Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MAKNA EMPAT PILAR KEBANGSAAN DALAM KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI UAS

MATA KULIA PENDIDIKAN PANCASILA

NAMA-NAMA KELOMPK (B):

ALFRIDUS KOFI TALAN NIM (5923022) PANDE SUTARTA

SISILIA NDUNI NIM (5923017) NIA AFRIANI

PAULINA BURA KAKA NIM (5923015) LORENSIUS

NYONGKI ALEXANDER ENA AULU HATIKA


NIM (5923010)

PRODI BAHASA INGGRIS

UNIVERSITAS BALI DWIPA

2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pada era globalisasi seperti saat ini zaman sudah berubah, banyaknya
pengaruh arus globalisasi yang kuat menuntut kita untuk mendapatkan format
yang lebih ideal dan mudah dicerna tentang faham berbangsa dan bernegara
untuk sekedar merefres / menyegarkan ingatan kita. Syukur-syukur setelah
mendapatkan format informasi ideal yang kita harapkan pada akhirnya kita
punya kemauan untuk mentransfer pengetahuan kita untuk kebaikan
kehidupan berbangsa dan bernegara kita sebagai warga negara suatu bangsa.
Perkembangan terakhir kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara kita
saat ini sangat memilukan dan memprihatinkan, banyak terjadi kekacauan,
kerusuhan antar kelompok agama, kelompok masyarakat, antar pelajar,
demonstrasi mahasiswa di luar toleransi atau sudah menjurus anarkisme
bahkan kriminalitas. Aspirasi yang mereka bawa dalam tuntutan demontrasi
tidak murni lagi, mudah dihasut oleh orang atau kelompok yang tidak
bertanggungjawab demi kepentingan orang atau kelompok tersebut, hal itu
salah satu sebabnya kurangnya pengetahuan, pemahaman mereka para
generasi muda, atau para pemuda harapan bangsa terhadap makna Pancasila,
UUD 1945, NKRI dan Bhineka tunggal Ika, serta kurangnya pemahaman
mereka terhadap nilai-nilai persatuan, kurang mewarisi semangat perjuangan,
pudarnya rasa nasionalisme, maupun rasa patriotisme serta hilangnya rasa
cinta terhadap tanah air, bangsa, dan Negara.
Bangsa ini terutama para pemimpinnya sudah mengalami degradasi moral
secara signifikan, melakukan tindak kejahatan korupsi bukan lagi dianggap
sesuatu yang memalukan, kejahatan korupsi sudah dianggap prestasi dalam
mengumpulkan pundi-pundi kekayaan, mengumpulkan kekayaan menjadi
tugas utama mereka saat menjadi pejabat negara, sehingga tugas negara
terabaikan begitu saja. Sungguh suatu hal yang sangat memilukan, melihat

2
kondisi saat ini yang sudah tidak sesuai lagi dengan 4 pilar kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Semua fenomena negatif yang selama ini kita lihat dan rasakan harus
diakhiri dengan membangkitkan semangat, pengetahuan kita mengenai
pentingnya empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara sebab dengan
adanya sosialisasi dari MPR RI kita mendapat pengetahuan sebagai bekal
kedepan dalam mendampingi dan mengisi kemerdekaan serta
mempertahankan NKRI ini.
Revitalisasi, reaktualisasi dan transformasi nilai-nilai yang terkandung
dalam 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara (Pancasila sebagai dasar
negara, falsafah dan pandangan hidup bangsa ; UUD Negara Republik
Indonesia Tahun. 1945 sebagai landasan kostitusional dalam bernegara ;
NKRI sebagai konsensus yang harus dijaga keutuhannya ; Bhineka Tunggal
Ika sebagai semangat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, harus
senantiasa kita lakukan meskipun kita memiliki berbagai perbedaan).
Bung Karno pernah menyatakan, arus sejarah memperlihatkan dengan
nyata bahwa semua bangsa memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita. ”Jika
mereka tidak memilikinya atau jika konsepsi dan cita-cita menjadi kabur dan
usang, bangsa itu berada dalam keadaan yang berbahaya,”

1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud empat pilar kebangsaan ?
2. Apa saja yang termasuk dalam empat pilar kebangsaan ?
3. Apa manfaat dari empat pilar kebangsan ?
4. Bagaimana wujud sikap yang mencerminkan empat pilar kebangsaan ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Pilar

Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan. Pilar memiliki peran yang
sangat sentral dan menentukan, karena bila pilar ini tidak kokoh atau rapuh
akan berakibat robohnya bangunan yang disangganya. Dalam bahasa Jawa
tiang penyangga bangunan disebut ”soko”, bahkan bagi rumah joglo, yakni
rumah yang atapnya menjulang tinggi terdapat empat soko di tengah bangunan
yang disebut soko guru. Soko guru ini sangat menentukan kokoh dan kuatnya
bangunan, terdiri atas batang kayu besar dan jenis kayu yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dengan demikian orang yang bertempat di rumah
tersebut akan merasa nyaman, aman dan selamat dari berbagai bencana dan
gangguan.

Demikian pula halnya dengan bangunan negara-bangsa, membutuhkan


pilar atau yang merupakan tiang penyangga yang kokoh agar rakyat yang
mendiami akan merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera, terhindar dari
segala macam gangguan dan bencana. Pilar bagi suatu negara-bangsa berupa
sistem keyakinan atau belief system, atau philosophische grondslag, yang
berisi konsep, prinsip dan nilai yang dianut oleh rakyat negara-bangsa yang
bersangkutan yang diyakini memiliki kekuatan untuk dipergunakan sebagai
landasan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pilar yang dimaksud dimanfaatkan sebagai landasan perjuangan dalam


menyusun program kerja dan dalam melaksanakan kegiatan. Pilar Negara
Kesatuan Republik Indonesia dimanfaatkan sebagai landasan atau penyanggah
dalam menyusun program kerja dan dalam melaksanakan setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa 4 pilar kebangsaan adalah 4 penyangga yang


menjadi panutan dalam keutuhan bangsa indonesia yaitu Pancasila, Undang-
Undang Dasar, Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Repoblik Indonesia
(NKRI).

4
2.2 Macam – Macam Pilar

a. Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila


berasal dari bahasa sanskerta , panca artinya 5 (lima) dan sila berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan atau pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selain bersifat yuridis formal yang seluruh peraturan perundang-


undangan berlandaskan Pancasila (sering disebut sumber dari segala
sumber hukum), Pancasila juga bersifat filosofis. Pancasila merupakan
dasar filosofis dan perilaku kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan
falsafah negara dan pandangan bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai cita-
cita nasional. Sebagai dasar negara dan pandangan hidup, Pancasila
mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dipedomani oleh
warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya
menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi
identitas atau jati diri bangsa Indonesia.

Oleh karena kedudukan dan fungsinya yang sangat fundamental


bagi negara dan bangsa Indonesia, maka dalam pembangunan karakter
bangsa, Pancasila merupakan landasan utama. Sebagai landasan, Pancasila
merupakan rujukan, acuan, dan sekaligus tujuan dalam pembangunan
karakter bangsa. Dalam konteks yang bersifat subtansial, pembangunan
karakter bangsa memiliki makna membangun manusia dan bangsa
Indonesia yang berkarakter Pancasila. Berkarakter Pancasila berarti
manusia dan bangsa Indonesia memiliki ciri dan watak religius, humanis,
nasionalis, demokratis, dan mengutamakan kesejahteraan rakyat. Nilai-
nilai fundamental ini menjadi sumber nilai luhur yang dikembangkan
dalam pendidikan karakter bangsa.

5
Lima sendi utama penyusuan pancasila adalah :

1. Ketuhanan yang maha esa,


2. Kemanusian yang adil dan beadab,
3. Persatuan indonesia,
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratn perwakilan
5. Dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila :
a. Kedamaian
Kedamaian adalah situasi yang menggambarkan tidak adanya
konflik dan kekerasan. Segala unsur yang terlibat dalam suatu proses
sosial berlangsung secara selaras, serasi dan seimbang, sehingga
menimbulkan keteraturan, ketertiban dan ketenteraman. Segala
kebutuhan yang diperlukan manusia dapat terpenuhi, sehingga tidak
terjadi perebutan kepentingan. Hal ini akan terwujud bila segala unsur
yang terlibat dalam kegiatan bersama mampu mengendalikan diri.
b. Keimanan
Keimanan adalah suatu sikap yang menggambarkan keyakinan
akan adanya kekuatan transendental yang disebut Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan keimanan manusia yakin bahwa Tuhan menciptakan dan
mengatur alam semesta. Apapun yang terjadi di dunia adalah atas
kehendak-Nya, dan manusia wajib untuk menerima dengan keikhlasan.
c. Ketaqwaan
Ketaqwaan adalah suatu sikap berserah diri secara ikhlas dan rela
diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa, bersedia tunduk dan mematuhi
segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.
d. Keadilan
Keadilan adalah suatu sikap yang mampu menempatkan makhluk
dengan segala permasalahannya sesuai dengan hak dan kewajiban serta
harkat dan martabatnya secara proporsional diselaraskan dengan peran
fungsi dan kedudukkannya.

6
e. Kesetaraan
Kesetaraan adalah suatu sikap yang mampu menempatkan
kedudukan manusia tanpa membedakan jender, suku, ras, golongan,
agama, adat dan budaya dan lain-lain. Setiap orang diperlakukan sama
di hadapan hukum dan memperoleh kesempatan yang sama dalam
segenap bidang kehidupan sesuai dengan potensi dan kemampuan
yang dimilikinya.
f. Keselarasan
Keselarasan adalah keadaan yang menggambarkan keteraturan,
ketertiban dan ketaatan karena setiap makhluk melaksanakan peran
dan fungsinya secara tepat dan proporsional, sehingga timbul suasana
harmoni, tenteram dan damai. Ibarat suatu orkestra, setiap pemain
berpegang pada partitur yang tersedia, dan setiap pemain instrumen
melaksanakan secara taat dan tepat, sehingga terasa suasana nikmat
dan damai.
g. Keberadaban
Keberadaban adalah keadaan yang menggambarkan setiap komponen
dalam kehidupan bersama berpegang teguh pada ketentuan yang
mencerminkan nilai luhur budaya bangsa. Beradab menurut bangsa
Indonesia adalah apabila nilai yang terkandung dalam Pancasila
direalisasikan sebagai acuan pola fikir dan pola tindak.
h. Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan kesatuan adalah keadaan yang menggambarkan
masyarakat majemuk bangsa Indonesia yang terdiri atas
beranekaragamnya komponen namun mampu membentuk suatu
kesatuan yang utuh. Setiap komponen dihormati dan menjadi bagian
integral dalam satu sistem kesatuan negara-bangsa Indonesia.
i. Mufakat
Mufakat adalah suatu sikap terbuka untuk menghasilkan kesepakatan
bersama secara musyawarah. Keputusan sebagai hasil mufakat secara

7
musyawarah harus dipegang teguh dan wajib dipatuhi dalam
kehidupan bersama.
j. Kebijaksanaan
Kebijaksanaan adalah sikap yang menggambarkan hasil olah fikir dan
olah rasa yang bersumber dari hati nurani dan bersendi pada kebenaran,
keadilan dan keutamaan. Bagi bangsa Indonesia hal ini sesuai dengan
nilai yang terkandung dalam Pancasila.
k. Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah kondisi yang menggambarkan terpenuhinya
tuntutan kebutuhan manusia, baik kebutuhan lahiriah maupun batiniah
sehingga terwujud rasa puas diri, tenteram, damai dan bahagia.
Kondisi ini hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras, jujur dan
bertanggungjawab.

Dengan memahami konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam


Pancasila, yang tentu masih akan berkembang sesuai dengan dinamika
kehidupan bangsa Indonesia, permasalahan berikutnya adalah bagaimana
konsep, prinsip dan nilai tersebut dapat diimplementasikan secara nyata
dalam berbagai bidang kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.

Sejarah perumusan Pancasila :

a. Terdapat usulan-usalan yang di kemukakan, yaitu oleh :


1. Mr. Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945
merumuskan : Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri
Ketuhanan, Peri Kerakyatan dan Kesejahteraan rakyat.
2. Prof. Dr. Mr. Supomo, yang berpidato tanggal 31 Mei 1945
merumuskan : Paham Negara Kesatuan, Perhubungan Negara
dengan Agama, Sistem Badan Permusyawaratan, Sosialisasi
Negara, dan Hubungan Antar Bangsa
3. Ir. Soekarno, 1 Juni 1945, dalam pidatonya lahirnya pancasila
mengemukakan dasar-dasar : Kebangsaan Indonesia,
Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi,

8
Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan yang Berkebudayaan. Yang
kemudian beliau member nama Pancasila
b. Pada tanggal 22 Juni 1945 panitia kecil mengadakan pertemuan yang
menghasilkan rumusan dasar Negara :
1. Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk – pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
c. Kemudian rancangan rumusan dasar tersebut disebut Piagam Jakarta
atau Jakarta Charter. Namun rumusan dasar pertama menimbulkan
masalah karena tidak semua warga Negara Indonesia memeluk agama
Islam sehingga diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”

Setelah rumusan Pancasila di terima sebagai dasar negara, secara resmi


beberapa dokumen penetapannya adalah :

a. Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni


1945
b. Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18
Agustus 1945
c. Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat
- tanggal 27 Desember 1949
d. Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara -
tanggal 15 Agustus 1950
e. Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan
Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

Jadi dapat disimpulkan bahwa, Pancasila dinilai memenuhi syarat


sebagai pilar bagi negara-bangsa Indonesia yang pluralistik dan cukup luas
dan besar ini. Pancasila mampu mengakomodasi keanekaragaman yang
terdapat dalam kehidupan negara-bangsa Indonesia. Sila pertama Pancasila,

9
Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung konsep dasar yang terdapat pada
segala agama dan keyakinan yang dipeluk atau dianut oleh rakyat
Indonesia, merupakan common denominator dari berbagai agama,
sehingga dapat diterima semua agama dan keyakinan. Demikian juga
dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, merupakan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Manusia didudukkan sesuai
dengan harkat dan martabatnya, tidak hanya setara, tetapi juga secara adil
dan beradab. Pancasila menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, namun dalam
implementasinya dilaksanakan dengan bersendi pada hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Sedang kehidupan
berbangsa dan bernegara ini adalah untuk mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan untuk kesejahteraan perorangan atau
golongan. Nampak bahwa Pancasila sangat tepat sebagai pilar bagi negara-
bangsa yang pluralistik.

b. Undang – Undang Dasar 1945

Hukum dasar tertulis dalam konstitusi pemerintahan negara


Republik Indonesia saat ini adalah UUD 1945. UUD 1945 disahkan
sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi
RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan
dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.

Salah satu bagian yang penting dalam Konstitusi atau Undang-


Undang Dasar adalah Pembukaannya, yang biasa disebut juga dengan
istilah Preambule atau Mukaddimah. Dalam Pembukaan suatu UUD atau
Konstitusi terkandung prinsip atau pandangan filsafat yang menjadi dasar
perumusan pasal-pasal Batang Tubuh Konstitusi, yang dijadikan pegangan
dalam hidup bernegara.

10
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali
perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Prinsip yang terkandung dalam UUD 1945 :

1. Sumber Kekuasaan
Di alinea ketiga disebutkan bahwa “kemerdekaan bangsa Indonesia
itu atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa,” yang bermakna
bahwa kemerdekaan yang dinyatakan oleh bangsa Indonesia itu
semata-mata karena mendapat rahmat dan ridho Allah Yang Maha
Kuasa. Dengan kata lain bahwa kekuasaan yang diperoleh rakyat
Indonesia dalam menyatakan kemerdekaan dan dalam mengatur
kehidupan kenegaraan bersumber dari Allah Yang Maha Kuasa. Hal
ini ditegaskan dalam dasar negara sila yang pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa.
Namun, juga pada alinea ke-empat disebutkan “Negara Republik
Indonesia tersusun dalam bentuk kedaulatan rakyat,” yang berarti
sumber kekuasaan juga terletak di tangan rakyat. Hal ini ditegaskan
lebih lanjut dalam Bab I, pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa
“Kedaulatan adalah di tangan rakyat “
Dari frase-frase terbut di atas jelas bahwa sumber kekuasaan untuk
mengatur kehidupan kenegaraan dan pemerintahan di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa dan
Rakyat. Terdapat dua sumber kekuasaan yang diametral.
Perlu adanya suatu pola sistem penyelenggaraan negara dan
pemerintahan yang bersumber dari dua sumber kekuasaan tersebut.
Perlu pemikiran baru bagaimana mengintegrasikan dua sumber
kekuasaan tersebut sehingga tidak terjadi kontroversi.

11
2. Hak Asasi Manusia
Berikut disampaikan beberapa rumusan tentang kepedulian para
founding fathers tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 :
Kemerdekaan yang dinyatakan oleh rakyat dan bangsa Indonesia
adalah untuk “menciptakan kehidupan kebangsaan yang bebas,”salah
satu hak asasi manusia yang selalu didambakan, dan dituntut oleh
setiap manusia.
Kemerdekaan Negara Indonesia berciri merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur, merupakan gambaran tentang negara yang
menjunjung hak asasi manusia. Hak kebebasan dan mengejar
kebahagiaan diakui di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keseluruhan alinea kesatu Pembukaan UUD 1945 merupakan
suatu pernyataan tentang hak asasi manusia, yakni kebebasan dan
kesetaraan. Kemerdekaan, perikemanusiaan dan perikeadilan
merupakan realisasi hak kebebasan dan kesetaraan.
Sementara pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 dalam batang tubuh UUD
1945 adalah pasal-pasal yang merupakan penjabaran hak asasi manusia.
Dari frase-frase yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, dan
beberapa pasal dalam UUD 1945 telah memuat ketentuan mengenai
hak asasi manusia. Tidak benar bila UUD 1945 yang asli tidak
mengakomodasi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, apalagi setelah perubahan UUD.
3. Sistem Demokrasi
Sistem pemerintahan Indonesia terdapat dalam dalam alinea ke-
empat yang menyatakan:” maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan berasab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu

12
keadilan srosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Frase ini
menggambarkan sistem pemerintahan demokrasi.
Istilah kedaulatan rakyat atau kerakyatan adalah identik dengan
demokrasi. Namun dalam penerapan demokrasi disesuaikan dengan
adat budaya yang berkembang di Negara Indonesia. Sumber kekuasaan
dalam berdemokrasi adalah dari Tuhan Yang Maha Esa sekaligus dari
rakyat. Dalam menemukan sistem demokrasi di Indonesia pernah
berkembang yang disebut “demokrasi terpimpin,” suatu ketika
“demokrasi Pancasila,” ketika lain berorientrasi pada faham
liberalisme.
4. Kebersamaan, Kegotong-royongan
Fungsi Negara di antaranya adalah “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,” bukan untuk
melindungi masing-masing individu. Namun dengan rumusan tersebut
tidak berarti bahwa kepentingan individu diabaikan.
Yang ingin diwujudkan dengan berdirinya Negara Indonesia
adalah ;”suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indnesia.” Sekali
lagi dalam rumusan tersebut tidak tersirat dan tersurat kepentingan
pribadi yang ditonjolkan, tetapi keseluruhan rakyat Indonesia.
Tujuan, Pokok, Fungsi UUD1945 :
a. Landasan Konstitusional atas landasan ideal yaitu Pancasila.
b. Alat pengendalian sosial.
c. Alat untuk mengubah masyarakat.
d. Alat ketertiban dan pengaturan masyarakat.
e. Sarana mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin.
f. Sarana penggerak pembangunan.
g. Fungsi kritis dalam hukum.
h. Fungsi pengayoman.
i. Alat politik.

13
c. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bentuk dari negara
Indonesia, dimana negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan,
selain itu juga bentuk negaranya adalah republik, kenapa NKRI, karena
walaupun negara Indonesia terdiri dari banyak pulau, tetapi tetap
merupakan suatu kesatuan dalam sebuah negara dan bangsa yang bernama
Indonesia.
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak
dapat dipisahkan dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
karena melalui peristiwa proklamasi tesebut bangsa Indonesia berhasil
mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain)
bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Apabila ditinjau dari sudut Hukum Tata Negara, Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum
sempurna sebagai negara, mengingat saat itu Negara Kesatuan Republik
Indonesia baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara.
Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah
melengkapi persyaratan berdirinya negara yaitu berupa pemerintah yang
berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, sehingga
PPKI disebut sebagai pembentuk negara. Disamping itu PPKI juga telah
menetapkan UUD 1945, dasar negara dan tujuan negara.
Para pendiri bangsa (the founding fathers) sepakat memilih bentuk
negara kesatuan karena bentuk negara kesatuan itu dipandang paling cocok
bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman, untuk
mewujudkan paham negara integralistik (persatuan) yaitu negara hendak
mengatasi segala paham individu atau golongan dan negara
mengutamakan kepentingan umum.
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang dibentuk
berdasarkan semangat kebangsaan (nasionalisme) oleh bangsa Indonesia
yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tampah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

14
bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat
dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
Dari rumusan tersebut, tersirat adanya tujuan nasional atau Negara
yang ingin dicapai sekaligus merupakan tugas yang harus dilaksanakan
oleh Negara, yaitu:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

d. Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia.
Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan
dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti “beraneka
ragam” atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti
“macam” dan menjadi pembentuk kata “aneka” dalam Bahasa Indonesia.
Kata tunggal berarti “satu”. Kata ika berarti “itu”. Secara harfiah Bhinneka
Tunggal Ika diterjemahkan “Beraneka Satu Itu”, yang bermakna meskipun
berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu
kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan
kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri

15
atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan.
Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna
yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan
Majapahit sekitar abad ke-14. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan
toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.
Bhinneka Tunggal Ika tidak dapat dipisahkan dari Hari
Kemerdekaan Bangsa Indonesia, dan Dasar Negara Pancasila. Hal ini
sesuai dengan komponen yang terdapat dalam Lambang Negara Indonesia.
Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951 disebutkan
bahwa Lambang Negara terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Burung Garuda yang menengok dengan kepalanya lurus ke sebelah
kanannya;
2. Perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda,
dan
3. Semboyan yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Diatas pita tertulis dengan huruf Latin sebuah semboyan dalam bahasa
Jawa Kuno yang berbunyi : BHINNEKA TUNGGAL IKA.
Adapun makna Lambang Negara tersebut adalah sebagaki berikut:
Burung Garuda disamping menggambarkan tenaga pembangunan
yang kokoh dan kuat, juga melambangkan tanggal kemerdekaan bangsa
Indonesia yang digambarkan oleh bulu-bulu yang terdapat pada Burung
Garuda tersebut. Jumlah bulu sayap sebanyak 17 di tiap sayapnya
melambangkan tanggal 17, jumlah bulu pada ekor sebanyak 8
melambangkan bulan 8, jumlah bulu dibawah perisai sebanyak 19, sedang
jumlah bulu pada leher sebanyak 45. Dengan demikian jumlah bulu-bulu
burung garuda tersebut melambangkan tanggal hari kemerdekaan bangsa
Indonesia, yakni 17 Agustus 1945.
Sementara itu perisai yang tergantung di leher garuda
menggambarkan Negara Indonesia yang terletak di garis khalustiwa,
dilambangkan dengan garis hitam horizontal yang membagi perisai,
sedang lima segmen menggambarkan sila-sila Pancasila. Ketuhanan Yang

16
Maha Esa dilambangkan dengan bintang bersudut lima yang terletak di
tengah perisai yang menggambarkan sinar ilahi. Rantai yang merupakan
rangkaian yang tidak terputus dari bulatan dan persegi menggambarkan
kemanusiaan yang adil dan beradab, yang sekaligus melambangkan
monodualistik manusia Indonesia. Kebangsaan dilambangkan oleh pohon
beringin, sebagai tempat berlindung; Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawa-rakatan/perwakilan
dilambangkan dengan banteng yang menggambarkan kekuatan dan
kedaulatan rakyat. Sedang Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
dengan kapas dan padi yang menggambarkan kesejahteraan dan
kemakmuran

2.3. Fungsi 4 Pilar Kebangsaan

1. Sebagai tombak untuk tetap kokohnya berdirinya bangsa


2. Menginspirasi rakyat Indonesia untuk kembali ke revolusi atau tujuan
yang benar
3. Menjaga kemurnian UUD 1945
4. Membangun kepahaman tentang jiwa bangsa secara utuh
5. Membangun karakter bangsa
6. Membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa
7. Sarana pembangunan hukum bangsa
8. Sarana pembaharuan masyarakat
9. Sebagai landasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
10. Alat ketertiban dan pengaturan masyarakat

17
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Empat pilar kebangsaan yaitu empat tiang penyangga dalam suatu
negara, dimana tiang-tiang penyangga tersebut saling berhubungan satu sama
lain. Sehingga negara tersebut dapat berdiri dengan sangat kokohnya. Berdiri
kokohnya NKRI pada akhirnya berpulang pada apakah kita masih
menggunakan empat pilar kebangsaan. Pembangunan karakter bangsa yang
saling keterkaitan dengan pilar kebangsaan ini oleh karenanya haruslah dalam
asas yang berkesesuaian dan terintegrasi, yang bernafaskan Pancasila yang
konstitusional, dalam kerangka NKRI, dan untuk menjamin keanekaragaman
budaya, suku bangsa dan agama. Jika salah satu foundasi pilar kebangsaan itu
tidak dijadikan pegangan, karakter bangsa yang dicita – citakan sekedar
wacana dan angan – angan belaka. Maka akan goyahlah Negara Indonesia
disebabkan oleh hal tersebut. Jika penopang yang satu tak kuat, maka akan
berpengaruh pada pilar yang lain. Pada akhirnya bukan tak mungkin Indonesia
akan ambruk secara bertahap, bergantung pada seberapa jauh dan seberapa
dalam kita menggunakan empat pilar kebangsaan tersebut. Tentunya,
ambruknya NKRI merupakan sesuatu yang tak diinginkan dan tak terlintas
sedikitpun dalam benak kita sebagai bagian dari NKRI.
3.2. Saran
a. Terus menanamkan rasa cinta tanah air agar tidak mudah terpengaruh arus
globalisasi.
b. Mencoba pelajari nilai nilai pancasila dan menanamkan nya di kehidupan
sehari-hari.
c. Sebagai masyarakat yang baik harus selalu bersikap aktif terhadap
program pemerintah.

18
Daftar Pustaka

Kusuma R.M. A.B., Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: Pusat Studi
Hukum Tatanegara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004)
Yasni, Z., Bung Hatta Menjawab, (Jakarta: Gunung Agung, 1979)
(Online) http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt530239bfb1545/mpr--pilar-
kebangsaan -tak-ubah-kedudukan-pancasila (diakses pada tanggal 25
Februari 2018)
(Online) http://pascasarjana.uniba-bpn.ac.id/informasi/berita/5- empat -pilar-
berbangsa-dan -bernegara-sebagai-sebuah- pemahaman-baru.html (diakses
pada tanggal 25 Februari 2018)

19

Anda mungkin juga menyukai