Menjalin kehidupan sosial dengan manusia lain memang
menyenangkan, meski beberapa hal sangat menyebalkan. Tak lain lagi dengan lingkup pertemanan. Salah satunya adalah terlalu egois ingin dimengerti tanpa bisa mengerti orang lain. Rasanya malas sekali untuk menceritakan tentang ini. Ingin menjadi yang terbaik itu bukan suatu masalah. Namun jika egois dan menjadikan dirinya paling benar bukan hal yang baik. Rasanya memuakkan. Bermain drama tanpa tau bagaimana caranya menyelesaikan sendiri. Menambahkan beban pertemanan. Bahkan menjatuhkan citra teman, apalagi teman dekat.
“Ngapain sih dia tiba-tiba diem gajelas begitu?”
Tanyaku. “Entahlah, apa karena kemarin aku ngga mau pulang sama dia? Kan aku ada ekstra. Gimana sih, ngeselin aja!” Cerita Wica. “Serius masalah gitu doang? Dikira kita gapunya urusan lain apa selain ngertiin dia mulu.” Tanggal Vanny. “Tau tuh, yang pengen terkenal sendiri sih emang beda ya. Bisanya cuma pansos dan bawa nama temen. Hahahaha. She’s like crazy.”
Tak hanya sekali ataupun dua kali diminta mengerti dia.
Padahal kenyataannya, dia sering memaksakan kehendaknya. Apabila tidak dipenuhi, dia akan diam secara tiba-tiba. Semakin kesini hal itu semakin sering terjadi. Bahkan dia sendiri tidak sadar.
Beberapa orang lain juga sama seperti itu. Namun
dalam konteks yang berbeda. Yahh, namanya juga manusia malas. Bisanya mengandalkan orang lain. “Hey ada remedial!” Beritahu salah satu temanku. “Dimana?” Jawabku. “Tapi boong!” Dia tertawa terbahak-bahak. “Nin, tanyain dong siapa aja yang remedial!” “Tanya sendiri, aku ga remedial kok.” Jawabku. “Lho berarti udah dikasih tau nilainya?” Tanyanya lagi. “Aku tanya sendiri.” Imbuhku. Sudah seperti wawancara saja tanyanya. “Masa kamu tanya nilaimu sendiri, temenmu ga kamu kasi tau nilainya. Egois banget.” Kata temanku lainnya. “Orang aku tanya nilaiku sendiri, kalau butuh ya nanya sendiri dong!” Jawabku sambil sewot, ngeselin banget ini orang. “Haruse minta sekalian orang temenmu juga butuh!” Jawabnya masih keras kepala. Apakah teman seperti itu masih bisa disebut teman? Manusia sekarang lucu-lucu ya. Yang perlu siapa, yang disuruh siapa. Semakin berkembangnya teknologi menjadikan manusia semakin malas.
Berbeda lagi dalam kegiatan mengerjakan tugas. Masa-
masa sekarang memang semuanya ingin praktis. Seperti hanya menumpang nama saat mengerjakan tugas kelompok. Itu sudah seperti menjadi makanan sehari- hari mereka yang memiliki hobi menumpang. Rasanya menyebalkan sekali. Ada yang pura-pura lupa, pura- pura tidak tahu, tidak bisa, tidak peduli, bahkan bilang “bikin aja sendiri”. Rasanya ingin ku hancurkan saja itu. Memangnya aku robot yang diperintah hanya menurut?
Contoh lain pula dalam persiapan kegiatan pentas seni
dalam rangka Dies Natalis SMA. Mereka ingin melakukan pentas yang memukau. Namun ketika sedang membuat properti mereka tidak membantu dan hanya tidur-tiduran di kelas. Padahal ketika ada kegiatan dan kita belum membantu mereka akan berbicara a sampai z tanpa jeda. Lucu sekali.
Tugas video juga menjadi contoh kerusuhan mereka.
Katanya kita tidak membantu sama sekali. Hahahaha. Padahal dia ingin membuat yang megah. Padahal itu merepotkan. Namun mereka sendiri yang kebanyakan omong kosong. Seharusnya yang dilaksanakan dua hari dipadatkan menjadi satu hari. Persiapan mereka juga lama. Namun saat perekaman video kita, mereka terlalu emosional. Hingga kita cepat-cepat dalam menyelesaikan video. Namun saat kelompok mereka, memiliki proses yang lebih panjang bahkan lebih lama. Dan semuanya harus sempurna menurut mereka. Terlalu menyebalkan bukan?