinder


PENGONTROLAN LANGSUNG SILINDER GANDA
Rangkaian dasar

Pengaturan kecepatan langkah


maju-mundur
PENGONTROLAN TAK LANGSUNG SATU ARAH
Monostabil

Bistabil
LOGIKA PADA ELEKTRO-PNEUMATIK
AND

OR
LATCHING
Dominan ON

Dominan OFF
LATIHAN
Pembagi peti
Posisi ban berjalan diubah dengan
menggunakan silinder kerja ganda. Untuk
pengontrolan maju atau mundurnya silinder
tersedia dua buah tombol, tombol1 untuk
maju silinder, tombol2 untuk mundur
silinder. Silinder tetap berada di posisi
yang diberikan oleh tombol yang terakhir
ditekan.
Selesaikanlah dengan 2 rangkaian daya
yang berbeda.
Monostabil

bistabil
LATIHAN 2
Pemotong pelat
Dengan menggunakan silinder kerja ganda, sebuah
plat dipotong menjadi potongan plat kecil. Pekerjaan
dimulai dengan menekan tombol START. Untuk
menjamin bahwa plat benar-benar telah terpotong
terdapat tanda yang menyatakan bahwa silinder
berada pada posisi maksimum (terluar). Selanjutnya
silinder kembali secara otomatis.
Selesaikanlah dengan 2 rangkaian daya yang
berbeda
Monostabil

Bistabil
KONTROL SEKUENSIAL
Pada tahap selanjutnya pengontrolan elektro-pneumatik ini mengarah kepada
sequensial control ( kontrol bertahap ) dalam artian suatu proses kontrol berjalan
dikarenakan suatu hal dan berkesinambungan berkaiatan satu sama lain atau suatu
alat bekerja karena ada sebabnya dan mengakibatkan alat lain aktif atau pasif.
Contoh :
Kasus Alat Pengangkat Kotak
Kotak tiba / sampai pada konveyor kemudian diangkat oleh Silinder A . Selanjutnya
Silinder B mendorong kotak tersebut ke konveyor dua. Silinder B tidak akan kembali
sebelum Silinder A kembali ke posisi semula. Tombol ada dua 1.Start untuk memulai
2. Langkah yang harus kita lakukan adalah dengan menentukan langkah kerja dari
aktuator yang ada.
DIAGRAM LANGKAH
PERSAMAAN
persamaan :
silinder A maju A+ = Start . b0
silinder B maju B+ = a1
silinder A mundur A- = b1
silinder B mundur B- = a0
RANGKAIAN PNEUMATIC/ RANGKAIAN DAYA
RANGKAIAN KONTROL
KONFLIK PADA ELEKTRO-PNEUMATIK
langkah-langkah mensolusikan konflik pada sistem elektro-pneumatik. Setelah
menggambar diagram langkah kerja :
1. Tentukan jumlah konflik yang berada diantara awal dan akhir.
2. Tetapkan jumlah saluran. Jumlah saluran = jumlah konflik + 1 {Awal siklus selalu
dianggap satu konflik}
3. Tiap saluran diaktifkan oleh kontak NO dari masing-masing relay-nya {S1 oleh
NO relay R1, S2 oleh NO-R2, demikian seterusnya hingga Sn oleh NO-Rn}
4. Relay Rn diaktifkan Oleh kontak NO dari saklar atau sensor yang menyebabkan
saluran Sn aktif, dirangkai seri dengan kontak NO relay sebelumnya (NO-Rn-1)
membentuk rangkaian Self-holding. Khusus untuk Relay R1 tentunya tidak
dirangkai seri dengan kontak NO relay sebelumnya.
5. Kontak NC relay berikutnya (NC-Rn+1) dirangkai seri dengan relay Rn sebagai
pemutus latching. {R1 oleh NC-R2, R2 oleh NC-R3, demikian seterusnya hingga
Rn-1 oleh NC-Rn}
6. Khusus relay 1 (R1) dirangkai seri dengan sejumlah kontak NC dari relay-relay
berikutnya.
7. Relay terakhir (Rn) dimatikan/diserikan dengan konatk NC sensor yang
mengakhiri siklus.
8. Selanjutnya masing-masing solenoid dihubungkan dengan saluran-saluran yang
sesuai.
CONTOH
Untuk lebih jelasnya mari kita ambil contoh kasus pada
sebuah mesin stamping. Mesin stamping ini terdiri atas
tiga buah silinder, Silinder A, Silinder B dan Silinder C.
ketika tombol START ditekan, makan Silinder A akan
maju. Setelah mencapai posisi maksimumnya, silinder A
akan kembali sampai pada posisi minimum. Kemudian
silinder B berganti maju hingga maksimum dan
kemudian kembali ke posisi minimumnya. Demikian juga
silinder C akan maju setelah Silinder B kembali ke
posisi minimumnya dan kemudian kembali lagi.
Disamping ini adalah gambar diagram langkah dari mesin
stamping tersebut.
1. Tentukan Jumlah Konflik Antara Awal dan Akhir
Berdasarkan gambar diagram langkah, kasus konflik ditemukan pada
langkah ke-2, ke-4 dan ke-6. Dengan demikian terdapat 3 buah konflik
yang berada diantara awal dan akhir

2. Tentukan Jumlah Saluran


Jumlah saluran sama = jumlah konflik + 1. Berarti jumlah saluran yang
dibutuhkan untuk kasus mesin stamping ini adalah 4 saluran. Keempat
saluran tersebut masing-masing kita beri indeks S1, S2, S3 dan S4.
3. Tiap Saluran Diaktifkan Oleh
Kontak NO Masing-masing
Relay-nya
Saluran S1 oleh kontak NO-R1, saluran
S2 oleh kontak NO-R2, saluran S3 oleh
kontak NO-R3 dan saluran S4 oleh kontak
NO-R4.
Rangkaian self-holding pengaktif relay
- R1 hanya diaktifkan oleh kontak NO tombol
START, dan dirangkai membentuk rangkaian
self-holding.
- R2 diaktifkan oleh kontak NO- R1 yang
diserikan dengan kontak NO sensor a1.
- R3 diaktifkan oleh kontak NO- R2 yang
diserikan dengan kontak NO sensor b1.
- R4 diaktifkan oleh kontak NO- R3 yang
diserikan dengan kontak NO sensor c1.
Kontak NC Sebagai Pemutus Kondisi Latching
Langkah ke-5 hingga langkah ke-7 mempunyai kesamaan yaitu metode pemutusan rangkaian
self-holding. Untuk memutus kondisi latching ini digunakan kontak NC. Sekarang mari kita
lakukan langkah ke-5 hingga langkah ke-7 tersebut.
- Kontak NC-R2 sebagai pemutus latching relay R1.
- Kontak NC-R3 sebagai pemutus latching relay R2.
- Kontak NC-R4 sebagai pemutus latching relay R3.
Kemudian, khusus untuk R1 selain di putus oleh kontak NC-R2, juga dirangkai seri dengan
sejumlah kontak NC relay-relay berikutnya, yakni kontak NC-R3 dan NC-R4.
- Dan untuk memutus latching R4 (ralay terakhir) digunakan kontak NC dari sensor yang
mengakhiri siklus. Dalam hal ini ialah kontak NC sensor c0.
Sejauh ini kita telah membuat rangkaian seperti
tampak pada skematik di bawah ini.
Sekarang masalahnya ialah bagaimana jika jumlah relay yang digunakan sangat
banyak? Karena jika sejumlah kontak NC relay-relay tersebut di serikan pada relay
R1, maka penggambarannya terlihat tidak efisien. Solusinya ialah dengan
menggunakan relay bantu. Misalkan, digunakan sejumlah n buah relay untuk
pemisahan saluran konflik. Maka setiap kontak NO dari relay R2 hingga Rn tersebut
dapat kita paralelkan ke sebuah relah bantu – kita beri indeks Rn+1. Kemudian
kontak NC relay Rn+1 yang diserikan dengan relay R1. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar rangkaian dibawah ini.
Menghubungkan Solenoid pada Saluarn yang Sesuai
- Solenoid A+ diaktifkan oleh saluran S1.
- Solenoid A- diaktifkan oleh saluran S2.
- Solenoid B+ diaktifkan oleh saluran S2 dan sensor a0.
- Solenoid B- diaktifkan oleh saluran S3.
- Solenoid C+ diaktifkan oleh saluran S3 dan sensor b0.
- Solenoid C- diaktifkan oleh saluran S4.
RANGKAIAN AKHIR
Rangkaian daya/ pneumatic

Saluran elektrik
Rangkaian sekuensial
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai