Anda di halaman 1dari 9

TUGAS Pertemuan ke 4

Telaah Kurikulum
Dosen Pengampu Reni Nur Eriyani,M.Pd

Muhammad Alzarefa Azzahra

1201621090

1 PB2

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
TUGAS PERTEMUAN 4

1. Mencari referensi dan menganalisis komponen kurikulum 1994, KBK, KTSP, dan
Kurikulum 2013 beserta persamaan dan perbedaannya
2. Membuat tulisan mengenai “Bagaimana kurikulum yang dapat fleksibel untuk
kehidupan saat ini dan kehidupan di masa mendatang?”

Jawaban :

 Kurikulum 1994
dan Suplemen Kurikulum 1999 Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan
antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan
oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa
daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan
kelompokkelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam
kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.
Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi
perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi pelajaran saja.

 Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)” Sebagai pengganti kurikulum


1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK)6. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur
pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi
untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.
KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa
baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes)
dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang 6
Wina Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), Sejarah Kurikulum di Indonesia 53 Nur El-
Islam, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014 bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru,
tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian menekankan
pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester.
Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut
aspek dari mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek
rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab
pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar
mereka pada level ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan
kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai
teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indicator KBK memiliki empat
komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian berbasis kelas (PBK),
kegiatan belajar mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS)

 Kurikulum 2013 Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang


pernah diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi
dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai
ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi
memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh
karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat diamati
dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran Alhamuddin Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014 54
perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkkat
kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus
diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemamapuan dan kecepatan belajar
masing-masing.7 Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi
kurikulum, guru dituntut secara profesional merancang pembelajaran secara efektif dan
bermakna, mengorganisir pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat,
menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta
menetapkan kriteria keberhasilan Filosofi Kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan
indonesia yang Produktif, Kreatif, Inovatif, Afektif melalui penguatan Sikap, Keterampilan,
dan Pengetahuan yang terintegrasi dengan langkah-langkah pembelajaran pendekatan
ilmiah
 mengamati;
 menanya;
 mencoba;
 menalar;
 mencipta; dan
 mengkomunikasikan

Perbedaan Kurikulum
1. Pendekatan Pembelajaran
Ditekankannya pendekatan scientific diklaim sebagai ciri khas K13, padahal perubahan
sebenarnya hanya dari segi istilah dan langkah-langkah teknisnya saja. Hal ini dikarenakan
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
sejak awal menekankan pendekatan inquiry, yang pada hakekatnya tidak berbeda secara
signifikan dari pendekatan scientific. Melalui proses inquiry siswa melakukan proses
pembelajaran berdasarkan pengamatan, pengalaman, diskusi, yang bermuara pada
penyimpulan, yang tahapannya persis sama dengan pendekatan yang diistilahkan dengan
pendekatan scientific.
2.  Perubahan Paradigma
K13 menekankan perubahan paradigma pembelajaran dari berpusat pada guru (teacher
centered) menjadi berpusat pada siswa. Klaim ini dalam berbagai forum pelatihan
merupakan salah satu bentuk manipulasi informasi, seakan-akan tidak ada dalam KBK dan
KTSP. Padahal penekanan atas perlunya perubahan paradigma sejak awal merupakan aspek
yang paling ditekankan dalam KBK dan KTSP. Perubahan paradigma seperti itu bahkan
selalu menjadi materi pertama dalam pelatihan KBK dan KTSP.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran K13 dicontohkan seolah berbeda dari KBK dan KTSP, di mana
proses pembelajaran tidak dilakukan dengan berbasis guru, melainkan melalui pendekatan
yang disebut scientific tersebut. Padahal dalam praktiknya, seluruh metode pembelajaran
yang selama ini dituntut digunakan dalam KBK dan KTSP tetap digunakan dalam K13.
Metode pembelajaran K13 sama sekali tidak berbeda dari kurikulum sebelumnya.
4. Pembelajaran Tematik
Perbedaan paling jelas dari K13 dari KBK dan KTSP adalah pada digunakannya pendekatan
tematik. Kalau ada bagian yang dipandang berbeda mungkin di sinilah letak perbedaan K13
dari KBK dan KTSP. Di jenjang sekolah dasar, pembelajaran tematik K13 diberlakukan
pada seluruh tingkatan kelas, sementara sebelumnya hanya diterapkan di kelas bawah (kelas
1-3). Hanya saja, berdasarkan buku-buku yang diterbitkan oleh pemerintah, struktur materi
pelajaran (sub tema) mulai kelas IV ke atas tidak lebih dari kliping materi pelajaran yang
berlaku dalam KBK dan KTSP, sekedar untuk menyamarkan mata pelajaran ke dalam tema-
tema yang telah ditentukan. Dengan kata lain, substansi pembelajaran pada K13 sebenarnya
tidak berbeda dari sebelumnya, sebab yang berbeda hanya dalam penempatannya.
5. Penilaian 
Penilaian dalam pendekatan scientific yang sebelumnya menggunakan penilaian autentik
diubah menjadi penilaian berdasarkan beberapa Kompetensi, yaitu K1, K2, K3 dan K4.
Substansi penilaian tersebut pada prinsipnya tidak berbeda, alias sama dengan KBK dan
KTSP. Penilaian dengan menggunakan rubrik penilaian sudah ditekankan dalam KBK dan
KTSP, sekalipun karena berbagai kerumitan yang dihadapi dalam praktik, akhirnya
disederhakan dengan berbagai varian. Penilaian dalam K13 justeru tidak konsisten, sebab
setiap kompetensi (K1-K4) belum tentu relevan dengan semua tema yang dipelajari.
6. Pengembangan Kompetensi
Perbedaan mendasar K13 dari KBK dan KTSP juga diklaim berdasarkan pengembangan
kompetensi yang sebelumnya berbasis mata pelajaran menjadi didasarkan kada Kurikulum
Inti (KI). Faktanya, buku-buku pelajaran K13 tidak demikian. KD pembelajaran masih
berdasarkan mata pelajaran. Hal ini dapat dicermati dari sub tema yang dikembangkan
dalam buku-buku K13 persis sama dengan mata pelajaran. Yang terjadi sebenarnya bahkan
pemaksaan materi pelajaran (sub tema) dengan tema yang telah ditetapkan, padahal sub
tema tersebut tidak jelas relevansinya dengan tema. Pada kelas 1, kompetensi yang
dikembangkan dalam tema dan subtema mungkin masih relevan dalam banyak hal, tetapi
tidak selalu demikian untuk kelas IV. Sebagai misal, materi Kenampakan Alam (IPS)
disambungkan dengan Garis Bilangan (Matematika) yang berdasarkan buku terbitan
pemerintah jelas tidak jelas relevansinya. Kalaupun relevan, belum tentu setiap guru mampu
mengkaitkan keduanya.

Persamaan :
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) maupun Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan kurikulum 2013 memilki tujuan yang sama terhadap
kemajuan dunia pendidikan di indonesia yaitu sama-sama bertujuan untuk
menciptakan sumber daya manusia indonesia yang berkompeten dan cerdas dalam
membangun identitas budaya dan bangsa, berbudi pekerti yang luhur, serta bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa
2. Sama sama menekankan pada aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
3. Sama sama merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah dimana setiap
daerah diberikan kesempatan yng seluas-luasnya untuk mengembangkanya.
4. Adanya persamaan dalam perancangan pembelajaran berupa adanya standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian.
5. Sama sama adanya sistem evaluasi dalam penenentuan hasil belajar siswa.
6. Adanya kebebasan dalam pengembngan yang dilakukan oleh guru waluapun di
KTSP itu guru diberikan kebebasan yang lebih.
7. Sama -sama berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.
8. Sama- sama memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
Kurikulum masa yang akan dating

disebut juga kurikulum masa depan, yaitu kurikulum yang merangkumi pendekatan yang
berpusatkan pada murid dan membolehkan mereka memahami kekuatan dan masing-masing
serta berupaya belajar sepanjang hayat. Pengalaman belajar direka untuk membantu murid
menyepadukan pengetahuan baru dan dimurnikan bagi melahirkan celik akal melalui
banding beza, membuat induksi, deduksi dan menganalisis. Pengalaman belajar
memberikan murid peluang untuk menggunakan pengetahuan secara bermakna bagi
membolehkan mereka membuat keputusan dan untuk membentuk pemikiran kritikal,
kreatif, dan futuristic serta penyelesaian penyelesaian masalah seperti Kajian Masa Depan.
Tujuan akhir pendidikan adalah agar anak didik mendapatkan ilmu, keterampilan,
kompetensi, dan nilai yang memungkinkan mereka hidup produktif baik bagi dirinya
ataupun lingkungannya. Hal di atas dapat dicapai jika kurikulum pendidikan berorientasi
kemasa depan, disusun dengan mempertimbangkan beberapa pendapat futurulog yang dapat
mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial dimasa datang. Semua itu dipengaruhi oleh
visi masa depan penyusun kurikulum tersebut.  Bila visi serta bayangan masa depan salah
satu akan berimplikasi juga terhadap aktifitas pendidikan yang mereka lakukan. Visi
pendidikan akan masa depan dipengaruhi oleh pengetahuan mereka dimasa lalu dan bacaan
mereka sekarang
1.    Karakteristik masyarakat Indonesia pada masa depan.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini yang serba menggunakan teknologi berpengaruh
kepada pola tingkah laku masyarakat Indonesia seperti menjadi orang yang hedonisme,
berkarakter pemalas, dan menghilangkan budaya yang ramah dan berbudi luhur. Hal ini
juga pasti berpengaruh kepada karakter masyarakat pada masa depan. Dengan semakin
majunya IPTEK, komunikasi, dan informasi khusunya sangat berpengaruh kepada
pembentukan karakter masyarakat Indonesia.Kemajuan di era globalisasi ini mendatangkan
malapetaka pula bagi segala aspek kehidupan yakni ekonomi, sosial budaya.Dalam hal
sosial budaya kemjuan era teknologi ini menimbulkan karakteristik manusia sekarang dan
yang akan datang khusunya masyarakat  Indonesia.
2.    Kebutuhan-kebutuhan pendidikan pada masa depan
Kurikulum harus dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat karena pendidikan ini berada di
tengah-tengah masyarakat. Kurikulum sebagai panduan pendidikan, memegang peranan
sentral dalam menentukan arah pendidikan. Dengan melihat pentingnya kurikulum sehingga
dalam penyusunan kurikulum bukanlah hal yang mudah membutuhkan kajian yang
mendalam dari berbagai disiplin ilmu khusunya sosial yang berisi tentang perilaku manusia.
Perkembangan kurikulum Indonesia saat ini ialah seringnya pergantian kurikulum bahkan
terlalu sering mengalami pergantian sehingga penerapan sebuah kurikulum belum tuntas di
jalankan.
3.    Profil kurikulum pada masa depan
Kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.Kurikulum untuk
masa depan, dalam hal ini kurikulum sebagai focus pendidkan dalam membentuk generasi
baru yaitu kurikulum dikembangkan untuk mengembangkan kehidupan masa depan dengan
bentuk dan karakteristik masyarakat yang diinginkan bangsa sehingga bisa memenuhi
kualitas yang diperlukan di kehidupan masa mendatang.
Sumber :

 https://media.neliti.com/media/publications/226468-sejarah-kurikulum-di-indonesia-
studi-ana-bac69203.pdf
 https://www.researchgate.net/profile/Muhammad-Kristiawan/publication/
339527344_Analisis_Pengembangan_Kurikulum_dan_Pembelajaran/links/
5e574313299bf1bdb83e651b/Analisis-Pengembangan-Kurikulum-dan-
Pembelajaran.pdf
 https://nonasijuna.blogspot.com/2016/06/kurikulum-masa-yang-akan-datang.html
 https://dokumen.tech/download/kurikulum-kbk-ktsp-dan-kurikulum-2013

Anda mungkin juga menyukai