Anda di halaman 1dari 14

Penerapan Tema Arsitektur Islam Pada Perancangan

Galeri Fashion Muslim Kontemporer Di Kota Banda Aceh


SP Fhiloshofia1*
Izziah2 *
Dyah Erti Idawati3 *
1
Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, INDONESIA
2,3
Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, INDONESIA

Abstrak
Penerapan syariat Islam bagi semua masyarakat di Aceh merupakan salah satu
status khusus yang diberikan pemerintah kepada daerah Aceh. Penerapan
syariat Islam ini berawal dari mayoritas masyarakat Aceh yang menganut
agama Islam. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat Aceh
dalam menjalani syariat Islam ini, diantaranya adalah memperhatikan
penggunaan pakaian atau fashion mereka yang harus sesuai syariat Islam.
Trend busana muslim yang saat ini sangat sejalan dengan kondisi sosial budaya
yang melekat pada masyarakat Aceh, tentu saja tidak dapat dipungkiri bahwa
industri fashion merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan
di Aceh. Perancangan Galeri Fashion Muslim Kontemporer yang berlokasi di
Jalan Sultan Malikul Saleh, Lhong Raya, Banda Raya, Kota Banda Aceh, Aceh
diharapkan dapat menjadi wadah yang dapat mendukung dan mewadahi
perkembangan dunia fashion muslim di Aceh. Metode perancangan yang
digunakan adalah dengan menganalisis kondisi tapak baik secara makro dan
mikro. Dengan adanya perancangan ini, Kota Banda Aceh diharapkan juga
dapat menjadi pemicu kota dengan perkembangan fashion muslim tertinggi di
Indonesia. Menghadirkan berbagai fasilitas dengan wujud pendekatan
Arsitektur Islam juga agar dapat memfasilitasi segala kegiatan dunia fashion
secara terpadu dalam satu kesatuan yang dapat meningkatkan citra Islam di
Kota Banda Aceh.

Kata kunci:Galeri fashion muslim kontemporer, Arsitektur Islam, Banda Aceh

11*
Corresponding author, email:

Citation in APA style: Fhiloshofia, SP., Izziah., & Idawati, D, E. (2023). Penerapan Tema Arsitektur
Islam Pada Perancangan Galeri Fashion Muslim Kontemporer Di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan, Vol. Number (Issue Number), Beginning page-End page.

Received Month Date, Year; Revised Month Date, Year; Accepted Month Date, Year

DOI: xxxx.xxxx.xxxx
Application Of The Islamic Architectural Theme
In The Design Of A Contemporary Muslim Fashion Gallery
In The Of Banda Aceh
SP Fhiloshofia2*
Izziah2 *
Dyah Erti Idawati3 *
1
Student in Department of Architecture and Planning, Faculty of Engineering,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, INDONESIA
2,3
Lecturer in Department of Architecture and Planning, Faculty of Engineering,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, INDONESIA

Abstract
The application of Islamic law to all people in Aceh is one of the special
statuses given by the government to the Aceh region. The implementation
of Islamic law began with the majority of Acehnese people adhering to
Islam. There are several things that the people of Aceh need to pay
attention to when implementing Islamic law, including paying attention to
their clothing or fashion which must comply with Islamic law. The current
Muslim fashion trend is very much in line with the socio-cultural
conditions inherent in the people of Aceh. Of course, it cannot be denied
that the fashion industry is an industry that has great potential to be
developed in Aceh. The design of the Contemporary Muslim Fashion
Gallery which is located on Jalan Sultan Malikul Saleh, Lhong Raya,
Banda Raya, Banda Aceh City, Aceh is expected to become a forum that
can support and accommodate the development of the world of Muslim
fashion in Aceh. The design method used is to analyze site conditions
both macro and micro. With this design, it is hoped that the city of Banda
Aceh can also become a trigger for the city with the highest development
of Muslim fashion in Indonesia. Presenting various facilities in the form
of an Islamic architecture approach is also able to facilitate all fashion
world activities in an integrated manner in one unit that can improve the
image of Islam in the city of Banda Aceh.

Keywords: Contemporary Muslim fashion gallery, Islamic Architecture,


Banda Aceh

21*
Corresponding author, email:

Citation in APA style: Fhiloshofia, SP., Izziah., & Idawati, D, E. (2023). Application Of The Islamic
Architectural Theme In The Design Of A Contemporary Muslim Fashion Gallery In The Of Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan, Vol. Number (Issue Number), Beginning
page-End page.

Received Month Date, Year; Revised Month Date, Year; Accepted Month Date, Year

DOI: xxxx.xxxx.xxxx
1. PENDAHULUAN

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang diberi status khusus
sebagai daerah istimewa dan juga diberikan kewenangan otonomi khusus. Salah satu
kewenangan otonomi khusus yang diterapkan Aceh adalah penerapan syariat Islam
bagi semua masyarakat di Aceh. Penerapan syariat Islam ini berawal dari mayoritas
masyarakat Aceh yang menganut agama Islam. Kota Banda Aceh adalah salah satu
wilayah di Aceh yang juga telah menerapkan kehidupan mereka sesuai dengan
syariat Islam. Dalam kehidupan syariat Islam ini, ada banyak hal yang perlu
diperhatikan oleh masyarakat Aceh. Salah satunya adalah memperhatikan
penggunaan pakaian atau fashion mereka yang harus sesuai syariat Islam.
Saat ini, penerapan penggunaan fashion muslim di Aceh tentu saja memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Banda
Aceh, dimana ekonomi kreatif menjadi salah satu penyumbang besar terhadap
pendapatan negara. Trend busana muslim yang saat ini sangat sejalan dengan kondisi
sosial budaya yang melekat pada masyarakat Aceh, tentu saja tidak dapat dipungkiri
bahwa industri fashion merupakan industri yang sangat potensial untuk
dikembangkan di Aceh. Terdapat dua asosiasi fashion yang didedikasikan untuk
memperkenalkan fashion kepada dunia. Asosiasi tersebut adalah IFC (Indonesian
Fashion Chambers) Aceh dan APFA (Asosiasi Perancang Fashion Aceh). Untuk
mengembangkan fashion di Kota Banda Aceh, pengurus asosiasi fashion berupaya
menggali potensi para desainer sebagai inspirasi kreasi busana. Namun ada beberapa
hal yang menjadi kendala para desainer yaitu kurangnya fasilitas yang dapat
mewadahi para desainer dalam mengembangkan inspirasi kreasi busananya.
Dengan demikian perancangan Galeri Fashion Muslim Kontemporer Di Kota
Banda Aceh diharapkan dapat menjadi wadah yang dapat mendukung dan mewadahi
perkembangan dunia fashion muslim di Aceh. Dengan adanya perancangan ini, Kota
Banda Aceh diharapkan juga dapat menjadi pemicu kota dengan perkembangan
fashion muslim tertinggi di Indonesia. Penerapan tema Arsitektur Islam pada Galeri
Fashion Muslim digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas
desainer dengan mengedukasi tentang bagaimana fashion menurut pandangan Islam.
Menghadirkan berbagai fasilitas dengan wujud pendekatan Arsitektur Islam
juga agar dapat memfasilitasi segala kegiatan dunia fashion secara terpadu dalam
satu kesatuan yang dapat meningkatkan citra Islam di Kota Banda Aceh. Disisi lain,
mendesain wujud galeri dengan pendekatan tema Arsitektur Islam juga agar selaras
dengan lingkungan Islam sehingga dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di
Aceh umumnya dan Kota Banda Aceh khususnya.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Arsitektur Islam

Arsitektur Islam tidak terbatas pada bentuk dan standar; itu tidak terbatas pada
pola yang digunakan di negara-negara yang dikuasai oleh Islam. Konten Islami
digunakan untuk membangun karakter yang berbeda dalam bangunan. Ada dua
perspektif utama terhadap arsitektur Islam. Pendekatan pertama mempertimbangkan
produk sebagai hasil dari komunitas Islam, dan pendekatan kedua berfokus pada
prinsip-prinsip dasar Islam yang diambil dari Al-Qur'an dan Hadits.
2.1.1 Prinsip arsitektur berdasarkan nilai Islam

Dalam setiap aktivitasnya termasuk mendesain dalam hal yang menyangkut


dengan aristektur Islam, seorang arsitek muslim sebaiknya selalu berpegang pada
nilai-nilai Islam agar hasil desainnya dapat membawa kebaikan. Oleh karena itu, ada
beberapa prinsip-prinsip dalam desain arsitektur yang harus dipegang oleh arsitek
muslim saat merancang, diantaranya:
1. Fungsi
Sebuah karya arsitektur harus bersifat fungsional, artinya harus dapat
dimanfaatkan secara optimal dan menghindari pemborosan. Pemborosan atau
berlebih-lebihan adalah salah satu perbuatan yang dibenci oleh Allah dan Rasul
Allah dan akan menimbulkan banyak kerusakan di permukaan bumi. Itu tertulis di
Al-Qur'an Surah al-A‟raaf ayat 31 “Hai anak Adam. Pakailah pakaianmu yang indah
disetiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan”.
2. Bentuk
Bangunan dapat memiliki tampilan yang indah, tetap berfungsi dan tidak
berlebihan, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an surat Shaad ayat 27 yang
berbunyi dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya tanpa hikmah”.
3. Teknik
Bangunan harus memiliki susunan dan struktur yang kuat serta tahan lama agar
tidak membahayakan penggunanya. Allah telah menjadikan benda-benda yang
diciptakan-Nya suatu potensi yang dapat digunakan manusia untuk membangun
bangunan yang kuat seperti baja sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur'an
pada surat Al-Hadiid ayat 25 yang berbunyi “Kami turunkan besi yang di dalamnya
mempunyai tenaga yang sangat dahsyat dan berbagai manfaat bagi manusia”.
Namun, seiring kemajuan teknologi, begitu juga dengan teknologi struktur bangunan,
arsitek harus dapat menggunakan material yang ramah lingkungan dan memiliki
siklus hidup yang cepat dan terbarukan.
4. Kenyamanan
Karya arsitektur harus mampu memberikan kenyamanan bagi penghuninya
sehingga penghuni selalu bersyukur atas kenikmatan yang diberikan Allah, seperti
nikmat diberi udara dan pencahayaan alami. Allah swt juga berfirman dalam
Al-Quran Surah Ibrahim ayat 7 yang berbunyi “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmatKu), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
5. Keselamatan
Karya arsitektur harus mampu menjamin keselamatan penghuninya jika terjadi
bencana sebagai salah satu wujud ikhtiar, seperti pesan Nabi dalam Hadits Riwayat
Abu Dawud yang berbunyu “ Mintalah selalu keselamatan kepada Allah SWT”.

2.1.2 Prinsip tampilan arsitektur Islam

Ajaran Islam melarang penggunaan motif hewan atau manusia. Oleh karena
itu, larangan ini membuat para seniman muslim lebih memilih untuk menggunakan
motif geometris dan floral atau tumbuhan dalam berbagai karyanya, termasuk
mendekorasi interior bangunan. Pola-pola ini dikenal sebagai pola arabesque. Ada
berbagai macam tampilan pola arsitektur Islam, diantaranya:
1. Mashrabiya
Mashrabiya adalah kisi kisi yang digunakan pada jendela bergaya arsitektur
Islami. Hal ini untuk melindungi privasi penghuni sekaligus menghalangi masuknya
panas matahari ke dalam ruangan. Hal ini tentu saja karena kebanyakan negara
muslim terletak di daerah gurun pasir. Pola geometris sering digunakan di
Mashrabiya untuk memperindah arsitektur bangunan.
2. Kaligrafi
Kaligrafi atau seni menghias huruf, khususnya huruf arab sangat banyak
digunakan oleh para seniman dan arsitek muslim. Selain menambah keindahan
bangunan, kaligrafi juga menjadi pengingat ayat-ayat Alquran.
3. Kubah
Kubah adalah salah satu elemen yang menonjol dalam arsitektur Islam. Kubah
sering disajikan dalam bentuk umbi bawang Timur Tengah. Tak hanya bagian luar
kubah yang dianggap bernilai estetis, bagian dalam kubah juga dihiasi pola
geometris.
4. Lengkung Tapal Kuda
Setiap gaya arsitektur memiliki gaya kurva sendiri, di mana dua kolom
bertemu. Arsitektur Islam, mengenal bentuk melengkung dari lengkungan runcing
dan tapal kuda.

2.1.3 Prinsip ruang arsitektur Islam

Ada beberapa prinsip ruang dalam pendekatan arsitektur Islam, diantaranya:


1. Kombinasi Suksesif
Penggabungan modul ruang menjadi komposisi yang lebih besar, seperti
beberapa ruang tamu, merupakan kombinasi modul ruang paling dasar dengan
halaman terbuka. Perpaduan di atas kemudian berlanjut menjadi rumah tinggal,
keraton, madrasah, bahkan masjid. Tak satu pun dari bagian ini memiliki prioritas
estetika lebih dari yang lain. Sebaliknya, semua bagian disusun seperti mozaik
raksasa, saling terhubung satu sama lain.
2. Pengulangan Satuan
Pengulangan satuan merupakan komponen dari gabungan ruang tertutup dan
terbuka diulang dalam bentuk yang identik atau berbeda dalam struktur ruang yang
saling bertumpukan. Pengulangan ini juga terjadi pada unit interior bangunan dan
taman individu, dan pada kombinasi bangunan yang membentuk kompleks publik,
swasta, agama, rumah tangga atau pendidikan, sehingga membentuk lingkungan
perkotaan, desa atau perkotaan yang utuh.
3. Dinamisme
Pemahaman dan penghayatan masing masing seni ruang dalam Islam harus
diperoleh dengan bergerak secara berurutan melalui satuan-satuan ruang. Seni ruang
Islam harus diapresiasi secara dinamis, bukan dalam momen statis. Seperti seni Islam
lainnya, seni spasial harus dipahami dengan cara mengapresiasi bagian bagian
komponennya satu per satu.
4. Hiasan Penutup
Dekorasi penutup disebut juga penutup bahan bawah. Teknik overlay atau
penutup dekoratif dalam seni ruang merupakan elemen yang sangat penting dalam
ruang arsitektur Islam.
5. Transfigurasi Bahan
Permukaan dinding dapat diringankan secara visual dengan penempatan
relung, lengkungan buta, jendela, pintu, dan motif dekoratif lainnya, seperti kolom
ramping yang memperkuat dinding, dan kubah dengan lubang dan hiasan yang
menyembunyikan kualitas bahan dan berat seperti batu bata, batu atau beton.
6. Transfigurasi Struktur
Keunggulan desain struktur karya arsitektur menciptakan aspek keindahan.
Dalam karya arsitektur Islam, struktur juga berfungsi sebagai panduan arsitektur,
dan dapat dinikmati secara langsung dan sementara, dengan berjalan mengelilingi
atau menembus seluruh kompleks.
7. Transfigurasi Ruang Tertutup
Transfigurasi ruang tertutup dicapai bukan dengan menghilangkan dinding
pemisah, tetapi dengan menggunakan dinding terbuka, relung, kubah, dan atap untuk
menghilangkan kesan ruang yang padat dan terbatas. Ini membantu membebaskan
ruang untuk pergerakan manusia dan persepsi estetika di dalam ruang.

2.1.4 Pendekatan perancangan asitektur Islam

Didalam arsitektur Islam terdapat pendekatan-pendekatan yang berusaha untuk


memperlihatkan bagaimana sebuah pemikiran dan interpretasi terhadap Islam.
Pendekatan ini dapat berupa sebagai berikut:
1. Pendekatan Populis Revivalisme
Pendekatan ini berbicara tentang kondisi ideal dari umat Islam dalam metode
berpikir, baik cara hidup, pemahaman keagamaan dan konteks interaksi sosialnya.
Lebih berbicara tentang ide/upaya untuk membangkitkan kembali objek yang
dianggap perlu dan layak dihidupkan kembali. Revivalisme ini terjadi pada abad 17,
18 dan 19. Masa Dinasti Abbasiyah ketika Islam mengalami kemajuan yang pesat.
Produk arsitektur dimasa itu dianggap ideal sebagai pemahaman terhadap Arsitektur
Islam, yang biasanya disimbolkan dengan bangunanbangunan yang ada pada masa
kejayaan tersebut dengan segala elemen yang digunakan.
2. Pendekatan Eklektik Sejarah
Bentuk peniruan sebagian atau keseluruhan elemen dari arsitektur di masa lalu
atau masa kini. Lebih kepada metode dan aplikasi dari perancangannya. Eklektik
menggabungkan beberapa gaya dari berbagai jenis dan tipe arsitektur di masa lalu
dan masa kini ke dalam satu bangunan. Masalah yang sering muncul pada
pendekatan ini yaitu pembentukan karakter terhadap bangunan yang dihasilkan
mengalami krisis identitas, adaptasi desain terhadap kondisi setempat, serta masalah
penyesuaian antara elemen bangunan karena beberapa bangunan akan terlihat aneh
dan dipaksakan.
3. Pendekatan Regionalisme Kawasan
Melihat konteks lingkungan dari bangunan dengan segala kondisi fisik dan
sosial-budaya yang ada sebagai sebuah elemen yang penting. Pendekatan ini lahir
seiring dengan kebangkitan aliran Post Modern yang banyak mengkritik International
Style (keseragaman bangunan yang di bangun diseluruh dunia dengan desain serupa
tanpa melihat karakter dan potensi pada kawasannya). Pendekatan ini membuat
pemikir dan arsitek lebih melihat potensi yang ada pada kawasan untuk kemudian
menghasilkan bangunan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
4. Pendekatan Metafora dan Kejujuran Struktur
Pendekatan metafora mengambil simbolisasi suatu elemen dari Islam yang
dianggap mewakili digunakan ke dalam bentuk bangunan. Kejujuran struktur
memperlihatkan struktur secara jujur dan ide tentang keindahan yang lahir dari
struktur bangunan. Masalah dari pendekatan ini struktur yang seharusnya menjadi
elemen yang membantu dalam membina bangunan malah menjadi elemen utama
suatu bangunan, usaha melahirkan keindahan dari struktur akan melipatgandakan
biaya yang harus dikeluarkan sehingga perancangan menjadi tidak efisien dan
efektif.
5. Pendekatan Arsitektur Islam
Melalui Studi Nilai-Nilai Asasi dari Islam seperti Al-Qur‟an dan Sunnah
Keempat pendekatan di atas seluruhnya mengarah kepada pembahasan tentang objek
bangunan. Masalah utama dari pendekatan objek sering tidak memiliki akar
pemikiran yang kuat, lebih kepada pembentukan image dan tidak bertahan lama.
Karenanya pendekatan yang kelima ini lebih melihat aspek nilai dan prinsip dasar
yang ada dalam Islam. Yaitu dengan melihat ide, nilai dan prinsip Islam melalui
sumber-sumber agama. Metode ini memadukan antara ilmu tentang Islam dengan
segala aspeknya ke dalam arsitektur sebagai satu kesatuan yang saling mendukung
dan berkaitan.
Dari kelima uraian di atas, pendekatan dari arsitektur Islam yang akan diambil
sebagai fokus dalam perancangan Galeri Fashion Muslim Kontemporer Di Kota
Banda Aceh adalah pendekatan Arsitektur Islam melalui studi nilai-nilai asasi dari
Islam seperti Al-Qur’an dan Sunnah, karena selaras dengan tujuan dari perancangan
yang ingin menerapkan arsitektur Islam sebagai tema perancangan dalam hal
penerapan melalui studi nilai nilai Islam ke dalam bangunan sebagai bentuk respon
atas isu-isu

2.1.5 Interpretasi tema dalam perancangan

Ada beberapa implementasi yang akan dilakukan pada perancangan sesuai


dengan tema arsitektur Islam, diantaranya:
1. Layout
Penataan layout dilakukan berdasarkan pada batasan eksisting bangunan,
kebutuhan ruang, kebutuhan privasi pengguna dan kebutuhan sirkulasi. Penataan
yang tepat akan memberikan dampak yang positif pada perancangan, yaitu dapat
memudahkan para pengguna bangunan dalam melakukan aktivitasnya tanpa
menganggu aktivitas pengguna yang lainnya.
2. Taman
Konsep taman yang diterapkan adalah konsep dengan penggunaan elemen
softscape (air, vegetasi dan hewan) dan hardscape (perkerasan, dan fasilitas lain) dan
elemen desainlainnya yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu suara, warna dan aroma.
3. Cahaya
Permainan cahaya (shade and shadow) yang dapat menciptakan permainan
cahaya dan bayangan pada ruang luar bangunan, atas pemanfaatan sinar matahari
terhadap bentuk geometri pada ornamen-ornamen tertentu.
4. Massa Bangunan
Pengaturan massa bangunan dengan Mushalla dijadikan sebagai titik pusat
perhatian, yang merupakan salah satu konsep penataan ruang Islami, dimana
Mushalla sebagai pusat orientasi.
5. Material
Pemilihan material yang akan digunakan pada rancangan adalah material
perpaduan, antara material buatan dan material alami. Pemilihan material alami
adalah salah satu dari penerapan nilai Islam, yang memberikan kesan natural dan
sejuk. Terdapat estetis dari penggunaan batu alam alami maupun buatan dan tanaman
alami pada rancangan yang memberikan suasana alami. Dan juga penggunan unsur
air sebagai elemen yang penting dalam desain bangunan yang Islami.
6. Ornamen
Bentuk dari ornamen yang diharapkan adalah bentukan hasil dari eksplorasi
dasar-dasar ornamen Islam, yang telah bertransformasi menjadi bentuk bentuk yang
lebih lembut dan modern.
7. Warna
Pemilihan warna dalam proses merancang adalah salah satu hal yang tidak
kalah penting dari hal yang lainnya, warna akan sangat berpengaruh pada kualitas
dan suasana suatu ruang. Penerapan warna yang digunakan adalah warna putih,
karena warna putih yang secara konotatif dijadikan simbol kebaikan yang sekaligus
menempati posisi yang istimewa dalam Islam. (warna pakaian ihram umat Muslim
ketika berhaji adalah warna putih, yang menekankan bahwa semua umat adalah sama
dimata-Nya).
8. Pembagian Ruang
Penataan dan pembagian ruang merujuk pada 3 unsur kegiatan dalam Hukum
Islam, yaitu: Hablumminallah (Mushalla atau ruang shalat), Habluminannas (Butik,
fasilitas desainger, fasilitas promosi produk, fasilitas workshop, fasilitas food court
dan fasilitas lain yang berhubungan dengan manusia), Hablumninalalam (Sirkulasi
tapak, ruang pengolahan limbah sisa kain, dan taman).
9. Suara, Temperatur dan Pencahayaan
Suara yang bising dan keras dapat menggangu ketenangan pelaku pengguna
bangunan. Penerapannya adalah dengan menciptakan ruang yang kedap suara
sehingga tidak menggangu ketenangan dan aktivitas pengguna ruangan lain.
Sementara temperatur pada ruang dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna dan
kualitas produk desain. Penerapannya adalah dengan menciptakan bukaan yang
mencukupi pada ruang tertentu untuk menjaga kelembapan ruang. (thermal confor
yang biasa di Indonesia berkisar antara 25,4°C sampai 28,9°C). Disisi lain ,
pencahayaan dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna dan fungsi ruang.
Minimnya cahaya pada ruang tertentu dapat menghambat proses aktivitas pelaku
pengguna ruang.

2.2. Galeri Fashion Muslim Kontemporer

Galeri adalah selasar atau tempat atau dapat pula diartikan sebagai tempat yang
memamerkan karya seni tiga dimensional karya seorang atau sekelompok seniman
atau bisa juga didefinisikan sebagai ruangan atau gedung tempat untuk memamerkan
benda atau karya seni (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003).
Sementara Islamic Fashion adalah fashion yang memperhatikan kaidah-kaidah atau
aturan aturan yang telah ditetapkan dalam Islam. Pakaian bukan hanya masalah
budaya dan mode, namun dalam. Untuk kontemporer sendiri berarti suatu sikap
berkesenian yang sejalan dengan konsep seni modern yang berorientasi pada
masalah-masalah kehidupan masa kini. Gedon, 1991).
Dengan demikian, galeri fashion muslim kontemporer merupakan suatu
ruangan atau gedung untuk memamerkan pakaian muslim yang berorientasi dengan
kehidupan masa kini namun juga tetap memperhatikan kaidah-kaidah yang telah
diatur oleh Islam.

2.2.1 Karakteristik fashion

Ada beberapa karakter dari fashion, diantaranya sebagai berikut:


1. Bebas
Fashion selalu berubah dan memberikan kejutan baru bagi para peminat
fashion dengan mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.
Mode dalam setiap tahun dapat menggambarkan keadaan fashion tertentu.
Fashion selalu beradaptasi dengan tempat dan waktu, dengan melihat tempat dan
waktu, tren fashion itu dapat diterima masyarakat
2. Dinamis
Perkembangan fashion tidak statis atau diam ditempat, melainkan terus
mengalami perkembangan dan pertumbuhan dengan sangat cepat.
3. Berputar
Gaya atau tren dari fashion yang sekarang atau yang sudah berlalu merupakan
siklus yang selalu berputar. Fashion selalu berubah dari setiap zaman, namun
sebenarnya fashion tidak benar-benar berubah, hanya dimodifikasi sedemikian rupa.
4. Menonjolkan diri
Fashion dapat memberikan keadaan dimana seseorang dapat berekspresi dan
mengembangkan model pakaian dengan gaya sendiri, yang memberikan kesan
menarik bagi orang yang melihatnya
Pada perancangan ini, penerapannya perancangan Galeri Fashion Muslim
Kontemporer ini adalah bagaimana dapat menciptakan wujud arsitektur yang dapat
bersifat dinamis dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dalam hal
penerapan nilai-nilai islami.

2.2.2 Fungsi galeri fashion

Fungsi dan tujuan utama dari galeri fashion ini adalah menyediakan tempat
yang mampu menjadi pusat dari berbagai aktivitas yang berkaitan dengan fashion.
Selain itu, galeri fashion juga dapat menyediakan wadah bagi para pengamat,
perancang dan bahkan pengunjung atau masyarakat baik dari dalam daerah maupun
luar daerah yang memiliki ketertarikan dalam dunia fashion.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi objek rancangan

Perancangan Galeri Fashion Muslim Kontemporer Di Kota Banda Aceh


merupakan salah satu rancangan bangunan yang diharapkan dapat menjadi platform
yang bisa mewadahi perkembangan dunia fashion muslim di Aceh. Perancangan
Galeri Fashion Muslim Kontemporer yang mengambil tema arsitektur Islam
diharapkan dapat menghadirkan berbagai fasilitas dengan wujud pendekatan
arsitektur Islam sehingga dapat memfasilitasi segala kegiatan dunia fashion secara
terpadu dalam satu kesatuan yang dapat meningkatkan citra Islam di Kota Banda
Aceh.
Perancangan ini nantinya akan berlokasi di Jalan Sultan Malikul Saleh, Lhong
Raya, Banda Raya, Kota Banda Aceh, Aceh (lihat gambar 1). Peruntukan lahan
sesuai dengan rencana pengembangan wilayah kota Banda Aceh merupakan faktor
utama yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan lokasi ini.

Gambar 1. Lokasi perancangan


(Sumber: Google earth dengan modifikasi, diakses pada tanggal 04 Oktober 2023)

3.2 Analisis Tapak

3.2.1 Analisis matahari

Lokasi perencanaan berada pada zona iklim tropis dengan suhu rata-rata yang
relatif tinggi. Hal ini disebabkan oleh perputaran matahari yang selalu vertikal. Oleh
karena itu, orientasi bangunan yang mendapatkan cahaya matahari lebih banyak
seperti arah Barat dan Timur (lihat gambar 2) dapat dimanfaatkan untuk daylighting
atau penerangan alami di dalam bangunan sehingga bisa meminimalisir penggunaan
listrik pada bangunan dan biaya menjadi lebih efisien. Sementara itu, penggunaan
vegetasi peneduh yang maksimal atau secondary skin berfungsi sebagai buffer pada
bagian tapak yang terpapar sinar matahari juga dapat dilakukan jika gedung yang
dirancang harus memiliki bukaan yang banyak.

Gambar 2. Analisis matahari pada tapak


(Sumber: Google earth dengan modifikasi, diakses pada tanggal 04 Oktober 2023)

3.2.2 Analisis angin

Angin merupakan penghawaan alami pada bangunan. Secara umum, angin


akan bertiup dari timur dan barat. Angin dikendalikan oleh benda-benda yang
mengelilingi tapak, seperti bangunan disekitar tapak. Angin di lokasi relatif sejuk
karena terdapat beberapa vegetasi di area lokasi yang menghambat angin bergerak
menuju lokasi (lihat gambr 3). Pemanfaatan angin yang dapat masuk kedalam
bangunan dapat meminimalisir penggunaan AC sehingga dengan meminimalisir
bukaan pada bangunan dapay terjadinya proses pertukaran aliran udara didalam
bangunan dengan baik.
Gambar 3 . Analisis arah angin pada tapak
(Sumber: Google earth dengan modifikasi, diakses pada tanggal 04 Oktober 2023)

3.2.3 Analisis kebisingan

Lokasi perencanaan berada dikawasan dimana kebisingan tinggi dihasilkan


dari suara kendaraan motor yang melewati jalan Jl. Sultan Malikul saleh dan
pertokoan yang berada disekitar lokasi (lihat gambar 4). Sementara kebisingan
sedang berasal dari perumahan warga yang berada disekitar lokasi dan kebisingan
rendah berasal dari bagian belakang site yang merupakan lahan kosong dan
persawahan.
Dengan demikian, meletakkan posisi bangunan lebih ke arah belakang untuk
menjauhkan sumber kebisingan yang berasal dari jalan utama dapat diakukan untuk
meminimalisir kebisingan yang ada. Selain itu, Zona yang menghasilkan kebisingan
dengan tingkat tinggi, sebaiknya dilakukan penambahan buffer berupa vegetasi yaitu
pepohonan yang dapat mereduksi kebisingan juga sebagai filter polusi yang bersala
dari jalan utama

Gambar 4. Analisis kebisingan pada tapak

3.2.4 Analisis aksesbilitas

Jalan utama menuju lokasi perencanaan yaitu Jl. Sultan Malikul Saleh, yang
merupakan jalan arteri sekunder, dengan ukuran lebar jalan ±20 m yang merupakan
jalur dua arah (lihat gambar 5). Pada sisi selatan dari lokasi perencanaan terdapat
sebuah jalan kecil dengan ukuran ±5 m, yang bisa dijadikan sebagai jalur servis.
Menyesuaikan akses entrance pada lokasi perencanaan untuk menghindari
kemacetan, dengan membedakan jalan masuk, jalan keluar dan jalur servis adalah
salah satu bentuk respon dari aksesbilitas yang ada di sekitar tapak.

Gambar 5. Analisis aksesibilitas pada tapak


3.3 Pengaplikasian Konsep Arsitektur Futuristik Pada Objek Perancangan

Perancangan Galeri Fashion Muslim Kontemporer Di Kota Banda Aceh


mengaplikasikan tema arsitektur Islam dimana desain bangunan diharapkan mampu
menjadi pemicu kota Banda Aceh dengan perkembangan fashion muslim tertinggi di
Indonesia. Menghadirkan berbagai fasilitas dengan wujud pendekatan Arsitektur
Islam juga agar dapat memfasilitasi segala kegiatan dunia fashion secara terpadu
dalam satu kesatuan yang dapat meningkatkan citra Islam di Kota Banda Aceh.
Disisi lain, mendesain wujud galeri dengan pendekatan tema Arsitektur Islam juga
agar selaras dengan lingkungan Islam sehingga dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat di Aceh umumnya dan Kota Banda Aceh khususnya.

3.3.1 Implementasi arsitektur Islam pada perancangan kawasan bangunan

1. Tapak

Pengaturan zoning pada perancangan Galeri Fashion Muslim Kontemporer di


Kota Banda Aceh ini menggunakan penerapan nilai-nilai Islam, yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam konsep Arsitektur Islam. Peletakan zona-zona kegiatan yang akan
dilakukan didalam perancangan Galeri Fashion Muslim Kontemporer di Kota Banda
Aceh ini dibagi menjadi 4 diantaranya yaitu zona publick semi publik, privat dan
servis.

2. Bentuk dan Tata Massa Bangunan

Konsep bentuk yang dipilih berupaya untuk menciptakan bangunan yang serasi
dengan keindahan alam sekitarnya. Ide Bentuk bangunannya terinspirasi dari gerakan
sholat. Dimana gerakan tersebut menciptakan irama yang bervariasi. Respon tersebut
berupa pemilihan bentuk bangunan yang membentuk persegi empat sama sisi agar
bangunan dan lingkungan tapak berbaur dengan baik tanpa didominasi oleh apapun.

Gambar 6. Ide Bentuk Bangunan

3. Layout

Penataan layout dilakukan berdasarkan batasan eksisting bangunan, kebutuhan


ruang, kebutuhan privasi pengguna dan kebutuhan sirkulasi.
4. Taman

Konsep taman yang diterapkan adalah konsep dengan penggunaan elemen


softscape (air, vegetasi dan hewan) dan hardscape (perkerasan, dan fasilitas lain) dan
elemen desain lainnya yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu suara, warna dan aroma.

3.3.2 Implementasi inclusive design pada perancangan bangunan

1. Cahaya

Permainan cahaya (shade and shadow) yang dapat menciptakan permainan


cahaya dan bayangan pada ruang luar bangunan.

2. Material

Pemilihan material alami adalah salah satu dari penerapan nilai Islam, yang
memberikan kesan natural dan sejuk. Terdapat estetis dari penggunaan batu alam
alami maupun buatan dan tanaman alami pada rancangan yang memberikan suasana
alami.

3. Ornamen

Permainan bentuk pada fasad bangunan dengan penggunaan ornamen-ornamen


yang berbentuk persegi. dikarenakan persegi merupakan salah satu bentuk geometri
yang juga menjadi salah satu ciri Arsitektur Islam.

Gambar 7. Bentuk Fasad pada Bangunan

4. Warna

Penerapan warna yang digunakan adalah warna putih, karena warna putih yang
secara konotatif dijadikan simbol kebaikan yang sekaligus menempati posisi yang
istimewa dalam Islam.

5. Pembagian Ruang

Penataan dan pembagian ruang merujuk pada 3 unsur kegiatan dalam Hukum
Islam, yaitu: Hablumminallah (Mushalla atau ruang shalat), Habluminannas (Butik,
fasilitas desainger, fasilitas promosi produk, fasilitas workshop, fasilitas food court
dan fasilitas lain yang berhubungan dengan manusia), Hablumninalalam (Sirkulasi
tapak, ruang pengolahan limbah sisa kain, dan taman).

4. KESIMPULAN

Penerapan syariat Islam bagi semua masyarakat di Aceh merupakan salah satu
status khusus yang diberikan pemerintah kepada daerah Aceh. Penerapan syariat
Islam ini berawal dari mayoritas masyarakat Aceh yang menganut agama Islam.
Dalam kehidupan syariat Islam ini, ada banyak hal yang perlu diperhatikan oleh
masyarakat Aceh. Salah satunya adalah memperhatikan penggunaan pakaian atau
fashion mereka yang harus sesuai syariat Islam.
Trend busana muslim yang saat ini sangat sejalan dengan kondisi sosial budaya
yang melekat pada masyarakat Aceh, tentu saja tidak dapat dipungkiri bahwa industri
fashion merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan di Aceh.
Perancangan Galeri Fashion Muslim Kontemporer yang berlokasi di Jalan Sultan
Malikul Saleh, Lhong Raya, Banda Raya, Kota Banda Aceh, Aceh diharapkan dapat
menjadi wadah yang dapat mendukung dan mewadahi perkembangan dunia fashion
muslim di Aceh. Dengan adanya perancangan ini, Kota Banda Aceh diharapkan juga
dapat menjadi pemicu kota dengan perkembangan fashion muslim tertinggi di
Indonesia.Menghadirkan berbagai fasilitas dengan wujud pendekatan Arsitektur
Islam juga agar dapat memfasilitasi segala kegiatan dunia fashion secara terpadu
dalam satu kesatuan yang dapat meningkatkan citra Islam di Kota Banda Aceh.

DAFTAR PUSTAKA

Kaiser, Susan B. (2019). Fashion And Cultural Studies. Bloomsbury Visual Arts.
Kawamura, Yuniija. (2005). Fashion.ology : an introduction to fashion studies. Berg.
Hasyim, “Darwati Lauching Asosiasi Perancang Fashion Aceh”,
aceh.tribunnews.com, diunduh Maret 2023
Salman Mardira, “Aceh Berpotensi Jadi Pusat Fesyen Muslim”,
lifestyle.okezone.com, diunduh Maret 2023.
Nur Khaerat Sidang, “Fenomena Trend Fashion Jilbab dalam Keputusan Pembelian
Jilbab (Studi pada Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam)”, Skripsi, UIN Alauddin
Makassar, Makassar, 15 Desember 2016, Hlm. 19.
Admin, “Afternoon Tea Fashion IFC Aceh”, http:www.noor.magazine.com, di unduh
3 Maret 2023.
Salman Mardira (Okezone), “Aceh Berpotensi Jadi Pusat Fesyen Muslim”,
https:lifestyle.okezone.com, di unduh Rabu 24 Februari 2016.
Aris Afandi, “Graha Mode Busana di Surakarta”, Tugas Akhir, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, September 2004, Bab 2 Hlm. 11.
Rara Kurniawati, “Kawasan Mode Tekstil di Makassar” Skripsi, Universitas Islam
Negeri Alauddin, Makassar, 18 Juli 2017, Hlm. 17.
Yusof, Z. B., “Islam and Architecture, architectural interpretation from the values of
the AlQur‟an and Sunnah”, International Islamic University Malaysia, Chapter
2, June 2011, hal. 7.

Anda mungkin juga menyukai