Anda di halaman 1dari 9

PERAN GEREJA DALAM PENCEGAHAN STUNTING DI KABUPATEN SUPIORI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Saat ini stunting menjadi topik perbincangan di dunia gizi dan kesehatan karena salah satu
masalah gizi ini rupanya menjadi ancaman terbesar bagi kualitas hidup manusia di masa
mendatang. Tidak hanya urusan tinggi badan, stuting menjadi penting untuk diberantas
karena terkait dengan hambatan pertumbuhan otak anak, penurunan kualitas belajar hingga
penurunan produktivitas di usia dewasa dan ancaman peningkatan penyakit tidak menular
(obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dan sebagainya). Dan yang perlu digarisbawahi
adalah hingga saat ini masih banyak orangtua yang tidak menyadari masalah pendek pada
anak karena seorang anak yang stunting umumnya tidak terlihat seperti anak yang
bermasalah, dan hal ini seperti dianggap umum saja bila dari orangtua yang pendek maka
wajar bila anak-anaknya juga pendek. Dengan 27,5% balita Indonesia yang stunting (PSG,
2016), ini menjadi tantangan besar tidak hanya bagi pemerintah namun juga semua sektor
yang terkait (Bappenas, 2016).

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita. (bayi di bawah lima tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi kondisi
stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat
pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan.
(TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z- scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi
(stunted), kurang dari-3SD (severely stunted) (Sekretaris Wapres, 2017).

Masalah balita pendek menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi
ibu/calon ibu, masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama
masa balita. Seperti masalah gizi lainnya, tidak hanya terkait masalah kesehatan, namun juga
dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi. Dampak buruk
yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek
adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan
gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang
dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan
disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat rendahnya
produktivitas ekonomi (Kemenkes, 2016)

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, angka prevalensi stunting Indonesia adalah
24,4%. Di Tahun 2022 angka prevalensi nasional mengalami penurunan menjadi 21,6%. Hasil studi yang sama
menunjukan angka prevalensi stunting Provinsi Papua tercatat berada di angka 29,5% di Tahun 2021. Berbagai
hal telah dilakukan oleh berbagai pihak sebagai upaya untuk menurunkan prevalensi di Provinsi Papua, namun
hasil SSGI 2022 menunjukkan adanya kenaikan prevalensi stunting di Papua menjadi 34,6 % di tahun 2022.
Prevalensi stunting di Kab. Supiori juga mengalami kenaikan dari Tahun 2021 ke 2022, yaitu dari 29,7 di
Tahun 2021 menjadi 40,2 di Tahun 2022.

Pola asuh orangtua memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan moral anak ketika
dewasa. Sayangnya, banyak sekali orangtua yang tidak sadar dengan tindakan yang mereka
lakukan kepada si kecil. Banyak dari para orangtua yang menerapkan pola asuh salah karena
berpatokan pada pengalaman masa lalu yang pernah mereka. rasakan (Hurlock, 2002).
Menurut Gunarsa (2002) pola asuh orangtua merupakan pola interaksi antara anak dengan
orangtua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan. fisik (makan, minum, pakaian,
dan lain sebagainya) dan kebutuhan psikologis (afeksi atau perasaan) tetapi juga norma-
norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan.

Pola asuh orang tua erat kaitan dengan dengan pembentukan suatu keluarga yang mana merupakan salah satu
peran gereja sebagai lembaga yang yang menerima kewenangan dari pemerintah untuk mensahkan
pembentukan suatu keluarga. Data penduduk di Kabupaten Supiori menunjukan bahwa … % penduduk
beragama Kristen dengan sebaran Gereja pada 100% kampung/desa dengan lembaga gereja mencakup Agama
Kristen, Agama Kristen Katolik dengan cakupan denomenasi Kristen protestan meliputi Sinode GKI, Sinode
GPDi, Sinode GBGP, Sinode GBI dan sinode lainnya.

Walaupun penduduk Kabupaten Supiori mayoritas beagama Kristen, namun data per-tahun 2022 menunjukan
bahwa angka stunting di Kabupaten Supiori sangat tinggi yaitu mencapai 40,2%. Kondisi ini mendorong
penulis untuk melakukan riset dengan judul “PERAN GEREJA DALAM MENCEGAH STUNTING DI
KABUPATEN SUPIORI, PROPINSI PAPUA”.

B. Fokus Penelitian
Jelaskan fokus permasalahan apa yang dipilih untuk diteliti.
Salahor satu faktor penyebab stunting adalah Pola Asuh Keluarga sehingga Penelitian ini
akan berfokus pada peran gereja dalam pembentukan dan pembinaan keluarga Keluarga
Kristen dalam rangka pencegahan dan penurunan stunting di Kabupaten Supiori
C. Pertanyaan penelitian
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Apa peran Gereja dalam mencegah Stunting di Kabupaten Supiori
2. Bagaiamana Cara Gereja dalam mencegah stunting melalui pembinaan
keluarga Kristen
3.
Tuliskan pertanyaan ingin diketahui oleh peneliti. Seluruh isi tulisan dalam penelitian ini
harus berfokus dan bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian (terutama di BAB IV).
Pertanyaan penelitian ditulis dalam bentuk pertanyaan.
D. Tujuan Penelitian
Tuliskan tujuan apa yang ingin dicapai dari penelitian ini. Isi tujuan penelitian disesuaikan
dengan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ditulis dalam bentuk pernyataan.
- Untuk mengetahui peran gereja dalam mencegah stuntig di Kabupaten Supiori
- Untuk mengetahui cara gereja dalam mencegah stunting melalui pembinaan keluarga
E. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Tuliskan manfaat peneliti ini secara teoritis apa. Akan menambah wawasan/embrio teori
dari teori tentang apa.
2. Manfaat Praktis
Tuliskan penelitian ini nantinya akan memberikan manfaat untuk SIAPA, dan apa
manfaatnya. Jadi biasanya dibuat per point, misalnya manfaat untuk orangtua, konselor
dsb)
Manfaat untuk Gereja adalah membantu memberikan peta jalan kepada gereja dalam
ikut berpartisipasi dalam penanganan dan pencegahan stunting;
Manfaat untuk Pemerintah Kabupatn Supiori adalah memberikan kejelasan untuk
melibatkan gereja dalam penanganan dan pencegahan stunting.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka kualitatif lebih fleksibel dari kuantitatif. Intinya dalam kajian pustaka ini
dijelaskan mengenai objek penelitian (masalah yang dikaji secara teoretik).
Kajian ini bersumber dari teori-teori yang telah ada. Isinya berupa definisi dari objek penelitian,
karakteristik, ciri, pola dsb (disesuaikan dengan penelitian)
Jika dibutuhkan bisa juga dijelaskan mengenai:
1. Penelitian terdahulu (yaitu kumpulan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang
membahas masalah yang sama dengan yang diteliti
2. Paradigma berpikir (keseluruhan sistem dalam berpikir dalam
mengungkap/menjawab pertanyaan penelitian)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Metode
Jelaskan jenis metode yang dipakai, kalau kualitatif jelaskan jenisnya apa? Apakah Basic
Research, etnografi, studi kasus, deskriptif, histori, terapan, evaluasi, tindakan, naratif,
verifikasi, atau fenomenologi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Jelaskan lokasi penelitian dan kapan penelitian dilakukan. Jika bentuknya studi pustaka
tidak perlu menjelaskan lokasi penelitian.
C. Subjek dan Obyek Penelitian
Jelaskan mengenai subjek dan objek penelitian
Subjek penelitian berkaitan dengan siapa atau apa yang bisa memberikan kita informasi
dan data untuk memenuhi topik penelitian kita.
Objek penelitian berkaitan dengan masalah yang kita teliti.
D. Teknik Pengambilan Informan
Jelaskan teknik apa yang digunakan untuk pengambilan informan, misalnya purposive
sampling, snowball samping, insidental sampling dan sebagainya.
E. Informan/Narasumber
Jelaskan berapa jumlah informan/narasumbernya. Dan siapa saja (bisa diberikan
penjelasan mengenai jabatan, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dsb sesuai dengan
penelitian yang diangkat)
F. Teknik Pengumpulan Data
Jelaskan teknik pengumpulan data yang digunakan apa, misalnya Observasi
(pengamatan), Kuesioner (Angket), Interview (Wawancara), Studi Pustaka, Studi
Dokumen, focus grup discussion dan sebagainya.
G. Instrumen Penelitian
Jelaskan alat apa yang dipakai dalam penelitian, misalnya angket terbuka, lembar
observasi, pedoman wawancara, soal test, dsb.
H. Teknik Analisa Data
Jelaskan teknik analisa data apa yang digunakan:
Apakah menggunakan open coding, axial coding, atau selective coding.
Atau jika studi pustaka misalnya bisa dijelaskan teknik hermeneutik apa yang digunakan.
I. Validasi Data
Jelaskan bagaimana validitas dan reliabilitas data dilakukan. Apakah dengan
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi (jika melakukan
triangulasi jelaskan trianggulasinya apa? Apakah triangulasi sumber, teknik, waktu).

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berisi tentang laporan hasil penelitian.
Banyaknya laporan ini disesuaikan dengan banyaknya pertanyaan penelitian di BAB I.
Jika penelitian non studi pustaka (wawancara/observasi/dokumentasi dsb)
Laporan penelitian merupakan temuan-temuan unik yang didapat dari hasil wawancara
(verbatim). Dibuat per point temuan, dan hasil temuan disertakan bukti kutipan dari
verbatim.
Jika penelitian studi pustaka
Laporan hasil penelitian merupakan temuan-temuan unik yang didapat dari hasil tafsir, atau
berbagai pendekatan hermeneutik yang dilakukan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Berisi tentang teori-teori yang mendukung atau tidak terhadap temuan-temuan yang sesuai
dengan masalah-masalah penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berisi tentang poin-poin kesimpulan dari hasil temuan di BAB IV
B. Saran
Berisi saran-saran yang direkomendasi untuk beberapa kelompok yang memiliki hubungan
dengan hasil penelitian (misalnya: orangtua, anak, guru dsb). Saran diselaraskan dengan
manfaat penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
A. Pedoman wawancara
B. Verbatim
C. Surat Keterangan Wawancara
D. Surat Keterangan Penelitian (jika penelitian di sekolah/institusi/lembaga/gereja dsb)
E. Foto-foto (jika ada)
F. Biodata Peneliti
G. Lembar Bimbingan

Anda mungkin juga menyukai