Anda di halaman 1dari 16

KURIKULUM 2004 (KBK)

(Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab


Dosen Pengampu : Dr. H. As’aril Muhajir, M. Ag.

Disusun oleh :

Nur Fahma Diana Putri Aulia Hasma

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2021
KURIKULUM 2004 (KBK)
(Kurikulum Berbasis Kompetensi)

ABSTRAK

Salah satu upaya untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan


global tersebut adalah dengan mengembangkan kurikulum pendidikan
khususnya pada pendidikan kejuruan yang mampu memberikan
keterampilan dan keahlian untuk dapat bertahan hidup dan berkompetisi
dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan
kesulitan dalam kehidupan. Salah satu langkah strategis untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut adalah dengan diterapkannya
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), hadir dengan paradigma baru dari kurikulum
sebelumnya yang mana dilandaskan pada pentingnya penguasaan
kompetensi oleh peserta didik. Ini berbeda dengan kurikulum
sebelumnya yang sarat beban dan lebih menekankan pada muatan materi
pelajaran (berbasis pada konten).

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia pada awal abad ke-21 berada pada konteks yang
mencemaskan. Konteks yang mencemaskan terdapat pada berbagai aspek sosial
yang berpengaruh pada kualitas proses pendidikan. Aspek-aspek sosial yang
mencemaskan tersebut antara lain: pesatnya perkembangan ekonomi berakibat
pada tersigkirnya tenaga kerja yang tingkat pendidikan maupun ketrampilannya
rendah, banjirnya arus informasi menimbulkan kesenjangan baru antara kelompok
yang memperoleh informasi baru dan yang tidak, timbulnya kekhawatiran
terhadap kelestariam budaya lokal makin terdesak karena arus budaya global,
adanya penyalahgunaan pengelolaan lingkungan maupun terjadinya degradasi
etika. Salah satu upaya mengatasi permasalahan tersebut tampak pada tujuan
pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
warga Indonesia seutuhnya.
Untuk mencapai tujuan di atas, maka kualitas pendidikan harus terus
ditingkatkan. Kualitas pendidikan terkait dengan kualitas proses dan produk.
Kualitas proses dapat dicapai apabila proses pembelajaran berlangsung secara
efektif dan peserta didik dapat menghayati dan menjalani proses pembelajaran
tersebut secara bermakna. Proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar
apabila didukung tersedianya bahan ajar dan LKS.
Kualitas produk tercapai apabila peserta didik menunjukkan tingkat
penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan kebutuhannya
dalam kehidupan dan tuntutan dunia kerja. Agar pendidikan melalui system
persekolahan memiliki kualitas yang tinggi dan menghasilkan lulusan yang
memenuhi kriteria seperti yang telah tersebut di atas, dituntut tersedianya
kurikulum yang mampu mengakomodasi atau mampu memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman belajar yang membangun
integritas sosial, membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.
Pengembangan kurikulum dari 1994 menjadi kurikulum 2004 atau biasa
disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini diharapkan mampu
mengantisipasi persoalaan-persoalan yang yang mempunyai kemungkinan besar
akan terjadi serta untuk meningkatkan standar pendidikan secara nasional. Standar
pendidikan yang lebih tinggi sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan
yang cerdas, damai, terbuka, berdemokrasi dan mampu bersaing sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan semua warga Indonesia.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum 2004

Lahirnya kurikulum 2004 disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intenal
dan faktor eksternal. Penyebab lahirnya kurikulum 2004 dari faktor internal
dapat dikaitkan dengan adanya beberapa kelemahan kurikulum yang terdapat
pada kurikulum sebelumnya atau bisa dikatakan kurikulum sebelum reformasi
yaitu antara lain1:
1. terlalu padat materi dan terlalu banyak jam pelajaran sekolah
2. kurang memberi peluang bagi guru dan siswa agar lebih kreatif dan inovatif

1
M. Hatta, Kurikulum 2004: Konsep dan persiapan pelaksanaan di sekolah menengah
pertama (SMP), (Jakarta: Direktorat PLP, Dekdiknas, 2004) h.55
karena bersifat instruktif
3. bersifat kurang menarik karena program pengajaran yang lebih terpusat dan
seragam
4. sistem pembelajaran masih bersifat klasik dan belum memberikan makna
terbuka, komunikatif, dan menyenangkan bagi siswa.
Adapun penyebab munculnya kurikulum 2004 bila ditinjau dari faktor
eksternal yaitu antara lain sebagai berikut2:
1. pengaruh kemajuan pendidikan dunia yang berdampak pada perubahan
sistem kurikulum
2. perkembangan bidang pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat serta
mengharuskan adanya suatu perbaikan pada kurikulum
kurikulum 2004 pada dasarnya dikembangkan berdasarkan Market-
Driven, life skills atau society-oriented curriculum. Kurikulum 2004 memang
diharapkan dapat memberikan jawaban untuk memenuhi keragaman seseorang,
yang sebelumnya kurikulum 1994 bersifat lebih seragam. Kurikulum 2004 pada
dasarnya dikembangkan berdasarkan pendekatan berbasis kompetensi.
Kurikulum 2004 yang dikembangkan ini lebih diarahkan kepada pembentukan
individu yang lebih kompeten. Kompetensi pada hakikatnya dapat dipahami
sebagai sesuatu sifat yang kelihatan (kinerja sesuai standar), dan sifat tidak
kelihatan (sebagai suatu konstruk).
Menurut Saylor (1981), menyatakan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi sebagai “.a design based on specific competencies is characterized
by specific, sequential, anddemonstrable learning of the task, activities, or skill
which constitute the acts to be learnedand performed by student”.3
Lebih lanjut Eve Krakow (2003) mengemukakan bahwa pengajaran
berbasis kompetensi adalah keseluruhan tentang pembelajaran aktif (active
learning) dimana guru membantu siswa untuk belajar bagaimana belajar dari
pada hanya mempelajari isi (learn how to learn rather than just cover content).
Jadi dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui kompetensi individu dapat
2
M. Hatta, Kurikulum Konsep dan persiapan…. h.56
3
Saylor J.G. dan kawan-kawanCurriculum development and design (secondedition).
(Sidney: Allen & Unwin 1981). h. 87
dilihat kinerjanya sesuai dengan standart yang telah diterapkan atau tidak.
Namun ketika kompetensi menjadi suatu sifat yang tidak keliatan, maka untuk
mengetahui kompetensi individu dapat menggunakan ,metode yang dapat
mengukur gejala prilaku yang mencerminkan konstruk kompetensi.
Hatta menjelaskan bahwa ada sejumlah prinsip pengembangan pada
kurikulum 2004 yaitu antara lain:4
a) peningkatan keimanan, budi pekerti luhur, dan nilai-nilai budaya
b) keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika
c) penguat integritas nasional.
Kurikulum 2004 pada awalnya diciptakan oleh dua pihak pertama pihak
pusat kurikulum dan kedua pihak pemerintah. Dalam hal ini sudah waktunya
pendidikan tercangkup menjadi suatu alternatif kebijakan yang patut
diperjuangkan dan terapkan bagi semua.
Pelaksanaan kurikulum seharusnya diserahkan kepada pihak sekolah
sebagai pihak yang turun langsung pada pelaksanaan kurikulum. Hal ini
merupakan akibat dari kebijakan pada bidang pendidikan yang menjadikan
sekolah sebagai instusi terdepan dan lembaga yang paling bertanggung jawab
dalam proses pendidikan.5

B. Karakteristik Kurikulum 2004


Kurikulum 2004 yang lahir dari pangkal berbasis kompetensi (KBK)
pada dasarnya berisikan kompetensi atau kemampuan dasar yang harus
dicapai oleh peserta didik sebagai indikator pencapaian hasil belajar yang
telah ditetapkan. Kompetensi itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan
melaksanakan tugas yang diperoleh, melalui pendidikan dan latihan yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ciri-ciri KBK, yaitu:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual
maupunklasikal.

4
M. Hatta, Kurikulum 2004: Konsep dan persiapan pelaksanaan di sekolah menengah
pertama (SMP), (Jakarta: Direktorat PLP, Dekdiknas, 2004)
5
Endang Mulyani, Kurikulum 2004: Penerapannya dalam bahan ajar dan LKS, Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan vol.2 no.3, Mei 2005
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yangbervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain
yang memenuhiunsur edukasi
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau
pencapaiansuatu kompetensi.

Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk


menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas
budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan, pengalamanbelajar yang membangun integritas
sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakternasional. Dengan
kurikulum ini memudahkan guru dalam penyajian pengalaman belajaryang
sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat
pilarpendidikan universal (UNESCO), yaitu: learning to know, learning to do,
learning to be,dan learning to live together

Kompetensi dikembangkan untuk memberikan dasar keterampilan dan


keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan,
ketidakpastian, dan kerumitan- kerumitan dalam kehidupan. Kompetensi dasar
ini terdiri dari6:

a) kompetensi akademik, yaitu pengetahuan dan keterampilan dalam


mengatasi tantangan dan persoalan hidup
b) kompetensi okupasional, yaitu kompetensi yang berkenan dengan
kesiapan untuk beradaptasi terhadap dunia kerja;
c) kompetensi kultural, yaitu kemampuan menempatkan diri sebaik-baiknya
dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat yang pluralistik;
d) kompetensi temporal, yaitu kemampuan peserta didik dalam menjalani
kehidupannya, serta mampu memanfaatkan ketiga kemampuan dasar yang
telah dimiliki sesuai dengan perkembangan jaman
6
Ahmad Yani, Implementasi Kurikulum 2004 dan Resistensi Budaya Birokratik,
Secara umum Kurikulum 2004 menitik beratkan pada beberapa aspek
antara lain:
1) Pencapaian target kompetensi (attainment targets) daripada penguasaan
materi.
2) Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan
yang tersedia.
3) Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di
lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Kemajemukan sumber daya
pendidikan di Indonesia sangat memungkinkan munculnya keragaman
pemahaman dan penafsiran terhadap standar nasional yang dampaknya
akan mempengaruhi pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang
telah ditetapkan.7

C. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi


Pelaksanaan atau implementasi KBK adalah sebagai proses penerapan
ide, konsep, dan kebijakan kurikulum dalam suatu aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan. Impelementasi KBK merupakan salah
satu bagian penting untuk mendapatkan masukan dalam rangka
penyempurnan KBK baik dari aspek keterbacaan, keluasan, kedalaman,
dan keterlaksanaannya di lapangan. Implementasi yang telah dilakukan
tersebut meliputi beberapa prinsip yaitu Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM), Penilaian Berbasis kelas, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Sekolah.
1. Penilaian Berbasis Kelas
Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan
yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui
penilaian terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis

7
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2000)
kelas) dengan mengumpulkan kerjasiswa (fortofolio), hasil karya
(produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes
tertulis. Penilaian ini mengidentifikasi kompetensi/hasil belajar yang
telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas tentang standar
yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajarsiswa dan
pelaporan.
Penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan
informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru
yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan “mengukur apa yang
hendak diukur” dari siswa.
2. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi
siswa dan guru urituk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka
akan “tahu”terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu”untuk
melakukan sesuatu.
3. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
Prinsip ini perlu diimplementasikan untuk memberdayakan
daerah dan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola
serta menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi mereka.
Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dalam garis besarnya
mencakup kegiatan pokok, yaitu:8
a. Pengembangan program
b.Pelaksanaan pembelajaran
c. Evaluasi KBK
D. Evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
1. Tujuan Evaluasi
Evaluasi adalah proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu
(tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, obyek, dan lain-
lain) berdasarkan krtiteria tertentu melalui penilaian.

8
Mulyansa, Kurikulum Berbasis Kompetensi:Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003 h. 24
Evaluasi pelaksanaan kurikulum bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh penerapan kurikulum berstandar Nasional dipakai sebagai
pedoman pengembangan dan pelaksanaan kurikulum di daerah/sekolah,
sehingga pelaksanaan kurikulum dapat dimengerti, dipahami, diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari dan dianalisa oleh peserta didik. Evaluasi
dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan pengembangan kurikulum
sebagai upaya untuk mengkaji ulang pelaksanaan kurikulum pada setiap
jenjang pendidikan.
Evaluasi untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum di
daerah memerlukan indikator keberhasilan sebagai tolak ukur pencapaian
pelaksanaan kurikulum. Indikator keberhasilan kurikulum mencakup:
a. Indikator keberhasilan sosialisasi kurikulum
b.Indikator keberhasilan penyusunan silabus
c. Indikator keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester
d.Indikator keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran
e. Indikator keberhasilan penyusunan bahan ajar
f. Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
2. Tahapan Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi dilakukan
oleh Tim ahli dari tingkat pusat, provinsi, dan daerah/kabupaten.
Evaluasi ini dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan untuk
memperbaiki program pengembangan kurikulum terhadap keberhasilan
sosialisasi kurikulum berstandar nasional, keberhasilan penyusunan
silabus. keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester,
keberhasilan penyusunan rencana pengajaran dan bahan ajar, serta
keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi menggunakan indikator keberhasilan pelaksanaan
pengembangan kurikulum di daerah/sekolah dan selain itu evaluasi juga
dapat dilakukan melalui pentahapan, mulai dari tahun pertama hingga
tahun terakhir pelaksanaan kurikulum berstandar nasional. Prinsip
penilaian pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan daerah
masing-masing adalah penilaian terhadap relevansi, fleksibilitas,
kontinuitas, kepraktisan, dan efektivitasnya.
Evaluasi pelaksanaan kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil
belajar peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi juga rancangan
dan pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana
dan prasarana, serta sumber belajarnya.
Hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum dapat digunakan oleh
pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan pendidikan pada
tingkat pusat, daerah dan sekolah untuk memperbaiki kekurangan yang
ada dan meningkatkan hasil yang lebih optimal. Hasil tersebut dapat juga
digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan pelaksanaan pendidikan di
daerah dalam memahami dan membantu meningkatkan kemampuan
siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan perangkat
pembelajaran.

E. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2004


Kurikulum 2004 memiliki kelebihan-kelebihan yaitu dapat dijadikan
acuan secara nasional dalam mengembangkan pendidikan daripada
kurikulum-kurikulum sebelumnya. Adapun kelebihan Kurikulum 2004 yang
berbasis Kompetensi antara lain9:
1. Mengembangkan kompetensi siswa pada setiap bidang mata pelajaran
dan bukan pada penekanan penguasaan mata pelajaran itu.
2. Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
3. Guru diberikan hak untuk menyusun silabus sendiri yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan sekolah.
4. Sistem penilaian yang ditekankan kepada proses yang memungkinkan
siswa untuk mengeksplorasi kemampuan siswa secara optimal.
Namun Kurikulum 2004 berbasis Kompetensi ini juga tak luput dari
beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya pada pembelajaran layaknya

9
Farid Fajar Muzakki, Perubahan Kurikulum di Awal Era Reformasi (2004-2006) dan
Dampaknya Terhadap Pendidikan Nasional, Jurnal Sindang vol.2 no.1, Januari 2020
kurikulum-kurikulum sebelumnya. Hal ini menjadi perhatian serius dan
evaluasi untuk kurikulum setelahnya. Adapun kelemahan-kelemahan
kurikulum 2004 antara lain10:
1. Konsep kurikulum 2004 sering mengalami perubahan termasuk di dalam
urusan standart kompetensi sehingga guru sangat kesulitan dalam
mengatur pembelajaran secara berkelanjutan.
2. Memandang kompetensi sebagai hal yang penting dan bersifat tunggal
padahal hakikatnya kompetensi bersifat sempurna.
3. Kurangnya sumber daya manusia yang mampu, dalam hal ini berarti
masih rendahnya kemampuan dan ketrampilan guru, karena dalam hal ini
kurikulum 2004 dituntut untuk lebih kreaktif dalam menjalankan
pengajaran.
Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi terdiri atas empat komponen
utama, yaitu (i) Kurikulum dan Hasil Belajar, (ii) Penilaian Berbasis Kelas,
(iii) Kegiatan Belajar Mengajar, dan (iv) Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Sekolah.6

Beberapa Keunggulan KBK telah dibahas terdahulu, namun demikian untuk


lebih memantapkan pemahaman tentang inovasi kurikulum ini dirasakan perlu
untuk menkaji dan menganalisa beberapa hal mendasar yang membedakan KBK
dengan kurikulum sebelumnya (1994). Perbedaannya sebagai berikut:
1. Kurikulum 1994
a. Menggunakan pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan yang menekankan pada
isi atau materi,berapa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistensi, dan
evaluasi yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan.
b. Standar akademis yang diterapkan secara seragam bagi setiap peserta didik.
c. Berbasis kantan sehingga peserta didik dipandang sebagai kertas putih yang perlu
ditulisi dengan sejumlah ilmu pengetahuan.
d. Perkembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi sehingga depdiknas
memonopoli perkembangan ide dan konsepsi kurikulum.
e. Materi yang dikembangkan dan diajarkan di sekolah, kebutuhan dan kemampuan
peserta didik serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
f. Guru merupakan kurikulum yang menentukan segala sesuatu yang terdiri didalam
kelas.
10
Ibid, hal 37
g. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dikembangkan melalui latihan, seperti
latihan mengerjakan soal.
h. Pembelajaran cenderung hanya dilakukan di dalam kelas atau dibatasi oleh empat
dinding kelas.
i. Evaluasi nasional yang tidak dapat menyentuh aspek-aspek kepribadian peserta
didik.
2. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
a. Menggunakan menggunakan kompetensi yang menekankan pada pemahaman
kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan
yang ada dimasyarakat.
b. Setandar kopetensi yang memperhatikan perbedaan indifidu, baik kemampuan,
kecepatan belajar, maupun konteks social budaya.
c. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan
yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian sebagai pemekaran terhadap
potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan
oleh lingkungan.
d. Pengembangan kurikulum dilakukan secara desentralisasi sehingga pemerintah
dan masyarakat bersama-sama menentikan standar pendidikan yang dituangkan
dalam kurikulum.
e. Sekolah diberi kelulusan untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata
pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan potensi sekolah, kebutuhan dan
kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
f. Guru sebagai fasilator yang bertugas mengakomodasikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar peserta didik.
g. Pengetahuan, keterampilan dan sikap dikembangkan berdasarkan pemahaman
yang akan membentuk kopetensi individual.
h. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama atar sekolah,
masyarakat, dan dunia kerja dalam membentuk kopetensi peserta didik.
i. Evaluasi berbasis kelas ysng menentukan pada proses dan hasil belajar.11

Dalam bentik table dapat dilihat sebagai berikut:

E.Mulyasa, Kurikulum berbasis kompetensi, Bandung: Remaja


11

Rosdakarya hal 116


KURIKULUM KBK
1. Pendidikan Pada Isi/ Materi pendekatan pada pemahaman
kemampuan / kopetensi tertentu
2 Setandar Adademisi Yang setandar kopetensi yang
2. Diterapkan Seragam memperhatikan perbedaan
individu
3 Berbasis Konte Berbasis kopetensi
.3
4 Materi yang tidak Sekolah dapat menyusun
.4 sesuai dengan kebtuhan dan mengembangkan silabus
sesuai dengan
potensi/kebutuhan
5 Bersifat sentralisasi Bersifat desentralisasi
.5
6 Teachersentralisasi Guru sebagai fasilator
.6
7 Pengetahuan, keterampilan, Pengetahuan, keterampilan, dan
.7 dan sikap dikembangkan sikap dikembangkan
melatuh mengerjakan soal berdasarkan pemahaman yang
akan membentuk kopetensi
individual
8 Pembelajaran hanya di Pembelajaran bias terjadi
.8 kelas didalam dan di luar kelas
9 Evaluasi nasional tidak Evaluasi berbasis kelas, yang
.9 dapat menyentuh aspek menekan pada proses dan hasil
kepribadian peserta didik belajar

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebagai suatu konsep kurikulum
yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan
terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
2. Karakteristik KBK antara lain mencakup penekanan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, Berorientasi
pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan, Penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lain yang memenuhi unsur edukatif, Penilaian menekankan
pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
3. Keunggulan dari KBK adalah mengembangkan kompetensi-kompetensi
peserta didik pada setiap aspek mata pelajaran dan bukan pada penekanan
penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri, bersifat alamiah
(konstekstual), boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-
kemampuan lain, mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik /siswa (student oriented), guru diberikan kewenangan
untuk menyusun silabus, bentuk laporan hasil belajar memudahkan
evaluasi dan perbaikan siswa, memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dan ada bidang-bidang
studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih
tepat menggunakan pendekatan kompetensi.
4. Kelemahan KBK yaitu dalam kurikulum dan hasil belajar indikator
sudah disusun, konsep KBK sering mengalami perubahan, paradigma
guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum
sebelumnya yang lebih pada teacher oriented, memandang kompetensi
sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal.
B. Saran
Penulis berharap agar penyajian makalah ini dapat diperhatikan
dengan saksama, karena melalui makalah yang dipaparkan ini, penulis
menjelaskan beberapa poin penting dari Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu diharapkan agar pembaca kiranya dapat juga membaca materi
yang berkaitan, pada referensi lainnya agar dapat lebih memahami lagi
mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA

Hatta, M, Kurikulum 2004: Konsep dan persiapan pelaksanaan di sekolah


menengah pertama (SMP), (Jakarta: Direktorat PLP, Dekdiknas, 2004

J.G, Saylor, 1981, Curriculum development and design (secondedition).


Sidney: Allen & Unwin

Endang Mulyani, 2005, Kurikulum 2004: Penerapannya dalam bahan ajar


dan LKS, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan vol.2 no.3

Yani, Ahmad, 2005, Implementasi Kurikulum 2004 dan Resistensi Budaya


Birokratik,

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2000, Pengembangan Kurikulum. Teori dan


Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Mulyansa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi:Konsep, Karakteristik, dan


Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muzakki, Farid Fajar, 2020, Perubahan Kurikulum di Awal Era Reformasi


(2004-2006) dan Dampaknya Terhadap Pendidikan Nasional, Jurnal
Sindang vol.2 no.1, Januari

Anda mungkin juga menyukai