Anda di halaman 1dari 25

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No.

1 Juni 2020

Nama : HAJERA
Npm : 2021260008

1. Apa yang anda ketahui tentang Arsitektur Moore?



Arsitektur Moor adalah tradisi arsitektur budaya Moor di Maghreb dan
semenanjung Iberia. Sedangkan Moor (bahasa Arab: ‫ ;ﻣﻮرﯾﻮن‬bahasa
Spanyol: Moro) adalah orang Muslim dari zaman pertengahan yang
tinggal di Al-Andalus (Semenanjung Iberia termasuk Spanyol dan
Portugis zaman sekarang) dan juga Maroko dan Afrika barat, yang
budayanya disebut Moorish. Kata ini juga digunakan di Eropa untuk
menunjuk orang yang memiliki keturunan Arab atau Afrika. Nama Moor
berasal dari suku kuno Maure dan kerajaan Mauritania

2. Carilah journal sebanyak-banyaknya mengenai Arsitektur Islam yang
berhubungan dengan Arsitektur Moor

Journal 1
http://widyastana.upnjatim.ac.id/index.php/widyastana/article/view/9/10

ISLAMIC CENTER DI KABUPATEN GRESIK DENGAN


PENDEKATAN ARSITEKTUR MOORISH

Chintya Dinni Asriyanti¹, Eva Elviana²


1
Mahasiswa Program Studi Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur e-
mail: chintya.asriyanti02@gmail.com
2
Dosen Program Studi Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur

ABSTRAK
Islamic Center merupakan suatu tempat pertemuan dimana diadakannya acara keislaman baik
dalam kegiatan aqidah, akhlak dan syariah. Islamic Center ini berada di KecamatanBalongpanggang,
Kabupaten Gresik. Dimana lokasi in iberada di wilayah pengembangan serta berada pada jalan kolektor
primer, yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah
dan pusat kegiatan local atau kawasan-kawasan berskala kecil dan pelabuhan pengumpan regional dan
pelabuhan pengumpan lokal. Kabupaten Gresik terkenal dengan sebutan kota wali maupun kota santri
karena adanya potensi wisata religi berupa makam Sunan Giri dan Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Disamping itu memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak. Saat ini fasilitas kegiatan keislaman dinilai
masih kurang mewadahi oleh pihak pemerintah, karenanya maka Pemerintah Kabupaten Gresik
merencanakan sebuah fasilitas Islamic Center. Dimana fasilitas ini sudah pernah dilakukan perencanaan
sebelumnya sehingga dalam perencanaan ini bersifat usulan desain. Perancangan Islamic Center ini
menggunakan metode perancangan combined metaphor, dimana yang dimetaforakan bersifat tangible
metaphor dan intangible metaphor. Dalam intangible metaphor menerapkan tema “Islamic
Religious Behavior” dengan religious berlandaskan pada 5 (lima) rukun islam yang akan diterapkan dalam
tampilan maupun hierarki bangunan. Sedangkan pada aspek tangible metaphor menggunakan pendekatan
Arsitektur Moorish sebagai penerapan aplikasi langgamnya. Tampilan beberapa bangunan keislaman di
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

Kabupaten Gresik saat ini banyak menggunakan arsitektur lokal Gresik sehingga rancangan Islamic Center
ini ingin menampilkan visual arsitektur yang berbeda dari yang sudah ada, sehingga menggunakan
Arsitektur Moorish sebagai langgamnya. Arsitektur Moorish merupakan perkembangan dari arsitektur
islam yang dicirikan pada penggunaan elemen lengkung (horseshoe) pada jendela maupun pintu,
penggunaan dome, minaret, warna yang berselang-seling dengan material batu maupun bata, menggunakan
ornament dengan sudut lancip, dan kaya akan ornamen, dan sebagainya. Arsitektur Moorish merupakan
perpaduan dari arsitektur bergaya barat (Byzantium) dan arsitektur bergaya timur (sassanid). Dengan
Islamic Center ini diharapkan mampu menarik minat pengunjung/wisatawan dan mampu menghalau
budaya asing. Serta mampu mempertahankan dan memperkenalkan budaya islam di Kabupaten Gresik
kepada masyarakat luas.

Kata Kunci: Islamic Religious Behavior, Arsitektur Moorish.

THE ISLAMIC CENTER IN GRESIK REGENCY APPROACH WITH


MOORISH ARCHITECTURE ABSTRACT

Islamic Center is a meeting place where Islamic events are held both in aqidah, morals and sharia
activities. This Islamic Center is located in Balongpanggang District, Gresik Regency. Where this location
is in the development area and is on a primary collector road, which was developed to serve and connect
cities between regional activity centers and local activity centers or small scale areas and regional feeder
ports and local feeder ports.Gresik Regency is known as the guardian city and the city of students because
of the potential for religious tourism in the form of the tomb of Sunan Giri and the Tomb of Sheikh Maulana
Malik Ibrahim. Besides that, it has the most Muslim population. At present the Islamic activity facilities
are deemed to be lacking in accommodating by the government, therefore the Gresik district government
plans an Islamic Center facility. Where this facility has been previously planned so that in this planning
is a design proposal.The design of the Islamic Center uses a combined metaphor design method, where
the metaphor is tangible metaphor and intangible metaphor. In the intangible metaphor applying the
theme "Islamic Religious Behavior" with religion based on 5 pillars of Islam that will be applied in the
appearance and hierarchy of buildings. Whereas in the tangible metaphor aspect it uses the Moorish
Architecture approach as the application of its customers.The appearance of some Islamic buildings in
Gresik Regency currently uses a lot of local architecture in Gresik so that the design of the Islamic Center
wants to display architectural visuals that are different from those that already exist, so using Moorish
Architecture as its style. Moorish architecture is the development of Islamic architecture which is
characterized by the use of curved elements (horseshoe) on windows and doors, the use of domes,
minarets, colors alternating with stone or brick material, using ornament with sharp angles, and rich in
ornaments, and so on . This Moorish architecture is a fusion of western-style architecture (Byzantium)
and eastern-style architecture (sassanid). With this Islamic Center it is expected to be able to attract the
interest of visitors / tourists and be able to banish foreign culture. And able to maintain and introduce
Islamic culture in Gresik Regency to the wider community.

Keywords: Islamic Religious Behavior, Moorish Architecture

PENDAHULUAN

Masuknya modernisme di Indonesia tanpa filtrasi yang baik dan dengan


perkembangan teknologi yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan moral pada
masyarakat. Untuk mendukung ketiga aspek dan sebab masuknya modernism maka
dibutuhkan fasilitas yang dapat mewadahinya. Menurut Fiza (2017) pada zaman Nabi
Muhammad SAW fasilitas yang dapat mewadahi ketiga aspek tersebut adalah masjid,
pada zaman ini masjid tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah saja, akan tetapi
menjadi pusat kegiatan baik itu dari segi politik sosial dan budaya. Seiring dengan
perkembangan zaman tempat yang menjadi pusat kegiatan keislaman di Indonesia
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

disebut dengan Islamic Center. Sehingga perencanaan pembangunan Islamic Center di


Kabupaten Gresik dengan Pendekatan Asitektur Moorish merupakan pusat
pengembangan kegiatan Islam baik yang bersifat pendidikan dakwah ke-Islaman
maupun bersifat budaya seni ke-Islaman dengan dasar pendekatan arsitektur Moorish.
Menurut buku petunjuk pelaksanaan proyek Islamic Center di seluruh Indonesia
tahun 1976 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Departemen Agama RI, Islamic Center merupakan sebuah lembaga dakwah yang
berfungsi sebagai tempat atau wadah pusat kegiatan keislaman baik bersifat pendidikan
dakwah maupun budaya seni keislaman. Dengan memiliki fungsi sebagai berikut: 1)
Pusat penampungan, penyusunan, perumusan hasil dan gagasan mengenai
pengembangan kehidupan agama dan kebudayaan Islam. 2) Pusat penyelenggaraan
program latihan pendidikan non-formal. 3) Pusat penelitian dan pengembangan
kehidupan agama dan kebudayaan Islam. 4) Pusat penyiaran agama dan kebudayaan
Islam. 5) Pusat koordinasi, sikronisasi kegiatan pembinaan dan pengembangan dakwah
Islamiah. 6) Pusat informasi, komunikasi masyarakat luas pada umumnya dan pada
masyarakat muslim pada khususnya.
Islamic Center di Kabupaten Gresik termasuk Islamic Center tingkat Kabupaten.
Yaitu Islamic Center yang mencakup lingkup local kabupaten dan mempunyai masjid
bertaraf kabupaten, yaitu masjid agung, yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang
bertaraf lokal dan lebih banyak berorientasi pada operasional pembangunan dakwah
secara langsung.
Perencanaan Islamic center ini dimiliki oleh pemerintah sehingga pemilihan
lokasi telah ditetapkan oleh Kemenag (Kementrian Agama) dengan lokasi site berada di
Jl. Raya Pilang Rejo, Area Sawah, Wahas, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten
Gresik. Daerah ini berada pada daerah pengembangan serta berada pada jalan kolektor
primer dimana jalan ini dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota
antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan-kawasan
berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal.

METODE

Dalam penentuan perancangan Islamic Center ini menggunakan tema“Islamic


religious behavior”. Maksud dan tujuan dari tema tersebuta dalah agar masyarakat
muslim di Kabupaten Gresik memiliki etika perilaku Islami yang lahir dari pergumulan
keagamaan yang dialami selaku muslim. Bisa jadi dari pengalaman intelektual
(intellectual exercise) yang didapatkan dari mempelajari agama, atau bisa jadi dari
pergumulan lain seperti kesadaran, mental, pikiran, muatan, imajinasi dan sebagainya.
Sehingga membentuk kebiasaan dan menjadi karakter pribadi maupun karakter sosial
masyarakat muslim dalam skala besar.
Metode yang digunakana dalah combined metaphor dimana menurut Antoniades
(1992) dalam bukunya Poetic of Architecture, disebutkan bahwa terdapat tiga jenis
kategori dari pendekatan metafora dalam arsitektur. Ketiga jenis itu adalah Metafora
tangible, Metafora intangible, dan Metafora combine. Pada metafora combine yang
dimetaforakan dari metafora tangible yaitu karakteristik arsitektur Moorish berdasarkan
dari cirri tampilan fasad karakteristik yang menggunakan horseshoe, ornament
arsitektur Islam, kubah, Menara, dan sebagainya. Sedangkan pada metafora intangible
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

yang digunakan adalah Perilaku masyarakat muslim yang berasal dari 5 rukun islam.
Karena arsitektur Moorish juga termasuk arsitektur islam sehingga Arsitektur Moorish
juga menganut etika perilaku muslim.
Sehingga dalam menentukan pendekatan didapat dari melihat perkembangan
arsitektur islam di Kabupaten Gresik yang mana terdapat sebuah peninggalan berupa
Masjid Sunan Giri. Dalam bangunan tersebut menggunakan langgam Arsitektur
Moorish sehingga dalam perencanaan Islamic Center ini menggunakan pendekatan
Arsitektur Moorish.
Arsitektur gaya Moorish merupakan arsitektur yang berkembang di Spanyol dengan
didominasi oleh Alhambra of Granada pada awal abad ke-19. Seperti yang dikatakan
oleh seorang sejarawan seni: ‘gaya orang Moor adalah orang Barat konsep dan dalam
arti luasnya menunjukkan gaya yang berasal dari Islam, elemen desain yang ditemukan
di negara-negara mulai dari Spanyol berada Barat, ke Mogul India, berada di Timur.”
(Ivan, 2001)

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Aplikasi Konsep PolaTata Massa dan Sirkulasi


Aplikasi konsep tapak diambil dari tema Islamic Religious Behavior yang mana
pengambilan religious yaitu berasal dari landasan lima rukun Islam. Yang diterapkan
dalam konsep tapak yaitu pada rukun islam yang ke-5, yaitu pada rukun haji yang ke-2
yaitu thawaf. Thawaf dalam artianya itu mengelilingi ka’bah berjumlah 7x dengan arah
yang berlawanan dengan arah jarum jam. Islamic Center ini memiliki 5 massa yang
berasal dari rukun Islam yang ke-2 yaitu sholat. Sholat memiliki 5 waktu yang juga
diterapkan pada penerapan 5 fungsi ruang. Ruang tersebut terdiri dari Gedung Utama
(Masjid), Gedung Serba Guna, Gedung Pendidikan, Guest House dan area plaza
manasik haji.

Gambar 1.Tatanan Massa Islamic Center


Sumber: Analisa Penulis (2020)
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

b. Aplikasi Bentukan Massa Bangunan


Islamic Center di Kabupaten Gresik mempunyai 5 massa berasal dari bentuk
geometri dasar persegi. Persegi yang memiliki makna kesederhanaan ruang. Kemudian
di transformasikan menjadi bentuk yang menyerupai ornament favorit arsitektur
Moorish yaitu memiliki bentukan tajam di setiap ujungnya.

Kemudian dirotate sehingga


membentuk segi delapan
seperti pada karakteristik
Dengan bentuk
arsitektur Moorish
dasar persegi

Gambar 2.AplikasiBentukan Massa


Sumber: Analisa Penulis (2020)

c. Aplikasi Tampilan Bangunan


Pada pendekatan arsitektur Moorish yang diambil adalah elemen arsitekturnya.
Yaitu dalam penggunaan ornament, Horseshoe, kubah, Menara, warna yang
berselangseling, dekorasi, dan sebagainya.
Penerapan kubah berdasarkan tema islamic religious behavior dimana tema
religious diambil dari habluminallah dan habluminannas sehingga penggunaan satu
kubah yang besar dan dikelilingi oleh kubah kecil. Makna dari kubah besar sebagai
tuhannya yang disembah oleh makhluknya.

Kubah

Ornamen Horseshoe
arsitektur
Moorish
Ornamen

Gambar 3.Aplikasi Tampilan Masjid


Sumber: Analisa Penulis (2020)
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

Penerapan
ornament
rukunislam
yang ke-3 yaitu
zakat.

Gambar 4.Aplikasi Tampilan GSG


Sumber: Analisa Penulis (2020)

Dome yang
berongga
Ornamen
arsitektur
Moorish

Horseshoe

Gambar 5. Aplikasi Tampilan Guest House


Sumber: Analisa Penulis (2020)

Horseshoe
dengan kisi
kayu, agar
menampilkan
klasiknya
arsitektur
Moorish

Gambar 6. Aplikasi Tampilan Gedung Pendidikan


Sumber: Analisa Penulis (2020)
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

Ornament

Moorish Horseshoe
Gambar 7. Aplikasi Tampilan Massa Bangunan
Sumber: Analisa Penulis (2020)

d. Aplikasi Ruang Dalam


Ruang dalam di Islamic Center di Kabupaten Gresik yaitu berdasarkan pendekatan
Arsitektur Moorish, sehingga pemberian ornament islam dan kaligrafi agar
mengingatkan kepada Allah, SWT. Arsitektur islam juga bersifat tidak merusak
lingkungan dengan memberikan cross ventilation, pencahayaan dan penghawaan alami,
material dari alam, dan sebagainya.

Gambar 8. Penggunaan warna yang Gambar 9. Penerapan skylight pada dome yang
menenangkan menampilkan kesan akan kebesaran Tuhan
Sumber: Analisa Penulis (2020) Sumber: Analisa Penulis (2020)
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

Gambar 10. Penerapan penghawaan dan Gambar 11. Penerapan Ceruk


pencahayaan alami dengan roster Pada Interior Masjid
Sumber: Analisa Penulis (2020) Sumber: Analisa Penulis (2020)

Gambar 12. Aplikasi ruang dalam pada massa utama masjid

Sumber: Analisa Penulis (2020)

e. Aplikasi Struktur dan Material


Aplikasi struktur material menggunakan struktur rigid frame dengan kolom balok
sebagai rangkanya. Dengan bangunan terdiri dari 2-3 lantai dengan 2 massa yang diberi
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

groundfloor, digunakan sebagai area parkir. Dengan struktur atap yang digunakan pada
dome adalah struktur rangka permukaan bidang lengkung.

Gambar 13. Penerapan Struktur Pada Massa Gambar 14. Penerapan Struktur Pada Massa GSG
Utama (Masjid) Sumber: Analisa Penulis (2020)
Sumber: Analisa Penulis (2020)

Rangka dome
menggunakan
ornament
arsitektur islam

Mengguna-
kan
struktur
kolom
balok

Rangka dome Rangka dome


menggunakan bentuk menggunakan bentuk garis
seperti lambing sains lengkung yang fleksibel
Tampak atas (ilmu pengetahuan) (seperti pola tidur)

Dinding rooster
dengan pola
ornament
arsitektur
moorish

Gambar 15. Penerapan Struktur Pada Gambar 16. Penerapan struktur pada
Massa Bangunan Pendidikan massa Bangunan Guest House
Sumber: Analisa Penulis (2020) Sumber: Analisa Penulis (2020)
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

Gambar 17. Penerapan material alami bata Gambar 18.Penerapan material alami kayu
ekspos yang menampilkan kesan arsitektur yang member kesan klasik
moorish Sumber: Analisa Penulis (2020)
Sumber: Analisa Penulis (2020)

Gambar 19. Penerapan struktur Gambar 20. Penerapan struktur ruang


rangka permukaan bidang dalam pada masjid dengan menggunakan
lengkung konsep arsitektur Moorish
Sumber: Analisa Penulis (2020) Sumber: Analisa Penulis (2020)
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

KESIMPULAN

Gambar 21. Penerapan Struktur Dome Pada Tiap Massa


Sumber: Analisa Penulis (2020)

Islamic Center di Kabupaten Gresik diharapkan mampu menampung aktivitas


keislaman sesuai dengan kaidah keislaman yang berlaku, sehingga Islamic Center
diberikan untuk mempertahankan dan memperkenalkan budaya di Kabupaten Gresik
kepada masyarakat luas dengan menggunakan langgam yang berbeda dari masjid pada
umumnya,yaitu langgam Arsitektur Moorish serta menggunakan tema rancangan yang
bersifat keislamanya itu Islamic Religious Behavior yang diambildari lima rukun Islam,
dimana tema tersebut diterapkan dalam tampilan maupun perilaku berdasarkan
masyarakat muslim. Dengan langgam Arsitektur Moorish ini diharapkan mampu
menampilkan kesan klasik dan berbeda dari bangunan masjid lainnya.

SARAN

Dalam beberapa rancangan bangunan keislaman yang lain dapat menggunakan


budaya keislaman sebagai aplikasi konsep maupun rancangan desain sehingga mampu
menampilkan ke-khasan bangunan yang akan mampu menarik minat pengunjung untuk
beribadah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ungkapan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat


rahmat, hidayah serta ilmunya. Serta terima kasih kepada Ibu Ir. Eva Elviana, MT selaku
ketua program studi Arsitektur UPN “Veteran” Jawa Timur, sekaligus sebagai dosen
pembimbing, terima kasih atas ilmunya, masukan dan arahan selama proses penyusunan
jurnal tugas akhir ini.
Terimakasih pula penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Muchlisiniyati S, MT. dan
Bapak M. Pranoto S, ST, MT. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, kritik
dan arahan sekaligus bimbingan tambahan terhadap jurnal tugas akhir ini.
Ucapan terima kasih, terutama kepada kedua orang tua dan adik yang selalu
mendukung baik moral maupun financial selama perkuliahan di UPN “Veteran” Jawa
Timur ini. Serta mas Ahmad Firdaus Rifa’I Fadli dan teman-teman kelompok belajar
selama 4 tahun ini Diah, Tiffany, Jogi, Indro, Fajar, Joko yang telah membantu selama
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020

perkuliahan berlangsung. Dan segala pihak yang belum disebutkan yang memiliki andil
dalam penyusunan jurnal ini.
Dengan terselesaikannya jurnal ini, maka seluruh isi sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Besar harapan penulis agar jurnal ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Antoniades, Anthony C, 1990, Poetics of Architecture: Theory of Design,United States


of America, Library Congress Cataloging in Publication Data

Dave. 2013. Moorish Revival: Kebangkitan Arsitektur Islam.


http://mengakubackpacker.blogspot.com/2012/07/moorish-revival-
kebangkitanarsitektur.html (25 November 2019)

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Departemen Agama RI, 1976, Buku


Petunjuk Pelaksanaan Proyek Islamic Center di seluruh Indonesia, Kementerian
Agama Republik Indonesia

Enzeta, Fachry dan Zulkarnain. 2016. Arsitektur Islam Dan PengaruhnyaTerhadap


Desain Masjid.http://arsibook.blogspot.com/2016/11/arsitektur-islam-
danpengaruhnya.html(25 November 2019)

Iis. 2016. Pembangunan Islamic Center Untuk Pertahankan Kearifan Budaya Lokal.
https://gresikkab.go.id/berita/2016_12_07_pembangunan_islamic_center_untuk
_pertahankan_kearifan_budaya_lokal. (5 September 2019)

Kahera, dkk. 2009. Design Criteria for Mosques and Islamic Centers, Art Architecture and
Worship. United Kingdom: Elsevier.

Kalmar, Ivan. 2001. Moorish Style: Orientalism, the Jews, and Synagogue
ArchitectureJewish Social Studies, Volume 7, Number 3, Spring/Summer
2001.United States of America: Indiana University Press.

Muis, A. 2010. “Islamic Center di Kepanjen Kabupaten Malang”, TugasAkhir. Tidak


Diterbitkan. Fakultas Sains dan Teknologi . UIN Malang. Malang.

Saoud, Rabah. 2002. Architecture The Arch That Never Sleeps. Foundation for Science
Technology and Civilisation. United Kingdom: FSTC Limited.

Sumalyo, Yulianto. 2000. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Juni 2020
ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

Budaya Arsitektur dalam Islam

RA. Mipta Miftahul Janah1, Muhammad Rosyad Ridho Wardani2, Agitya Ratu
Thifana3, Wanda Hamidah4, Hisny Fajrussalam5
1,2,3,4,5
Universitas Pendidikan Indonesia e-
mail: mipta3009@gmail.com

Abstrak

Kebudayaan merupakan segala bentuk dari hasil karya cipta manusia di masyarakat. Salah
satu bentuk kebudayaannya yaitu seni arsitektur. Seni arsitektur dalam persfektif islam yaitu
kesatuan antara proses penghambaan seorang manusia kepada tuhannya dengan kebiasaan
dengan kebiasaan (kebudayaan), yang mana memiliki hubungan keselarasan antara manusia,
lingkungan dan penciptanya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai budaya islam terhadap seni arsitektur. Penelitian ini dilakukan dengan
dengan menggunakan metode penelitian yang berjenis tinjauan pustaka untuk memperoleh
data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu menggunakan teknik
studi literature. Dari data yang telah dianalisis peneliti menyeleksi data, mengolah data, dan
menyimpulkan data yang telah dibaca dan dicatat oleh peneliti. Hasil dari penelitian ini yaitu
dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai budaya islam terhadap arsitektur.
Melalui penelitian ini peneliti dapat menyampaikan saran atau rekomendasi bagi pembaca
yang akan melakukan penelitian dan mengembangkan pengetahuan serta wawasan dengan
menggunakan metode ini.

Kata kunci: Kebudayaan, Arsitektur, Literatur.

Abstract

Culture is all forms of human creations in society. One of the forms of culture is the art of
architecture. The art of architecture in the Islamic perspective is the unity between the process
of servitude of a human being to his god with habits (culture), which has a harmonious
relationship between humans, the environment, and their creators. This research aims to add
insight and knowledge about Islamic culture to the art of architecture. This research method to
obtain the required data. The data collection technique used is the literature study technique.
From the data that has been analyzed, the researcher selects the data, processes the data,
and concludes the data that has been read and recorded by the researcher. The result of this
research is that it can add insight and knowledge about Islamic culture to architecture. Through
this research, researchers can provide suggestions or recommendations for readers who will
conduct research and develop knowledge and insight using this method.

Keywords: Culture, Architecture, Literature.

PENDAHULUAN
Kata arsitektur berasal dari bahasa yunani yaitu “architekton” yang terbentuk dari dua
istilah yaitu arkhe dan tetoon. Arkhe memiliki arti yang asli, awal, primer, otentik dan tektoon
memiliki arti stabil, kokoh, stabil statis. Jadi, architektoon merupakan pembangunan primer
atau mampu jua berarti tukang paka bangunan. Asritektur ialah bagian dari system tata nilai
suatu masyarakat yang termanifestasi dengan wujud bangunan dan struktur-struktur yang
telah ada. Sejarah arsitektur masjid sangat erat kaitannya dengan menggunakan sejarah
kebudayaan islam. Dapat kita ketahui bahwa kebudayaan tidak akan terlepas dari asal-usul

Jurnal Pendidikan Tambusai 4302


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

manusia. Dengan adanya perubahan zaman kebudayaan pada arsitektur dalam islam sangat
bervariasi mulai dari arsitektur klasik sampai modern. Salah satu dari arsitektur yang
mengalami perubahan adalah masjid.
Masjid merupakan salah satu wadah atau sarana untuk membuatkan media dakwah
islamiyah yang paling strategis dalam membina serta menggerakkan potensi umat islam untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas. Eksistensi masjid pada
zaman sekarang ini dihadapkan dengan berbagai macam perubahan dan tantangan yang
terus berganti didalam lingkungan masyarakat. Sesuai dengan pola kehidupan pada
masyarakat Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan sebagaimana kita
ketahui bahwa mayoritas rakyat Indonesia beragama islam. Dan bangunan arsitektur islam
yang merupakan ungkapan tertinggi dari nilai-nilai luhur dari sutu kehidupan manusia yaitu
yang melaksanakan ajaran syari’at islam.
Arsitektur dalam kebudayaan islam sangatlah penting, karena menjadi salah satu
tempat pusat seluruh umat islam baik dalam kebudayaan maupun dalam beribadah. Dari
berbagai bentuk arsitektur tersebut dapat menjadi suatu keunikan dan estetika bentuk dan
warna yang dapat kita rasakan. Dalam penelitian ini, membahas mengenai apa saja
kebudayaan arsitektur dalam islam sehingga mampu mengetahui sejarah perubahan dalam
arsitektur islam.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tinjauan pustaka. Metode tinjauan pustaka
merupakan penelitian yang menggunakan jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian
yang sedang dikaji.
Dalam penelitian ini selain menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik
pengumpulan data yang relevan, sehingga penelitian bisa mendapatkan hasil yang relevan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur. Studi
literatur adalah serangkaian kegiatan pengumpulan bahan penelitian, dengan cara membaca,
mencatat, serta mengelola. Teknik ini dilakukan untuk mengungkapkan berbagai data yang
relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai sumber rujukan dalam
pembahasan hasil penelitian. Studi Literatur merupakan cara untuk menyelesaikan sebuah
persoalan dengan menelaah data-data yang pernah dibuat sebelumnya. Data tersebut dapat
diperoleh dari internet, jurnal dan buku. Dengan demikian peneliti tidak perlu turun kelapangan
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
Alasan peneliti menggunakan studi literatur ini adalah untuk memudahkan peneliti dalam
menjelaskan hasil yang akan dibahasa. Selain itu, studi literaur juga dapat menjadi jembatan
bagi peneliti untuk mencari perbandingan dari pengetahuan yang dimiliki tim riset dengan relita
dilapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kebudayaan Dalam Islam


Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari kata buddhi yang berarti budi. Budi memiliki arti akal, kelakuan, dan norma.
Sedangkan daya berarti hasil karya cipta manusia. Melihat dari pengertian tersebut bahwa
kebudayaan dapat siartikan sebagai segala bentuk dari hasil karya cipta manusia di
masyarakat. Adapun kebudayaan menurut etimologi yaitu kumpulan segala usaha dan upaya
yang digunakan untuk memperbaiki sesuatu tujuan dalam mencapai kesempurnaan.
Sedangkan kata islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-Islaman” yang
memiliki arti selamat. Sedangkan menurut istilah islam merupakan agama samawi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan islam merupakan implementasi orang islam yang berasal dari
al-qur’an dan hadist dalam kehidupannya baik itu dalam bentuk pemikiran, tingkah laku,
maupun suatu karya untuk kemaslahatan umat manusia dalam pendekatan diri kepada Allah
SWT untuk mencari keridhoanNya.

Jurnal Pendidikan Tambusai 4303


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

Kebudayaan mengalami perubahan yang mencakup banyak aspek, yaitu aspek


bentuk, sifat perubahan, dampak perubahan dan mekanisme yang dilaluinya. Perubahan yang
terjadi bisa memunculkan masalah, antara lain perubahan akan merugikan jika perubahan itu
besifat regress (kemunduran) bukan Progress (kemajuan). Perubahan budaya bisa
berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat,
dan diluar kendali manusia.

Pengertian Arsitektur Menurut Persprektif Agama Islam


Arsitektur islam merupakan kesatuan antara proses penghambaan seorang manusia
kepada tuhannya dengan kebiasaan (kebudayaan) manusia, yang mana memiliki hubungan
yang keselarasan antara manusia, lingkungan, dan penciptanya. Arsitektur islam ini
mengungkapkan hubungan geometris yang kompleks, hirarki bentuk dan ornament, serta
makna simbolis yang mendalam. Hal yang dapat membawa pada perbaikan peradaban salah
satunya yaitu arsitektur islam. Karena didalam arsitektur islam terdapat hakikat dan nilai-nilai
islam yang dapat kita terapkan dalam mengekspresikan esensi tersebut tanpa menghalangi
pemafaatan teknologi bangunan modern yang mengikuti perkembangan peradaban manusia.
Ismail Raji Al-faruqi dalam Auliyahya (2010), menyatakan bahwa arsitektur termasuk
kedalam seni ruang dalam esensi seni menurut islam. Karena arsitektur merupakan seni visual
yang dapat mendukung kemajuan peradaban islam. Didalam seni ruang terdapat cabang seni
lain yang mendukung salah satunya yaitu seni rupa. Seni ruang yang didalamnya membahas
mengenai bidang arsitektur merupakan hal yang sangat penting dipelajari. Seni ruang
tersebut harus didasari dengan landasan yang ada didalam al-quran, sehingga
pembangunannya senantiasa selalu sesuai dengan landasan nilai-nilai islam dan al-qur’an.
Yang mana berfungsi juga sebagai pembangunan peradaban berupa karakter, akhlaq, dan
prilaku.
Arsitektur juga merupakan salah satu bagian dari budaya, yang mana selalu
berkembang mengikuti perkembangan peradaban manusa. Oleh karena itu, islam yang
mengikuti peradaban manusia juga memiliki budaya arsitektur. Menurut Saoud (2002)
mengatakan bahwa awal mula dari budaya arsitektur yaitu pada pembangunan kakbah oleh
Nabi Adam as, yang dimanfaatka oleh manusia untuk tempat beribadah atau penghambaan
diri manusia kepada Allah SWT.
Menurut Saoud (2002) mengenai definisi arsitektus islam merupakan sebuah
bangunan yang meliputi seluruh jenis bangunan yang bukan hanya monument atau bangunan
religious. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa arsitektur islam merupakan salah satu
gaya pembangunan yang sesuai dengan konsep islam yang sesuai dengan hukum syariah,
yang mana tanpa ada batasan terhadap fungsi bangunan, tetapi hubungan desain bentuk dan
dekorasinya lebih islami.

Sejarah Perkembanngan Arsitektur Kebudayaan Islam


Arsitektur merupakan seni yang merancang serta membuat kontruksi bangunan,
jembatan, masjid atau dalam bentuk lainnya dengan segala bentuk metode dan gaya
rancangan suatu kontruksi bangunan. Jika dikaitkan dengan dunia Islam maka arsitektur
beralih fungsi dan maknanya yang berkaitan dengan dunia Islam, artinya lebih mengandung
unsur rohaniah. Arsitektur Islam merupakan salah satu bagian dari kebudayaan Islam yang
merupalam hasil usaha manusia yang berwujud konkrit dalam upayanya untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani. Arsitektur Islam merupakan arsitektur yang membentang dan
berevolusi dalam kultur muslim yang membentang sepanjang sejarah Islam. Arsitektur Islam
mencakup bangunan religius. Pola yang dikedepankan pada arsitektur Islami sangat
bervariasi mulai dari pola arsitektur klasik hingga modern.
Kebudayaan merupakan sesuatu yang diciptakan oleh manusia sebagai bentuk usaha
dalam memberikan bentuk serta susunan-susunan baru kepada pemberian Tuhan sesuai

Jurnal Pendidikan Tambusai 4304


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

dengan kebutuhan jasmani dan rohani. Sebelum Islam datang dan mempengaruhi seni
arsitektur Islam, arsitektur telah berkembang pesat seperti di Yunani, Persia, Mesir Kuno, dan
bangsa-bangsa lainnya. Pada umumnya, corak bangunan arsitektur berbentuk seperti
bangunan Gereja, Istana Raja, Tata Kota, Kuburan dan bangunan lainnya. Kemudian, Islam
datang dan mempengaruhi gaya arsitektur bangunan yang bernuansa Islam, seperti
pengubahan Gereja menjadi Masjid tanpa mengubah bentuk aslinya dan hanya mengubah
pola-pola ruangan sesuai kebutuhan Islam itu sendiri. Selama berabadabad semasa
penyebarannya ternyata Islam dapat mengubah sikap hidup bangsa-bangsa dan daerah-
daerah yang terjangkau.
Dari tanah Arab, kemudian menyebar luas ke Timur melalui Mesopotamia, Persia
sampai ke daerah Lembah sungai Indus. Sedangkan ke Barat menyebar luas melalui Syiria,
Mesir, bahakan sampai ke Spanyol melalui Maroko. Kemudian, dalam perkembangan
selanjutnya, melalui berbagai benua dan samudra asitektur Islam sampai ke daerah Cina
hingga sampai Indonesia. Dan kemudian, dapat menyebar luas ke sabagian Benua Afrika
hingga ke daratan Benua Eropa.
Awal adanya arsitektur Islam dimulai dengan adanya bangunan masjid sederhana
pada awal perkembangan Islam, dengan pola bangunan yang terbuka serta menggunakan
bahan-bahan bangunan yang digunakan cukup sederhana, seperti batang kurma, pelepah,
dahan atau daun kurma, dan batu yang berasal dari gunung.
Pada tahap awal pembangunan, tiang penyangga atap masjid terbuat dari batang
kurma yang ditopang dengan batu. Atapnya terbuat dari daun atau pelepah kurma. Dinding
sekelilingnya serta batasan-batasan tertentu memakai batu-batu yang berasal dari
pegunungan atau batu bata yang ada di sekitarnya untuk menghindari dari terjadinya
kerobohan karena tiupan angin. Pola masjid seperti itu merupakan masjid lapangan. Karena,
yang menjadi unsur utamanya adalah lapangan dibagian tengah masjid yang dikelilingi dengan
dinding sebagai tembok pembatasnya. Kesederhanaan bentuk dari masjid ini yang
memungkinkan memberikan kemudahan ketikan proses pembanguanan berlangsung, juga
akibat kebiasaan adat lama Arab yang senantiasa menampilkan bentuk lapangan terbuka di
antara dinding-dinding pembatas, dan mereka juga mempergunakan sebagai fasiltias untuk
tempat pertemuan dan aktifitas kehidupan lainnya. Masjid menjadi pusat setiap kegiatan
masyarakat Arab pada saat itu.
Pada perkembangan selanjutnya, masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi
Muhammad semakin berkembang dari masa ke masa. Dan juga hingga saat ini terus
direnovasi dan diperluas. Contohnya masjid Nabawi di Madinah Mukarramah. Secara khusus,
arsitektur Islam dibangun segera setelah masa Nabi Muhammad. Pada awalnya, berkembang
dari pengaruh Romawi, Mesir, dan Persia. pada awal 691 M diselesaikannya pembangunan
Qubbat al Sakrah (Dome of the Rock) di Yerusalem. Pada bangunan ini menyertakan di
dalamnya interior berupa kubah bundar dikelilingi oleh ornamen repetitif dekorasi Arab.
Masjid merupakan bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi bangunan
sebagai unsur bangunan arsitektur Islam yang memiliki pedoman dalam ketentuanketentuan
yang diperintahkan oleh Tuhan sebagai tempat pelaksanaan ajaran-ajaran Islam. Bangunan
arsitektur Islam ini merupakan ungkapan tertinggi dari nilai-nilai luhur suatu kehidupan
manusia yang juga melaksanakan ajaran syariat Islam. Oleh karena itu, tampil adanya
arsitektur Islam berupa masjid dengan segala bentuk, gaya, corak serta penampilannya.
Dalam perkembangan arsitektur Islam, tentu tidak terlepas dari unsur kebudayaan,
diantaranya :
Pertama, pengaruh yang dibawa penduduk asli setempat yang memiliki vitalitas dan
idealism yang mengacu pada ajaran agama Islam sehingga menjadi sifat yang bersatu, kuat,
dan kokoh. Kedua, unsur kebudayaan lama daerah yang asli, artinya terjadi asimilasi antara
kedua unsur yang merupakan perpaduan antara kecerdasan yang disertai dengan semanagat
agama Islam, dengan adat kebiasaan setempat mengenai kebudayaan.

Jurnal Pendidikan Tambusai 4305


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

Dengan demikian, terjadi perpaduan yang timbul dari kecakapan-kecakapan yang


berdasar dari pengalaman dan juga teknik sebagai unsur budayanya. Dengan didasari oleh
pemikiran serta kepandaian dalam menghitung, membangun, pengetahuan tentang
bahanbahan, konstruksi dan dasar-dasar aestetika dalam penampilan bangunan-bangunan,
ada kaitannya dengan arsitektur Islam yang dibangun pada daerah tersebut. Dimulai pada
abad kesebelas, gerakan dilajutkan bangsa Turki dengan pembawaan yang berbeda dengan
Arab. Perluasan kekuasaan dan penaklukkan itu berdasarkan kepentingan ekonomi dan
militer, sebab mereka tidak memaksakan Islam bagi orang-orang non Muslim. Sebagai hasil
dari gerakan Turki ini, arsitektur Islam dapat berkembang pesat di kawasan Asia kecil dengan
memiliki penampilan yang khas. Seperti masjid-masjid yang dibangun pada masa dinasti
Saljuk, dengan penampilan khasnya yaitu corak masjid asli Arab dengan lapangan yang
terbuka dibagian tengahnya dan bentuk masjid madrasah serta bentuk masjid yang berkubah,
kemudian masa dinasti Umayyah, mulai terjadi pembaharuan yang dipengaruhi unsur-unsur
kebudayaan Barat.
Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari diambil alihnya bangunan gereja yang
kemudian dijadikan masjid. Karena terjadi pengambilan bentuk secara utuh, maka pengaruh
yang kemudian terjadi adalah penampilan bentuk, pembagian ruang, serta kelengkapan
lainnya seperti hiasan atau ornamentik-ornamentik lainnya. Melalui gerakan arsitek Turki,
arsitektur pada bangunan masjid dapat berkembang pesat, dan berkembang juga sampai ke
negara-negara lainnya. Akibat perbauran adat kebiasaan asli Turki, maka dengan sendirinya
terjadi penambahan bentuk-bentuk pada pada bagian masjid. Dapat dilihat dari
perubahanperubahan bentuk masjid Arab yang awalnya beratap rata sedikit demi sedikit mulai
mengalami perubahan, mulai dari bentuk atap yang meruncing.
Bahan-bahan bangunan yang digunakan pada saat itu, tetap menggunakan batu bata
sebagai bahan utamanya. Sedangkan bahan lainnya berasal dari bekas-bekas runtuhan
bangunan-bangunan akibat penyerbuan orang Turki. Bekas-bekas runtuhan itu didapatkan
dari bekas-bekas bangunan hasil kebudayaan sasanid berupa arsitektur peninggalan
kebudayaan Persia sebelum Islam datang. Gaya arsitektur kebudayaan Persia tersebut
menggunakan lengkung di pintu masuk, lengkung kubah yang menjadi penutup atap
bangunan dan bahkan ada yang bertingkat. Pergantian kekuasaan dari masa ke masa dapat
mempengaruhi perubahan-perubahan bentuk masjid atau bangunan lainnya.
Dalam hal ini, pengaruh-pengaruh dari bangsa lain yang masuk menjadikan terjadinya
akulturasi budaya pada daerah setempat dengan ajaran Islam sehingga melahirkan gaya baru
yang diapresiasikan dalam bentuk bangunan seperti masjid. Karena masjid merupakan bentuk
dari kemajuan Arsitektur Islam. Kebudayaan Islam yang terbentuk bersama dengan ajaran
Islam memberikan dampak disetiap negara yang memahami agama Islam. Budaya muslim
secara tidak langsung menyukai kemampuan untuk membuahi arsitektur islam. Dalam hal ini,
dapat dilihat berbagai pola, bentuk dan juga corak bangunan itu sendiri seperti awal
pembangunan masjid pertama yang menggunakan bahan-bahan dasarnya masih sederhana
dan pola tradisional. Namun, seiring kemajuan pola pikir maka banyak perbaikan dan
kemajuan dalam membangun masjid menjadi megah dan lebih lengkap daripada sebelumnya.
Hal ini bisa dilihat dari pola, bentuk, dan corak yang telah dibangun oleh masingmasing
dan memiliki ciri khas tersendiri, seperti dinasti Saljuk, dinasti Fatimiyah, dinasti Mamluk, ciri
khas kaum Umayyah Spanyol yang memiliki arsitektur bergaya Moor dan gaya Mudejar hingga
sampai terjadi Renaissance oleh kaum Kristen.
Indonesia memiliki gaya bangunan arsitektur yang khas dan sesuai dengan karakter
Asia Tenggara, seperti tumpang tiga atau atap berundak yang mengandung nilai filosofis
tertentu dan seringkali dikaitkan dengan legenda yang pernah terjadi sebelumya. Arsitektur
Islam terlepas dari ornamentik yang memberikan kesan khusus terhadapnya sehingga
kemudian dapat menambah nilai penampilannya. Susunan kesatuan bangunan merupakan
gabungan dari bagian-bagian, seperti jendela dan pintu. Kemudian, barang-barang yang

Jurnal Pendidikan Tambusai 4306


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

dipakai untuk mengisi ruangan, seperti miniatur-miniatur yang berkaitan dengan Islam, seni
ukir, lukisan dinding. Semua barang-barang yang dipakai untuk mengisi ruangan tidak dapat
dipisahkan dari wujud penampilan arsitektur Islam.
Bangunanbangunan hasil karya arsitektur Islam, tampil sebagai suatu kesatuan yang
utuh dan memiliki ciri yang khas dari segi dekoratif. Hal ini dapat dilihat perkembangan
arsitektur Islam dari masa ke masa, diantaranya:
Pertama, arsitektur Islam pada masa Abbasiyah dan Seljuk bermula sekitar abad
kesebelas masehi. Pada saat itu, perkembangan arsitektur Islam sangat terlihat pada
penggunaan teknik bahan batu bata dari seni arsitektur Persia. Dalam perkembangannya,
terlihat dari cara pengembangan bangunan lain yang menjadi bangunan fasilitas, seperti istana
dan bangunan-bangunan lainnya.
Bangunan lain yang menunjukkan perkembangan arsitektur Islam pada masa itu
adalah Istana Baghdad. Keunikan dari arsitektur bangunan istana Baghdad tampak pada
penerapan hiasan muqamas yang diterapkan pada bangunan-bangunan kuburan. Susunan
hiasan stalaktit ini digabungkan menjadi lengkung stalaktit lainnya yang lebih besar.
Kedua, arsitektur Islam di Spanyol, perkembangan arsitektur Islam pada masa ini
dapat dilihat terutama pada arsitektur Masjid Cordoba dan Istana Granada. Masjid yang
didirikan oleh Abdurrahman ad-Dakhil pada tahun 786 M, masjid ini mempunyai pola dan
bentuk masjid Arab asli dengan gaya Masjid Umayyah. Pada masa selanjutnya, masjid ini
telah mengalami penyempurnaan selama tiga kali berturut-turut yaitu pada tahun 822 M, 976
M, dan 990 M. Diantara adalah penyempurnaan dengan menambahkan tiang-tiang, dengam
maksud untuk memperluas masjid. Awal mula dengan menambahkan lima deret tiang,
kemudian tujuh belas deret tiang memanjang, dan delapan tiang ke samping.
Ketiga, arsitektur Islam pada Era Utsmaniyah. Pada saat ini, bangunan berdiri sering
menunjukkan gaya yang sedikit berbeda dari arsitektur sebelumnya. Pada masa Usmani
terdapat tiga bentuk masjid, yakni tipe masjid lapangan, madrasah, dan kubah. Hal yang baru
dalam rangka perkembangan arsitektur Islam dengan gaya Usmaniyah ini, ialah munculnya
perencanaan bangunan oleh seorang arsitek yang pernah belajar di Yunani, yaitu Sinan. Ia
telah menghasilkan karya-karya dalam berbagai bentuk bangunan.
Keempat, arsitektur Islam di India. Arsitektur masjid India pada umumnya mengambil
corak masjid lapangan dan memakai bahan-bahan dari batu. Hal ini sudah lama digunakan
dalam membuat candi. Misalnya di Masjid Kutubuddin, terdapat corak atap kubah dalam
jumlah banyak dan gapuranya serupa dengan bangunan candi. Menaranya berbentuk bulat
seperti pilar yang runcing pada puncaknya serta mencuat tinggi ke atas. Bentuk tersebut
berada pada bentuk menara yang bernama Qutub Minar yang tingginya 73 meter.
Bangunan masjid merupakan hal yang sangat identik sebagai peradaban Islam.
Arsitektur Islam tidak akan jauh dari bentuk kubah, menara serta kaligrafi. Tanpa bentuk atau
elemen-elemen tersebut maka kebanyakan orang akan merasa sesuatu bagian yag hilang,
bahkan dapat beranggapan bangunan hasil rancangan tersebut bukan arsitektur Islam.
Masyarakat akan protes jika arsitek mendesain masjid tanpa kubah, tanpa menara, berkubah
limas atau tanpa hiasan kaligrafi. Arsitektur Islam akan merujuk pada inspirasi serta pemikiran
dan aplikasi Islam, dan dibuat untuk melayani kebutuhan religius Islam.

Peninggalan Arsitektur Islam Masjid


Masjid adalah wujud seni yang berupa arsitektur bangunan hasil Islamisasi. Masjid
dipergunakan dalam prosesi melakukan ibadah bagi umat Islam. Menurut Soekmono pula,
terdapat tiga hal yang menjadi daya tarik arsitektur masjid di Indonesia yaitu bagian atap,
menara, dan letak dari sebuah masjid.
Pertama, atap tumpang. Apabila diperhatikan pada bagian atap, model yang
digunakan adalah atap tumpang. Masjid-masjid lama di Indonesia menggunakan atap
tumpang dengan jumlah ganjil, biasanya antara tiga hingga lima susunan. Pada susunan atap

Jurnal Pendidikan Tambusai 4307


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

tumpang tersebut, terdapat lubang-lubang angin yang dapat berguna sebagai ventilasi udara.
Kita dapat menganggap atap tumpang tindih tersebut sebagai bentuk pengembangan dari dua
elemen yaitu: atap candi yang denahnya bujur sangkar dan selalu tersusun
(berundakberundak), dan pucuk stupa yang ada kalanya berbentuk seperti payung-payung
yang terbuka. Islam menggunakan unsu-runsur seni bangunan terlebih dahulu.
Kedua, menara. Pada mulanya, tidak adanya keberadaan menara dalam suatu
kompleks bangunan masjid, menara pada masa lalu digunakan untuk tempat muadzin
mengumandangkan adzan ketika tiba waktu sholat, untuk saat ini keberadaan menara
diperuntukkan untuk tempat pengeras suara yang fungsinya sama dengan menara pada masa
lalu, yaitu untuk mengumandangkan adzan. Karena keberadaan menara bersifat opsional,
maka cara lain untuk mengingatkan masyarakat pada saat waktu shalat tiba yaitu dengan cara
menabuh bedug.
Ketiga, letak masjid. Letak dari suatu masjid pada zaman dahulubiasa didirikan
sedekat mungkin dengan istana. Di sebelah Utara atau Selatan istana terdapat tanah lapang
yang di Jawa disebut dengan nama alun-alun, maka masjid didirikan pada tepi barat alunalun
dengan memiki arti atau maksud tersendiri. Adapun Contoh seni arsitektur berupa masjid
yang ada di Indonesia:
1) Masjid Agung Demak, diperkirakan masjid ini dibangun pada 1401 Saka, pertanggalan
tersebut didapatkan dari sebuah candrasangkala memet yang terdapat pada dinding mihrab
masjid dengan gambaran seekor kura-kura. Apabila gambaran kura-kura tersebut diartikan
dengan angka, kepala memiliki arti angka 1, kaki memiliki arti angka 4, perut memiliki arti
angka 0 dan ekor memiliki arti angka 1, dan bila semua itu digabungkan akan merangkai angka
1401 Saka atau 1479 Masehi.
2) Masjid Agung Banten, terletak di Surosowan, ±13 Kilometer dari Kota Serang, dulu
daerah tersebut merupakan ibukota Kesultanan Banten. Sunan Gunung Jati memerintahkan
anaknya untuk membangun sebuah kota yang lengkap dengan keraton, alun-alun, masjid dan
pasar. Masjid Agung Banten diperkirakan dibangun pada 8 Oktober 1526, dan pada saat itu
jugalah Ibukota Kesultanan Agung didirikan.

Istana atau Keraton


Istana atau terkadanng sering disebut dengan nama keraton di Jawa juga termasuk
sebagai hasil budaya material yang diakibatkan oleh pengaruh Islam di Indonesia. Istana
bukanlah hanya sekedar tempat yang dijadikan kediaman raja, melainkan juga dapat berfungsi
sebagai pusat pemerintahan. Banyak istana-istana yang sudah tidak digunakan dan beralih
fungsi pada kegunaan lain, semisal museum. Keberadaan istana di Indonesia sangatlah
banyak adanya, adapun beberapa istana yang ada di Indonesia:
1) Di Jawa, terdapat keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta, Keraton Mangkunegaran,
dan sebagainya. Keraton-keraton ini sebagian besar masih digunakan untuk tempat tinggal,
pusat kebudayaan, atau museum.
2) Di Sumatera, terdapat Istana Sultan Deli atau lebih dikenal dengan Istana Maimun, dan
Istana Paranguyung. Yang mana pada saat ini istana tersebut berfungsi sebagai museum.

Makam
Seni arsitektur pada makam sudah dilakukan oleh masyarakat sejak zaman dahulu,
seperti nisan yang diganti dengan batu nisan, dan bagi orang yang memiliki keudukan penting
makamnya akan didirikan dengan sebuah kubah. Di Indonesia, terdapat berbagai penemuan
makam-makam yang menunjukkan telah dipengaruhi oleh budaya Islam, berikut beberapa
diantaranya:
1) Makam Tralaya, tralaya adalah warisan suatu komplek kuburan muslim dari kerajaan
Majapahit yang berlokasi di Desa Sentorejom, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Makam Tralaya menjadi bukti bahwa terdapat komunitas muslim kala Kerajaan Majapahit

Jurnal Pendidikan Tambusai 4308


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

menguasai Nusantara. Bukti tersebut didukung oleh sumber tertulis berupa Kidung Sunda
yang menjelaskan tentang pasukan Sunda yang akan mengantar Puteri Raja Sunda sebagai
calon pengantin Raja Hayam Wuruk.
2) Makam Malikus Saleh, merupakan makam peninggalan Kerajaan Samudera Pasai,
dengan memiliki bentuk yang unik. Makam tersebut memiliki keunikan berupa batu nisan yang
terdapat di dalam kuburan, salah satunya yaitu makam yang berbentuk gada (alat pemukul),
selain itu juga ada nisan yang berbentuk unik lainnya yaitu berupa keris, ujung tombak, dan
lain sebagainya.

Arsitektur Dalam Tradisi Islam


Arsitektur yang artinya bagian dari budaya, selalu berkembang seiring dengan
berkembangnya peradaban manusia. Maka dari itu, Islam turut membentuk peradaban
manusia juga memiliki budaya berarsitektur. Budaya arsitektur dalam Islam bermulai dengan
dibangunnya Ka’bah oleh Nabi Adam AS yaitu sebagai pusat beribadah seluruh umat manusia
kepada Allah SWT (Saoud, 2002: 1). Ka’bah juga adalah bangunan yang pertama kali didirikan
di bumi. Tradisi ini dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim AS beserta anaknya, Nabi Ismail AS. Mereka
bersama-sama memulihkan kembali bangunan Ka’bah. Setelah itu, dilanjutkan oleh Nabi
Muhammad SAW dimana Beliau melanjutkan misi pembangunan pada Ka’bah ini yang
menjadi bangunan untuk memiliki tujuan sebagai tempat atau pusat beribadah kepada Allah
SWT. Berasal dari sinilah budaya arsitektur pada Islam terus berkembang serta mempunyai
daya dorong yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan mencapai arti secara fungsional juga
simbolis. Sebagaimana dijelaskan didalam al-qur’an Surat Ali Imran ayat 96: “Sesungguhnya
rumah yang mula-mula dibangun buat (tempat beribadat) manusia, adalah Baitullah yang di
Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan sebagai petunjuk bagi seluruh masyarakat ”. Jadi,
Arsitektur Islam adalah sebuah wujud perpaduan dari kebudayaan manusia juga proses
penghambaan diri seorang manusia pada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan korelasi
antara manusia, lingkungan serta Penciptanya. Arsitektur Islam mengungkapkan bahwa
hubungan geometris yang kompleks, juga hirarki bentuk ornamen, serta makna simbolis yang
sangat mendalam. Arsitektur Islam ialah salah satu jawaban yang bisa membawa pada
perbaikan peradaban. Pada Arsitektur Islam mempunyai esensi juga nilai-nilai Islam yang bisa
diterapkan tanpa menghambat pemanfaatan teknologi bangunan modern yang dimana
sebagai alat dalam mengekspresikan esensi tersebut. Perkembangan pada arsitektur Islam
berasal dari abad VII sampai dengan abad XV diantaranya perkembangan struktur, ragam
hias, seni dekorasi serta tipologi bangunan. wilayah perkembangannya meliputi daerah yang
sangat luas, mencakup Eropa, Afrika, sampai Asia tenggara. Karenanya, perkembangannya
di setiap daerah tidak selaras dan mengalami penyesuaian menggunakan budaya dan tradisi
setempat, serta kondisi geografis. Hal ini tidak terlepas berasal kondisi alam yang
mempengaruhi proses terbentuknya kebudayaan manusia. Bisa disimpulkan bahwa arsitektur
Islam adalah cara menciptakan yang Islami sebagaimana ditentukan oleh hukum syariah,
tanpa batasan terhadap tempat dan fungsi bangunan, tetapi lebih pada karakter Islaminya
dalam hubungannya dengan desain bentuk serta dekorasi. Definisi ini artinya suatu definisi
yang meliputi semua jenis bangunan, bukan hanya monumen ataupun bangunan religius
(Saoud, 2002: 2).
Arsitektur Islam adalah salah satu gaya arsitektur yang menampilkan estetika yang
kaya akan makna. Setiap detailnya mengandung unsur simbolisme menggunakan makna
yang sangat mendalam. Salah satu makna yang terbaca dalam arsitektur Islam itu artinya
bahwa rasa kekaguman kita terhadap estetika serta keindahan pada arsitektur tidak terlepas
dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran juga keagungan Allah sebagai
Dzat yang mempunyai segala keindahan. Bahkan sejak jaman Nabi Sulaiman AS, telah
dibangun suatu karya arsitektur yang menampilkan estetika dan kemegahan itu. Hal ini
tertuang pada al Quran Surat an Naml 44: “Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”.

Jurnal Pendidikan Tambusai 4309


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, serta
disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya dia ialah istana licin
terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku sudah melakukan
perbuatan zalim terhadap diriku sendiri dan aku berserah diri bersama Sulaiman hanya kepada
Allah SWT, Tuhan semesta alam”.
Masjid adalah karya seni serta budaya Islam terpenting pada ranah arsitektur. Karya
arsitektur masjid, artinya perwujudan berasal puncak ketinggian pengetahuan teknik serta
metoda menciptakan, material, ragam hias, dan filosofi di suatu daerah di masanya. Selain itu
masjid juga menjadi titik temu banyak sekali bentuk seni, mulai berasal seni spasial, ruang
serta bentuk, dekorasi, sampai seni suara. Masjid, dengan demikian, ialah suatu karya budaya
yang hidup, artinya karya arsitektur yang selalu diciptakan, digunakan oleh masyarakat muslim
secara luas, serta dipergunakan dari generasi ke generasi. sebagai suatu proses dan hasilan
budaya yang hidup, masjid tak jarang tumbuh dan berkembang secara bergerak maju seiring
dengan tumbuh serta berkembangnya masyarakat itu sendiri.
Perkembangan Arsitektur Masjid
Pertama-tama yang harus dirujuk adalah Al Qur’an dan Al Hadist. Banyak ayat dalam
kedua sumber pedoman hayati umat Islam yang berbicara wacana masjid. Beberapa acum di
bawah ini menyebutkan hal itu. Pada awalnya, masjid tidak harus ialah bangunan khusus atau
karya arsitektur eksklusif. Masjid yang secara harfiah berarti tempat sujud, bisa berarti sekadar
sebuah batu atau sehampar rumput savana, atau lapangan padang pasir yang dilingkupi
bangunan serambi seperti “masjid lapangan” yang pertama kali didirikan Nabi Muhammad
SAW, contohnya. Sebab, pada dasarnya, sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim
menyebutkan, bahwa: “pada Jabir bin Abdullah Al-Ansary, Nabi membuktikan bahwa bumi ini
bagiku suci higienis dan boleh dijadikan kawasan buat sembahyang, maka dimanapun
seorang berada diperbolehkan beliau sembahyang bila waktunya datang”.
Demikian pula, hadist riwayat Bukhari menyatakan bahwa: “apabila Nabi Muhammad berkata:
semua jagad telah dijadikan bagiku menjadi masjid (kawasan sujud)”. Hadits tadi bermaksud
menyatakan bahwa semua permukaan bumi ini bisa dijadikan menjadi masjid, serta sama
sekali tidak bermaksud membatasi bagaimana cara dan bentuk masjid itu diwujudkan. Oleh
sebab itu, seperti disebutkan (Abdul Rochym) Islam tidak mempunyai konsep arsitektur (yang
memaksa), yang menyatakan bahwa bangunan masjid menjadi tempat peribadatan umat
Islam, contohnya harus mempunyai karakteristik seragam seperti kubah atau bentuk lainnya.
Dan seiring dengan berjalannya waktu atau dengan adanya perkembangan zaman
bahwa arsitektur islam juga mengalami perkembangan menyesuaikan perkembangan zaman
tersebut. Salah satunya yaitu dapat kita lihat dalam arsitektur masjid.
Sebagaimana sejarah membuktikan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur
korelasi dagang yang sangat usang. di Jawa, Islam masuk serta berkembang secara perlahan
tetapi terus menerus selama abad ke-13 hingga ke-16. Para penyebarnya populer dengan
toleransinya terhadap budaya serta tradisi setempat yang ada. Perkembangannya yang tidak
secara drastis ini bertahap menggantikan tata cara yang telah ada sebelumnya khususnya
Hindu-Budha selama masa ketika itu. Proses ini berlangsung lama sebagai akibatnya
terjadilah percampuran secara alamiah. di awal abad ke 15, Islam sudah sebagai kekuatan
sosio-politik di Nusantara, khususnya pada pulau Jawa, sehingga berhasil mendesak dampak
politik Majapahit. kenyataan ini memuncak menggunakan berdirinya Kesultanan Demak yang
didukung sang segenap ulama pada Indonesia (lebih dikenal menjadi Wali Sanga). Masjid,
menjadi pusat dan pandangan baru segala kegiatan lalu menjadi suatu lambang yang baru
buat memelihara momentum sosio politik saat itu, sekaligus menjadi proyeksi jati-diri tatanan
yang baru pada bentuk nyata serta kasat mata. Berkaitan menggunakan penyebaran Islam
secara tenang ini juga, Islam terlihat mengadaptasi budaya serta tradisi setempat ke dalam
perwujudan tipo-morfologi arsitektur masjid yang baru. Atau pula kebalikannya terlihat bahwa
masyarakat daerah setempat cenderung untuk menyerap wangsit-ilham baru (Islam) dan

Jurnal Pendidikan Tambusai 4310


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

kemudian mengasimilasikannya dengan agama yang mereka anut. Keduanya saling mengisi
serta jalin-menjalin dengan unik. Misalnya Masjid Sendang Duwur (1559) terletak di Jawa
Timur, masjid yang memiliki bentuk gerbangnya ada ornamen makhluk hidup seperti
menyerupai burung merak juga burung garuda. Atau juga Masjid Menara suci, masjid yang
dimana gerbang-gerbangnya (kori) juga menaranya lebih seperti berbentuk bangunan candi
Hindu (Candi Jago di Jawa Timur) dari sebuah menara adzan masjid umumnya. Bahkan, pada
Cina, memiliki morfologi arsitektur masjid yang bernama Agung Xian dimana masjid tersebut
memperlihatkan terdapat endapan karakter dari kebudayaan Cina. Apabila dibandingkan
sistem hirarkis konsep gunung kosmik pada struktur Kota terlarang Beijing kuno, ternyata
kebudayaan insan Cina yang hirakis secara tidak terasa tapi mencolok mengendap dalam
bangunan masjid
Xian ini; serta yang lain sama sekali ekspresi wujudnya Bila dibanding dengan masjid Ibn Tulun
pada Kairo yang sangat demokratis tumbuh dari bumi serta rakyat padang pasir. Buktibukti itu
menunjukkan realitas, bahwa lewat bentukan arsitektur menjadi salahsatu produk budaya
masyarakat, terlihat proses akulturasi hening antara dimensi kultural Islam dengan
kebudayaan setempat. Ini sekaligus menyangkal kesalahpahaman masyarakat Barat, bahwa
Islam datang ke negerinegeri pemeluknya menggunakan kekerasan, penghancuran, dan
perang yang penuh darah. Menurut (Khudori), banyak tempat di wilayah kepulauan Nusantara,
penyebaran Islam tidak terdapat kendala yang berarti. Namun di wilayah Jawa, terjadi
konfrontasi yang dimana berfokus dalam menghadapi kekuasaan Majapahit menggunakan
peradaban Hindu-Budha, bahkan aspek mistik juga rujukan historiknya masih terasa hingga
kini.

Karakteristik Arsitektur Islam


Arsitektur islam sangat identik dengan arsitektur masjid, tetapi sebenarnya arsitektur
islam itu tidak hanya masjid, melainkan ada makam juga. Arsitektur Islam tidak sebatas
diterapkan pada tempat ibadah, yakni masjid. Namun arsitektur ini mencakup hunian hingga
bangunan umum. Dan ada beberapa elemen dari bangunan masjid pertama yang dibangun
Nabi Muhammad SAW di Madina, yaitu :
1. Courtyard besar yang kadang kala menyatu dengan ruang sembahyang pusat.
2. Menara atau minaret, aslinya merupakan menara pengawas dilengkapi obor.
3. Mihrab, relung di dinding dalam yang mengindikasikan arah ke Mekkah. Dalam masa pra
Islam, relung ini merupakan tempat dari tabut perjanjian di Bait Allah Yahudi, atau haikal
dalam gereja koptik.
4. Kubah, nampaknya dipengaruhi benar oleh arsitek-arsitek Bizantium di Konstantinopel.
5. Penggunaan iwan sebagai perantara dua seksi yang berbeda. 6 Bentuk geometrik dan
seni yang repetitif.
Adapun ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
1. Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
2. Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya
juga terbuat dari batu.
3. Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau
kubba,dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam
dengan makam atau kelompok-kelompok makam.
4. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada
yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
5. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya
makam tersebut adalah makam para wali atau raja.

Jurnal Pendidikan Tambusai 4311


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

SIMPULAN
Arsitektur islam merupakan kesatuan antara proses penghambaan seorang manusia
kepada tuhannya dengan kebiasaan (kebudayaan) manusia, yang mana memiliki hubungan
yang keselarasan antara manusia, lingkungan, dan penciptanya. Salah satu hal yang dapat
membawa pada perbaikan peradaban salah satunya yaitu arsitektur islam. Karena didalam
arsitektur islam terdapat hakikat dan nilai-nilai islam yang dapat kita terapkan dalam
mengekspresikan esensi tersebut tanpa menghalangi pemafaatan teknologi bangunan
modern yang mengikuti perkembangan peradaban manusia. Arsitektur juga merupakan salah
satu bagian dari budaya, yang mana selalu berkembang juga selalu mengikuti perkembangan
peradaban manusa. Oleh karena itu, islam yang mengikuti peradaban manusia juga memiliki
budaya arsitektur. Ada beberapa arsitektur islam, yaitu masjid, keraton dan makam. Dari ketiga
arsitektur islam tersebut, masing-masing mempunyai elemen dan ciri khas pada tiap
bangunannya.
Berdasarkan hasil dari penelitian menggunakan metode literatur ini maka dalam
upaya menambah wawasan dan pengetahuan dalam perkembangan budaya arsitektur
dalam islam, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa:
Dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan secara individu/mandiri mahasiswa
dapat melakukan studi pustaka mengenai perkembangan budaya arsitektur dalam islam
menggunakan alat teknologi informasi yang begitu canggih. dengan mencari informasi
secara valid sesuai dengan jurnal/ situs web yang relevan dalam memecahkan masalah
tersebut.
2. Bagi Masyarakat:
Masyarakat harus selalu berupaya mengimplementasikan pengamalan yang ada dalam
al-qur’an dalam membuat seni arsitektur islam. Sehingga tidak merubah manfaat dan
tujuan arsitektur tersebut.
3. Bagi Peneliti Lain:
Penelitian ini sangat terbagat mengenai gambaran bagaimana perkembangan seni
arsitektur dalam islam. Oleh karena itu, bagi peneliti lain perlu adanya kajian/ penelitian
lebih lanjut terkait perkembangan budaya arsitektur dalam islam ini.

DAFTAR PUSTAKA
Barliana, M. S. (2008). Perkembangan Arsitektur Masjid: Suatu Transformasi Bentuk Dan
Ruang. Historia, 9(2).
Sativa, S. (2011). Arsitektur Islam atau Arsitektur Islami?. NALARs, 10(1).
Al-Amri, L., & Haramain, M. (2017). Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal.
KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan, 10(2), 87- 100.
Haq, M. F. (2021). AKULTURASI ARSITEKTUR MASJID DENGAN BUDAYA DAN
PENDIDIKAN DALAM KONTEKS ISLAM JAWA. TaLimuna: Jurnal
Pendidikan Islam, 10(2), 52-63.
Priaji Martana, S. (2006). Sejarah Perkembangan Arsitektur II-Arsitektur Islam.
Iskandar, M. S. B. (2004). Tradisionalitas dan modernitas tipologi arsitektur masjid.
DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 32(2).
Fikriarini, A. (2010). Arsitektur Islam: Seni Ruang dalam Peradaban Islam. El Harakah, 12(3),
194.
Hidayatulloh, H. (2020). Perkembangan Arsitektur Isam: Mengenal Bentuk Arsitektur Islam di
Nusantara. Ngabari: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 13(2), 15-33.
Laili, A. N., Gumelar, E. R., Ulfa, H., Sugihartanti, R., & Fajrussalam, H. (2021). AKULTURASI
ISLAM DENGAN BUDAYA DI PULAU JAWA. Jurnal
Soshum Insentif, 4(2), 137-144.

Jurnal Pendidikan Tambusai 4312


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 4302-4312
ISSN: 2614-3097(online) Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022

Putrie, Y. E., & Hosiah, A. (2012). Keindahan dan ornamentasi dalam perspektif arsitektur
islam. Journal of Islamic Architecture, 2(1).
Supriatna, E. (2019). Islam dan Kebudayaan (Tinjauan Penetrasi Budaya Antara Ajaran Islam
dan Budaya Lokal/Daerah). Jurnal Soshum Insentif, 2(2), 282–287.
https://jurnal.lldikti4.or.id/index.php/jurnalsoshum/article/view/178/83

Jurnal Pendidikan Tambusai 4313

Anda mungkin juga menyukai