Anda di halaman 1dari 2

Resume: Tafsir Ilmi – Menafsirkan Al Quran dengan pendekatan sains

Tafsir ailmi adalah salah satu corak penafsiran al Qur’an atas ayat-ayat yang dimaksudkan untuk menggali
teori-teori sains dari ayat-ayat Al Qur’an. Dr Hasan Adz Dzahabi menyatakan tafsir ilmi adalah tafsir yang
dilakukan untuk menentukan istilah-istilah keilmuan dalam ayat-ayat Al Qur’an dan berijtihad guna
memunculkan beberapa ilmu dan pandangan filsafat dari ayat-ayat tersebut. Tafsir ilmi dimaksudkan
untukmencari hubungan antara ayat qauliyah dengan ayat kauniyah untuk mengungkap mukjizat saintifi
Al Qur’an.

Ulama berbeda pendapat mengenai batasan mengenai pedekatan tafsir ilmi. Terdapat golongan yang
mendukung, terdapat juga golongan yang menolak, dan ada golongan yang moderat atau di Tengah-
tengah.

Tafsir ilmi klasik dilakukan secara fragmentalis dalam kitab tafsir birra’yi khususnya ketika membahas
fenomena alam semesta. Tafsir ini mulai berkembang pada masa Daulah abbasiyyah karena dari sisi
internal ada dukungan dari khalifah untuk pengembangan risetdalam berbagai disiplin ilmu. Contoh
tafsir ilmi klasik adalah Jami’ul Bayan fi ta’wil Al Qur’an karya Imam Ath Thobari tafsir Jawahirul Qur’an
karya Imam Abu Hamid Al Ghazali.

Sedangkan untuk tasfir ilmi kontemporer berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di dunia baik di negara barat maupun di negara muslim. Dalam perspektif mufassir
kontemporer, bahwa Al Qur’an tidak akan bertentangan dengan sains dan kebenaran objektif karena
keduanya bersumber dari Allah. Diantara tafsir ilmi era modern adalah Kasyful Asrar An Nuraniyyah Al
Qur’aniyyah fima yata’allaqu bil ajram as samawiyyah, wal ardhhiyat walhayawanat wa an nabatat wal
jawahir al makdaniyah karya Muhammad bin Ahmad Al Iskandari.

Tafsir Ilmi di Indonesia dengan corak saintifik sederhana dipelopori olehAhmad Hasan dalam Al Furqon fi
Tafsir Al Qur’an dan Mahmud Yunus dengan Tafsir Qur’an Karim. Dan pada paruh kedua abad 20 mulai
berkembang dengan adanya tafsir Al Azhar karya HAMKA salah satunya.

Pada periode selanjutnya banyak ilmuan yang berusaha menyingkap ayat-ayat kauniyah dalam perspektif
sains seperti yang dilakukan oleh Prof Dr Ahmad Baiquni dalam karyanya Al Qur’an, Ilmu Pengetahuai
dan Teknologi, Prof Dr Quraish Shihab dengan karyanya Mukjizat Al Qur’an ditinjau dari aspek
kebahasaan, isyarat ilmiah, dan pemberitaan ghaib. Tafsir ilmi yang cukup lengkap sementara ini
merupakan hasil karya antara LPMQ Kemenag bekerja sama dengan LIPI yang dimulai sejak tahun 2009
dengan menerbitkan 14 jilid.

Metode Tafsir Ilmi adalah sebagai berikut:

1. Kaidah Bahasa arab dengan cabang-cabang ilmunya


2. Pendekatan tematik
3. Memperhatikan korelasi antar ayat
4. Fakta-fakta Al Qur’an harus dijadikan landasan sehingga penelitiannya harus berangkat dari Al
Qur’an untuk dilanjutkan Penelitian lapangan atas ayat-ayat kauniyyah atau jika menggunakan
teori yang sudah ada maka pastikan bahwa teori tersebut sudah mapan dengan menjauhkan dan
tidak memaksakan teori ilmiah yang eksperimental untuk menafsiri Al Qur’an.
5. Diutamakan model ijtihad jama’I lintas pakar keilmuan untuk saling melengkapi.

Sedangkan dari LPMQ Kemenag – LIPI dalam Menyusun tafsirnya menggunakan metode sebagai berikut:

1. Memperhatikan arti dan kaidah kenahasaan


2. Memperhatikan konteks kata dan kalimatnya, saling berkolerasi
3. Memperhatikan hasil-hasil penafsiran dar Rasulullah sebagai pemegang otoritas tertinggi, para
sahabat dan mufassirin
4. Tidak menggunakan ayat yang mengandungisyarat ilmiah untuk mendukung atau menghukumi
benar tidaknya suatu hasil penemuan ilmiah
5. Memperhatikan kemungkinan satu jata atau ungkapan mengandung sekian makna
6. Untuk memahami isyarat ilmiah hendaknya memahami segala sesuatu yang menyangkut objek
bahsan ayat,termasuk penemuan ilmiah yang terkait dengan ayat tersebut
7. Sebagian ulama menyarankan untuk tidak menggunakan penemuan yang masih bersifat
hipotesis yang masih mudah berubah

Untuk metode tafsir ilmi yang disusun oleh Prof Dr Yusuf Qardawi:

1. Sains yang digunakan sebagai acuan untuk menjlaskan sisi ilmiah Al Qur’an adalah teori sains
yang telah dianggap validoleh para ilmuwan dan terbukti kebenarannya
2. Tafsir ilmi tidak boleh keluar dari kaedah kebahasaan
3. Sifat tafsir ilmi untuk menambahkan atau mengembangkan tafsir Al Qur’an yang sudah dirintis
ulama yang terdahulu, bukan menganulirnya.

Al Qur’an memerintahkan untuk selalu melakukan Penelitian (iqra’) baik terhadap ayat qauliyyah
maupun kauniyyah. Tafsir ilmi merupakan upaya untuk menyingkap mukjizat Al Qur’an dari aspek ayat
kauniyyah. Secara prinsip, Al Qur’an sebagai petunjuk pasti sesuai dengan realitas alam dan isinya. Ayat
qauliyyah pasti sesuai dengan ayat kauniyyah. Tafsir ilmi, bisa berangkat dari kajian ayat-ayat Al Qur’an
secara tematik untuk dilanjutkan ke Penelitian lapangan atau sebaliknya, jika sudah ada hasil Penelitian
yang sudah mapan dan diakui kebenarannya bisa dijadikan pendukung tafsir atas ayat kauniyyah.

Anda mungkin juga menyukai