Anda di halaman 1dari 2

Saat ini negaraku dan dunia dihebohkan dengan munculnya pandemi yang disebut dengan

Corona Virus Disease atau COVID-19. Awalnya, virus ini pertama muncul di negara China tepatnya
kota Wuhan pada akhir taun 2019 kemarin. Virus tersebut menyebar dengan sangat cepat ke negara-
negara lain. Indonesia awalnya tidak memiliki satu orangpun yang terinfeksi virus tersebut
dikarenakan iklim di Indonesia yang dapat membunuh virus tersebut. Namun secara tak terduga
ternyata ada dua WNI yang positif terinfeksi corona dan kini total semua pasien yang positif terdapat
sekitar 7000 orang. Pemerintah mulai menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan Social
Distancing maupun tetap di rumah untuk mengurangi kontak fisik dan meminta masyarakat agar
selalu menggunakan masker jika keluar dari rumah. Semua sekolah juga sudah diliburkan dan
menggunakan sistem pembelajaran online. Bahkan Ujian Nasional tahun 2020 ditiadakan.
Aku sebagai siswa terpelajar sudah seharusnya mengindahkan
himbauan dari pemerintah untuk tetap di rumah. Memang bosan sekali rasanya namun tetap harus
dilakukan demi kebaikan bersama. Saat aku sedang mengerjakan tugas, kakakku terlihat sangat
gelisah dan galau. Aku penasaran kenapa gelagatnya seperti itu.
“Kenapa gelisah begitu, Kak?” tanyaku yang heran melihat
tingkahnya. “Aku bosan banget, Dik” jawabnya.
“Sama, Kak. Tapi apa boleh buat”
“Setelah kamu mengerjakan tugas kita belanja ke mall yuk,
Dik” “Tuh kan kakak mulai lagi. Memang susah untuk tetap diam
di rumah, tapi ini juga akan menguntungkan diri kita sendiri. Toh, banyak juga hal bermanfaat yang
bisa dilakukan di rumah, seperti masak-masak dan berolahraga. Kakak saja yang terlalu malas”
“Adik nggak seru ih!”
“Sabar, dong. Besok kan kita juga akan belanja untuk
kebutuhan selama karantina” “Bukan itu yang kakak maksud!”
Aku hanya bisa tersenyum gemas melihat tingkah kakakku
yang tidak sesuai dengan umurnya itu. Sejujurnya aku menerima banyak ajakan untuk keluar dari
rumah. Entah dari teman-temanku maupun keluargaku sendiri. Meskipun kerap kali tergoda, aku
selalu menahan diriku. Aku tidak ingin bertindak gegabah demi kepuasan yang akhirnya akan
merugikan diriku sendiri. Tibalah hari Minggu saat aku dan kakakku
akan belanja kebutuhan. Wajahnya masih saja kecut dan cemberut seperti kemarin-kemarin.
“Kak, ayo berangkat. Kakak ikut
kan?” tanyaku. “Sabar” jawabnya dengan nada galak
dan wajah kecutnya. Dan lagi-lagi aku hanya tersenyum gemas
melihat tingkahnya itu. Setelah sampai di supermarket, aku melihat dengan
seorang temanku yang sedang berbelanja juga. Dia berdiri dengan tenang tanpa mengenakan masker di
tengah keramaian ini. Aku yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng. Aku berniat menyapa sekaligus
menegurnya. Namun posisinya yang ada di tengah kerumunan orang membuatku enggan untuk
mendekatinya. Namun, saat aku sedang memilih-milih kebutuhan, tanpa sadar ternyata dia berada di
sampingku. Mungkin dia tidak mengenaliku karena aku mengunakan masker.
“Hai, Tyas” sapaku.
“Iya? Oh, Sasa ya?” jawabnya yang langsung menyadari
diriku. “Siapa itu, Dik?” tanya kakakku yang tidak mengenalinya.
“Tyas, Kak. Temanku di sekolah”
“Oh”
“Oiya, kamu kok nggak pakai masker, Tyas?” tanyaku yang
berusaha menegurnya. “Pengap sekali kalo pakai masker. Aku nggak tahan” jawab Tyas
yang membuat dahiku mengernyit.
“Loh, nggak boleh begitu dong” balasku.
“Sudahlah, Dik. Bukan urusanmu” sahut kakak yang mendengar
ucapanku. “Bukan gitu. Ini tidak hanya merugikan diri sendiri tapi orang
disekitar juga” “Sudahlah. Makasih sudah menegurku, Sasa. Lain kali aku akan
menggunakan masker jika keluar dari rumah” jawab Tyas yang sepertinya paham dengan ucapanku.
“Oiya, ini aku ada satu masker lagi. Pakai saja” aku
menawarkan masker cadanganku kepada Tyas sebelum terlambat.
“Wah terima kasih, Sasa”

Anda mungkin juga menyukai