Oleh:
Gita Rizky Aprilia
NIM. 2230912320091
Pembimbing:
dr. Meriah Sembiring, Sp.A
Agustus, 2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
A. Definisi .......................................................................................... 2
B. Epidemiologi ................................................................................. 3
C. Etiologi .......................................................................................... 4
D. Patofisologi .................................................................................... 5
E. Klasifikasi ..................................................................................... 7
F. Diagnosis ....................................................................................... 8
G. Tatalaksana .................................................................................. 14
H. Prognosis ..................................................................................... 22
B. Anamnesis ................................................................................... 23
E. Resume ........................................................................................ 39
F. Diagnosis ..................................................................................... 42
G. Tatalaksana .................................................................................. 42
H. Prognosis ..................................................................................... 43
ii
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 57
iii
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan masyarakat serius dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi,
lebih muda dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang
lebih berat. Gagal jantung pediatrik memiliki perbedaan etiologi dan patogenesis
dengan orang dewasa, bahkan berbeda antar kelompok usia, dan dapat tumpang
tindih dengan gejala atau tanda penyakit anak lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan
dibandingkan penanganan gagal jantung dewasa. Selain itu, studi pada gagal
dari pengalaman klinis.5 Berkaitan dengan hal tersebut, berikut ini akan disajikan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
suatu sindrom klinis kompleks yang terjadi akibat gangguan struktural atau
fungsional dari pengisian atau ejeksi darah dari ventrikel jantung. Menurut
jantung untuk menyuplai darah ke sirkulasi sistemik atau pulmonal dalam aliran
yang adekuat, atau untuk menerima aliran balik vena dalam tekanan pengisian yang
pasien.4
yang terdiri dari gejala utama, seperti pembengkakan dan kelelahan yang disertai
dengan tanda-tanda di antaranya tekanan vena jugularis meningkat dan ronki paru.
Hal ini disebabkan karena adanya kelainan struktural dan/atau fungsional jantung
adekuat saat istirahat atau selama aktivitas. Gagal jantung pediatrik pada sekitar
usia 0-18 tahun didefinisikan secara luas sebagai kegagalan jantung untuk
mensuplai darah ke sistem pulmonal pada laju aliran yang sesuai atau kegagalan
menerima aliran balik vena pada tekanan pengisian yang sesuai, sehingga berefek
2
3
kelainan ventrikel dan volume overload. Gagal jantung pediatrik muncul saat lahir
Kejadian penyakit jantung bawaan sekitar 0,8% kelahiran. Berdasarkan data United
Stated Indicates, setiap tahun sekitar 10.000 - 14.000 anak dirawat inap dengan
Studi oleh Shaddy dkk, melaporkan bahwa insiden gagal jantung pada anak
berkisar antara 0.87 hingga 7.4 per 100.000 populasi. PJB merupakan penyebab
utama gagal jantung pada anak. Studi oleh Lasa dkk, melaporkan bahwa dari 1.494
pasien anak dengan gagal jantung, lebih dari separuh pasien (57%) memiliki PJB
sebagai penyakit yang mendasari. Insiden PJB di Indonesia belum diketahui secara
pasti, namun secara global diperkirakan sebesar 8 per 1000 kelahiran hidup.
Diperkirakan sebanyak 5% pasien PJB mengalami gagal jantung saat usia anak-
anak dan 25% pasien PJB mengalami gagal jantung saat usia dewasa. Pasien dengan
jantung univentrikel memiliki insiden gagal jantung tertinggi, disusul oleh lesi
conotruncal (misalnya tetralogi Fallot, transposisi arteri besar), pirau kiri ke kanan
katup.4
1.1-1.5 kasus per 100.000 anak. Tidak semua anak dengan kardiomiopati dapat
Gagal jantung ditemukan pada 71% anak dengan kardiomiopati dilatasi dan 13%
penyebab gagal jantung pada anak di negara berkembang dan tropis. Studi di India
oleh Murugesan dkk. (2017) melaporkan bahwa sebanyak 2.09% dari 7.095 pasien
anak yang dirawat di rumah sakit memiliki gagal jantung, dimana penyebab
terbanyak adalah PJB (59.8%), disusul oleh penyakit jantung rematik (15.3%), dan
1.1-1.5 kasus per 100.000 anak. Tidak semua anak dengan kardiomiopati dapat
Gagal jantung ditemukan pada 71% anak dengan kardiomiopati dilatasi dan 13%
penyebab gagal jantung pada anak di negara berkembang dan tropis. Studi di India
oleh Murugesan dkk. (2017) melaporkan bahwa sebanyak 2.09% dari 7.095 pasien
anak yang dirawat di rumah sakit memiliki gagal jantung, dimana penyebab
terbanyak adalah PJB (59.8%), disusul oleh penyakit jantung rematik (15.3%), dan
aritmia, dan kombinasi dari mekanisme tersebut. Kelebihan beban volume dan
tekanan merupakan mekanisme tersering gagal jantung pada anak. Kelebihan beban
volume dapat disebabkan oleh PJB dengan pirau kiri ke kanan dan regurgitasi
katup. Kelebihan beban tekanan dapat disebabkan oleh stenosis mitral, stenosis
vasokonstriksi untuk mempertahankan tekanan arteri rerata dan perfusi organ. Akan
angiotensin II, dan aldosteron dalam sirkulasi. Renin berperan untuk memecah
menyebabkan retensi garam dan air yang akan meningkatkan preload dan curah
pada satu titik mekanisme tersebut tidak lagi mampu meningkatkan curah jantung.
Selain itu, aktivasi SRAA berkelanjutan dapat menyebabkan terjadinya fibrosis dan
anak usia 6 tahun (Tabel 2.3). Gagal jantung pada anak juga dapat diklasifikasikan
Tabel 2.3. Klasifikasi modifikasi Ross & NYHA untuk gagal jantung pada anak.4
Kelas Klasifikasi Modifikasi Ross Klasifikasi NYHA
I Asimtomatik Asimtomatik
II • Takipnea ringan atau diaforesis saat Terdapat batasan ringan
makan pada bayi atau sedang dalam
• Sesak napas saat aktivitas pada anak usia aktivitas fisik
lebih tua
III • Takipnea bermakna atau diaforesis saat Terdapat batasan
makan pada bayi bermakna dalam
• Waktu makan yang memanjang dengan aktivitas fisik
gagal tumbuh
• Sesak napas bermakna saat aktivitas pada
anak usia lebih tua
IV Gejala seperti takipnea, retraksi, grunting, Simtomatik saat istirahat
atau diaforesis saat istirahat
8
Gagal jantung pada anak secara umum dapat bermanifestasi sebagai gagal
jantung kiri atau gagal jantung kanan. Manifestasi gagal jantung kiri meliputi:
takipnea, sesak, distres pernapasan, kongesti paru, ortopnea, dan gambaran curah
jantung rendah (kesulitan makan, letargi, palor, diaforesis, akral dingin, gagal
asites, efusi pleura, edema perifer, dan peningkatan tekanan vena jugularis. Poin
penting yang perlu diingat, bahwa peningkatan tekanan vena jugularis, edema
9
perifer, efusi pleura, dan krepitasi dada jarang ditemukan pada bayi dan anak usia
Gejala dan tanda gagal jantung pada anak bervariasi tergantung umur dan
keparahan penyakit. Gambaran klinis yang sering ditemukan pada bayi dan anak
usia muda meliputi kesulitan makan (waktu makan memanjang, volume asupan
sedikit, dan refluks), takipnea, distres pernapasan, diaforesis saat makan, gagal
tumbuh, dan hepatomegali. Gambaran klinis yang sering ditemukan pada anak usia
lebih lebih tua dan remaja meliputi penurunan toleransi aktivitas fisik, sesak, mudah
pergeseran impuls apikal, dan peningkatan tekanan vena jugularis. Kadang dapat
gagal jantung. Denyut jantung merupakan parameter yang penting. Pasien dengan
sinus tachycardia. Aritmia jantung primer perlu dicurigai apabila denyut jantung
>220 kali/menit. Tekanan darah biasanya normal pada pasien gagal jantung, namun
auskultasi dapat ditemukan krepitasi basal dan wheezing, namun hal ini dapat pula
disebabkan oleh penyakit paru. Suara murmur jantung atau gallop dapat ditemukan.
Meskipun auskultasi penting, perlu diingat bahwa tidak adanya murmur atau suara
Sianosis sentral dengan saturasi oksigen yang rendah (<85 %) dapat ditemukan
b) Studi laboratorium
laboratorium yang dapat dilakukan meliputi darah lengkap, elektrolit, fungsi renal,
fungsi liver, fungsi tiroid, analisa gas darah, dan biomarker jantung.
Pemeriksaan darah lengkap bertujuan untuk menilai anemia dan infeksi yang
abnormal pada gagal jantung dekompensasi akut. Hiperkalemia dapat terjadi akibat
hipokloremia dapat terjadi pada pengunaan diuretik dosis tinggi atau jangka
panjang. Hiponatremia sering ditemukan pada anak yang dirawat dengan gagal
ditemukan pada hepatopati kongestif atau gagal jantung kanan berat. Analisa gas
tiroid diperiksa pada kasus gagal jantung dengan kecurigaan disebabkan hipotiroid
atau hipertiroid.
11
jantung pada anak. B-type natriuretic peptide (BNP) dilepaskan oleh miokardium
dan spesifisitas yang baik untuk membantu penegakan diagnosis gagal jantung.
Peningkatan BNP pada anak dengan gagal jantung berhubungan dengan prognosis
penyakit paru. Evaluasi BNP berkala berguna untuk memantau respon terapi dan
Peningkatan troponin dapat ditemukan pada iskemia jantung dan proses inflamasi
seperti miokarditis.4
c) Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan pada setiap kecurigaan gagal jantung
untuk menilai ukuran jantung, aliran darah paru, edema paru, efusi pleura, dan tanda
infeksi. Rasio kardiotoraks >60% pada bayi atau >55% pada anak mengindikasikan
kardiomegali. Beberapa PJB memiliki gambaran khas pada foto toraks, misalnya
trunkus arteriosus, box-shaped pada anomali Ebstein, dan rib notching pada
penegakan diagnosis pada kasus kecurigaan PJB. Pada PJB asianotik, vaskularisasi
paru dapat meningkat atau normal, sedangkan pada PJB sianotik, vaskularisasi paru
d) Elektrokardiografi
jantung. Pembesaran atrium kiri dapat ditemukan pada stenosis atau regurgitasi
katup mitral. Pembesaran atrium kanan dapat ditemukan pada atresia trikuspid,
defek septum atrium, dan anomali Ebstein pada katup trikuspid. Hipertrofi ventrikel
kiri dapat ditemukan pada stenosis aorta, koarktasio aorta, dan defek septum
Bradiaritmia akibat blok jantung komplit kongenital juga hanya dapat dideteksi
13
melalui EKG. Anomalous left coronary artery from the pulmonary artery
e) Ekokardiografi
pasien anak dengan gagal jantung untuk menilai struktur dan fungsi jantung secara
ventrikel, dan tekanan pulmonal. Data ini sangat penting untuk penegakan
pada pasien anak dengan gagal jantung diperlukan untuk memantau progresifitas
studi, stratifikasi risiko, dan memandu tatalaksana spesifik PJB kompleks dan
kardiomiopati
yang adekuat, pada pasien PJB kompleks yang membutuhkan pembedahan, dan
keperluan terapi intervensi transkateter seperti tindakan septostomi atrium pada PJB
kritis yang membutuhkan komunikasi atrium kanan dan kiri, penutupan defek
balon dan/ atau pemasangan stent untuk lesi obstruktif. Pemeriksaan anti-
demam rematik akut atau rekurensi demam rematik akut pada penyakit jantung
rematik. Kultur darah dapat dilakukan pada kasus kecurigaan endokarditis infektif.
Prinsip umum tatalaksana gagal jantung pada anak meliputi identifikasi dan
bila ada. Penyebab gagal jantung yang mendasari perlu dikoreksi. Keadaan kongesti
Pada situasi gawat darurat, pasien dapat datang dengan klinis gagal jantung
15
akut de novo (pertama kali) atau gagal jantung dekompensasi akut (perburukan
gagal jantung kronik yang sebelumnya stabil). Neonatus dengan gagal jantung akut
status kongesti dan hipoperfusi. Diuretik loop efektif dalam menurunkan kelebihan
hipoperfusi.
kongesti paru dan sesak. Sedasi dapat dipertimbangkan pada anak yang sangat
gelisah. Pada kasus PJB asianotik atau kardiomiopati, oksigen harus diberikan jika
SpO2 <90%. Pada kasus PJB sianotik, oksigen hanya memberikan sedikit efek
dengan edema atau retensi cairan. Restriksi cairan diindikasikan pada pasien
dengan edema yang tidak berespon dengan terapi diuretik atau hiponatremia.
pilihan obat utama. Kasus PJB membutuhkan intervensi korektif atau paliatif dan
Pemantauan respon terapi dilakukan secara berkala. Pasien dengan gagal jantung
• Diuretik
Diuretik digunakan pada anak dengan gagal jantung simtomatik yang disertai
kongesti sistemik atau pulmonal. Furosemide merupakan diuretik loop yang paling
pemantauan status cairan dan elektrolit berkala. Penggunaan furosemide pada gagal
jantung yang disebabkan PJB sianotik dengan pirau kanan ke kiri seperti tetralogi
asidosis, peningkatan resistensi vaskular paru, dan peningkatan pirau kanan ke kiri.4
17
yang dapat menyebabkan hipertrofi dan fibrosis jantung. ACEI dapat mengurangi
merupakan ACEI yang paling sering digunakan pada anak dengan gagal jantung.
Pemberian rutin ACEI direkomendasikan pada anak dengan disfungsi ventrikel kiri.
Permantauan berkala tekanan darah, fungsi ginjal dan kalium perlu dilakukan.
Penggunaan ACEI pada tetralogi Fallot perlu dihindari karena efek penurunan
SRAA. Data mengenai penggunaan ARB pada anak masih sangat terbatas. ARB
seperti losartan dapat diberikan pada pasien yang intoleran terhadap ACEI
• Beta-blocker
dengan disfungsi sistolik sedang atau berat. Pemberian BB dimulai dengan dosis
• Antagonis aldosteron
paling sering digunakan. Obat ini juga berperan sebagai agen hemat kalium dan
anak dengan gagal jantung yang belum mengalami perbaikan fungsi ventrikel
setelah diberikan ACEI dan BB. Monitoring elektrolit berkala perlu dilakukan
• Digoksin
dengan gagal jantung kronik. Digoksin tidak direkomendasikan pada anak dengan
gagal jantung asimtomatik. Digoksin dosis rendah dapat digunakan pada anak
dengan gagal jantung simtomatik dan ejeksi fraksi yang rendah. Digoksin memiliki
pada gangguan ginjal dan elektrolit. Efek toksisitas digoksin dapat terjadi pada
• Inotropik
pasien gagal jantung akut dengan syok kardiogenik dan perfusi sistemik/organ akhir
yang buruk. Dobutamin dan/atau milrinon dapat digunakan sebagai lini pertama
perfusi organ akhir yang buruk. Levosimendan dapat digunakan pada gagal jantung
• Vasodilator
digunakan pada gagal jantung akut untuk mengurangi afterload. Vasodilator dapat
digunakan pada pasien anak dengan gagal jantung akut tanpa hipotensi dan
dikombinasikan dengan diuretik untuk memperbaiki gejala pada edema paru akut.4
• Antikoagulan
disfungsi ventrikel kiri yang berat, penggunaan katup prostetik, dan pasca operasi
Fontan.4
• Terapi nutrisi
Gagal jantung pada bayi membutuhkan kalori dan cairan yang cukup untuk
20
pertumbuhan. Kebutuhan asupan kalori untuk gagal jantung pada bayi adalah 150-
160 kkal/kg/hari dengan rekomendasi pola makan porsi kecil dan sering. Apabila
konsumsi makanan secara per oral tidak dapat dilakukan, diindikasikan penggunaan
pipa nasogastrik. Rekomendasi asupan kalori untuk anak dan remaja adalah 25-30
dianjurkan tidak lebih dari 2,5 g/kg/hari. Anak lebih besar direkomendasikan untuk
membatasi asupan garam (<0.5 g/hari) dan menhindari camilan asin atau garam
dapur. Akan tetapi, restriksi garam dan cairan tidak direkomendasikan untuk bayi.
Pengukuran berat badan setiap hari penting pada pasien rawat inap. Gagal jantung
pada anak ditandai dengan peningkatan berat badan yang buruk dalam jangka
tumbuh pada gagal jantung pediatrik dapat berkaitan dengan restriksi kalori secara
langsung karena asupan kalori rendah dan peningkatan kebutuhan energi akibat
kesulitan makan, atau secara tidak sengaja karena restriksi cairan dan terapi
diuretik.4
• Terapi alat
Modalitas terapi alat pada gagal jantung pada anak meliputi alat pacu jantung,
(CRT), dan dukungan sirkulasi mekanik. Pemasangan alat pacu jantung permanen
diindikasikan pada blok atrioventrikular derajat tinggi atau derajat tiga simtomatik,
disfungsi nodus sinus simtomatik, dan bradikardia yang berhubungan dengan PJB
kompleks. ICD diindikasikan pada pasien dengan riwayat henti jantung, takikardi
ventrikel sustained simtomatik yang berhubungan dengan PJB, PJB dengan sinkop
21
berulang dan disfungsi ventrikel atau aritmia ventrikel yang dapat diinduksi pada
studi elektrofisiologi. CRT diindikasikan pada pasien dengan ejeksi fraksi ventrikel
kiri <35%, durasi QRS lebih dari batas normal atas menurut usia, dan NYHA kelas
(ECMO) atau ventricular assist device (VAD) dapat diberikan pada pasien gagal
jantung berat yang tidak berespon dengan terapi medikamentosa atau menunggu
kardiogenik atau pasca henti jantung sebagai dukungan sirkulasi sementara untuk
mencapai pemulihan. VAD diindikasikan sebagai terapi jembatan pada pasien anak
• Terapi ablasi
Terapi ablasi diindikasikan pada pasien anak dengan kardiomiopati yang diinduksi
• Transplantasi jantung
gagal jantung stadium akhir yang refrakter terhadap terapi pembedahan maupun
yang mengurangi harapan hidup, infark paru, penyakit psikiatri, dan perdarahan
aktif.4
Prognosis gagal jantung pada anak bervariasi, tergantung pada penyebab yang
mendasari, derajat keparahan, dan reversibilitas dari gagal jantung. Gagal jantung
yang disebabkan oleh penyebab non-kardiak memiliki prognosis yang baik bila
penyebab yang mendasari telah ditangani. Pasien anak yang dirawat dengan gagal
jantung memiliki peningkatan risiko morbiditas yang meliputi gagal napas, gagal
ginjal, dan sepsis, serta memiliki risiko mortalitas dalam rumah sakit 20 kali lipat
lebih tinggi dibandingkan pasien anak tanpa gagal jantung. Prognosis gagal jantung
pada anak secara umum lebih baik daripada orang dewasa karena gagal jantung
pada anak seringkali disebabkan oleh penyakit jantung struktural dan kondisi
anak dengan gagal jantung terminal. Meskipun demikian, tingkat mortalitas pada
anak dengan gagal jantung terminal yang terdaftar dan menunggu transplantasi
jantung masih cukup tinggi yaitu 17%.46 Tingkat kesintasan 1 tahun pasien anak
LAPORAN KASUS
I. Identitas
A. Identitas Penderita
B. Identitas Orangtua
Ayah Ibu
II. Anamnesis
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 27 Juli 2023. Alloanamnesis dengan
orangtua pasien pada hari Senin, 31 Juli 2023 pukul 13.00 WITA.
Pasien datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan sesak napas.
sejak 1 minggu SMRS. Keluhan dirasakan memberat sejak 2 hari SMRS. Keluhan
ini pertama kali dirasakan oleh pasien. Sesak muncul setiap kali pasien beraktivitas
23
24
seperti berjalan kaki dengan jarak agak jauh atau naik tangga. Sesak napas
berkurang saat pasien beristirahat dengan posisi berdiri atau duduk, tetapi tidak
berkurang jika pasien berbaring. Keluhan sesak napas disertai dengan berdebar –
debar yang dirasakan terus menerus dan tidak membaik dengan istirahat. Keluhan
sesak napas tidak disertai nyeri dada dan tidak dipengaruhi oleh waktu. Keluhan
sesak napas membuat pasien sering merasa cepat lelah sehingga menganggu
aktivitas.
Pasien memiliki keluhan bengkak pada wajah, kedua tangan, dan kedua kaki
sejak 5 hari SMRS. Awalnya bengkak timbul saat bangun tidur pada bagian bawah
mata, dan 3 hari kemudian ibu pasien menyadari muncul bengkak di kedua tangan
dan kaki. Bengkak pada bagian bawah mata berkurang ketika siang hari. Pasien
Pasien memiliki keluhan batuk sejak sekitar 1 minggu SMRS. Batuk hilang
timbul dan muncul secara mendadak. Batuk tidak dipengaruhi oleh waktu. Batuk
tidak disertai dahak. Keluhan batuk disertai sakit tenggorokan dan suara serak.
Keluhan batuk dan sakit tenggorokan berkurang dengan obat yang dibeli sendiri di
apotek.
Pasien sering mengalami rasa pegal pada kaki dan lutut yang muncul hilang
timbul. Pasien mengalami penurunan nafsu makan semenjak sakit. Keluhan lain
berupa benjolan di kulit, kemerahan, kejang atau gerakan berulang tidak terarah,
napas berbunyi, demam, mual, muntah, dan perubahan berat badan disangkal.
Pasien sempat dibawa ke puskesmas 3 hari SMRS dan diberikan obat puyer,
namun keluhan tidak membaik dan akhirnya pasien dibawa ke IGD RSUD Ulin.
25
Saat ini (31 Agustus 2023) pasien masih mengeluhkan sesak namun sesak
sudah berkurang. Keluhan bengkak dan batuk sudah tidak lagi dirasakan oleh
pasien. Pasien mengeluhkan BAB cair 3 kali, masih terdapat ampas, tidak berlendir
dan tidak berdarah. BAB cair dikeluhkan pasien sejak 1 hari sebelumnya (30
Agustus 2023).
5. Riwayat Antenatal
Ibu pasien rutin ANC setiap bulan ke puskesmas masa kehamilan. Ibu rutin
mengkonsumsi tablet tambah darah dan asam folat selama masa kehamilan.
Riwayat demam, darah tinggi, kencing manis, keputihan, nyeri kencing, dan
6. Riwayat Natal
kemerahan
• Penolong : Dokter
• Tempat : RS Bhayangkara
7. Riwayat Neonatal
Riwayat ikterus (-), sianosis (-), resusitasi aktif (-), fototerapi (-), dirawat di
8. Riwayat Perkembangan
Tiarap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan
Bicara : coing, babling, dan bicara 1-3 suku kata orang tua
27
lupa pada umur berapa. Bicara 3-6 kata pada usia 12 bulan
dengan baik
9. Riwayat Imunisasi
Polio 0 | 2 | 3 | 4 18
Hepatitis B 0 | 2 | 3 | 4 18
DPT 2 | 3 | 4 18
Hib 2 | 3 | 4 18
MR 9 18
ASI : usia 0-6 bulan, >10x/hari, selama 10 menit setiap kali menyusu.
Bubur nasi : 9-12 bulan, 3x sehari, ½ mangkuk kecil, dengan isi nasi, wortel,
ayam
Nasi lembek : 12 bulan, 3x sehari, ½ piring, dengan isi nasi, wortel, ayam
Makanan dewasa: 18 bulan, 3x sehari 1 piring, dengan isi nasi, lauk, dan sayur
Ketika sakit : 3x sehari, dengan 3-5 sendok bubur dan tanpa lauk
Kesimpulan : Semenjak sakit, kualitas dan kuantitas nutrisi pasien tidak baik
28
Iktisar Keturunan:
Ayah Ibu
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Sakit
: Meninggal
Kesimpulan : Nenek dari pihak ayah pasien memiliki riwayat diabetes melitus,
Pasien tinggal serumah bersama ayah, ibu, dan kakak pasien. Rumah pasien
berada di lingkungan padat penduduk, dekat dengan sungai dan pasar, namun jauh
dari TPA. Pencahayaan dan ventilasi udara dirumah pasien baik. Keseharian MCK
menggunakan air PDAM, minum menggunakan air PDAM yang direbus. Ayah
pasien merokok dan sering merokok di sekitar rumah, namun tidak merokok di
3. Tanda Vital
TD : 100/70
Suhu : 36,7°C
Respirasi : 28 kali/menit
4. Kulit
Kelembaban : Normal
30
Lain-lain : CRT < 2 detik, hematom (-), ptekie (-), purpura (-),
5. Kepala
Kepala : Normosefali
/-), mata cekung (-) alis dan bulu mata normal, produksi air
stomatitis (-)
Lidah : Normoglossus, lidah kotor (-), atrofi papil (-), sianosis (-)
Tonsil : T1/T1
6. Leher
Pembesaran KGB (-), pulsasi vena jugularis tidak meningkat, massa (-)
7. Dinding dada/paru
wheezing (---/---)
8. Jantung
9. Abdomen
dullness (-),
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas dan bawah hangat, CRT<2 detik, Edema (--/--), pucat
telapak tangan dan kaki (--/--), pembesaran KGB inguinal dan axilla (-/-)
32
Lengan Tungkai
Tanda
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan 5555 5555 5555 5555
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Biceps +2 Biceps +2 Patella +2 Patella +2
Refleks Fisiologis
Triceps +2 Triceps +2 Achilles +2 Achilles +2
Refleks patologis - - - -
Sensibilitas + (baik) + (baik) + (baik) + (baik)
Kaku kuduk (-),
Tanda meningeal
Brudzinki I (-), Brudzinzki II (-), Kernig (-)
12. Genitalia
13. Anus
- BB : 17,6 kg
- TB : 115,5 cm
- Lingkar lengan atas : 14 cm BBI 21 Kg
BB/U <P5 (Severe Underweight)
- Lingkar kepala : 50 cm
TB/U <P5 (Severe Stunted)
- Lingkar dada : 51,5 cm BB/TB 83.8 % (Gizi Kurang)
33
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15.7 12.0 - 16.0 g/dl
Lekosit 11.1 4.0 - 10.5 ribu/ul
Eritrosit 6.23 4.10 - 6.00 juta/ul
Hematokrit 4.89 37.0 - 47.0 %
Trombosit 279 150 - 450 ribu/ul
RDW-CV 16.4 12.1 - 14.0 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 78.5 75.0 - 96.0 fl
MCH 25.2 28.0 - 32.0 pg
MCHC 32.1 33.0 - 37.0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0.5 0.0 - 1.0 %
Eosinofil% 0.1 1.0 – 3.0 %
Neutrofil% 52.5 50.0-81.0%
Limfosit% 41.9 20.0 – 40.0%
Monosit% 5.0 2.0 – 8.0 %
Monosit# 0.05 0.30 - 1.00 ribu/ul
Basofil# 0.01 <1.00
Eosinofil# 5.82 <3.00
Neutrofil# 4.63 2.50-7.00 ribu/ul
Limfosit# 0.55 1.25-4.00 ribu/ul
KIMIA
GINJAL
Ureum 43 0-50 mg/dl
Kreatinin 0.68 0.57-1.11 mg/dl
Asam Urat 8.0 2.6 – 6.0 mg/dl
FAAL DAN LEMAK
Kolesterol Total 156 0-200 mg/dl
HATI DAN PANKREAS
Albumin 3.0 3.8-5.4 g/dl
ELEKTROLIT
Kalsium 9.3 9.0-10.0 mg/dl
Natrium 135 136-145 Meq/L
Kalium 4.5 3.5-5.1 Meq/L
Klorida 109 98-107 Meq/L
35
URINALISA
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.025 1.005-1.030
pH 6.0 5.0-6.5
Keton Negatif Negatif
Protein-Albumin 2+ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah Samar Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilinogen 0.2 0.1-1.0
Lekosit Negatif Negatif
SEDIMEN URIN
Lekosit 1-2 0-3 /LPB
Eritrosit 0-1 0-2 /LPB
Epithel 1+ 1+
Kristal Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif
GAS DARAH
Laktat 3.7 Arteri : 0.36 – 1.25 mmol/L
Vena : 0.90 – 1.7 mmol/L
Suhu 36.7 Celcius
pH 7.370 7.350 – 7.450
PCO2 37.5 35.0 – 45.0 mmHg
TCO2 23.0 22.0 – 29.0 mEq/L
PO2 31.0 80.0 – 100.0 mmHg
HCO3 21.7 22.0 – 26.0 mEq/L
O2 Saturasi 59.0 75.0 – 99.0 %
Base Excess (BE) -4.0 -2.0 – 3.0 mEq/L
%FIO2 29 %
36
HEMATOLOGI
LED/ESR 1 0 – 20 mm/jam
KIMIA
Besi (iron) 51 55 – 175 ul/dl
TIBC 427 120 – 480 ul/dl
Saturasi Transferin 12 15 – 50 %
GINJAL
C-3 Komplemen 128 82 – 173 mg/dl
C-4 Komplemen 17 13 – 46 mg/dl
IMUNO - SEROLOGI
ASTO <200 <200.00 IU/ml
• Difaragma : Normal
Kesimpulan :
Kardiomegali
38
g) Elektrokardiogram
Interval PR : 0.16 s
Komplek QRS: Sempit, RBBB (-), LBBB (-), RVH (+), PVC (+) lead V2-3
Segmen ST : Isoelektris
Kesimpulan : Irama sinus reguler, frekuensi 150 x/menit, RAE, RVH, PVC
Lain-lain : AO : stenosis
LAV atropi
Kesimpulan :
Lain-lain : AO : stenosis
LAV Hipotoni
Kesimpulan :
V. Resume
Uraian :
RPS
Pasien datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan sesak napas.
sejak 1 minggu SMRS. Keluhan dirasakan memberat sejak 2 hari SMRS. Keluhan
sesak napas muncul setiap kali pasien beraktivitas seperti berjalan kaki dengan jarak
agak jauh atau naik tangga. Sesak napas berkurang saat pasien beristirahat dengan
posisi berdiri atau duduk, tetapi tidak berkurang jika pasien berbaring. Keluhan
sesak napas disertai dengan berdebar – debar yang dirasakan terus menerus dan
tidak membaik dengan istirahat. Keluhan sesak napas membuat pasien sering
merasa cepat lelah sehingga menganggu aktifitas. Pasien juga memiliki keluhan
41
bengkak pada wajah, kedua tangan, dan kedua kaki sejak 5 hari SMRS. Bengkak
pada bagian bawah mata berkurang ketika siang hari. Pasien juga memiliki keluhan
batuk sejak sekitar 1 minggu SMRS. Batuk hilang timbul dan muncul secara
mendadak. Keluhan batuk disertai sakit tenggorokan dan suara serak. Keluhan
batuk dan sakit tenggorokan berkurang dengan obat yang dibeli sendiri di apotek.
Pasien sering mengalami rasa pegal pada kaki dan lutut yang muncul hilang timbul.
Pasien mengalami penurunan nafsu makan semenjak sakit. Pasien sempat dibawa
ke puskesmas 3 hari SMRS dan diberikan obat puyer, namun keluhan tidak
Saat ini keluhan sesak berkurang. Keluhan bengkak dan batuk sudah tidak
RPD
RPK
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa. Nenek pasien dari pihak ayah
menderita diabetes mellitus. Bibi pasien menderita penyakit hipertensi dan jantung
Suhu : 37.7°C
Respirasi : 28 x/menit
42
Lingkar Kepala : 14 cm
Status Gizi
Pemeriksaan Penunjang
sempurna
43
- Pemeriksaan EKG : Sinus reguler, frekuensi 150 x/menit, RAE, RVH, PVC
5. Hipoalbuminemia
6. Hiperurisemia
VII. Penatalaksanaan
- Venflon
- PO Allopurinol 2x150 mg
- PO Captopril 3x6 mg
- PO zinc 1x20 mg
VIII. Prognosis
IX. Follow Up
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini akan dibahas pasien anak berumur 8 tahun 7 bulan
dengan keluhan sesak napas sejak 1 minggu SMRS yang memberat sejak 2 hari
terakhir. Keluhan sesak napas muncul jika pasien berjalan agak jauh atau menaiki
tangga. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan laju napas 28 x/menit. Pasien
antara berbagai faktor fisiologis, psikologis, sosial, dan lingkungan, dan dapat
oleh banyak kondisi mendasar yang berbeda, beberapa di antaranya muncul secara
Dispnea adalah gejala umum baik di praktik umum maupun di ruang gawat
darurat rumah sakit. Telah dilaporkan bahwa 7,4% pasien yang datang ke ruang
gawat darurat mengeluhkan dispnea, dimana 10% mengeluh sesak saat berjalan di
tanah datar dan 25% mengeluh sesak saat melakukan aktivitas yang lebih intens,
46
47
beristirahat dengan duduk, namun keluhan tidak berkurang jika pasien berbaring.
Pasien mengalami ortopnea. Ortopnea adalah sensasi sesak napas pada posisi
berbaring, dan berkurang dengan duduk atau berdiri. Mekanisme ortopnea adalah
redistribusi cairan tubuh yang ditoleransi pada pasien dengan fungsi jantung
jantung, tetapi dapat diamati dengan diagnosis lain yang kurang jelas.9–11
Pada pasien ditemukan bengkak pada wajah dan ekstremitas sejak 5 hari
SMRS. Keluhan bengkak awalnya muncul di pagi hari setelah bangun tidur. Pasien
mengalami kondisi edema. Edema adalah kondisi klinis yang ditandai dengan
bersifat lokal atau umum. Edema umum yang parah dikenal sebagai anasarca.
pembuluh limfatik
• Retensi natrium dan air yang diberikan melalui diet atau intravena oleh ginjal,
Retensi natrium dan air oleh ginjal dapat menjadi kejadian primer (seperti
pada gagal ginjal atau glomerulonefritis akut) atau kejadian sekunder akibat
penurunan primer curah jantung (seperti pada gagal jantung), atau resistensi
vaskular sistemik (pada sirosis dan sindrom hepatorenal). Gagal jantung dapat
muncul dengan edema karena peningkatan tekanan vena dari retensi natrium dan
air. Hal ini menghasilkan peningkatan tekanan hidrolik kapiler yang paralel dengan
• Pasien dengan gangguan fungsi ventrikel kiri (LV) dapat mengalami edema
• Kardiomiopati, yang terkait dengan gangguan fungsi RV dan LV, sering kali
Tanda-tanda klinis gagal jantung pada anak yang lebih tua termasuk
takikardia, takipnea, rales atau mengi, irama berpacu, hepatomegali, dan edema.
Meskipun edema wajah dapat terlihat pada gagal jantung RV, edema perifer
umumnya lebih jarang diamati pada anak-anak dengan gagal jantung dibandingkan
Klasifikasi gagal jantung New York Heart Association (NYHA) tidak berlaku
untuk sebagian besar populasi anak. Klasifikasi gagal jantung Ross dikembangkan
untuk menilai tingkat keparahan pada bayi dan kemudian dimodifikasi untuk
diterapkan pada semua usia anak. Klasifikasi Ross yang dimodifikasi untuk anak-
49
anak memberikan skor numerik yang sebanding dengan klasifikasi NYHA untuk
orang dewasa.13 Pada kasus ini, pasien mengalami gagal jantung stadium II-III
untuk klasifikasi NYHA ataupun Ross, dimana pada pasien ditemukan dispneu pada
aktivitas fisik dan gagal tumbuh (yang ditandai dengan gizi kurang dan severe
Diagnosis gagal jantung pada anak didasarkan pada kombinasi tanda dan
gejala klinis, ditambah dengan informasi yang diperoleh dari temuan laboratorium
Pada pemeriksaan fisik jantung ditemukan murmur sitolik pada sela iga III-
katup tirkuspid. Pada pasien jika ditemukan murmur, harus segera dilakukan
mekanisme dan keparahan katup tricuspid. Pada EKG, hipertrofi ventrikel kanan
(RV), pembesaran atrium kanan, dan deviasi sumbu kanan dapat menjadi petunjuk
penyakit TV. Hal ini sesuai dengan temuan EKG pada kasus. Regurgitasi trikuspid
(TR) sering dipandang sebagai "permasalahan anak" yang terkait penyakit katup
jantung. TR adalah lesi katup yang kompleks, dan sebagian besar kasus sekunder
akibat disfungsi RV, hipertensi pulmonal, dan/atau disfungsi ventrikel kiri (LV),
status cairan dan hemodinamik, terutama karena hal ini juga mempengaruhi ukuran
dan fungsi RV. Tekanan vena sistemik yang lebih tinggi dapat meningkatkan
pengisian RV dan, dengan demikian, kontraktilitas (RV adalah respons yang kuat
50
terhadap kurva Starling), tetapi ini juga meningkatkan pelebaran RV, yang dapat
memperburuk TR.16
keterlibatan langsung katup trikuspid dan merupakan akibat dari kelainan jantung
bawaan seperti anomali Ebstein, atau kelainan atau penyakit yang didapat pada
kerusakan struktural yang dihasilkan adalah perforasi atau restriksi leaflet, fusi
pada jantung kanan dan oleh karena itu biasanya berhubungan dengan dilatasi
annular.15
menunjukkan deviasi sumbu kanan (aksis lebih besar dari 90 sampai 100 derajat)
sering terjadi pada hipertrofi ventrikel kanan. Kekuatan RV menjadi dominan pada
pasien dengan hipertrofi ventrikel kanan (terutama karena beban tekanan seperti
pada obstruksi aliran keluar paru atau hipertensi pulmonal berat), menghasilkan
gelombang R tinggi di lead prekordial kanan (V1 dan V2), dan gelombang S dalam
di sadapan prekordial kanan (V1 dan V2), dan gelombang S dalam di lead
prekordial kiri (V5 dan V6). Karena peningkatan amplitudo gelombang R dan
pada orang dewasa termasuk RBBB, infark miokard dinding posterior, pola Wolff-
ventrikel. Temuan VES pada EKG cukup sering, mencapai 40-75% pada EKG
monitor. VES dideteksi pada EKG dengan temuan kompleks QRS durasi >0,12
detik dan perubahan gelombang T yang discordant. Kompleks QRS pada VES tidak
namun dapat diawali dengan gelombang P dari sinus yang terkonduksi tidak tepat
diproduksi oleh stimulasi mekanis, elektrik dan kimiawi pada miokard, seperti:
teregang, atau konsumsi rokok, kafein, atau alkohol berlebihan.13 VES biasanya
tidak memiliki kepentingan klinis pada pasien tanpa penyakit jantung struktural,
Patofisiologi dasar VES hampir sama dengan ectopic beat lain. Sepanjang
beats mampu ditekan oleh impuls dari SA node yang secara intrinsik memiliki
firing rate lebih cepat. Namun, jika terjadi peningkatan automatisitas (salah satu
52
pemeriksaan EKG.20
dada (CXR) adalah salah satu pemeriksaan inti pasien dengan sesak napas. Pada
pediatrik didasarkan pada rasio kardiotoraks >60% pada neonatus dan >55% pada
anak yang lebih tua. Kardiomegali biasanya tidak terdiagnosis hingga gejalanya
muncul. CXR bukanlah tes diagnostik untuk gagal jantung. Ada sedikit hubungan
antara rasio kardiotoraks (CTR) dan fungsi sistolik ventrikel kiri. Tidak semua
pasien HF akut mengalami kongesti paru pada CXR mereka. Kardiomegali sangat
nilai prediksi negatif, tetapi sensitivitas rendah dan nilai prediksi positif.21–23
pembesaran ventrikel kanan. Siluet jantung yang menonjol terlihat di sebelah kanan
53
dengan tampilan arteri pulmonalis, dan ventrikel kanan yang membesar mengisi
ruang retrosternal pada foto film lateral. Temuan tambahan mungkin termasuk
pembesaran atrium kanan, adanya vena azygos, diafragma yang bergeser ke atas,
atau adanya efusi pleura. Ketika penyebab TR adalah hipertensi pulmonal sekunder
akibat kelainan jantung sisi kiri, temuan radiografi lainnya dapat dilihat, terutama
Gambar 4.1. Fitur yang dapat teridentifikasi pada CXR pasien gagal jantung.21
pediatrik, memberikan detail struktural dan fungsional yang sangat baik pada anak-
ventrikel, meskipun lebih kuat untuk ventrikel kiri daripada ventrikel kanan atau
tunggal.14 Pada kasus ini ditemukan hasil ekokardiografi hipertrofi RAV + LAV,
dan TR sedang.
ventrikel kanan sebagai respons terhadap kelebihan tekanan, paling sering karena
54
penyakit paru-paru yang parah. Pasien yang terkena akan menunjukkan gejala kibat
hipertensi pulmonal dan mengalami nyeri dada saat beraktivitas, edema perifer,
sinkop saat beraktivitas, dan nyeri kuadran kanan atas (karena kongesti hati pasif).
Ventrikel kanan jauh lebih kecil dari ventrikel kiri dan menghasilkan gaya listrik
yang sebagian besar dikaburkan oleh yang dihasilkan oleh ventrikel kiri yang lebih
besar. Ukuran dan fungsi ventrikel kanan dipengaruhi oleh hal-hal berikut:18
maupun akibat pembesaran rongga ventrikel kiri, atau keduanya. Paling umum,
penebalan dinding ventrikel kiri terjadi sebagai respons terhadap kelebihan tekanan,
dan dilatasi bilik terjadi sebagai respons terhadap kelebihan volume. Hipertensi dan
stenosis katup aorta adalah penyebab LVH yang paling umum. Dalam kedua
kondisi ini, jantung berkontraksi melawan afterload yang meningkat. Penyebab lain
yang merupakan mekanisme dasar LVH eksentrik pada pasien dengan lesi katup
regurgitasi seperti regurgitasi aorta atau regurgitasi mitral dan juga terlihat pada
yang telah menjadi iskemik atau infark. Jantung atletis dengan LVH fisiologis
adalah kondisi yang relatif jinak. Latihan intensif menghasilkan peningkatan massa
55
otot ventrikel kiri, ketebalan dinding, dan ukuran bilik, namun fungsi sistolik dan
Pada pasien diberikan terapi injeksi furosemide 2x20 mg. Berdasarkan teori,
Tata laksana medikamentosa gagal jantung mencakup diuretik, agen inotropik, dan
pulmonalis dan vena sistemik. Diuretik yang dapat digunakan adalah diuretik
hipokloremik.5
Pada pasien diberikan terapi captopril 3x6 mg. Berdasarkan teori, gagal
membalikkan remodeling ventrikel kiri. Captopril (dosis 0.3-2 mg/kg per 8 jam)
dan enalapril (dosis 0.05-0.25 mg/kg per 12 jam) merupakan ACE-I yang paling
sering digunakan pada anak dengan gagal jantung. Pemberian rutin ACE-I
kongesti paru selain gejala gagal jantung. Dalam penilaian mortalitas jangka
panjang, hipoalbuminemia yang terdeteksi selama rawat inap untuk HF akut telah
Hiperurisemia adalah keadaan dimana kadar asam urat diatas batas normal. Teori
Framingham Heart Study menyatakan bahwa peningkatan kadar asam urat bukan
merupakan faktor risiko utama kejadian gagal jantung namun merupakan salah satu
asam urat berkontribusi terhadap munculnya gangguan produksi nitrat oksida dan
angiotensin aldosteron yang tidak sesuai, peningkatan stres oksidatif, dan respon
inflamasi. Semua kelainan ini menyebabkan gangguan fungsi dari pembuluh darah
mengurangi kadar asam urat serum dengan menggunakan obat penurun asam urat
oksigen reaktif yang dihasilkan dari metabolisme purin. Dalam studi tentang
Bredemeier dan rekan menekankan bahwa stres oksidatif merupakan faktor penting
yang mungkin terlibat dalam patogenesis hipertensi dan gagal jantung. Hasil studi
meta-analisis menyimpulkan bahwa allopurinol (kurang dari atau sama dengan 300
mg) menurunkan tekanan darah dan kadar kreatinin pada pasien hiperurisemia
terjadinya efek ini.27 Pada kasus ini, pemberian terapi hiperurisemia sesuai dengan
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang anak perempuan berusia 9 tahun
fisik dan penunjang pasien didiagnosis Heart Failure NYHA II-III + Right
oksigen NK 2 lpm, injeksi furosemid 2x20 mg, injeksi ceftriaxone 2x900 mg,
peroral vip albumin 2x1, peroral allopurinol 2x150 mg, dan peroral captopril 3x6
mg. Pasien menjalani perawatan rawat inap selama 8 hari dan kemudian
58
DAFTAR PUSTAKA
10. Mesiha N, Mazhar N, Tieku S, Hasan SA, Goldsmith D. Not every orthopnea
means heart failure. J Gen Intern Med [Internet]. 2017;32(2):S550–1.
Available from:
https://www.embase.com/search/results?subaction=viewrecord&id=L61558
0847&from=export
59
60
13. Hsu DT, Pearson GD. Heart failure in children part I: History, etiology, and
pathophysiology. Circ Hear Fail. 2009;2(1):63–70.
16. Henning RJ. Tricuspid valve regurgitation : current diagnosis and treatment.
2022;12(1):1–18.
18. Pb A, Skp IDI, Kurnia A. Diagnosis dan tata laksana ekstrasistol ventrikular.
2022;49(5):254–8.
22. Kotb A. Metwalley, Nody. Value of the chest x-rays in diagnosis of children
with heart disease in the age group 1-4 years. Med J Cairo Univ.
2019;87(March):1227–32.
23. Bornstein AB, Rao SS, Marwaha K, Paso E. Left ventricular hypertrophy.
2023;
26. Shahin L, Patel KM, Heydari MK, Kesselman MM. Hyperuricemia and
cardiovascular risk. 2021;13(5):1–8.