Anda di halaman 1dari 4

Bab 4

Problematika

Menjalin kehidupan sosial dengan manusia lain memang


menyenangkan, meski beberapa hal sangat
menyebalkan. Tak lain lagi dengan lingkup pertemanan.
Salah satunya adalah terlalu egois ingin dimengerti
tanpa bisa mengerti orang lain. Rasanya malas sekali
untuk menceritakan tentang ini.
Ingin menjadi yang terbaik itu bukan suatu masalah.
Namun jika egois dan menjadikan dirinya paling benar
bukan hal yang baik. Rasanya memuakkan. Bermain
drama tanpa tau bagaimana caranya menyelesaikan
sendiri. Menambahkan beban pertemanan. Bahkan
menjatuhkan citra teman, apalagi teman dekat.

“Ngapain sih dia tiba-tiba diem gajelas begitu?”


Tanyaku.
“Entahlah, apa karena kemarin aku ngga mau pulang
sama dia? Kan aku ada ekstra. Gimana sih, ngeselin aja!”
Cerita Wica.
“Serius masalah gitu doang? Dikira kita gapunya urusan
lain apa selain ngertiin dia mulu.” Tanggal Vanny.
“Tau tuh, yang pengen terkenal sendiri sih emang beda
ya. Bisanya cuma pansos dan bawa nama temen.
Hahahaha. She’s like crazy.”

Tak hanya sekali ataupun dua kali diminta mengerti dia.


Padahal kenyataannya, dia sering memaksakan
kehendaknya. Apabila tidak dipenuhi, dia akan diam
secara tiba-tiba. Semakin kesini hal itu semakin sering
terjadi. Bahkan dia sendiri tidak sadar.

Beberapa orang lain juga sama seperti itu. Namun


dalam konteks yang berbeda. Yahh, namanya juga
manusia malas. Bisanya mengandalkan orang lain.
“Hey ada remedial!” Beritahu salah satu temanku.
“Dimana?” Jawabku.
“Tapi boong!” Dia tertawa terbahak-bahak.
“Nin, tanyain dong siapa aja yang remedial!”
“Tanya sendiri, aku ga remedial kok.” Jawabku.
“Lho berarti udah dikasih tau nilainya?” Tanyanya lagi.
“Aku tanya sendiri.” Imbuhku. Sudah seperti wawancara
saja tanyanya.
“Masa kamu tanya nilaimu sendiri, temenmu ga kamu
kasi tau nilainya. Egois banget.” Kata temanku lainnya.
“Orang aku tanya nilaiku sendiri, kalau butuh ya nanya
sendiri dong!” Jawabku sambil sewot, ngeselin banget
ini orang.
“Haruse minta sekalian orang temenmu juga butuh!”
Jawabnya masih keras kepala.
Apakah teman seperti itu masih bisa disebut teman?
Manusia sekarang lucu-lucu ya. Yang perlu siapa, yang
disuruh siapa. Semakin berkembangnya teknologi
menjadikan manusia semakin malas.

Berbeda lagi dalam kegiatan mengerjakan tugas. Masa-


masa sekarang memang semuanya ingin praktis. Seperti
hanya menumpang nama saat mengerjakan tugas
kelompok. Itu sudah seperti menjadi makanan sehari-
hari mereka yang memiliki hobi menumpang. Rasanya
menyebalkan sekali. Ada yang pura-pura lupa, pura-
pura tidak tahu, tidak bisa, tidak peduli, bahkan bilang
“bikin aja sendiri”. Rasanya ingin ku hancurkan saja itu.
Memangnya aku robot yang diperintah hanya menurut?

Contoh lain pula dalam persiapan kegiatan pentas seni


dalam rangka Dies Natalis SMA. Mereka ingin
melakukan pentas yang memukau. Namun ketika
sedang membuat properti mereka tidak membantu dan
hanya tidur-tiduran di kelas. Padahal ketika ada
kegiatan dan kita belum membantu mereka akan
berbicara a sampai z tanpa jeda. Lucu sekali.

Tugas video juga menjadi contoh kerusuhan mereka.


Katanya kita tidak membantu sama sekali. Hahahaha.
Padahal dia ingin membuat yang megah. Padahal itu
merepotkan. Namun mereka sendiri yang kebanyakan
omong kosong. Seharusnya yang dilaksanakan dua hari
dipadatkan menjadi satu hari. Persiapan mereka juga
lama. Namun saat perekaman video kita, mereka terlalu
emosional. Hingga kita cepat-cepat dalam
menyelesaikan video. Namun saat kelompok mereka,
memiliki proses yang lebih panjang bahkan lebih lama.
Dan semuanya harus sempurna menurut mereka.
Terlalu menyebalkan bukan?

Anda mungkin juga menyukai