Anda di halaman 1dari 4

Pengabadian Kultur Kota Apel

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Saudara-saudara yang saya hormati,

Yang terhormat bapak Joko Yuswanto selaku guru bahasa Indonesia dan
teman teman yang saya sayangi. Pertama tama,marilah kita ucapkan puji
syukur kahadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya yang telah
dicurahkan kepada kita semua sehingga pada kesempatan hati ini kita bisa
hadir dalam acara ini. Hari ini, di depan kalian, saya ingin mengajak kita
semua untuk merenung tentang sebuah harta yang tak ternilai di tengah-
tengah kita: budaya lokal Malang. Sebuah warisan yang membentuk jati diri
kita sebagai warga Malang. Melalui pidato ini, mari kita bersama-sama
merenung dan menggugah kesadaran kita akan pentingnya melestarikan dan
mempromosikan kekayaan budaya yang telah turun-temurun kita warisi.

Hari ini, marilah kita bersama-sama merenung tentang sebuah harta yang
mungkin sering kita lewatkan di tengah hiruk-pikuk kehidupan kita: Budaya
Lokal Malang. Sebuah kekayaan yang bersembunyi di balik jalan-jalan kota
dan meresap dalam setiap tradisi.

Budaya lokal bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan pewaris identitas
kita sebagai masyarakat Malang. Tarian yang megah, melodi musik yang
khas, dan cita rasa kuliner yang menggoda adalah bagian tak terpisahkan
dari kekayaan ini. Namun, terkadang kita terlalu sibuk dengan arus
modernisasi sehingga melupakan akar budaya yang membentuk kita. Oleh
karena itu, mari kita lestarikan budaya malang salah satunya adalah hari
Topeng Malangan.

Tari Topeng Malangan bukan hanya sekadar gerakan tubuh yang indah, tetapi
juga sebuah cermin dari sejarah dan identitas Malang yang kaya. Tarian ini
berasal dari tradisi masyarakat Malang yang tumbuh dan berkembang seiring
berjalannya waktu.

Ketika kita menari Tari Topeng Malangan, kita seolah-olah mengikuti jejak
para leluhur kita yang telah melestarikan warisan budaya ini. Melalui gerakan-
gerakan yang indah, kita dapat merasakan nuansa sejarah yang terkandung
dalam setiap langkah.
Tari Topeng Malangan menggambarkan kekayaan budaya, kesenian, dan
kehidupan masyarakat Malang tempo dulu. Melalui kostum dan topeng yang
digunakan, kita dapat menyelami atmosfer kehidupan pada masa lampau.

Dalam upaya menjaga keutuhan dan keindahan Tari Topeng Malangan, mari
kita kenali berbagai jenis topeng yang menjadi bagian integral dari seni
budaya yang memukau ini.

Pertama, kita memiliki Topeng “Ganjuran”, yang sering diidentifikasi dengan


ciri khas mata yang lebar dan ekspresi wajah yang kuat. Selanjutnya, ada
Topeng “Kanjuruhan”, yang menonjolkan keanggunan. Kemudian Topeng
“Bondet”, dengan karakter yang ceria. Dan terakhir Topeng “Lidah”, yang
mencirikan kebijaksanaan.

Selanjutnya, tak dapat diabaikan adalah warna-warna yang mencolok pada


setiap topeng. Warna-warna cerah seperti merah, kuning, dan biru sering
digunakan untuk menciptakan kegembiraan dan kehidupan. Namun, ada pula
topeng dengan warna-warna yang lebih netral, menciptakan kesan
keanggunan dan keelokan.

Bentuk dan warna topeng dalam Tari Topeng Malangan bukanlah sekadar
unsur estetika semata, tetapi juga membawa maknamendalam. Mereka
menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan tentang kehidupan,
karakter manusia, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke
generasi.

Namun, dalam keterbukaan terhadap perkembangan zaman, Tari Topeng


Malangan menghadapi tantangan serius yang diakibatkan oleh globalisasi.
Ancaman ini memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kelestarian dan
autentisitas seni budaya lokal kita.

Pertama-tama, globalisasi membawa arus informasi dan tren seni yang masif
dari berbagai belahan dunia. Hal ini dapat menggeser perhatian masyarakat
terhadap seni tradisional, termasuk Tari Topeng Malangan. Adopsi gaya dan
tren internasional dapat membuat seni lokal terpinggirkan.

Selain itu, eksposur yang berlebihan terhadap budaya luar dapat


memengaruhi generasi muda dalam memilih apa yang dianggap relevan dan
modern. Hal ini bisa menyebabkan kurangnya minat terhadap seni tradisional,
termasuk Tari Topeng Malangan, yang pada gilirannya dapat membahayakan
keberlanjutan praktik tersebut.

Dalam menghadapi ancaman ini, penting bagi kita untuk mengambil langkah-
langkah yang proaktif. Mengintegrasikan elemen-elemen kontemporer ke
dalam Tari Topeng Malangan, tanpa kehilangan esensi budayanya, bisa
menjadi salah satu cara untuk menjaga relevansi di era globalisasi.

Melalui pemahaman dan apresiasi yang mendalam terhadap nilai-nilai Tari


Topeng Malangan, kita dapat memastikan bahwa seni budaya lokal tetap
hidup dan berkembang dalam era globalisasi ini.

Oleh karena itu, kita harus melestarikan Topeng Malangan. Tetapi,pelestarian


budaya lokal bukanlah tugas yang ringan, terutama di era globalisasi ini.
Pertama-tama, penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya melestarikan Tari Topeng Malangan. Edukasi publik,
termasuk di sekolah-sekolah, dapat menjadi langkah awal yang efektif dalam
membentuk apresiasi dan kecintaan terhadap seni tradisional ini.

Selanjutnya, dukungan aktif dari pemerintah dan lembaga budaya lokal


sangatlah krusial. Mereka dapat memberikan bantuan dalam bentuk program-
program pelestarian, fasilitas, dan dukungan finansial untuk kelangsungan
Tari Topeng Malangan.

Keterlibatan generasi muda juga menjadi kunci sukses dalam pelestarian


budaya lokal. Mendorong mereka untuk belajar dan mempraktikkan Tari
Topeng Malangan tidak hanya memastikan transfer pengetahuan
antargenerasi, tetapi juga memastikan kesinambungan dan keberlanjutan
seni tradisional ini.

Terakhir, turut melibatkan komunitas lokal dalam upaya pelestarian. Dengan


melibatkan masyarakat dalam pagelaran, workshop, dan kegiatan-kegiatan
terkait lainnya, kita dapat membangun kesadaran kolektif dan semangat
gotong-royong untuk melestarikan warisan budaya kita.

Dalam mengakhiri pidato ini, mari kita ingatkan diri kita semua akan
pentingnya memelihara dan melestarikan kekayaan budaya lokal, khususnya
Tari Topeng Malangan. Melalui pemahaman, apresiasi, dan upaya nyata, kita
dapat memastikan bahwa warisan budaya ini tidak hanya bertahan, tetapi
juga terus berkembang di tengah arus globalisasi.

Pelestarian Tari Topeng Malangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah


atau lembaga budaya, tetapi juga menjadi tugas kita semua sebagai bagian
dari masyarakat yang mencintai dan menghormati warisan nenek moyang.
Dengan menjaga keaslian, mengajarkan kepada generasi muda, dan
melibatkan komunitas lokal, kita dapat merajut benang-benang keberlanjutan
yang tak terputus untuk seni tradisional ini.

Mari kita bahu-membahu memastikan bahwa Tari Topeng Malangan terus


menjadi sumber inspirasi, kebanggaan, dan identitas bagi masyarakat
Malang. Dalam melangkah ke depan, mari kita jadikan pelestarian budaya
lokal sebagai bentuk komitmen kita untuk melestarikan akar-akar budaya
yang memperkaya dan membedakan kita sebagai bangsa.

Terima kasih kepada semua yang hadir hari ini. Bersama-sama, kita bisa
menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup dan berkembang untuk
generasi-generasi mendatang. Semoga cinta kita terhadap Tari Topeng
Malangan menjadi cahaya yang terus menyala dalam keberlanjutan budaya
lokal kita. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai