Anda di halaman 1dari 3

E.

MODEL-MODEL KONSELING ISLAMI

Model Islami dalam konseling jiwa bersandarkan atas apa yang ada didalam Al-Qur an, sunnah, Ijma
(kesepakatan) kaum muslimin dan juga ijtihad para ulama, yang menghasilkan poin-poin penting
sebagai berikut.

Islam memandang bahwa tabiat dasar manusia adalah baik. Namun demikian, tabiat tersebut pun
dapat berubah.

Sesungguhnya manusia merupakan makhluk terbaik yang telah Allah ciptakan, sebagaimana Allah
berfirman dalam surah at-Tiin ayat 4, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.”

Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini, sebagaimana firman-Nya
dalam surah al-Baqarah ayat 30, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifan di muka bumi.’ Mereka berkata, “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?’ Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”” Allah
pun telah memberikan kepada manusia kemampuan untuk berpikir, merenung, mengamati,
menelaah dan memahami akan dirinya sendiri dan juga akan orang lain, sebagaimana firmanNya
dalam surah al-Alaq ayat 5, “Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”, dan
surah adz-Dzaariyat ayat

2ND 21, “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?”

Manusia adalah makhluk yang penuh dengan kesadaran dan tanggung jawab, serta mampu
membedakan antara yang baik dan buruk. Allah berfirman dalam surah al-Insaan ayat 3,
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; adayang bersyukur dan ada pula yang
kafir”, dan surah ath-Thuur ayat 21, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami
tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan
apayangdikerjakannya.”

Sesungguhnya manusia memiliki titik kelemahan dalam dirinya. Hal inilah yang membuat manusia
harus terus berusaha melawan hawa nafsu dan keinginannya untuk berbuat maksiat.

Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 14, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyakdarijenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawahladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia dan di sisi Allahlah tempat riskembali yang baik (surga). “nuningade

Titik kelemahan ini mampu membuat manusia merasa khawatir dan gelisah serta membuat
perilakunya terguncang. Allah telah mengisyaratkan hal ini dengan firman-Nya surah alMa’aarij ayat
19-35, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang
yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang
dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak
mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari
pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab
Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang
memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budakbudak yang mereka miliki
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-
amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-
orang yang Jememelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.”

Maka; bagi siapa yang memiliki sifat-sifat terpuji ini (selalu menjaga shalatnya, selalu bersedekah,
menjaga amanat dan lainnya), maka dengan kekuasaan Allah, tentunya ia akan terlepas dari segala
kesulitan, kekhawatiran, kegelisahan, kecemasan dan yang semacamnya. Ayat ini dianggap sebagai
landasan dasar atas konseling jiwa. B .Sto Roghi

Para peneliti bersepakat bahwa motivasi manusia yang kuat dan

Juga potensinya yang besar mampu mengendalikan perilaku dan memerintahkannya untuk dapat
melakukanapapunyang diinginkannya. Motivasi terbesar yang dimaksud dalam Islam adalah motivasi
untuk selalu beribadah kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surah adz-Dzaariyat ayat 65,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku .. “ Islam
telah menetapkan beberapa kebutuhan yang bisa memenuhi kebutuhan badan, ruh, dan juga akal.
Semuanya ini diarahkan untuk dapat membantu manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai
khalifah dan eksistensinya sebagai makhluk sosial di muka bumi, hingga manusia dapat hidup
dengan penuh rasa tenang dan aman, di dunia dan juga di akhirat.

6. Islam telah membagi jiwa manusia ke dalam tiga keadaan.

An-Nafsul Muthmainnah (Jiwa yang tenang), sebagaimana firman Allah dalam surah al-Fajr ayat 27-
30, “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” Ini adalah
penggambaran akan jiwa ideal di mana pemiliknya memiliki kesehatan mental yang baik. Ia adalah
jiwa yang dapat ridha dan menerima akan semua yang telah Allah takdirkan dan tetapkan untuknya,
juga ridha atas semua rezeki yang telah menjadi bagiannya. Ia adalah jiwa yang selalu dihiasi dengan
rasa kesabaran atas semua musibah dan juga selalu bersyukur di saat lapang.

An-Nafsul Ammaratu Bissu’ (Jiwa yang condong kepada keburukan). La adalah jiwa yang selalu
mendorong seseorang untuk selalu menapak jalan kejahatan, baik dengan berbohong, membunuh,
memakan harta anak yatim, bermuka ib node dua dan banyak lainnya. Allah berfirman dalam surah
Yusuf ayat 53, “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .... “ Jiwa ini juga yang telah membuat seseorang
lupa untuk

Mengingat satan menghampirinya. Hingga Allah kekhawatiran dan Allah selalu berfirman
mengarahkannya dan kegelisahandalam surah selalukepadaan-Naa-datangkesezi’aat ayat 40-41,
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan
hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”

c. An-Nafsul Lawwamah yaitu jiwa yang selalu menyesali dirialenya sendiri dengan celaan yang tajam
danjugamengancam dirinya sendiri dengan hukuman Allah. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah
surah al-Qiyaamah ayat 1-2, “ Aku bersumpah dengan hari Kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa
yang amat menyesali (dirinya sendiri).” Dikatakan bahwa jiwa ini sebenarnya adalah jiwa yang penuh
dengan keimanan. Ia adalah jiwa yang menyesali dirinya karena telah meninggalkan ketaatan dan
telah melakukan dosa besar.
Dr. Utsman Najati (1982 M) berpendapat bahwa jiwa ini bagaikan titik pengawas yang kuat yang ada
di dalam diri dan menghimpitnya di saat diri sedang mengalami keguncangan dan mampu
mengeruhkan kejernihan jiwa hingga ia akan merasa bersalah. Ini sebagaimana digambarkan dalam
firman-Nya surah Thaahaa ayat 121, “Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah
bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di)
surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.” Adam telah melakukan kesalahan dan
maksiat terhadap Tuhannya. Lalu rusaklah kehidupannya dan keruhlah ketenangan jiwanya. Adam
merasakan penyesalan yang sangat mendalam dan kerugian atas apa yang telah dilakukannya.
Sesungguhnya kekerasan hati ada pada celaan atau bentuk penyalahan dari dalam. Hal ini sangat
berbeda dengan kekuatan dan kelemahan iman.

An-Nafsul Muthmainnah (Jiwa yang tenang) baru akan didapatkan apabila jiwa dapat mengalahkan
keinginan dan nafsu yang diperintahkan oleh An-Nafsul ammaratu bisu (jiwa yang selalu cenderung
untuk melakukan kejahatan). Yaitu, dengan selalu mengikatkan diri untuk selalu melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya hingga bisa terlepas pula da-

rikekanganAn-NafsulLawwamah(Jiwa yang penuh dengan penyesalan).

Sesungguhnya pertentangan dalam diri seseorang ditutup de7.

Ngankecenderunganorangtersebut dalam menerima keinginannya dalam melakukan perbuatan


buruk, yang merupakan titikkelemahan kepribadiannya. Setiap waktu akan selalu ada
pertentanganantarakebaikan dan keburukan, antara mengikuti perintah Allah atau mengikuti bisikan
setan. Sesungguhnya semua yang dibisikkan setan hanyalah sesuatu yangburuk. Allah berfirman
dalam surah an-Naas ayat 4-6, “ Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.” Dan juga
firman-Nya dalam surah al-Mujaadilah ayat 19, “Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan
mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya
golongan setan itulah golongan yang merugi.”

Anda mungkin juga menyukai