Anda di halaman 1dari 2

REMIDI BAHASA INDONESIA

NAMA : SAUSAN AFANIN NAYLA


KELAS : X E2

AKU TIDAK BUNGSU LAGI

Namaku Nana, Aku adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Aku mempunyai seoramg
kakak perempuan dan kakak laki-laki yang biasa aku panggil dengan mbak Nasywa dan Mas Nabil.
Adikku laki-laki biasa kupanggil dik Nafis. Kami adalah empat bersaudara dengan jarak kelahiran
yang sangat dekat satu dengan yang lain, kecuali adikku selisih jarak kelahirannya lumayan jauh.
Dalam waktu empat tahun ibuku melahirkan tiga orang anak. Umur kakak pertamaku
dengan kakak keduakku hanya selisih tiga belas bulan. Umurku dengan kakak keduaku selisih dua
tahun. Sedangkan selisih umurku dengan adikku sembilan tahun.
Dahulu sebelum adikku lahir aku adalah anak bungsu. Aku selalu dimanja, kemana-mana
ikut serta, tidurpun selalu bersama ibuku. Menurut cerita Ayah dan Ibuku, beliau tidak berencana
untuk mempunyai anak lagi setelah kelahiranku. Mengapa aku tidak jadi bungsu? Ini semua
berawal dari kakakku, Mas Nabil. Dia sangat menginginkan adik lagi, yaitu adik laki-laki.
Alasannya supaya Mas Nabil punya teman saudara laki-laki. karena selama ini Mas Nabil hanya
punya saudara perempuan, yaitu aku dan mbak Nasywa. Setiap hari Mas Nabil merengek dan
merayu Ayah dan Ibuku meminta Adik laki-laki. Mas Nabil juga berjanji akan mondok setelah
lulus dari Sekolah Dasar bila punya adik laki-laki. hahahaha...lucu ya Mas Nabilku.
“Aku mau mondok kalau aku punya adik laki-laki”, kata Mas Nabil kepada ibu dan Ayahku
Singkat cerita akhirnya Ibuku hamil lagi. Kami bertiga sangat senang sekali terutama Mas
Nabil, karena akan punya adik lagi. Kami sudah membayangkan betapa lucunya adik kami nanti.
“Setiap waktu jangan lupa berdoa’a semoga ibu dan adik sehat dan dikaruniai adik laki-
laki”, kata ibuku padaku, mas Nabil dan mbak Nasywa
Setiap bulan ibuku selalu rajin memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit yang jaraknya
lumayan dekat dengan rumahku. Aku selalu ikut menemani ibu waktu ke dokter kandungan.
Waktu itu aku masih kelas tiga Sekolah Dasar. Alhamdulillah setiap periksa kata dokter keadaan
ibu dan adikku sehat. Setiap hari ibuku selalu meminum vitamin yang diberikan dokter dan
meminum susu. Aku juga masih ingat waktu mendekati hari kelahiran adikku, aku ikut ibu
membeli perlengkapan bayi.
Setiap hari kami sekeluarga berdo’a semoga adik yang lahir dari perut ibuku nanti adalah
seorang adik laki-laki yang sehat adan lucu. Hari demi hari kami menanti, selalu menghitung hari
dan bulan. Hasil USG Dokter spesialis kandungan memperkirakan bahwa kelahiran adik kami
adalah pertengahan bulan januari. Kami sudah tidak sabar dengan kehadiran adik kami.
Pagi itu cuaca sangat cerah, tiba-tiba aku mendengar ibuku merasakan perutnya sakit.
Kata nenekku ini pertanda kalau ibuku mau melahirkan. Pagi itu juga ibuku bersama Ayah
dan nenekku pergi ke rumah bu Bidan. Kami di rumah mendoakan ibu semoga kelahiran
adikku berjalan dengan lancar dan keadaan ibu dan adikku sehat. Bebera jam kemudian
telepon berdering. Kuangkat telepon, terdengar suara tangisan bayi. Terdengar suara Ayahku
mengabari kalau adikku sudah lahir dan berjenis kelamin laki-laki.
Kami bertiga sangat bersyukur karena Allah telah mengabulkan do’a kami. Terutama
Mas Nabil, Dia sangat senang sekali keinginannya mempunyai adik laki-laki terwujud. Adikku
lucu sekali. Setiap waktu kami bertiga selalu berebut memeluk adikku. Gemesss rasanya.
Kami bertiga, Ayah dan ibu sibuk mencari nama yang cocok untuk adikku. Alhamdulillah
akhirnya diputuskan nama adikku adalah Muhammad Salman Nafis. “dik Nafis” itulah
panggilan adikku. Tepat hari ketujuh Ayah mengundang keluarga, tetangga serta teman ayah
dan ibu pada acara walimatul aqiqoh dengan menyembelih dua ekor kambing. Puji syukur
saat acara cuaca cerah, banyak undangan yang datang dan acara juga berjalan dengan lancar.
Tidak terasa Mas Nabil sudah kelas enam. Sebentar lagi Mas Nabil melanjutkan SMP
dan mondok di pesantren. Sesuai janjinya bila punya adik laki-laki, akan mondok. Waktu itu
umur dik Nafis masih 6 bulan, masih lucu-lucunya. Tapi mas Nabil harus meninggalkan rumah
dan rela tidak bertemu dengan adik yang dia tunggu-tunggu demi menuntut Ilmu.
Sekarang adikku sudah besar, umurnya lima setengah tahun dan sudah bersekolah di
TK B. Sedangkan Mas Nabil sekarang sudah kelas XI SMA. Mas Nabil memutuskan untuk
mondok lagi setelah lulus SMP Al Uswah Tuban dan melanjutkan mondok lagi di SMA Al Izzah
Batu.
Kami selalu menanti jadwal penjengukan Mas Nabil. Terutama Dik Nafis, Dia selalu
menghitung hari. Setiap bangun tidur dik Nafis selalu bertanya pada Ayah dan Ibuku kurang
berapa hari berkunjung ke Mas Nabil? Itulah Dik Nafis yang selalu merindukan Mas Nabil.
Penjengukan adalah waktu yang menyenangkan yang selalu kami tunggu-tungu, karena
penjengukan adalah waktu dimana kami bisa berkumpul satu keluarga.
Itulah ceritaku, aku bukan bungsu lagi karena kelahiran adikku “Dik Nafis”. Adik yang
lucu, pintar dan menggemaskan. Kehadiran adikku semakin menambah kebahagiaan
keluarga. Di Nafis yang selalu ceria dan banyak cerita. Sampai sekarang aku suka sekali
menggodanya. Menggoda karena sayang.

Anda mungkin juga menyukai