Anda di halaman 1dari 12

5 KEKUATAN PORTER PRODUK STIK LABU MADU

Mini riset ini ditujukkan untuk memenuhi Tugas Matakuliah riset pemasaran
Dosen Pengampuh : Bapak Zulham Sirajuddin, S,TP.,M.MoD.Ph.D

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2

SITI FADHILLAH USARI BOTUTIHE (614419067)


SRIWAHYUNI BAHARUDIN (614416062)
TIARA AYUDIA P. MUSA (614419066)
SISKA ISMAIL (614419059)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, serta tidak lupa sholawat dan salam
penulis ucapkan kepada baginda Rasul nabi Muhammad SAW. Karena karunia – Nya, penulis
bisa menyelesaikan Mini Riset ini. Hanya kepadaNya – lah rasa syukur yang dipanjatkan atas
selesainya Laporan ini yang berjudul “Mini Riset Stik Labu Madu”.
Penulis mengakui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan Laporan ini,
tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah
apabila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki. Laporan ini disusun dengan tujuan
untuk memenuhi salah satu tugas UAS mata kuliah “Riset Pemasaran”.
Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Mini Riset ini. Terutama kepada dosen mata kuliah Riset
Pemasaran yang telah memberikan bimbingannya sehingga Mini Riser ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya.
Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa Mini Riset ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat menyusunnya
kembali lebih baik dari sebelumnya.

Semoga Mini Riset ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami selaku penyusun.

Gorontalo, 30 Mei 2022

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................3
2.1 Usaha Mikro Kecil Menengah.....................................................................................................3
2.2 Five Fources Pourter....................................................................................................................3
2.3 Labu Madu...................................................................................................................................3
2.4 Produksi.......................................................................................................................................4
BAB III.......................................................................................................................................................5
METODOLOGI..........................................................................................................................................5
3.1 Waktu Dan Tempat......................................................................................................................5
2.2 Wawancara..................................................................................................................................5
BAB IV.......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
4.1 Bergaining Power Pembeli..........................................................................................................6
4.2 Bargaining Power Pemasok.........................................................................................................6
4.3 Ancaman Pendatang Baru............................................................................................................6
4.4 Ancaman produk subtitusi...........................................................................................................7
4.5 Rivalitas competitor.....................................................................................................................7
BAB V.........................................................................................................................................................8
PENUTUP...................................................................................................................................................8
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................................8
5.2 Saran............................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keunggulan bersaing adalah jantung kinerja perusahaan dalam pasar bersaing. Pada
dasarnya keunggulan bersaing tumbuh dari nilai yang dapat diciptakan perusahaan bagi
pembelinya. Nilai yang ditawarkan tentu sesuatu yang berbeda serta tidak dimiliki oleh
kompetitor. Nilai atau manfaat inilah yang dibayar oleh pembeli untuk produk atau jasa
yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Untuk menciptakan dan membentuk nilai tersebut
dibutuhkan berbagai perencanaan matang serta strategi yang tepat, salah satunya adalah
pengelolaan manajemen yang baik.
Untuk bisnis yang ingin bertahan di pasar yang memiliki banyak pemain, harus
mengadopsi murni manajemen strategis yang akan memungkinkan untuk bersaing dengan
kompetitor lain di pasar. Perusahaan merumuskan strategi untuk mengejar keunggulan
kompetitif ketika mereka berusaha untuk meningkatkan atau mempertahankan kinerja
mereka melalui tindakan independen dalam pasar tertentu atau industri. Dengan
menggunakan strategi bersaing yang efektif, organisasi menemukan peluang industri dan
belajar tentang pelanggan (Pearie John, 2008: 47). Hal ini dilakukan agar perusahaan
dapat bertahan di tengah perkembangan zaman serta dapat bersaing dengan perusahaan-
perusahaan pesaing. Kelangsungan hidup perusahaan di era kompetisi global menuntut
manajemen untuk menyusun perencanaan strategis dalam menghadapi perubahan-
perubahan yang akan terjadi. Perubahan-perubahan yang perlu direspon oleh perusahaan
bukan hanya berorientasi pada produk perusahaan saja, melainkan pada aspek-aspek
penting yang menyangkut kinerja suatu perusahaan serta manfaat perusahaan bagi
lingkungan sekitar.
Keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan persaingan
pokok yang disebutkan oleh Porter pada paragraf diatas. Kerangka lima kekuatan Porter
merupakan suatu alat yang ampuh bila berada di tangan seorang manajer atau ahli analisis
yang terampil. Model yang disajikan di sini telah dikembangkan sesuai kebutuhan dan
perkembangan jaman. Sejauh ini, penggunaan teori Porter memberikan pemahaman dan
wawasan strategis yang lebih baik (Porter, 2000: 85).

1
Dengan memanfaatkan lima model kekuatan atau five forces model Porter sebagai
dasar, disini kita dapat memahami tindakan yang diperlukan, seperti implementasi, proses
lainnya, dan teknik yang dapat memberikan kontribusi yang menciptakan keunggulan
kompetitif bagi organisasi. Dengan menggunakan proses ini, suatu organisasi memiliki
panduan untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mencapai strategi yang cukup
komprehensif untuk menciptakan keunggulan kompetitif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana 5 Forces of Pourter pada usaha stik labu madu?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana 5 Forces of Pourter pada usaha stik labu madu

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Usaha Mikro Kecil Menengah
Dengan memanfaatkan lima model kekuatan atau five forces model Porter sebagai
dasar, disini kita dapat memahami tindakan yang diperlukan, seperti implementasi, proses
lainnya, dan teknik yang dapat memberikan kontribusi yang menciptakan keunggulan
kompetitif bagi organisasi. Dengan menggunakan proses ini, suatu organisasi memiliki
panduan untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mencapai strategi yang cukup
komprehensif untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
2.2 Five Fources Pourter
Dengan memanfaatkan lima model kekuatan atau five forces model Porter sebagai
dasar, disini kita dapat memahami tindakan yang diperlukan, seperti implementasi, proses
lainnya, dan teknik yang dapat memberikan kontribusi yang menciptakan keunggulan
kompetitif bagi organisasi. Dengan menggunakan proses ini, suatu organisasi memiliki
panduan untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mencapai strategi yang cukup
komprehensif untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
2.3 Labu Madu
Labu madu adalah kultivar labu yang memiliki musim dingin yang dibiakkan
dari labu kuning dan buttercup. Labu ini memiliki bentuk dan rasa yang mirip dengan
labu kuning tetapi ukurannya hanya setengah dari labu kuning dan secara signifikan lebih
manis dari labu tersebut. Varietas ini memiliki kulit cokelat gelap
hingga jingga dan daging buah berwarna jingga. Saat matang, warnanya berubah dari
hijau menjadi jingga tua dan rasanya menjadi lebih manis. Labu ini memiliki lebih
banyak beta-karoten hingga dua sampai tiga kali lipat daripada labu kuning. Meskipun
secara teknis termasuk ke dalam buah, labu madu dapat digunakan sebagai sayuran yang
dapat dipanggang, ditumis, dihaluskan, ditambahkan ke sup, semur, dan direbus, dan
sangat manis untuk makanan penutup.
Labu ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1980-an oleh Richard W.
Robinson, seorang profesor emeritus di Universitas Cornell. Robinson mengawinkan dua
spesies Cucurbita, meskipun produk aslinya tidak pernah mencapai pasar. Sekitar tahun
2006, profesor Cornell dan pemulia tanaman Michael Mazourek mengembangkan
kultivar yang berhasil memasuki pasar nasional Amerika Serikat pada tahun 2015. Dia
menerima bantuan dalam mengembangkan produk dari Dan Barber, koki dan pemilik
Blue Hill and Blue Hill at Stone Barns di New York. Pasangan tersebut saat ini sedang
mengembangkan produk yang ditingkatkan, yang dikenal sebagai 898 dan diharapkan
memiliki umur simpan yang lebih panjang.
2.4 Produksi
Menurut Ahmad Tohardi dalam buku Kewirausahaan (2021), produksi adalah
proses atau kegiatan mengolah dan mengelola suatu bahan menjadi produk, berupa
barang atau jasa. Produksi tidak hanya sebatas bagaimana proses pengolahan produknya,
tetapi juga termasuk mencari bahan yang dibutuhkan.

4
BAB III

METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Waktu kami melakukan pengamatan terhadap stik labu madu pada hari kamis tanggal 28
mei 2022 yang bertempat di kelompok tani al-hidayah di desa bulontaala timur, kecamatan
Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
3.2 Wawancara
Wawancara atau interview adalah kegiatan Tanya jawab secara lisan untuk memperoleh
informasi. Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam tulisan, atau direkam secara
audio visual. Wawancara merupakan kegiatan utama dalam kajian pengamatan. Pelaksanaan
wawancara dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Wawancara langsung dilakukan dengan menemui secara langsung orang yang memiliki
informasi yang dibutuhkan, sedangkan wawancara tidak langsung dilakukan dengan
menemui orang-orang lain yang dipandang dapat memberikan keterangan mengenai keadaan
orang yang diperlukan datanya. Pertukaran informasi dan ide melalui tanya-jawab
dimaksudkan untuk membentuk makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan
dalam penelitian untuk mengatasi kelemahan metode observasi dalam pengumpulan data.
Informasi dari narasumber dapat dikaji lebih mendalam dengan memberikan interpretasi
terhadap situasi dan fenomena yang terjadi.

5
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Bergaining Power Pembeli


Kekuatan ini menilai daya tawar atau kekuatan penawaran dari pembeli/konsumen.
Daya tawar pembeli dalam menuntut harga yang lebih rendah untuk stik labu madu
rendah, begitu juga dengan tuntutan akan kualitas produk yang lebih tinggi tidak ada
dikarenakan produk ini memiliki kualitas yang bagus dari segi kemasan, rasa dan harga
terjangkau. Karena penentuan harga untuk produk ini ada ditangan produsen. Daya tawar
pembeli yang rendah memberikan keuntungan.

4.2 Bargaining Power Pemasok


Pada produk stik labu madu yang merupakan pemasok adalah kelompok tani Al-
Hidayah yang hanya sebagai pemasok buah labu madu dengan harga Rp.20.000/kg.
Produk stik labu madu tidak bergantung pada kelompok tani Al-Hidayah karena selain
kelompok tani al-hidayah sebagai pemasok terdapat juga tempat lain yang di jadikan
sebagai pemasok buah labu madu
Jadi daya tawar pemasok usaha stik labu madu memiliki daya pemasok yang
rendah karena pemasok tidak hanya pada kelompok tani al-hidayah tetapi juga memiliki
pemasok di tempat lainnya.

4.3 Ancaman Pendatang Baru


Sejauh ini dalam pengamatan kami, pesaing dengan produk sejenis (benar-benar
mirip) belum ada, Dilihat dari segi bentuk produk ini mudah untuk di ikuti tetapi dari segi
rasa tidak mudah ditiru karena produk ini memiliki cita rasa yang berbeda dari produk
yang lainnya. Sebab terdapat salah satu bumbu rahasia pada saat proses produksi.
Namun suatu saat kami memperkirakan akan ada kompetitor dari pihak yang akan
menawarkan produk sejenis dengan harga yang mungkin lebih murah dan juga akan
memproduksi produk sejenis, model yang lebih menarik, dan dengan kelebihan tempat
yang lebih nyaman seperti produk-produk mereka yang lain.

6
4.4 Ancaman produk subtitusi
Ancaman produk subtitusi untuk stik labu madu berada di tingkat medium, karena
produk dengan bentuk serupa sudah cukup banyak di pasaran. Jika produk stik labu
madu tidak memiliki stok terdapat banyak produk yang bisa menggantikan akan tetapi
dari segi rasa yang akan membedakan produk tersebut.

4.5 Rivalitas competitor


Produk stik labu madu mempunyai pesaing yang banyak di antara produk stik
lainnya. Namun stik labu menjadi yang pertama di gorontalo meskipun ada stik lainnya
yang sudah ada sejak dulu. Oleh karena itu rivalitas competitor stik labu madu berada di
tingkat medium.

BAB V

7
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian Maka dapat disimpulkan bahwa 5 kekuatan porter sangat di
butuhkan pada saat membangun suatu usaha. Salah satunya usaha stik labu yang
menggunakan 5 kekuatan porter mulai dari Bergaining Power Pembeli, Bergaining Power
Pemasok, Ancaman Pendatang Baru, Ancaman produk subtitusi serta Rivalitas competitor
sehingga membuat usaha tersebut berjalan dengan lancar

5.2 Saran
Sebaiknya stik labu meminimalkan kelemahannya dan juga melakukan berbagai
strategi yang dapat mengatasi berbagai ancaman dari luar karena melihat produk ini banyak
yang serupa yang dapat membuat stik labu madu kehilangan konsumennya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Pradhanawati, A. R. (n.d.). strategi bersaing produk ukm lumpia dengan menggunakan analisis five
forces porter dan swot.

Anda mungkin juga menyukai