Anda di halaman 1dari 35

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Distribusi

a. Pengertian Distribusi

Distribusi pada hakekatnya adalah suatu proses yang ada dalam ilmu

pemasaran. Adapun distribusi itu adalah penyaluran barang atau jasa yang

diperlukan yang tujuannya untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari dari

produsen kepada konsumen.1

Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang

berusaham memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa

dari produsen kapada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan

yang diperlukan.2

Kebijakan distribusi yang baik diajarkan dalam Islam yaitu sangat

berkaitan dengan harta yang tidak menumpuk pada golongan tertentu

dimasyarakat. Atau dapat dikatakan bahwa dalam bermasyarakat tidak

terjadinya kesenjangan sosial yang sangat tidak rasional. Sehingga dapat

terjadinya dan terwujudnya keadilan dalam distribusi.3

1
Yolanda Berti, “Strategi Pendistribusian Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS) Melalui Program Banda
Lampung Cerdas Dalam Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS)”, (Skripsi Program Sarjana Sosial UIN Raden Intan Lampung, 2020), Hlm. 43
2
Fandi Tjiptono, “Strategi Pemasaran”, (Yogyakarta: Andi, 2001), Hlm. 185.
3
Ruslan A. Ghofur Noor, “Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan Ekonomi
Indonesia”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Hlm. 88.

14
15

Berdasarkan pengertian duatas dapat penulis simpulkan bahwa

pendistribusian adalah suatu proses penyaluran barang atau jasa dari

produsen kepada konsumen dengan tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan

konsumen.

Jadi pengetian pendistribusian zakat, infaq dan sedekah (ZIS) adalah

suatu kegiatan penyaluran dana zakat, infaq dan sedekah (ZIS) agar

mempermudah penyaluran dari pihak yang berzakat (muzakki) kepada orang

yang berhak menerimanya (mustahiq), sehingga dana yang disalurkan tepat

sasaran dengan tujuan terciptanya suatu keadilan yang merata.

Dalam pendistribusian membutuhkan fungsi manajemen yaitu fungsi

pelaksanaan (Accuatting), adapun pengertian pelaksanaan menurut Westra

adalah sebagai usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua

rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan

melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang

melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya serta kapan pelaksanaan

dimulainya.

Selain itu dalam pelaksanaan terdapat tahapan-tahapan yang

diperlukan. Adapun tahapan pelaksanaan itu terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Proses kepemimpinan, pembimbingan dan motivasi kerja

2. Pemberian tugas dan penjelasan

3. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan


16

Dalam undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang pendistribusian

zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperlihatkan prinsip

pemerataan, keadilan dan kewilayahan.4

Adapun firman Allah SWT yang menjelaskan tentang pendistribusian

zakat teradapat pada QS. At-Taubah Ayat 60 yang berbunyi :

‫ِإَمَّنا الَّص َد َقاُت ِلْلُفَق اِء َو اْلَم اِكِني َو اْلَعاِمِلَني َعَلْيَه ا َو اْلُم َؤ َّلَف ِة ُقُلوُبُه ْم َو يِف‬
‫َس‬ ‫َر‬
‫ِم ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِم‬
‫الِّرَقاِب َو اْلَغاِر ني َو يِف َس ِبيِل الَّل َو اْبِن الَّس ِبيِل ۖ َفِر يَض ًة َن الَّل ۗ َو الَّلُه‬
‫ِل ِك‬
‫َع يٌم َح يٌم‬
60. “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus,pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. (QS. At-Taubah: 60).5
b. Langkah-Langkah Distribusi

Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan

pendistribusian program perusahaan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat

tercapai dan menuaikan hasil yang maksimal. Untuk itu ada beberapa

langkah yang harus diperhatikan dalam proses pelaksanaan distribusi adalah

sebagai berikut:

1) Proses kepemimpinan, pembimbingan dan motivasi kerja. Dalam proses

ini merupakan salah satu tahapan yang harus diperhatikan, karena dengan

4
Undang-undang Indonesia, “Pendistribusian Zakat”, (No. 23: Pasal 26, 2011)
5
Kementerian Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung: Penerbit Jabal, 2010), Hlm.
196.
17

adanya pemimpin, bimbingan serta motivasi akan menimbulkan

kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan penuh

semangat sesuai yang kita harapkan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

2) Memberikan tugas dan penjelasan, langkah yang kedua adalah dengan

memberikan tugas yang diberikan dengan baik. Dengan penjelasan serta

arahan yang dilakukan dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang

benar, jelas dan tegas. Segala saran dan instruksi kepada staf dalam

pelajaran tugas harus diberikan dengan jelas agar terlaksana.

3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan, menjelaskan kebijakan yang

ditetapkan yang dimaksud adalah berkomunikasi dengan cara efektif agar

tidak terjadi kesalahpahaman, agar tujuan serta target yang akan dicapai

terlaksana dengan baik.

Dari penjabaran diatas dapat penulis simpulkan langkah-langkah

distribusi ada tiga yaitu Proses kepemimpinan, pembimbingan dan motivasi

kerja, Memberikan tugas dan penjelasan dan menjelaskan kebijakan yang

ditetapkan tujuannya agar tercapainya tujuan yang dikehendaki.

c. Macam Distribusi

Ada 4 bentuk inovasi distribusi yang dikategorikan dalam empat

bentuk berikut:
18

1) Distribusi bersifat konsumtif tradisional, yaitu dibagikan kepada

mustahiq, untuk dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah atau

zakat maal yang dibagikan kepada para korban bencana alam.

2) Distribusi bersifat konsumtif kreatif, yaitu diwujudkan dalam bentuk lain

dari barangnya semula seperti diberikan dalam bentuk alat-alat atau

beasiswa.

3) Distribusi bersifat produktif tradisional, diberikan dalam bentuk barang-

barang yang produktif seperti kambing, sapi dan lainnya. Pemberian

dalam bentuk ini akan menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan

kerja bagi fakir miskin.

4) Distribusi dalam bentuk produktif kreatif, yaitu diwujudkan dalam

bentuk prmodalan baik untuk membangun proyek sosial atau menambah

modal pedagang usaha kecil.6

Sistem Pendistribusian zakat bisa dilakukan dengan sendiri atau

mandiri bisa juga lewat lembaga. Distribusi zakat, infaq, sedekah terbagi

menjadi dua, yaitu zakat yang bersifat konsumtif yaitu berupa sandang,

pangan dan papan. Sedangkan zakat produktif adalah zakat yang

diberdayakan untuk kegiatan ekonomi. Zakat produktif merupakan

pemberian modal usaha kepada mustahiq untuk mengembangkan usahanya.

Sedangkan zakat konsumtif merupakan zakat yang diberikan kepada

mustahiq dengan secara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari,

6
M. Arief Mufraini, “Akutansi dan Manajemen Zakat (Mengonsumsikan Kesadaran dan
Membangun Jaringan”, (Jakarta: Kencana Prenanda Media, 2006), Hlm. 153
19

seperti pembagian zakat berupa beras dan uang kepada fakir miskin setiap

idul fitri atau pembagian zakat maal secara langsung oleh para muzzaki

kepada mustahiq yang membutuhkan kerena ketiadaan pangan atau karena

mengalami musibah.7

d. Ruang Lingkup Distribusi

Seperti ilmu yang lainnya distribusi juga memiliki ruang lingkup

pendistribusiannya. Ruang lingkup penyaluran zakat, infaq dan sedekah

harus dibagikan kepada masyarakat yang ada disekeliling kita taupun diluar

daerah lain yang lebih membutuhkan, dengan catatan apabila jika di darah

tersebut sudah tidak memerlukan pembagian dana ZIS dalam artian bahwa

masyarakat di daerah itu sudh dikatakan mampu dan tidak termasuk dalam

golongan 8 asnaf yang telah ditetapkan. Adapun pendapat para ulama

tentang ruang lingkup penyaluran zakat, infaq dan sedekah terbagi dalam 3

macam kriteria yaitu:

1) Zakat tidak boleh dipindahkan atau dengan kata lain zakat, infaq dan

sedekah yang dikumpulkan dari suatu tempat seharusnya dibagi kepada

yang membutuhkan pada tempat yang sama juga, kecuali jika keadaaan

darurat menghendaki, maka boleh dipindahkan sebagiannya.

2) Zakat ini boleh dipindahkan.

3) Saham (hak) fakir miskin dibagi ditempat pengumpulan. Sedangkan

saham-saham yang lain boleh dipindahkan sesuai dengan kebijakan

pemerintahan.
7
Ibid. Hlm. 155.
20

2. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS)

a. Pengertian Zakat, Macam Zakat, dan Syarat Penerimaan Zakat

1) Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat berasal dari kata zakka, yang

mempunya arti berkah, tumbuh, bersih, suci, dan baik. 8 Dengan

demikian, zakat itu membersihkan (mensucikan) diri seseorang dari

hartanya, pahalanya bertambah, hartanya tumbuh dan membawa berkah.

Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) merupakan suatu pilar tersendiri

terkait dengan perannya dalam pendistribusian pendapatan dari

kelompok Aghniya (orang yang memiliki kelebihan harta) kepada

kelompok yang mengalami kekurangan harta (8 asnaf).9

Sedangkan menurut istilah, zakat adalah bagian dari sejumlah harta

tertentu dimana harta tersebut mencapai syarat nishab (batas harta yang

wajib dizakatkan) dab syarat haulnya (batas waktunya), yang mana

diwajibkan oleh Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada

yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.10

Dalam bahasa arab, zakat mempunyai beberapa makna. Pertama,

zakat bermakna At-Thohuru, yang artinya membersihkan atau

mensucikan. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu

menunaikan zakat karena Allah SWT dan bukan didasari karena ingin

8
Majma Lughah Al-Arabiyyah, “al-mu’jam al-Wasith”, (Mesir: Daar el-Ma’arif, 1972), Juz 1, Hlm.
396.
9
Yusuf Wibisono, “Mengelola Zakat Indonesia”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Hlm. 107.
10
Syarif Hidayatullah, “Ensiklopedia Rukun Islam Tentang Zakat”, (Jakarta: Al-Kautsar Prima,
2008), Hlm.3.
21

dipuji manusia, maka Allah SWT akan membersihkan dan mensucikan

baik hartanya maupun jiwanya. Hal ini sebagai mana dinyatakan dalam

surah At-Taubah Ayat 103, yang berbunyi:

‫ِهِل‬
‫ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو ا ْم َص َدَقًة ُتَطِّه ُر ُه ْم َو ُتَز ِّك يِه ْم َهِبا َو َص ِّل َعَلْيِه ْم ۖ ِإَّن َص اَل َتَك‬
‫ِمَس ِل‬
‫َس َك ٌن ُهَلْم ۗ َو الَّلُه يٌع َع يٌم‬
103. “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. At-
Taubah:103)11

Dari ayat diatas dapat disimpulkan maksudnya adalah zakat itu

membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan

kepada harta benda dan zakat itu juga menyuburkan sifat-sifat kebaikan.

Makna yang kedua, zakat bermakna albarakatu yang artinya

berkah. Makna ini mengaskan bahwa orang yang selalu membayar zakat,

maka hartanya akan selalu dilimpahkan oleh Allah SWT, kemudian

keberkahan hart aini akan berdampak kepada keberkahan hidup.

Keberkahan ini lahir karena harta yang kita gunakan harta yang suci dan

bersih, sebab harta kita telah dibersihkan dari kotoran dengan

menunaikan zakat yang hakikatnya zakat itu sendiri berfungsi untuk

membersihkan dan menyucikan harta.

11
Kementerian Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung: Penerbit Jabal, 2010) Hlm.
203
22

Ketiga, zakat bermakna an-numuw, yang artinya tumbuh dan

berkembang. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu

menunaikan zakat, maka hartanya (dengan izin Allah) akan selalu

tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan oleh kesucian dan

keberkahan harta yang telah ditunaikan kewajiban zakatnya. Tentu kita

tidak pernah mendengar orang yang selalu menunaikan zakat dengan

ikhlas karena Allah, kemudian banyak mengalami masalah dalam harta

dan usahanya, baik itu kebangkrutan, kehancuran, kerugian usaha, dan

lain sebagainya. Tentu kita tidak pernah mendengar hal itu yang terjadi

justru sebaliknya.

Allah SWT, berfirman dlaam surah Ar-Rum ayat 39, yang berbunyi:

‫ِع ِه‬ ‫ِل‬ ‫ِل‬ ‫ِم‬


‫َو َم ا آَتْيُتْم ْن ِر ًبا َيْر ُبَو يِف َأْم َو ا الَّناِس َفاَل َيْر ُبو ْنَد الَّل ۖ َو َم ا آَتْيُتْم‬
‫ِم ْن َزَك اٍة ُتِر يُد ون َو ْجَه الَّلِه َفُأوَٰلِئَك ُه ُم اْلُم ْض ِعُفوَن‬
39. “Dan seusatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka rib aitu tidak menambah pada sisi Allah. Dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (QS. Ar-Rum:39)12

Menurut ayat di atas, bahwa Allah SWT berfirman tentang zakat

yang sebelumnya didahului dengan firman tentang riba. Dengan ayat ini

Allah SWT sebagai Maha Pemberi Rezeki menegaskan bahwa riba tidak

12
Kementerian Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung: Penerbit Jabal, 2010) Hlm.
408.
23

akan pernah melipatgandakan harta manusia, yang sebenarnya dapat

melipatgandakan adalah dengan menunaikan zakat.

Makna keempat bahwa zakat bermakna as-sholahu, yang artinya

beres atau keberesan, yaitu orang-orang yang selalu beres dan jauh dari

masalah. Orang yang dalam hartanya selalu ditimpa musibah atau

masalah, misalnya mengalami kebangkrutan, kecurian, kerampokkan,

kehilangan, dan lain sebagainya. Hal tersebut bisa terjadi kemungkinan

karena mereka selalu melalaikan zakat yang merupakan kewajiban

mereka dan hak fakir miskin beserta golongan lainnya yang telah Allah

SWT sebutkan dalam Al-Qur’an.

2) Macam-Macam Zakat

Zakat adalah salah satu ibadah yang diabadikan dalam rukun islam

yang hukumnya wajib bagi setiap umat yang beragama islam. Zakat

bukan hanya sebagai ibadah seorang hamba kepada Tuhan-Nya tetapi

juga sebagai bentuk amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan

terhadap sesama manusia. Zakat secara umum terbagi menjadi dua

macam13 yaitu antara lain:

a) Zakat Nafs (jiwa)

Zakat nafs (jiwa) biasa juga disebut dengan zakat fitrah.

Zakat fitrah juga dapat dikatakan zakat badan adalah zakat yang

wajib dikeluarkan oleh setiap umat islam setahun sekali yang


13
Yolanda Berti, “Strategi Pendistribusian Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS) Melalui Program Banda
Lampung Cerdas Dalam Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS)”, (Skripsi Program Sarjana Sosial UIN Raden Intan Lampung, 2020), Hlm. 52.
24

dikeluarkan pada bulan suci Ramadhan sebelum shalat idul fitri

sebesar kurang lebih 2,5 kg beras. Tujuan dari zakat fitrah ini

adalah untuk membersihkan atau mensucikan jiwa manusia.

b) Zakat Maal (harta)

Zakat maal bisa juga disebut zakat harta. Zakat harta adalah

zakat yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim yang apabila

sudah memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan (telah

mencapai nisab). Tujuan zakat harta ini adalah membersihkan

hartanya. Diberikan kepada orang-orang yang kurang mampu.

3) Syarat Penerimaan Zakat

Adapun syarat orang yang berhak menerima zakat terdapat dalam

QS. At-Taubah ayat 60 yang berbunyi:

‫ِة‬ ‫ِكِني ِمِل‬ ‫ِل ِء‬ ‫ِإ‬


‫َمَّنا الَّص َد َقاُت ْلُفَق َر ا َو اْلَم َس ا َو اْلَعا َني َعَلْيَه ا َو اْلُم َؤ َّلَف ُقُلوُبُه ْم‬
‫ِم‬ ‫ِب‬ ‫ِر ِم يِف ِب ِه‬ ‫يِف‬
‫َو الِّرَقاب َو اْلَغا َني َو َس يِل الَّل َو اْبِن الَّس يِل ۖ َفِر يَض ًة َن‬
‫ِل ِك‬ ‫ِه‬
‫الَّل ۗ َو الَّلُه َع يٌم َح يٌم‬
60. “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah:60)14

14
Kementerian Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung: Penerbit Jabal, 2010), Hlm.
196.
25

Dari arti ayat diatas dapat penulis simpulkan bahwa orang yang

berhak menerima zakat terbagi kedalam 8 golongan yaitu antara lain:

a) Fakir miskin, yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, tidak

mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

b) Orang miskin, yaitu orang yang tidak cukup penghidupannya dan

dalam keadaan kekurangan.

c) Pengurus zakat, yaitu orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan

untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

d) Muallaf, yaitu orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang

yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

e) Hamba sahaya / memerdekakan budak: mencakup juga untuk

melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

f) Gharim/ orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk

kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.

Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat

Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu

membayarnya.

g) Fisabilillah / orang pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk

keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Diantara mufasirin

ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga

kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah

sakit dan lain-lain.


26

h) Ibnu Sabil/ orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat

mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.15

b. Pengertian Infaq

Infaq berasal dari kata anfaqa ang berarti “mengeluarkan sesuatu harta

untuk kepentingan sesuatu” termasuk kedalam pengertian ini, infa yang

dikeluarkan orang-orang kafir untuk kepentingan agamanya, sebagai berikut

dimana firman Allah SWT dalam surah Al-Anfal ayat 36, yang berbunyi:

‫إَّن اَّلِذيَن َك َف ُر وا ُيْنِف ُقوَن َأْم َو اُهَلْم ِلَيُصُّدوا َعْن َس ِبيِل الَّلِهۚ َفَس ُيْنِف ُقوَنَه ا َّمُث‬
‫َتُك وُن َعَلْيِه م َح ْسَر ًة َّمُث ُيْغَلُبوَن ۗ َو اَّلِذيَن َك َف ُر وا ِإٰىَل َجَه َّنَم ْحُيَش ُر وَن‬
36. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu,
kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan
ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan”. (QS. Al-
Anfal:36).16

Sedangkan menurut terminologis syariat, infaq berarti mengeluarkan

Sebagian dari harta atau pendapatan atau penghasilan untuk suatu

kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nishabnya,

maka infaq tidak mengenal kata nishab. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang

yang beriman baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, baik dalam

keadaan lapang ataupun sempit.17

15
Gustian Juanda (Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan KDT), “Pelaporan Zakat
Pengurangan Pajak Penghasilan”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Hlm. 7.
16
Kementerian Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung: Penerbit Jabal, 2010) Hlm.
1801
17
Muhammad Sanusi, “The Power of Sedekah”, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), Hlm. 12.
27

Infaq adalah suatu amalan ibadah kepada Allah SWT dan amal sosial

kemanusiaan dalam memberikan sebagian harta seseorang atau badan hukum

karena suatu kebutuhan. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa infaq adalah

menafkahkan atau membelanjakan sebagian harta ketika ada hal-hal yang

mengharuskan kita menafkahkan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan. 18

Dalam QS. Al-Hadid ayat 11 menjelaskan bahwa:

‫ِع‬ ‫ِذ‬
‫َمْن َذا اَّل ي ُيْق ِر ُض الَّلَه َقْر ًض ا َح َس ًنا َفُيَض ا َف ُه َلُه َو َلُه َأْج ٌر َك ِر ٌمي‬
11. “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan
Dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (QS. Al-Hadid:11)19

Adapun hukum Infaq memiliki perbedaan berdasarkan prioritas pihak

penerimanya. Ada 2 macam hukum infaq berdasarkan prioritas penerimanya:

1) Infaq Wajib yaitu pemberian nafkah kepada keluarga terdekat yaitu anak,

istri dan orang tua. Yang diatur dalam QS. Al-Baqarah ayat 233 yang

berbunyi:

‫ۗ ِإْن َأ َأْن َت ِض وا َأ اَل َدُك َفاَل َنا َل ُك ِإَذا َّل ا آ ِباْل وِف‬
‫َو َر ْدْمُت ْس َتْر ُع ْو ْم ُج َح َع ْي ْم َس ْم ُتْم َم َتْيُتْم َم ْع ُر‬
‫ِص‬
‫َو اَّتُقوا الَّلَه َو اْع َلُم وا َأَّن الَّلَه َمِبا َتْع َم ُلوَن َب ٌري‬
233. “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang

18
Nukhton Arfawie Kurde, “Zakat dan Infaq Profesi”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Hlm. 18
19
Kementerian Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung: Penertbit Jabal, 2010), Hlm.
538.
28

patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah


Maha Melihat apa yang kamu kerjakan .“ (QS. Al-Baqarah:233)20

2) Infaq sunnah yaitu memberikan sebagian harta kepada orang lain boleh

secara bebas seperti dhuafa, anak yatim namun lebih baik apabila

mendahulukan keluarga terdekat yang kurang mampu.

Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa infaq adalah

mengeluarkan atau menyumbangkan sebagian harta untuk kepentingan dan

kebutuhan dengan tujuan kebaikan.

Perbedaan zakat dan infaq adalah terletak pada syarat dan

ketentuannya, jika zakat memiliki nishab sedangkan infaq tidak memai

syariat nishab. Zakat wajib dikeluarkan bagi seseorang yang sudah mencapai

nishabnya. Sedangkan hukum berinfaq adalah sunnah muakad.

c. Pengertian Sedekah

Sedekah diambil dari kata bahasa arab yaitu “shadaqah”, berasal dari

kata sidq (sidiq) yang berarti “kebenaran”. Secara terminology syariah

sedekah sama dengan infaq, hanya saja infaq berkaitan dengan materi,

sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat non material.

Dalam syariah islam sedekah memiliki kecukupan yang luas menyangkut

hal-hal yang bersifat material dan immaterial. Jadi dapat disimpulkan bahwa

sedekah adalah mengeluarkan sebagian harta yang bersifat material dan

immaterial.

20
Kementerian Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung: Penerbit Jabal, 2010), Hlm.
37.
29

Adapun hukum bersedekah terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 114 yang

berbunyi:

‫اَل َخ ْيَر يِف َك ِثٍري ِم ْن ْجَنَو اُه ْم ِإاَّل َمْن َأَم َر ِبَص َد َقٍة َأْو َم ْع ُر وٍف َأْو ِإْص اَل ٍح‬
‫َبَنْي الَّناِس َو َمْن َيْف َعْل َٰذ ِلَك اْبِتَغاَء َمْر َض اِت الَّلِه َفَس ْو َف ُنْؤ ِتيِه َأْج ًر ا َعِظ يًم ا‬
114. “tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi manusia, dan
Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka
kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa: 114)21

Perbedaan antara zakat infaq dan sedekah (ZIS) adalah zakat bersifat

wajib, sedangkan infaq dan sedekah bersifat sunnah. Zakat sudah ditetapkan

ketentuan serta nishabnya sedangkan infaq dan sedekah diberikan secara

sukarela.

ZIS pada dasarnya memiliki banyak kesamaan disamping perbedaan

yang ada. Persamaannya terletak pada konsep syariah dalam mengeluarkan

atau memberikan. Perbedaan lainnya terletak pada segi hukum, meskipun

demikian dalam pemaknaan banyak sekali ditemukan persamaannya salah

satu tujuannya yaitu untuk mengharapkan Ridho Allah SWT.22

Sedangkan untuk pendistribusian infaq dan sedekah tidak terbatas pada

8 asnaf saja tetapi cangkupannya lebih luas yaitu:

1) Keluarga (orang tua dan sanak saudara)


21
Kementerian Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung: Penerbit Jabal, 2010), Hlm.
97.
22
Yolanda Berti, “Strategi Pendistribusian Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS) Melalui Program Banda
Lampung Cerdas Dalam Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS)”, (Skripsi Program Sarjana Sosial UIN Raden Intan Lampung, 2020), Hlm. 57.
30

2) Orang yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan

3) Masyarakat setempat yang kurang mampu

4) Orang yang terkena bencana alam

5) Pembangunan masjid

6) Boleh orang non islam yang sedang dalam keadaan susah dan mendesak,

dll.

Seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 215 yang

berbunyi:

‫َأُلوَنَك َم اَذا ُيْنِف ُقوَن ۖ ُق َم ا َأْنَف ْق ُت ِم ْن َخ ٍرْي َفِلْل اِلَد ْيِن اَأْلْق ِبَني اْلَيَتاَم ٰى اْل اِكِني‬
‫َو َم َس‬ ‫َو َر َو‬ ‫َو‬ ‫ْم‬ ‫ْل‬ ‫َيْس‬
‫ِبِه ِل‬ ‫ِم ٍرْي ِإ‬ ‫ِب‬
‫َو اْبِن الَّس يِل ۗ َو َم ا َتْف َعُلوا ْن َخ َف َّن الَّلَه َع يٌم‬
215. “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa
saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka
Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah:215)23

Tetapi dalam bentuk pendistribusian infaq dan sedekah hamper sama

dengan zakat. Agar terwujudnya pendistribusian ZIS yang efektif adalah

dengan pengelolaan dana yang tepat dan professional sehingga akan

memberikan manfaat yang maksimal dan dapat dirasakan oleh masyarakat

serta dapat dirasakan kemerataan dalam pendistribusian.

d. Dasar Hukum Zakat, Infaq, dan Sedekah

1) Dasar Hukum Zakat

23
Kementerian Agama RI, Op. Cit., Hlm.33
31

Dasar hukum kewajiban mengeluarkan zakat terdapat dalam nash

yang sahih, baik dari Al-Qur’an maupun Al-Hadist. Adapun perintah

menunaikan zakat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 110, adalah

sebagai berikut:

‫ِجَت‬ ‫ِس ِم‬ ‫ِق‬


‫َو َأ يُم وا الَّصاَل َة َو آُتوا الَّز َك اَةۚ َو َم ا ُتَق ِّد ُموا َأِلْنُف ُك ْم ْن َخ ٍرْي ُد وُه‬
‫ِص‬ ‫ِع ِه ِإ‬
‫ْنَد الَّل ۗ َّن الَّلَه َمِبا َتْع َم ُلوَن َب ٌري‬
110. “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya
pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Melihat apa-apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al-Baqarah:110)24

Orang kafir tidak berhak masuk dalam barisan kaum muslimin dan

tidak berhak memperoleh ikatan persahabatan seagama yang

membuatnya termasuk salah seorang dari kaum muslimin itu, sama-sama

merasakan suka dan duka, dan terkait oleh suatu ikatan yang kokoh.

Kecuali, bila ia bertaubat dari segala kemusyirikan dengan implikasi-

implikasinya, seperti mendirikan shalat dan membayar zakat sebagai

sarana solidaritas sosial.

Umat Islam adalah umat yang mulia, umat yang dipilih oleh Allah

SWT untuk mengemban risalah agar mereka menjadi khalifah di muka

bumi. Tugas umat Islam adalah mewujudkan kehidupan yang adil,

24
Kementerian Agama RI, Op. Cit., Hlm. 17.
32

Makmur, tentram, dan sejahtera.25 Oleh karena itu, Islam seharusnya

menjadi rahmat bagi sekalian alam.

Kenyataannya umat Islam, jauh dari kondisi ideal dikarenakan

belum optimaldalam mengelola potensi yang ada. Bila seluruh potensi

sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah serta dikembangkan

dengan baik, tentu akan memberikan hasil yang optimal.

Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius

adalah penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dengan cara

mengoptimalkan pengumpulan dana pendayagunaan zakat. Dengan

demikian, zakat merupakan kewajiban bagi seorang mukmin yang

memenuhi syarat-syarat Islam sebagai muzakki (orang yang

mengeluarkan zakat) untuk mengeluarkan Sebagian pendapatan atau

harta guna diberikan kepada mustahiq (orang yang berhak menerima

zakat) yang telah ditetapkan syariat Islam.

2) Dasar Hukum Infaq

Infaq adalah pengeluaran suka rela yang dilkukan seseorang setiap

kali ia memperoleh rezeki, sebanyak yang ia kehendaki sendiri. 26 Infaq

merupakan pemberian harta di luar zakat, hukumnya adalah sunnah dan

dianjurkan melalui beberapa firman-Nya, antara lain dikemukakan dalam

surah Ali-Imran ayat 92, yang berbunyi:

25
Lili Bariadi Muhammad Zen, “Zakat dan Wirausaha”, (Jakarta: CED, 2005), Hlm. 6.
26
Muhammad Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Waqaf”, (Jakarta: UI, 1998), Cet. 1,
Hlm.23
33

‫ِبِه ِل‬ ‫ٍء ِإ‬ ‫ِف ِم‬ ‫ِحُت‬ ‫ِف‬


‫َلْن َتَناُلوا اْلَّرِب َح ٰىَّت ُتْن ُقوا َّمِما ُّبوَن ۚ َو َم ا ُتْن ُقوا ْن َش ْي َف َّن الَّلَه َع يٌم‬
92. “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa
saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
(QS. Ali-Imran:92)27

Konsep ayat ini Allah SWT mengemukakan anjuran kepada umat

Islam agar membangun citra keislaman dan ketakwaannya melalui amal

harta, yaitu menginfaqkan Sebagian yang dimiliki dan disukainya dalam

jalur-jalur yang diperintahkan, yakti sabilillah, fakir dan miskin serta

jalur-jalur lainnya dari asnaf-asnaf distribusi zakat, dan bagi mereka yang

telah mentaati tersebut, Allah SWT janjikan akan memperoleh kebajikan.

Berdasarkan surah di atas dan Al-Qur’an surah At-Taubah ayat

103, maka para ulama fiqh menyimpulkan bahwa distribusi herta melalui

infaq di jalan Allah SWT, termasuk sedekah yang hukumnya sunnah.

Bagi mereka yang ikhlas untuk memenuhi sunnah tersebut, Allah SWT

akan memberikan jaminan pahala yang sangat besar atas prestasi dan

kebaikannya itu.

3) Dasar Hukum Sedekah

Sedekah merupakan ibadah sunnah yang dapat dilakukan kapan

saja, saat mereka lapang, dan ketika ada tuntunan sosial untuk

melakukannya, umpamanya pembangunan rumah ibadah di kampuung

dan lingkungannya, pembangunan madrasah, pembinaan sarana belajar,


27
Kementerian Agama RI, Op. Cit., Hlm. 62
34

baik laboratorium maupun perpustakaannya, ada orang yang memerlukan

bantuan, atau ada kepentingan-kepentingan sosial lainnya yang menuntu

uluran tangan mereka yang mampu.

e. Tujuan, Hikmah, dan Hakikat Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)

1) Tujuan Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam melaksanakan

ibadah zakat, infaq dan sedekah (ZIS). Zakat, infaq dan sedekah

merupakan dimensi ganda, vertikal, dan horizontal.28 Maksud dari

vertikal ialah zakat infaq dan sedekah ialah sebagai ibadah dan wujud

ketaqwaan dan kesyukuran seorang hampa kepada Allah SWT atas

nikmat berupa harta yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya serta

untuk membersihkan dan mensucikan diri dan hartanya tersebut dalam

konteks inilah zakat, infaq dan sedekah (ZIS) bertujuan untuk menata

hubungan seorang hamba dengan tuhannya sebagai pemberi rezeki.

Sedangkan secara horizontal bahwa zakat, infaq dan sedekah

bertujuan untuk mewujudkan rasa keadilan sosial dan kasih saying antara

pihak yang mampu dengan pihak yang tidak mampu dan dapat

memperkecil problema dan kesenjangan sosial dan ekonomi umat.

Dalam hal ini, para ulama telah membahas mengenai tujuan dari

zakat, infaq dan sedekah diantranya. Menurut Yusuf Qardhawi secara

umum terdapat 2 (dua) tujuan dari zakat, infaq dan sedekah, yaitu: untuk

28
Asnaini, “Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
Hlm. 42.
35

kehidupan individu dan untuk kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan

pertama maksudnya adalah sebagai pensucian jiwa dari sifat kikir,

mengembangkan sifat untuk selalu memberi, mengobati hati agar tidak

cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa

simpati serta cinta antar sesama. Dengan kata lain, dari semua tujuan di

atas maka esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan

untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai spiritual yang dapat

meningkatkan harkat dan martabat manusia.29

Tujuan kedua memiliki dampak kehidupan kemasyarakatan atau

sosial. Dari segi kehidupan masyarakat, maka zakat, infaq dan sedekah

merupakan bagian dari sistem jaminan sosial dalam Islam. Kehidupan

masyarakat sering terganggu oleh problem kesenjangan, gelandangan,

problem kematian dalam keluarga dan hilangnya perlindungan, bencana

alam maupun kultural dan lain sebagainya.30

Tujuan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) dalam hubungan yang sesuai

dengan sasaran praktis, maka tujuannya adalah sebagai berikut:31

a) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin.

b) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang.

c) Mengangkat derajat dan membantunya keluar dari kesulitan hidup

mustahiq (penerima bantuan).

29
Yusuf Qardhawi, “Hukum Zakat”, (Jakarta: Lentera, 1991), Hlm. 848-876.
30
Ibid., Hlm. 881- 917.
31
M. Daud Ali, Op. Cit., Hlm. 40
36

d) Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan

sosial).

2) Hikmah Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)

Hikmah yang terkandung di dalam ajaran tentang zakat, infaq dan

sedekah (ZIS) yang ialah tersebut berhubungan dengan Allah SWT

maupun hubungan sosial kemasyarakatan diantaranya dengan sesama

manusia, antara lain:32

a) Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuh suburkan harta dan pahala

serta membersihkan diri dari sifat kikir, dengki dan hasad.

b) Melindungi masyarakat dari kemiskinan dan akibat kemelaratan.

c) Mewujudkan tatanan masyarakat sejahtera dimana hubungan

seseorang dengan yang lainnya sehingga kehidupan menjadi rukun,

damai, dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang

tentram, aman lahir dan batin.

d) Sebagai wujud keimanan dan bentuk syukur atas nikmat terhadap

Allah SWT, sekaligus sebagai bentuk pembersihan jiwa maupun

harta.

e) Habluminannas atau bentuk perwujudan kemanusiaan,

menghilangkan sifat kikir, rakus dan matrealisme terhadap sesame

manusia, sehingga menumbuhkan keadilan sosial yang tinggi.

32
Yusuf Qardhawi, Op. Cit., Hlm. 15.
37

f) Zakat, infaq dan sedekah berfungsi untuk menolong, membantu dan

bentuk pembinaan masyarakat yang kurang mampu terutama fakir

dan miskin.

g) Sebagai pilar amal baik kepada Allah SWT maupun sesame manusia.

h) Sebagai sumber dana pembangungan sarana dan prasarana umat

islam, contoh: sarana ibadah, pendidikan dan kesehatan, sosial dan

ekonomi, dll.

Dari hikmah yang dipaparkan diatas dapat penulis simpulkan atau

digaris bawahi bahwa hikmah zakat, infaq dan sedekah adalah sebagai

bentuk keimanan terhadap Allah SWT, sebagai bentuk wujud

kemanusiaan antar sesama makhluk hidup, penghilang sifat fakir dan

miskin, sebagai pilar amal, sebagai sumber dana pembangunan umat

Islam.

3) Hakikat Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)

Adapun hakikat zakat, infaq dan sedekah berdasarkan dalil-dalil

yang mewajibkannya adalah merupakan hak mustahiq (penerima) dan

bukan merupakan pemberian atau kebaikan hati orang-orang kaya

semata. Dengan kata lain zakat mencerminkan kewajiban bagi orang-

orang kaya dan hak yang legal bagi golongan miskin, baik diminta

ataupun tidak.33

Dengan demikian, dalam zakat, infaq dan sedekah tidak ada istilah

hutang budi, balas budi, malu ataupun hina. Hal ini karena hakikatnya
33
Asnaini, Op. Cit., Hlm. 44.
38

zakat, infaq dan sedekah adalah pemberian dari Allah SWT. Bahkan

menurut ajaran Islam seseorang yang kaya tidaklah berlebih atau naik

kedudukannya disisi Allah SWT daripada orang miskin karena hartanya,

karena yang membedakannya hanya derajat ketaqwaan kepada tuhannya.

Hakikat zakat, infaq dan sedekah yang demikian menanamkan

kesadaran bahwa segala yang ada di bumi dan langit beserta isinya

adalah milik Allah SWT, bahkan harta yang dimiliki seseorang itu pada

hakikatnya adalah amanah dari Allah SWT semata.

4) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Zakat, Infaq dan Sedekah

(ZIS)

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh

umat Islam. Sedangkan infaq dan sedekah adalah perilaku terpuji yang

sangat dianjurkan untuk diamalkan. ZIS (zakat, infaq, dan sedekah)

merupakan intrumen pendanaan dari umat Islam yang sangat penting

untuk mengentaskan kemiskinan. ZIS dikumpulkan dan didistribusikan

karena dimotivasi oleh keyakinan (iman) bahwa harta yang dimiliki umat

Islam harus dibersihkan dari unsur non-halal, ditumbuhkembangkan

dengan ZIS dan meratakan kesejahteraan bagi banyak oarang.

Dalam sebuah riset dikatakan bahwa keberadaan ZIS dirasakan

banyak manfaatnya oleh masyarakat salah satunya yakni dapat

membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi

angka kemiskinan. Adapun faktor pendukung yang membantu


39

pendistribusian ZIS adalah dengan program pemberdayaan ZIS oleh

Lembaga Amil Zakat (LAZ), dukungan regulasi dan keterlibatannya

pemerintah, kesadaran masyarakat muslin yang telatif tinggi atau

menunaikan ZIS dan semangat para pengurus dan staf LAZ dalam

mengumpulkan dan mendistribusikan ZIS di tengah-tengah berbagai

keterbatasan yang ada.

Pendistribusian ZIS secara konsumtif diwujudkan dalam

pemberdayaan program beasiswa pendidikan, biaya kesehatan, bedah

rumah, santunan guru ngaji dan pembinaan muallaf. Sedangkan secara

produktif penyaluran ZIS digunakan untuk modal peternakan, modal

usaha, pertukangan dan teknisi (bengkel), pendirian radio, pembangunan

destinasi wisata dan kuliner, modal pendirian BMT dan Badan Usaha

Milik Madrasah.

3. LAZ DPU Kutim

Lembaga Amil Zakat Dana Peduli Ummat Kaltim adalah Lembaga Nirlaba

milik masyarakat Kalimantan Timur, yang berkhidmat dalam pemberdayaan

Ummat yang berkelanjutan dengan membangun kepedulian masyarakat untuk

memaksimalkan potensi dana Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) serta

dana sosial lainnya baik perorangan, kelompok, perusahaan maupun lembaga.

Untuk kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

4. Perekonomian Masyarakat Yang Terdampak Covid-19


40

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dilapangan maupun non

lapangan maka dampak Covid-19 bagi perekonomian masyarakat di desa

Sangatta Utara adalah banyaknya masyarakat yang takut terpapar dengan virus

corona itu sendiri, sehingga banyak menyebabkan pedagang-pedagang atau

pelaku usaha kecil mengalami penurunan jumlah pembeli, karena para

konsumen yang biasanya berbelanja diluar dan konsumtif membeli makanan

diluar, sekarang justru lebih memilih memasak sendiri dirumah. Dengan

keadaan yang terus berlanjut seperti ini selama beberapa bulan belakangan ini

banyak pelaku usaha kecil hingga pelaku usaha besar yang gulung tikar karena

sepinya pembeli. Rata-rata mereka yang mengalami kebangkrutan adalah

mereka yang tidak bergabung atau bekerjasama dengan kurir online seperti

Evojek, Jakuza, Kurir Sangatta skur dll.

Sedangkan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber terpercaya

mengatakan bahwa mereka yang bergerak pada bidang kebutuhan sehari hari

adalah mereka yang lebih terdampak Covid-19 pada perekonomiannya,

sedangkan dari sektor pelaku usaha kecil lainnya yang paling terdampak yakni

para penjual makanan dan minuman. Namun, dalam beberapa bulan terakhir

para pelaku usaha kecil dapat sedikit bernafas lega karena perekonomian mereka

dapat terbantu oleh bantuan subsidi dana hibah modal tambahan atau BLT

(Bantuan Langsung Tunai) dari pemerintah sebesar Rp. 2.400.000,00- (dua juta

empat ratus ribu rupiah) dan bantuan dari lembaga amil zakat berupa paket

sembako dan sejumlah uang yang berasal dari penghimpunan dana zakat, infaq
41

dan sedekah (ZIS) yang di distribusikan kepada mereka yang terdampak Covid-

19. Sehingga dengan adanya distrbusi ZIS dan BLT, maka akan membuat

perekonomian masyarakat yang terdampak covid-19 menjadi lebih baik.

5. Desa Sangatta Utara

Desa Sangatta Utara adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan

Sangatta Utara. Desa dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat, hal ini

dikarenakan desa Sangatta Utara memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak,

serta tempat yang sangat strategis karena berada di pintu gerbang dan ibukota

Kabupaten Kutai Timur, sehingga desa ini menjadi pusat perekonomian

ditingkat kabupaten. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 48,08 km2 dengan

jumlah penduduk sebesar 56, 556 jiwa yang terdiri dari 17,515 KK.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan pendukung terhadap penelitian-penelitian yang sudah ada,

maka peneliti mengemukakan penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan

pertimbangan dan bahan rujukan serta memberikan informasi pada fokus penelitian

ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun penelitian yang terdahulu

yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Skripsi yang disusun oleh Yolanda Berti, Jurusan Manajemen Dakwah

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung Tahun 2020 dengan judul

Strategi Pendistribusian Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS) Melalui Program

Bandar Lampung Cerdas dalam Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia di

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bandar Lampung. Penelitian ini
42

adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan jenis penelitian

kualitatif yang menyediakan penelitian dalam bentuk deskriptif dan bukan

angka.

Hasil penelitian ini adalah bahwa dengan adanya program bandar lampung

cerdas yang disediakan oleh lembaga BAZNAS Kota Bandar Lampung dalam

tahapan strategi sudah berjalan dengan baik, namun dalam tahapan

pendistribusian dalam membangun kualitas sumber daya manusia belum dapat

dikatakan berhasil, alasannya merujuk pada pendistribusian & pendayagunaan

dibidang pendidikan hanya dapat mendistribusikan dana ZIS sebesar kurang

lebih 3,7% pertahun. Namun dengan adanya bantuan program bandar lampung

cerdas ini memberikan sedikit membantu terhadap siswa-siswa dalam bentuk

sementara yaitu 1 Tahun berjalan.

Relevansi penelitian ini dengan yang dilakukan peneliti adalah sama-sama

meneliti tentang distribusi Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS). Secara garis besar kedua

penelitian ini berbeda, hal itu dapat dilihatdari lokasi penelitian ini dengan lokasi

yang peneliti lakukan berbeda, namun yang menjadi fokus masing-masing

penelitian hampir sama. Penelitian ini meneliti tentang Strategi Pendistribusian

Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS) Melalui Program Bandar Lampung Cerdas

dalam Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia sebagai hal yang

mempengaruhinya. Sedangkan peneliti, meneliti tentang distribusi Zakat, Infaq,

Sedekah (ZIS) LAZ DPU Kutim dan pengaruhnya terhadap perekonomian

masyarakat yang terdampak Covid-19 di desa Sangatta Utara.


43

2. Skripsi yang disusun oleh Ferdi, Jurusan Pendidikan IPS Universitas Tadulako

Palu Sulawesi Tengah Tahun 2020 dengan judul Dampak Pandemi Covid-19

Terhadap Aktivitas Ekonomi Masyarakat di Desa Salumpaga Kecamatan

Tolitoli Utara. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan

analisis data secara kualitatif. Hasil penelitian ini adalah bahwa dampak yang

timbul dari Pandemi Covid-19 terhadap aktivitas ekonomi masyarakat Desa

Salumpaga setelah diberlakukannya aturan pemerintah dalam pencegahan

penyebaran Covid-19, yaitu: pendapatan masyarakat (pedagang, nelayan dan

petani) semakin menurun, harga pasar hasil bumi turun, dan kebutuhan pokok

semakin melonjak.

Relevansi penelitian ini dengan yang dilakukan peneliti adalah sama-sama

meneliti tentang Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Masyarakat. Secara garis

besar kedua penelitian ini berbeda, namun yang menjadi fokus masing-masing

penelitian hampir sama. Penelitian ini meneliti tentang Dampak Pandemi Covid-

19 Terhadap Aktivitas EkonomiMasyarakat sebagai hal yang mempengaruhinya.

Sedangkan peneliti, meneliti tentang distribusi Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) LAZ

DPU Kutim dan pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat yang

terdampak Covid-19 di desa Sangatta Utara.

3. Skripsi yang disusun oleh Bidah Sariyati, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan judul Analisis Distribusi

Zakat, Infak dan Sedekah Dalam Penanggulangan Pandemi Covid-19 Perspektif

Maqashid Syariah (Studi Kasus BAZNAS Republik Indonesia) Tahun 2020.


44

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dengan

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah bahwa

Mekanisme distribusi ZIS pada masa pandemi ditambah dengan melaksanakan

anjuran protokol kesehatan. Distribusi ZIS pada Baznas RI berperan sebagai

solusi yang dihadapi oleh mustahik yang berada pada kondisi yang sulit.

Distribusi ZIS pada masa pandemi diwujudkan dalam bermacam-macam

program yang masuk dalam kategori maqashid syariah yaitu menjaga agama,

jiwa, akal, dan harta.

Relevansi penelitian ini dengan yang dilakukan peneliti adalah sama-sama

meneliti tentang Distribusi Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) ditengah pandemi

Covid-19. Secara garis besar kedua penelitian ini berbeda, namun yang menjadi

fokus masing-masing penelitian hampir sama. Penelitian ini meneliti tentang

Analisis Distribusi Zakat, Infak dan Sedekah Dalam Penanggulangan Pandemi

Covid-19. Sedangkan peneliti, meneliti tentang Distribusi Zakat, Infaq, Sedekah

(ZIS) LAZ DPU Kutim dan pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat

yang terdampak Covid-19 di desa Sangatta Utara.

4. Skripsi yang disusun oleh Haryo Seto, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Airlangga Surabaya dengan Pengaruh Distribusi Dana ZIS Di BAZNAS

Indonesia, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat inflasi, Belanja Pendidikan dan

Belanja Kesehatan Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 2016. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel untuk zis sebesar, 0,912, inflasi
45

0,025, pendidikan sebesar 0,000, kesehatan sebesar 0,059, dab pdb sebesar 0,020

yang dimana hanya variabel distribusi zis yang tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap kemiskinan karena nilai lebih dari 0,1.

Relevansi penelitian ini dengan yang dilakukan peneliti adalah sama-sama

meneliti tentang pengaruh distribusi Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS. Secara garis

besar kedua penelitian ini berbeda, namun yang menjadi fokus masing-masing

penelitian hampir sama. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh distribusi Dana

ZIS Di BAZNAS Indonesia, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat inflasi, Belanja

Pendidikan dan Belanja Kesehatan terhadap Kemiskinan di Indonesia.

Sedangkan peneliti, meneliti tentang distribusi Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) LAZ

DPU Kutim dan pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat yang

terdampak Covid-19 di desa Sangatta Utara.

5. Skripsi yang disusun oleh Nurul Mudhiatil Mufliha, Jurusan Ekonomi Syariah

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Pengaruh

Penyaluran Dana ZIS, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Subsidi Terhadap

Kemiskinan di Indonesia Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah menurut hasil uji F bahwa ketiga variabel

independen (ZIS, Bansos, dan Subsidi) berpengaruh secara simultan terhadap

variabel dependen (kemiskinan) dengan memiliki nilai signifikansi sebesar

0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05.

Relevansi penelitian ini dengan yang dilakukan peneliti adalah sama-sama

meneliti tentang pengaruh distribusi Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS). Secara garis
46

besar kedua penelitian ini berbeda, hal ini dapat dilihat dari lokasi dan objek

penelitian yang berbeda. Namun yang menjadi fokus masing-masing penelitian

hampir sama. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh Penyaluran Dana ZIS,

Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Subsidi Terhadap Kemiskinan di Indonesia.

Sedangkan peneliti, meneliti tentang distribusi Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) LAZ

DPU Kutim dan pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat yang

terdampak Covid-19 di desa Sangatta Utara.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.

Hipotesis dalam hal ini berfungsi sebagai petunjuk jalan yang memungkinkan kita

untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya.34

Hipotesis dalam statistik, terdapat hipotesis alternative (Ha) dan Hipotesis

nol (Ho). Hal ini mempunyai makna bahwa Ha adalah adanya korelasi positif yang

signifikan antara distribusi zakat (variabel X 1), distribusi infaq (variabel X2),

distribusi sedekah (variabel X3) dengan perekonomian masyarakat yang terdampak

Covid-19 (variabel Y). pengaruh positif yang dimaksud disini adalah jika distribusi

Zakat, Infaq, Sedekah baik atau meningkat maka perekonomian masyarakat yang

terdampak covid-19 pun akan menurun, dan sebaliknya jika Ho yang tinggi maka

korelasi tersebut akan negatif antara distribusi zakat (variabel X 1), distribusi infaq

(variabel X2), distribusi sedekah (variabel X3) dengan perekonomian masyarakat

yang terdampak Covid-19 (variabel Y).


34
Sugiono, “Statistik Untuk Penelitian”, (Bandung; Alfabeta, 2009), Hlm. 55.
47

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Ho : Distribusi Zakat LAZ DPU Kutim tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap perekonomian masyarakat yang terdampak Covid-19 di

desa Sangatta Utara.

Ha : Distribusi Zakat LAZ DPU Kutim berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perekonomian masyarakat yang terdampak Covid-19 di desa Sangatta

Utara.

2. Ho : Distribusi Infaq LAZ DPU Kutim tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap perekonomian masyarakat yang terdampak covid-19 di desa

Sangatta Utara.

Ha : Distribusi Infaq LAZ DPU Kutim berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perekonomian masyarakat yang terdampak covid-19 di desa Sangatta

Utara.

3. Ho : Distribusi Sedekah LAZ DPU Kutim tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap perekonomian masyarakat yang terdampak covid-19 di desa

Sangatta Utara.

Ha : Distribusi Sedekah LAZ DPU Kutim berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perekonomian masyarakat yang terdampak covid-19 di desa Sangatta

Utara.

4. Ho : Distribusi Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) LAZ DPU Kutim tidak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap perekonomian masyarakat yang

terdampak covid-19 di desa Sangatta Utara.


48

Ha : Distribusi Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) LAZ DPU Kutim berpengaruh

positif dan signifikan terhadap perekonomian masyarakat yang terdampak

covid-19 di desa Sangatta Utara.

Berdasarkan hipotesis di atas maka penulis mengambil hipotesis alternatif

(Ha) yaitu: “Adanya Pengaruh positif dan signifikan antara distribusi zakat,

distribusi infaq, distribusi sedekah (ZIS) LAZ DPU Kutim terhadap perekonomian

masyarakat yang terdampak Covid-19 di desa Sangatta Utara”.

Anda mungkin juga menyukai