Anda di halaman 1dari 44

DAFTAR ST2023.

L2
UTP PAPI

BLOK III
TOTAL LAHAN USAHA PERTANIAN
Lihat buku pedoman halaman 123

Tampilan Kuesioner

Identitas Rumah Tangga

Setiap halaman baru dan saat menggunakan lembar tambahan, isikan identitas rumah tangga
(R101 s.d R104, R106, R108 dan R301) di pojok kanan atas.

2
BLOK III. TOTAL LAHAN UNIT USAHA PERTANIAN
Tampilan Kuesioner

3
RINCIAN 301-302 Lihat buku pedoman halaman 123

Tampilan Kuesioner

R301. Nomor urut unit usaha pertanian


Isikan Nomor urut unit usaha pertanian perorangan yang disalin dari Blok II R215.

Tampilan Kuesioner

R302. Nama pengelola unit usaha pertanian


Isikan nama pengelola unit usaha dalam rumah tangga tersebut yang disalin dari Blok II R203.

4
RINCIAN 303 Lihat buku pedoman halaman 123 - 124

Tampilan Kuesioner

R303. Nomor Induk Kependudukan

Isikan NIK pengelola unit usaha.


Nomor Induk Kependudukan (NIK) adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau
khas, tunggal, dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia. NIK
berlaku seumur hidup dan selamanya, tidak berubah, dan tidak mengikuti perubahan domisili.
(Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2019).
Jika responden tidak memiliki NIK, maka isikan tanda strip “-"
Jika NIK pada dokumen KTP berbeda dengan KK, maka tuliskan NIK dari dokumen yang terbaru.

5
RINCIAN 304-305 Lihat buku pedoman halaman 124

Tampilan Kuesioner

R304. Nomor HP
Isikan nomor HP yang digunakan oleh pengelola unit usaha.
Jika responden tidak memiliki nomor HP, maka isikan tanda strip “-"

Tampilan Kuesioner

R305. Email
Isikan Email dari pengelola unit usaha.
Jika responden tidak memiliki Email, maka isikan tanda strip “-"
6
RINCIAN 306 Lihat buku pedoman halaman 124

Tampilan Kuesioner

R306. Jumlah hari kerja unit usaha selama periode 1 Mei 2022 s.d. 30 April 2023

Isikan jumlah hari kerja yang dihabiskan oleh pengelola unit usaha untuk bekerja pada unit usaha
pertanian/perikanan/kehutanan tersebut selama 1 Mei 2022 s.d 30 April 2023.
Isian harus lebih besar dari 0.
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh
atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus).
Jika seseorang bekerja minimal 1 jam tanpa terputus dalam sehari, maka sudah dianggap 1 hari
kerja.

7
Contoh Kasus Rincian 306 Lihat buku pedoman halaman 124 - 125

Selama periode 1 Mei 2022 hingga 30 April 2023, Pak Tani menanam padi sebanyak 2 kali, dibantu dengan 3
orang buruh tani (A, B, dan C), mulai dari persiapan lahan, penyemaian, penanaman, perawatan lahan, hingga
pemanenan. Persiapan lahan dilakukan oleh Pak Tani selama 10 hari dengan bantuan alat bajak. Setelah itu,
proses penyemaian dan penanaman yang dilakukan Pak Tani dibantu oleh A dan B, berlangsung selama 3
minggu. Kemudian perawatan tanaman dan lahan, sejak ditanam hingga masa pemanenan adalah selama 3,5
bulan, dan dilakukan oleh C. Saat pemanenan Pak Tani dibantu oleh A dengan menggunakan combine
harvester selama 2 hari. Kegiatan ini berulang pada penanaman kedua. Antara waktu panen hingga
penanaman kedua terdapat jeda waktu (lahan sementara tidak diolah). Maka jumlah Hari Kerja unit usaha
perorangan Pak Tani adalah sebagai berikut:
• Persiapan lahan = 10 hari
• Penyemaian dan penanaman = 3 Minggu = 3 x 7 hari = 21 hari
• Perawatan lahan hingga masa panen = 3,5 bulan = 3,5 x 30 hari = 105 hari
• Pemanenan = 2 hari
• Total Hari Kerja dalam sekali tanam-panen = 10 + 21 + 105 + 2 = 138 Hari Kerja
Total hari kerja setahun = 138 x 2 = 276 hari kerja (dikali 2 karena setahun dilakukan 2 kali penanaman)
8
RINCIAN 307 Lihat buku pedoman halaman 125

Tampilan Kuesioner

R307. Apakah memiliki Kartu Tani/Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (Kusuka)

Tanyakan kepada responden apakah pengelola unit usaha memiliki Kartu Tani/Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan.
Kemudian lingkari jawaban yang sesuai dan isikan pada kotak yang tersedia.
Kode Jawaban:
Kode 1 – Ya Kartu Tani, jika responden memiliki Kartu Tani
Kode 2 – Ya, Kartu Kusuka, jika responden memiliki Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (Kusuka)
Kode 3 – Ya, keduanya, jika responden memiliki baik Kartu Tani maupun Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan
(Kusuka)
Kode 4 – Tidak, keduanya, jika responden tidak memiliki baik Kartu Tani maupun Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan
(Kusuka)
9
KARTU TANI Lihat buku pedoman halaman 125

Kartu Tani
Sebuah kartu yang dirancang khusus untuk melakukan alokasi pupuk
subsidi kepada petani. Adanya kartu tani ini bisa memenuhi aspek 6
tepat yaitu tepat jenis, tepat jumlah, tepat harga, tepat tempat, tepat
waktu dan tepat mutu.

Sasaran kartu tani adalah petani yang memiliki kriteria:


a. Tergabung dalam Kelompok Tani dan telah diusulkan untuk memperoleh pupuk bersubsidi melalui Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang telah disahkan oleh Kepala Desa/Lurah dan Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. Mempunyai KTP / NIK;
c. Mengusahakan lahan untuk kegiatan bertani setiap musim tanam;
d. Memiliki rekening Tabungan (BNI/BRI/Mandiri)
Jika pemilik kartu sudah meninggal dan pengganti/penerus usahanya masih menggunakan fasilitas dari kartu tersebut
maka termasuk memiliki.
10
KARTU KUSUKA Lihat buku pedoman halaman 126

Kartu Kusuka

Kartu Usaha Kelautan dan Perikanan yang digunakan sebagai


identitas tunggal Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan. Kartu
Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) diterbitkan
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Peraturan Menteri KKP
Nomor 39 tahun 2017 tentang Kartu Pelaku Usaha Kelautan
dan Perikanan sebagai landasan hukum. Kartu Kusuka ini
ditujukan untuk perlindungan dan pemberdayaan pelaku usaha
kelautan dan perikanan, percepatan pelayanan, peningkatan
kesejahteraan serta menciptakan efektivitas dan efisiensi
program Kementerian Kelautan dan Perikanan agar tepat
sasaran dan pencacahan kepada pelaku usaha kelautan dan
perikanan.

11
Rincian 308 s.d. 324 Lihat buku pedoman halaman 127

Untuk Rincian 308 s.d. 324, luas tanah yang akan dicatat dalam bab ini mengacu pada lahan yang
dioperasikan oleh pengelola unit usaha pertanian, meskipun bukan lahan milik, atau warisan, dll. (tidak
termasuk lahan budidaya di laut atau perairan umum); kecuali lahan milik pengelola unit usaha pertanian
yang dikuasai oleh orang lain pada 1 Mei 2023.
Lahan pertanian yang dikuasai adalah lahan yang dioperasikan oleh usaha pertanian, baik milik sendiri
(contoh: tanah milik, warisan, dsb) ataupun milik orang lain (contoh: menyewa lahan, dsb), baik dengan
dokumen/perjanjian tertulis maupun tidak. Perjanjian tertulis menjelaskan hal ihwal perjanjian/kesepakatan dibuat
oleh para pihak yang terkait, sedangkan untuk dokumen tertulis berfungsi hanya sebagai bukti keterangan atas
sesuatu hal.
Lahan pertanian yang dikuasai tidak termasuk lahan pertanian yang sedang berada di pihak lain, seperti
lahan yang disewakan, lahan yang dibagihasilkan, lahan yang digadaikan, lahan yang diserahkan kepada pihak
lain dengan bebas sewa, dan lahan yang dikuasai pihak lain secara tidak sah.

12
RINCIAN 308 Lihat buku pedoman halaman 127 – 128

Tampilan Kuesioner

R308. Apakah menggunakan lahan pertanian (tidak termasuk lahan budidaya di laut atau perairan umum)?

Tanyakan kepada responden apakah menggunakan lahan pertanian (tidak termasuk lahan budidaya di laut
atau perairan umum), kemudian lingkari jawaban yang sesuai dan isikan pada kotak yang tersedia.
Lahan tersebut terdiri atas: Lahan untuk tanaman semusim (berupa sawah ataupun bukan sawah/lahan
kering), padang rumput sementara maupun permanen, lahan yang sementara belum ditanami menunggu
penanaman, lahan untuk tanaman tahunan (hortikultura dan perkebunan), lahan yang digunakan untuk
kandang ternak dan bangunan pertanian lainnya (lumbung, penggilingan, dsb), lahan untuk kegiatan
kehutanan, lahan untuk kegiatan budidaya perikanan, serta lahan lainnya. Tidak termasuk lahan budidaya
perikanan di laut atau perairan umum.
Jika R308 berkode “1” (Ya), isikan Rincian 309
Jika R308 berkode “2” (Tidak), lanjut ke Blok IV
13
RINCIAN 309-310 Lihat buku pedoman halaman 128

Tampilan Kuesioner

R309. Berapa banyak bidang lahan yang dikuasai pengelola unit usaha pertanian?

Isikan banyaknya bidang lahan yang dikuasai pengelola unit usaha pertanian.
Bidang lahan adalah suatu hamparan lahan yang dimiliki/dikuasai unit usaha pertanian dan
dibatasi oleh penguasaan lahan unit usaha lain/rumah tangga lain ataupun batas-batas alam serta
batas administrasi. Jika sehamparan lahan terletak di dua desa yang berbeda, maka dicatat sebagai
2 bidang lahan.
R310. Nomor Bidang

R310 nomor bidang sudah terisi. jika jumlah bidang lahan lebih dari 5 bidang maka gunakan
kuesioner tambahan.
14
RINCIAN 311 Lihat buku pedoman halaman 128 – 129

Luas lahan yang dikuasai adalah total luas lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain,
dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut dapat berupa lahan sawah dan/atau lahan bukan
sawah (lahan pertanian) dan lahan bukan pertanian.
Lahan milik sendiri meliputi:
1. Lahan pembelian adalah lahan yang didapat secara pembelian, baik secara tunai maupun angsuran.
2. Lahan warisan adalah lahan yang diterima oleh ahli waris berdasarkan pembagian dari harta orang
yang telah meninggal dunia.
3. Lahan hibah adalah lahan yang diterima/didapat secara cuma-cuma dari orang yang masih hidup.
4. Lahan yang dimiliki berdasarkan:
a. Land Reform d. Pembagian lahan dari pembukaan hutan
b. Permohonan biasa . e. Hukum adat
c. Pembagian lahan transmigrasi f. Penyerahan dari program perkebunan inti rakyat (PIR)

15
RINCIAN 311 Lihat buku pedoman halaman 128

Tampilan Kuesioner Rincian 311 s.d. Rincian 321 harus dalam satuan m2 dan bilangan bulat

R311. Luas lahan yang dikuasai (m2)

Isikan luas lahan pada bidang tersebut dalam satuan m2 untuk setiap bidang. Jika
responden hanya dapat menjawab dalam satuan setempat, maka petugas harus
mengkonversikan ke dalam m2 sesuai dengan konversi yang berlaku di daerah
setempat. Pembulatan hanya boleh dilakukan setelah dikonversikan ke satuan
standar.
Contoh penghitungan konversi lahan:
1. Luas lahan sawah 62,5 bata, sedangkan 1 bata = 14 m2, konversi dalam satuan
m2 adalah 62,5 × 14 m2 = 875 m2. Luas lahan sawah yang diisikan pada kotak
adalah 875.
2. Luas lahan sawah 20 rante, sedangkan 1 rante = 400 m2, konversi dalam satuan
m2 adalah 20 × 400 m2 = 8000 m2. Luas lahan sawah yang diisikan pada kotak
adalah 8000.
16
RINCIAN 311 Lihat buku pedoman halaman 129

Lahan yang berasal dari pihak lain adalah lahan yang diperoleh secara bagi hasil, sewa, gadai, bengkok,
maupun lainnya.
1. Lahan bagi hasil (sekap) adalah lahan sewa yang dibayar dengan hasil panen. Besarnya bagian panen
yang akan diserahkan kepada pemilik lahan sudah ditentukan lebih dulu, misalnya, setengah atau
sepertiga dari hasil panen. Istilah-istilah yang dipakai di beberapa daerah antara lain maro, meniga,
martilu, toyo, nengah, jejuran, kujang, dan mampatigoi.
2. Lahan sewa adalah lahan yang berasal dari pihak lain dengan membayar sewa yang besarnya sudah
ditetapkan terlebih dulu tanpa melihat besar kecilnya hasil produksi. Pembayaran sewa dapat berupa
uang atau barang. Dalam sewa menyewa, pemilik lahan tidak ikut menanggung ongkos-ongkos
produksi maupun risiko dari penggarapan lahannya.
3. Lahan gadai adalah lahan yang berasal dari pihak lain sebagai jaminan pinjaman uang pihak yang
menggadaikan lahannya. Lahan tersebut dikuasai oleh orang yang memberi pinjaman uang sampai
pemilik lahan membayar kembali utangnya.

17
RINCIAN 311 Lihat buku pedoman halaman 129

Lahan yang berasal dari pihak lain adalah lahan yang diperoleh secara bagi hasil, sewa, gadai, bengkok,
maupun lainnya.
4. Lahan bengkok/pelungguh adalah lahan milik desa/kelurahan yang dikuasakan kepada pamong desa
atau bekas pamong desa sebagai gaji atau pensiun.
5. Lainnya yaitu lahan bebas sewa, serobotan, dan lahan garapan lainnya.
Lahan yang berada di pihak lain meliputi:
1. Lahan yang disewakan
2. Lahan yang dibagihasilkan
3. Lahan yang digadaikan
4. Lahan yang diserahkan kepada pihak lain dengan bebas sewa
5. Lahan yang dikuasai pihak lain secara tidak sah

18
RINCIAN 312 Lihat buku pedoman halaman 130

Rincian 312 s.d. Rincian 321 merupakan identifikasi penggunaan lahan pada setiap bidang oleh unit
usaha pertanian pada 1 Mei 2023 (m2).

Tampilan Kuesioner R312. Lahan sawah

Apabila ditemukan lahan sawah yang digunakan untuk budidaya perikanan


(kolam) maka luasannya masuk sebagai lahan sawah dan tambahkan keterangan
di rincian catatan.
Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya
ditanami padi tanpa memandang dimana diperoleh/status lahan tersebut. Lahan
tersebut termasuk lahan yang terdaftar di Pajak Bumi & Bangunan (PBB), Iuran
Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang
ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah, baik
yang ditanami padi maupun palawija.
19
RINCIAN 313-314 Lihat buku pedoman halaman 130

Tampilan Kuesioner

R313. Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering)

Lahan bukan sawah adalah semua lahan selain lahan sawah seperti lahan
pekarangan, ladang/huma, tegal/kebun, lahan perkebunan, kolam, tambak, danau,
rawa, dan lainnya untuk tanaman semusim.

R314. Lahan padang rumput sementara (ditanam < 5 tahun)

Lahan padang rumput sementara mengacu pada hamparan area terbuka, ladang,
atau lapangan yang ditumbuhi oleh rumput dan tanaman tak berkayu lainnya.
Tumbuhnya rumput di area tersebut terjadi karena adanya penaburan setiap satu
sampai empat tahun sekali.

20
RINCIAN 315-316 Lihat buku pedoman halaman 130 - 131

Tampilan Kuesioner

R315. Lahan padang rumput permanen (ditanam atau tumbuh natural ≥ 5 tahun

Lahan padang rumput permanen (ditanam atau tumbuh natural ≥ 5 tahun) mengacu pada
hamparan area terbuka, ladang, atau lapangan yang ditumbuhi oleh rumput dan tanaman tak
berkayu lainnya. Padang rumput ini akan hilang setelah lima tahun atau lebih tanpa adanya
penaburan. Jenis padang rumput ini terdiri dari padang rumput umum dan padang rumput
yang hanya digunakan oleh unit usaha terkait.

R316. Lahan yang sementara belum ditanami menunggu penanaman (1 s.d ≤ 5 tahun)

Lahan yang sementara belum ditanami menunggu penanaman mengacu kepada lahan
garapan yang sedang dalam masa istirahat panjang sebelum ditanami ulang. Periode kosong
antara 1 s.d ≤ 5 tahun. Ini mungkin merupakan bagian dari sistem musiman usaha pertanian
tersebut atau karena tanaman tidak dapat ditanam akibat lahan mengalami kerusakan karena
banjir, kurangnya air, tidak adanya input produksi, atau alasan lainnya.
21
RINCIAN 317-318 Lihat buku pedoman halaman 131

Tampilan Kuesioner

R317. Lahan untuk tanaman tahunan (hortikultura dan perkebunan)

Lahan untuk tanaman tahunan (hortikultura dan perkebunan) mengacu kepada lahan yang ditanami
dengan tanaman jangka panjang yang dapat tumbuh lebih dari satu atau dua tahun seperti tanaman
hortikultura tahunan dan tanaman perkebunan tahunan. Lahan padang rumput atau padang makan
ternak tetap tidak dikategorikan sebagai lahan untuk tanaman tahunan.

R318. Lahan untuk kandang ternak dan bangunan untuk pertanian lainnya (lumbung, penggilingan, dsb)

Lahan untuk kandang ternak dan bangunan untuk pertanian lainnya (lumbung, penggilingan,
dsb) mengacu kepada permukaan lahan yang ditempati oleh bangunan-bangunan operasional
pertanian (hanggar, lumbung, gudang, silo), bangunan untuk ternak (kandang kuda, kandang sapi,
kandang domba, pekarangan unggas) dan pekarangan pertanian. Area rumah pemilik usaha (termasuk
halamannya) juga termasuk dalam klasifikasi ini jika termasuk bagian dari usaha pertanian.
Kandang ternak tidak memiliki luas minimal. Tidak memiliki kandang ternak belum tentu tidak memiliki
usaha peternakan, karena bisa saja ternak dilepas di alam terbuka.
22
RINCIAN 319 Lihat buku pedoman halaman 132

Tampilan Kuesioner

R319. Lahan untuk kegiatan kehutanan

Lahan untuk kegiatan kehutanan terdiri dari:


a. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (Undang-
Undang No. 41 Tahun 1999).
b. Hutan Tegakan (lokasi yang dianggap hutan oleh masyarakat) adalah hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan
(masih banyak pohon).
c. Lahan yang ditanami tanaman kehutanan adalah lahan yang digunakan untuk
budidaya tanaman kehutanan termasuk pembibitan. Contohnya tanaman sengon,
akasia, jati, dan lain-lain.

23
RINCIAN 320-321 Lihat buku pedoman halaman 132

Tampilan Kuesioner

R320. Lahan untuk kegiatan budidaya perikanan

Lahan untuk kegiatan budidaya perikanan yaitu area yang digunakan untuk budidaya perikanan
meliputi area (Kolam air tawar/wadah lainnya, tambak air payau) untuk fasilitas budidaya
perikanan, termasuk fasilitas pendukung.
Perlu dicatat bahwa jika lahan yang sama digunakan untuk budidaya perikanan dalam satu musim
dan untuk menanam tanaman (padi) di musim lain, maka lahan tersebut tetap dicatat sebagai
lahan sawah tanpa melihat nilai produksi yang terbesar.

R321. Lahan lainnya (bukan lahan pertanian dan bukan tempat tinggal)
Lahan lainnya mencakup semua area lain pada unit usaha yang tidak diklasifikasikan di tempat
lain (selain lahan pertanian dan tidak termasuk lahan tempat tinggal). Satuan R321 adalah m2.
Termasuk lahan yang tidak dapat ditanami seperti lahan tandus, berpasir, terjal, dsb. Juga
termasuk lahan untuk usaha selain pertanian seperti warung, bengkel, toko dan sejenisnya yang
bukan merupakan bangunan tempat tinggal.
24
RINCIAN 322 Lihat buku pedoman halaman 132

Tampilan Kuesioner

R322. Kepemilikkan lahan

Isikan Kepemilikan lahan pada setiap bidang (kode 1 – 16).


Kode 1 s.d 7 Dimiliki dengan dokumen resmi:
Lahan milik sendiri dengan dokumen tertulis adalah lahan pertanian yang
kepemilikannya atas nama pribadi yakni rumah tangga atau unit usaha dengan
bukti dokumen tertulis.

25
Kode Kepemilikkan Lahan Lihat buku pedoman halaman 133 – 134

1. Sertifikat Hak Milik adalah jenis sertifikat yang pemiliknya memiliki hak penuh atas kepemilikan tanah pada
kawasan dengan luas tertentu yang telah disebutkan dalam sertifikat tersebut. Status SHM adalah status
yang paling kuat untuk kepemilikan lahan karena lahan sudah menjadi milik seseorang tanpa campur tangan
ataupun kemungkinan pemilikan pihak lain. Berbeda dengan Sertifikat yang memiliki batas waktu tertentu,
Sertifikat Hak Milik tidak ada batas waktu kepemilikan. Sertifikat ini dikeluarkan oleh Badan Pertanahan
Nasional dan hanya bisa dimiliki oleh WNI.
2. Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) adalah jenis sertifikat tanah yang pemegang sertifikatnya hanya
bisa memanfaatkan tanah tersebut baik, untuk mendirikan bangunan atau untuk keperluan lain sedang
kepemilikan tanah adalah milik negara. Sertifikat Hak Guna Bangunan mempunyai batas waktu tertentu
misalnya 20 tahun. Setelah melewati batas 20 tahun, pemegang sertifikat harus mengurus perpanjangan
SHGB-nya. Berbeda dengan Sertifikat Hak Milik yang kepemilikannya hanya untuk WNI, SHGB dapat dimiliki
oleh WNA.

26
Kode Kepemilikkan Lahan Lihat buku pedoman halaman 134

3. Sertifikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (SHSRS/SHMRS) adalah tanda bukti kepemilikan atas satuan
rumah susun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah negara, serta hak guna
bangunan atau hak pakai di atas tanah hak pengelolaan (PP Nomor 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Rumah Susun). Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan
yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun
vertical dan merupakana satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Istilah
satuan rumah susun mengacu pada unit rumah susun yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah dengan
fungsi utama sebagai tempat hunian dan mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.
4. Sertifikat Hak Guna Usaha adalah hak khusus untuk mengusahakan tanah yang bukan miliknya sendiri atas
tanah yang dikuasai langsung oleh negara untuk perusahaan pertanian, perikanan, atau peternakan
(berdasarkan Pasal 28 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960).

27
Kode Kepemilikkan Lahan Lihat buku pedoman halaman 134 – 135

5. Sertifikat Hak Pakai adalah jenis sertifikat yang menyatakan hak pemegang sertifikat untuk
menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah
milik orang lain yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan
pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, dan segala sesuatu
asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan undang-undang.
6. Leter C/ Girik/ Pethok D/ dll
Letter C adalah buku yang dijadikan catatan penarikan pajak. Kutipan letter c terdapat di kantor
kelurahan sedangkan induk dari kutipan letter c terdapat di kantor palayanan PBB. Surat bukti lainnya,
misalnya surat bukti berupa wasiat, surat adat, alas hak.

28
Kode Kepemilikkan Lahan Lihat buku pedoman halaman 135

Girik adalah lahan bekas hak milik adat yang belum didaftarkan pada Badan Pertanahan Nasional
(BPN). Girik bukanlah sertifikat melainkan surat tanda pembayaran pajak atas lahan, yang
merupakan bukti bahwa seseorang menguasai sebidang tanah. Girik tidak kuat status hukumnya
seperti sertifikat, tetapi girik bisa dijadikan dasar untuk membuat sertifikat tanah. Surat tanda bukti
ini dikeluarkan oleh Kepala Desa/Kelurahan dan digunakan untuk penarikan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
Akta Jual Beli (AJB) adalah salah satu tanda bukti kepemilikan tanah oleh pejabat pembuat akta
tanah (PPAT/Notaris) yang berupa akte perjanjian jual beli antara penjual dan pembeli atas tanah
yang dipergunakan sebagai tempat tinggal responden. AJB tidak dimasukkan di dalam jenis
sertifikat kepemilikan karena AJB hanya merupakan bukti hukum telah terjadinya transaksi jual-beli
antara kedua belah pihak.
29
Kode Kepemilikkan Lahan Lihat buku pedoman halaman 135

7. Lahan Garapan/ Lahan Gogol Gilir adalah tanah adat yang berasal dari masyarakat Jawa. Tanah
garapan menurut Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nomor 2 Tahun 2003 adalah
sebidang tanah yang sudah atau belum dilekati dengan sesuatu hak yang dikerjakan dan dimanfaatkan
oleh pihak lain baik dengan persetujuan atau tanpa persetujuan yang berhak dengan atau tanpa jangka
waktu tertentu yang berhak dengan atau tanpa jangka waktu tertentu.

8. Dimiliki tanpa dokumen resmi. Yaitu memiliki lahan namun tidak memiliki surat (pernyataan) dari
instansi yang berwenang maupun dari pihak lain atas kepemilikan tanah.

9. Sewa dengan perjanjian tertulis. Yaitu lahan yang berasal dari pihak lain dengan membayar sewa
sesuai perjanjian yang telah ditetapkan oleh kedua pihak dan perjanjian tersebut tertulis atau tercetak.

30
Kode Kepemilikkan Lahan Lihat buku pedoman halaman 135 - 136

10. Sewa tanpa perjanjian tertulis. Lahan menyewa tanpa perjanjian tertulis adalah lahan pertanian yang
status kepemilikannya bukan atas nama unit usaha yang bersangkutan, melainkan milik orang lain, tanpa
bukti perjanjian tertulis. Unit usaha pertanian ini wajib membayar uang sewa sesuai kesepakatan dengan
pemilik lahan, biasanya hanya kesepakatan lisan. Lahan negara atau milik bersama tanpa perjanjian tertulis
(hak pakai tidak bersertifikat) adalah lahan pertanian yang status kepemilikan sebelumnya merupakan milik
negara atau bersama dan tidak tersedia perjanjian tertulis.

11. Menggarap lahan orang lain yaitu menggarap lahan pertanian yang status kepemilikannya bukan atas
nama unit usaha yang bersangkutan, melainkan milik orang lain namun sudah dengan izin pemiliknya.

12. Milik negara atau lahan adat yang diperoleh melalui program perhutanan sosial. Yaitu lahan yang
status kepemilikan sebelumnya merupakan milik negara atau bersama untuk tujuan program perhutanan
sosial. Program Perhutanan Sosial merupakan program pemerintah yang memberikan akses legal
masyarakat terhadap kawasan hutan negara.
31
Kode Kepemilikkan Lahan Lihat buku pedoman halaman 136

13. Milik negara atau lahan adat yang diperoleh dengan perjanjian tertulis selain program
perhutanan sosial. Yaitu lahan pertanian yang status kepemilikan sebelumnya merupakan milik
negara atau bersama dan tersedia perjanjian tertulis terkait hak untuk menggunakan lahan oleh
pihak unit usaha untuk dikembangkan. Lahan tersebut di luar program perhutanan sosial.
14. Milik negara atau lahan adat yang digunakan bersama tanpa perjanjian tertulis (hak guna
yang tidak jelas) adalah lahan pertanian yang status kepemilikannya merupakan milik negara atau
bersama yang dikuasakan kepada pengelola unit usaha untuk digunakan tanpa perjanjian tertulis.
15. Menempati/ mengelola tanpa izin. Yaitu lahan yang digunakan berasal dari pihak lain namun
tanpa izin pemiliknya, termasuk petani dengan lahan bebas pakai (bebas sewa).
16. Lainnya. Yaitu lahan dengan hak milik selain yang telah disebutkan sebelumnya.

32
RINCIAN 323 Lihat buku pedoman halaman 136 – 137

Tampilan Kuesioner

R323. Jenis irigasi

Isikan jenis irigasi utama yang digunakan pada setiap bidang.


1. Irigasi Permukaan Tanah/Irigasi Gravitasi. Sistem irigasi ini mendistribusikan
air dengan cara memanfaatkan gravitasi yang akan membiarkan air mengalir
sendiri ke lahan sampai ketinggian tertentu.
2. Irigasi Bawah Tanah. Sistem irigasi ini merupakan bentuk dari irigasi mikro
dengan alat yang diletakkan di bagian bawah permukaan tanah. Alat tersebut
menyuplai air langsung ke daerah akar tanaman yang membutuhkannya
melalui aliran air tanah.

33
RINCIAN 323 Lihat buku pedoman halaman 137

3. Irigasi Siraman. Sistem ini mendistribusikan air melalui semprotan ke udara layaknya air hujan
melalui pengaliran air lewat pipa dengan tekanan tinggi. Tujuannya agar air bisa terbagi merata
pada areal pertanaman.
4. Irigasi Tetesan. Irigasi tetes merupakan cara pendistribusian air secara langsung pada tanaman
menggunakan alat tetes bernama emiter. Pengairannya sendiri melalui tetesan secara terus-
menerus pada tanah yang ada di dekat tumbuhan. Irigasi ini bisa dilakukan di permukaan tanah
maupun di dalam tanah dan bertujuan untuk memanfaatkan air yang ada dalam jumlah terbatas.
5. Irigasi Lainnya. Jika unit usaha menggunakan sistem pengairan selain yang telah disebutkan
sebelumnya.
6. Tidak Beririgasi. Tidak ada pengairan.

34
RINCIAN 324 Lihat buku pedoman halaman 137

Tampilan Kuesioner

R324. Lokasi lahan

Isikan lokasi lahan untuk bidang tersebut sampai level


desa/Kelurahan.
Lokasi lahan dituliskan dengan kode prov/kab/kota/kec/desa/kel
sesuai dengan master wilayah, petugas akan dibekali dengan kode
Master File Desa (MFD).

Kode Master File Desa (MFD) dapat diakses melalui link:


http://s.bps.go.id/DaftarST2023-Kode

35
Contoh Pengisian Blok III Lihat buku pedoman halaman 138

1. Bu Nila menyewa lahan sawah beririgasi seluas 0,5 ha dari Bu Poppy untuk ditanami padi sawah.
Pada saat pencacahan lahan tersebut oleh Bu Nila masih ditanami padi sawah. Luas rumah dan
pekarangan milik Bu Nila seluas 200 m2 dan tidak bersertifikat. Isian Blok III untuk rumah tangga Bu
Nila adalah:
Konversi luas lahan dalam m2 adalah 0,5 × 10.000 = 5.000 m2

36
Contoh Pengisian Blok III Lihat buku pedoman halaman 138

37
Contoh Pengisian Blok III Lihat buku pedoman halaman 138 - 139

2. Pak Udin memiliki ladang seluas 1 ha yang ditanami kakao. Selain itu Ia juga menyewa sawah
tidak beririgasi dari Pak Budi seluas 1,5 ha yang kemudian Ia tanami jagung dan cabai rawit secara
tumpang sari. Komoditas strategis di daerah tempat tinggal Pak Udin adalah jagung. Pak Udin
menanami seluruh tepian ladangnya dengan tanaman pinang untuk batas dari ladang orang lain.
Pak Udin tinggal di rumah yang dibangun di atas tanah warisan seluas 300 m2. Seluruh tanah yang
dimiliki Pak Udin bersertifikat hak milik (SHM). Tanaman kakao, jagung, dan cabai rawit ditanam
dalam jarak tanam yang normal. Isian Blok III untuk rumah tangga Pak Udin adalah:
Konversi luas lahan dalam m2 adalah (1+1,5) × 10.000 = 25.000 m2

38
Contoh Pengisian Blok III Lihat buku pedoman halaman 139

39
Contoh Pengisian Blok III Lihat buku pedoman halaman 139

40
Contoh Pengisian Blok III Lihat buku pedoman halaman 139

3. Bu Morina memiliki 2 (dua) bidang lahan sawah irigasi masing-masing seluas 500 m2 yang
semuanya belum memiliki bukti kepemilikan, dan juga memiliki 1 (satu) bidang lahan sawah non
irigasi yang sudah memiliki bukti kepemilikan berupa Girik seluas 600 m2, yang saat ini masih
disewakan kepada ibu Fitriana. Kedua lahan sawah irigasi tersebut biasanya ditanami padi, tetapi
pada musim ini, bidang yang satu seluas 500 m2 tidak ditanami padi tetapi digunakan untuk usaha
budidaya ikan nila. Rumah dan pekarangan seluas 400 m2 yang ditempati Bu Morina saat ini
bukan rumah milik sendiri tetapi merupakan rumah kontrakan. Maka isian Blok III Daftar ST20203-
L2.UTP untuk rumah tangga Bu Morina adalah

41
Contoh Pengisian Blok III Lihat buku pedoman halaman 140

42
Contoh Pengisian Blok III Lihat buku pedoman halaman 140

43
Terima Kasih!
www.bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai