Berdasar istilah, sosiologi berasal dari kata socius (Lat.) yang berarti kawan;
perkawanan dan logos (Gr.) yang berarti kata atau bicara. Secara definitif sosiologi
adalah ilmu yang berbicara mengenai masyarakat (Soekanto, 1990: 4) atau menurut
Horton dan Hunt (1999: 58) adalah ilmu yang meneliti kehidupan sosial manusia yang
memfokuskan kajian pada kehidupan kelompok dan produknya, adat istiadat, tradisi, dan
nilai-nilai hidup yang timbul dari suatu kelompok, serta pengaruhnya terhadap kehidupan
mereka. Sosiologi sendiri mulai muncul ke permukaan ketika seorang filsuf Perancis
bernama Auguste Comte pada tahun 1838 mengusulkan suatu cabang ilmu yang
mengkaji tentang aturan mengenai dan tentang masyarakat (Wrong, 2008: 1).
Jika hendak dikaitkan dengan sastra, kajian sosiologi ke dalam sastra dilandasi
asumsi bahwa “karya sastra tidaklah lahir dari kekosongan sosial” (Hardjana, 1994: 71)
dan “sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat” (Semi, 1993: 73). Lewat
karya sastralah seorang penulis mengungkapkan apa yang terjadi di dalam masyarakat.
Penulis sebagai bagian dari masyarakat tentunya bakal berpengaruh kepada apa yang
ditulis olehnya. Jika demikian adanya, maka tidaklah bisa dipungkiri bahwa masyarakat
mendapat perhatian serius berkat pengaruh Marx dan pengikutnya yang sejak semula
sudah mengaitkan analisis karya sastra dari sudut pandang pertentangan kelas
(Lowenthal dalam Thorpe, 1967: 90) yang menyatakan bahwa kesadaran selalu
lebih awal dibahas oleh Madame de Staël lewat De la littérature considérée dans ses
mengatakan “an artist must be of his own time” dan selanjutnya ia mengatakan: “saya
bermaksud meneliti apa pengaruh agama, adat-istiadat dan hukum atas kesusastraan,
dan apa pengaruh kesusasteraan atas agama, adat-istiadat, dan hukum”. Dilihat dari
yang disebabkan oleh der zeitgeist atau semangat zaman; kekhasan masyarakat pada
keterkaitan sastra dan masyarakat. Taine meyakini bahwa suatu karya sastra muncul
hanya di dalam konteks sosial tertentu, sebagai bagian dari kebudayaan, di dalam
kondisi tertentu. Taine merumuskan tiga hal yang menjadi faktor penentu kekhasan
sebuah karya: race (ras), milieu (kondisi sekitar), dan moment (momen) (dalam Escarpit,
2005: 6; Wellek dan Warren, 1970: 105). Baginya, sastra bukan hanya permainan
imajinasi seorang pengarang, namun merupakan rekaman ciri khas suatu jaman. Masih
menurut Taine, setiap jaman memiliki gagasan-gagasan yang dominan dan juga pola
intelektual yang khas yang membedakannya dengan jaman yang lainnya dus tampak
Bagi kaum Marxis di Uni Soviet, pada awalnya pembicaraan sastra di dalam
pembicaraan sastra yang membahas urgensi sebuah karya berdasar elemen internal,
atau pandangan kaum formalis. Hal ini disinggung oleh Vladimir Jdanov (dalam Escarpit,
2005: 8 ) bahwa:
Meskipun demikian, pada akhirnya kaum Marxis sendiri sampai pada satu titik di mana
kesulitan muncul sebagaimana telah disinggung dengan sangat hati-hati oleh Kohn-
Bramstedt bahwa:
Only a person who has a knowledge of the structure of a society from other
sources than purely literary ones is able to find out, and how far, certain social
types and their behaviour are reproduced in the novel. … What is pure fancy,
what realistic observation, and what only an expression of the desires of the
author must be separated in each case in a subtle manner (dalam Wellek dan
Warren, 1970: 104).
Pertanyaan yang timbul kemudian adalah sampai sejauh mana kalimat “tingkat
sastra bakal diukur dan dengan tolok ukur seperti apa. Pada banyak kasus, timbul juga
idealisme masyarakat yang diinginkan oleh pengarang atau malah bentuk satirnya.
Kemudian yang menjadi problem berikutnya adalah pada banyak karya sastra hubungan
antara karya sastra dengan masyarakat tidak selalu lurus. Dan ini pun diakui sendiri oleh
Marx di dalam kata pengantar bukunya The Critique of Political Economy bahwa:
Certain periods of highest development of art stand in no direct relation with the
general development of society, nor with the material basis and the skeleton
structure of its organization. Witness the example of the Greeks as compared
with the modern nations or even Shakespeare (dalam Wellek dan Warren,
1970: 106-107).
Kalaupun ada hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, hubungan tersebut
bisa dalam bentuk yang tidak selalu sama; identitas strukturalnya, analogi stilistiknya,
dikatakan sebagaimana dinyatakan oleh Sorokin (dalam Wellek dan Warren, 1970: 108)
bahwa tingkat integrasi bervariasi dari masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya.
trend atau angkatan sastra yang dapat dirujuk pada permasalahan “inspirasi kolektif”
(Henri Peyre dalam Escarpit, 2005: 10). Dan ini bersesuaian dengan hipotesis Lucien
Goldmann bahwa “sifat kolektif dari kreasi sastra bermuara pada kenyataan bahwa
struktur alam dalam karya sejalan dengan struktur mental grup sosial tertentu atau
memiliki hubungan yang dapat dipahami dengannya” (dalam Escarpit, 2005: 10 – 11).
Tambahan pula, Georg Lukács (dalam van Luxemburg dkk., 1984: 28 dan Selden dkk.
1997: 94) memberikan argumen yang jelas mengenai kaitan sastra dengan masyarakat.
menampilkan kenyataan sosial karena dunia yang diciptakan di dalam karya sastra
merupakan cerminan gambaran, gagasan, perasaan yang ada di dalam diri manusia
akan dunianya sedangkan karya sastra sendiri adalah bentuk pelibatan diri atau reaksi
seorang sastrawan terhadap apa yang terjadi di dalam masyarakat. Ia juga bersikukuh
bahwa jika ada penyimpangan di dalam suatu karya terhadap realitas masyarakat,
sebenarnya itu tidak menyalahi status bahwa karya adalah cerminan masyarakat karena
yang dianggap sebagai penyimpangan bukanlah bentuk kontras dari realitas masyarakat.
yang lebih penuh dan mendalam dibanding apa yang dilihat dan ditangkap oleh
kacamata awam lagian yang disebut dengan cerminan tidaklah selalu sama dengan
benda yang dicerminkan, bisa tambah bisa kurang tampilan pada cerminan disebabkan
beberapa hal yang dapat menjadi isu (bdk. Escarpit, 2005: 16-147; Wellek dan Warren,
1970: 94-109; Jabrohim dalam Jabrohim (ed.), 1994: 224-225; Ratna, 2005: 283-284;
Lowenthal dalam Thorpe (ed.), 1967: 97-100; van Luxemburg dkk., 1984: 23-24;
Grebstein dalam Damono, 1978: 4-5; dan Ian Watt via Faruk, 1994: 4-5) yang secara
garis besar menunjukkan tiga hal yaitu: sosiologi pengarang, sosiologi karya, dan
sosiologi pembaca. Jikalau hendak dipaparkan maka kajian yang mungkin adalah
sebagai berikut:
Damono, Sapardi D. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Ellis, Henry H. 1904. A Study of British Genius. London: Hurst and Blackett.
Escarpit, Robert. 2005. Sosiologi Sastra terjemahan Ida Sundari. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra: Dari Strukturalisme Genetik sampai Post
Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hardjana, André. 1994. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Horton, Paul B. Dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi terjemahan Aminuddin dkk.
Jakarta: Erlangga.
Jabrohim. 1994. “Sosiologi Sastra: Beberapa Konsep Pengantar” dalam Teori Penelitian
Sastra Jabrohim (ed.). Yogyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia IKIP
Muhammadiyah.
Kaufman, Will. 2006. The Civil War in American Culture. UK: Edinburgh University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sastrowardoyo, Subagio. 1983. Sastra Hindia Belanda dan Kita. Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Selden, Raman; Peter Widdowson; dan Peter Brooker. 1997. A Reader’s Guide to
Contemporary Literary Theory fourth edition. Hertfordshire: Prentice Hall /
Harvester Wheatsheaf.
Suryadi AG, Linus (ed.). 1987. Tonggak: Antologi Puisi Indonesia Modern, Vol. 1.
Jakarta: Gramedia.
________. 1987. Tonggak: Antologi Puisi Indonesia Modern, Vol. 2. Jakarta: Gramedia.
________. 1987. Tonggak: Antologi Puisi Indonesia Modern, Vol. 3. Jakarta: Gramedia.
________. 1987. Tonggak: Antologi Puisi Indonesia Modern, Vol. 4. Jakarta: Gramedia.
van Luxemburg, Jan; Mieke Bal; dan Willem G. Weststeijn. 1984. Pengantar Ilmu
Sastra terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Wellek, René dan Austin Warren. 1970. Theory of Literature 3rd Edition. New York:
Harcourt, Brace & World, Inc.
Wiyatmi. 2008. “Menengok Penerbitan, Distribusi, dan Promosi Novel Indonesia 2000-an”
dalam Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif, Anwar Efendi (ed.).
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Wrong, Dennis Hume. 2008. Sociology. Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond,
WA: Microsoft Corporation.
Yudiono KS. 2000. Ilmu Sastra: Ruwet, Rumit, dan Resah. Semarang: Penerbit Mimbar.
Sastra dan Sosiologi by Dipa Nugraha is licensed under a Creative Commons Attribution-
NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.