Pelajaran 3
Perkembangan Sarana
Komunikasi
Kesopanan Bertelepon
Saat berhubungan dengan orang lain diharapkan dapat meningkatkan kualitas
melalui telepon, kita selalu dituntut untuk hubungan antarmanusia. Dengan alat ini
tetap menjaga sopan santun dengan terus tentu orang akan merasa diawasi dan pada
memberi perhatian pada lawan bicara. akhirnya berujung pada sikap yang lebih
Akan tetapi, kadangkala hal ini menjadi memerhatikan dalam pembicaraan lewat
sesuatu yang sulit untuk dikontrol dengan telepon.
kesibukan atau keadaan emosi yang acap
kali membuat orang lupa untuk menjaga
sopan santunnya.
Memang sulit untuk menilai seberapa
besar perhatian orang dalam sebuah per-
cakapan, apalagi melalui telepon yang
merupakan percakapan tanpa tatap muka.
Tapi akan lain ceritanya jika sekelompok
peneliti dari Massachusetts Institute of
Technology (MIT), Amerika Serikat sudah
hampir merampungkan pengembangan pe-
rangkat lunak untuk ponsel yang dapat
menganalisis pola dan nada bicara
seseorang.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Anmol
Madan ini menamakan perangkat lunak
kembangan mereka dengan Jerk-O-Meter.
Jerk-O-Meter nantinya memungkinkan Sumber: Jawa Pos, 8 Agustus 2005
seseorang untuk dinilai tingkat keseriusan Gambar 3.2 Keberadaan
dan keterlibatan mereka dalam percakapan telepon yang semakin marak.
yang dihitung dalam skala 0 sampai 100.
Sampai sekarang Jerk-O-Meter yang
Alat yang dalam penciptaannya meng-
masih terus dikembangkan hanya dapat
gunakan perhitungan algoritma matematika
memonitor percakapan dari pengguna,
untuk mengukur tingkat stres dan empati
tidak dari lawan bicara.
yang diukur dari suara manusia ini
Perkembangan Sarana Komunikasi 31
Tugas
Kalian telah belajar menyimpulkan isi berita yang dibacakan. Selanjutnya,
dengarkanlah berita lain yang kalian dengar dari radio atau televisi, kemudian
selesaikanlah tugas-tugas berikut!
1. Tulislah pokok-pokok berita yang kalian dengarkan!
2. Tulislah kesimpulan isi berita yang kalian dengarkan ke dalam beberapa
kalimat!
32 Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII
Salah Kirim
Ketika pertama kali mempunyai HP SMS (Short Message Service), meskipun
aku belum lancar mengoperasikannya. Aku belum lancar. Suatu hari pukul 21.00 setelah
mempunyai banyak nomor telepon teman- selesai belajar, aku coba-coba menggunakan
teman dan saudara. Akan tetapi, belum fasilitas SMS. Aku ingin SMS ke HP Dita.
semuanya aku simpan dalam memori. Dilayar HP tertulis “Dit, besok siang belajar
Waktu itu baru empat nomor penting yang bareng yuk!”. Selang beberapa menit Hpku
ada di HP-ku, yaitu nomor kakakku Dina, berbunyi tit-tit. Senang sekali hatiku. SMSku
yang ada di Bandung, nomor Bli Nyoman, langsung dibalas, berarti Dita belum tidur.
sepupuku yang tinggal di Bali, dan satu Dengan perasaan dag dig dug kubuka pelan-
lagi nomor temanku yang bernama Dita. pelan balasan itu. Aku terkejut ternyata
Semula aku hanya bisa menggunakan balasan itu dari Mbak Dina. Isinya, “Salah
HP saat menerima dan menelepon. Setelah kirim ni ye ... !" Aku malu sekali, maunya
diajari teman aku bisa mengoperasikan tekan ke Dita ee … malah terkirim ke Dina.
Tugas
Kerjakanlah tugas-tugas berikut ini dengan baik!
1. Pilihlah sebuah pengalaman menggunakan alat komunikasi yang
menurut kalian paling terkesan di antara semua pengalaman yang
pernah kalian alami!
2. Ceritakan pengalaman kalian di depan kelas dengan baik!
3. Teman lainnya dapat memberikan komentar dengan membuat format
berikut ini!
No. Hal-hal yang Dikomentari Komentar
1. Isi cerita .......................................................
2. Kejelasan lafal dan intonasi .......................................................
3. Mimik/ekspresi wajah .......................................................
4. Gestur/gerak tubuh. .......................................................
Perkembangan Sarana Komunikasi 33
Telepon Genggam
“Yang bener, Ver? Masa papamu “He-eh” angguk Eko. “Jangan cuma
punya telepon genggam?” tanya Mia. “Iya,” omong saja. Buktinya mana?” Dipanas-
Vera mengangguk mantap. “Besarnya panasi begitu, Vera menjadi tersinggung
cuma segini, nih!” Ditunjukkan telapak juga. “Baik, baik. Akan aku buktikan. Lihat
tangannya. saja nanti!” katanya.
“Ada antena kecil di ujungnya. Bentuk- “Begitu dong!” senyum Mia. Dia
nya lucu, deh.” senang sekali siasatnya berhasil.
“Aku jadi ingin lihat,” kata Eko. “Bawa Seminggu telah berlalu. Sebuah
ke sekolah dong, Ver!” telepon itu tergeletak di meja makan. Papa
“Aduh bagaimana, ya? Telepon itu baru saja memakainya dan lupa
selalu dibawa Papa ke mana-mana. Mana membawanya. Vera ragu-ragu. Dilihatnya
boleh kubawa ke sekolah?” sekeliling. Tak ada orang. Cepat-cepat
“Ah, kan cuma sehari! Papamu tentu diambilnya telepon itu dan dimasukkannya
tidak akan keberatan,” kata Linda. ke dalam tas.
“Sehari juga tidak akan diizinkan,” “Vera ...?”
kata Vera. “Ah-yaa!” Vera tergagap. Dikiranya dia
“Aku jadi ragu, nih,” kata Mita. akan tertangkap basah. Ternyata tidak.
“Papamu benar punya telepon geng- Mama sama sekali tidak kelihatan. Hanya
gam? Jangan-jangan itu hanya karangan- suaranya saja.
mu saja.”
“Cepat! Sudah hampir terlambat, nih!”
“Tentu saja Papa punya! Memangnya
“Iya, Mam!” Buru-buru Vera minum. Lalu
aku pembohong?” kata Vera melotot.
setengah berlari ke depan. “Vera berangkat
“Yah, siapa tahu. Kita kan belum lihat
ya, Ma!” Diciumnya pipi Mama kemudian
buktinya. Betul, kan teman-teman?” Mita
membuka pintu mobil dan duduk di sebelah
memandang yang lainya. Dikerdipkannya
Papa. Papa sedang asyik menyetir.
sebelah matanya.
34 Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII
Dalam perjalanan ke sekolah, hati Vera Wajah Vera memucat. Semua anak
bergumul. Papa sama sekali tidak sadar serentak memandangnya. Tiiit ... . Telepon
kalau tidak membawa telepon genggamnya. itu terus berbunyi. Bu Agnes mendekat.
Ditanyakan tidak, ya? Tanya hati Vera. Tapi “Suara apa itu, Vera?” suaranya
... apa kata teman-teman nanti, sekarang lantang. Vera ingin pingsan mendengarnya.
satu-satunya kesempatan. Besok-besok “Vera?”
tak mungkin Vera dapat membawa telepon
genggam papanya lagi. “Te .. telepon genggam, Bu!”
“Kenapa?” tanya Papa. “Vera kok “Coba dijawab. Siapa tahu penting!”
kelihatan gelisah? Ada ulangan ya!” “Halo!”
“Ah, tidak, Pa!” Vera cepat tersenyum. “Selamat pagi,” sapa seorang bapak.
Papa berhenti di depan gerbang “Pak Lukasnya ada?”
sekolah. “Papa ... papa ada di kantor.”
“Halo, semua!” senyum Vera sangat
“Oh. Ini siapa ya? Boleh tahu nomor
ceria. Ketika Vera masuk kelas. Kebetulan
telepon kantor Pak Lukas? Saya ada janji
sekali Mita, Eko, dan Linda sedang
penting ini.”
berkumpul di pojok kelas.
“Coba lihat apa yang kubawa!” Vera Terbata-bata Vera menyebut nomor
membuka tasnya. telepon Papa. Untung sekali dia hafal nomor
“Wah, telepon genggam beneran!” seru itu. Setelah mengucapkan terima kasih,
Eko. telepon di seberang ditutup. “Vera, untuk
“Hebat sekali!” teriak Linda. apa kamu membawa telepon genggam ke
sekolah?” tegur Bu Agnes.
“Boleh dicoba kan, Ver?” tanya Mita.
“Silakan!” Vera tersenyum bangga. Vera tertunduk. Tiit ... Tiit ...
“Masih berani bilang kalau aku “Hayo teleponnya dijawab!”
bohong?” Telepon itu berbunyi sambung-
“Nggak! Kamu memang hebat!” menyambung. Semua itu dari relasi bisnis
Sebentar saja kelas jadi ramai. Semua anak papa. Vera merasa sangat tersiksa. Dia
ingin melihat telepon itu. Mereka juga harus menjawab telepon-telepon itu padahal
penasaran ingin mencoba. mengganggu suasana belajar. “Kembalikan
Vera sangat senang akan pandangan telepon itu kepada papamu. Jangan lupa,
kagum teman-temannya. Dadanya terasa besok ajak kedua orang tuamu datang ke
sesak karena bangga. sekolah!”
Bel masuk berbunyi. Pelajaran pertama
Mau tak mau Vera menurut. Lemas,
Matematika dengan guru Bu Agnes yang
dikemasinya barang-barangnya. Sudah
terkenal disiplin. Vera buru-buru menyimpan terbayang bagaimana marahnya Papa-
telepon genggamnya. Dia tidak mau Mama. Dalam hati Vera menyesal. Aduh,
mengambil risiko kalau sampai ada anak kalau saja dia tidak membawa telepon
yang mencoba telepon saat pelajaran genggam itu. Kalau saja dia tidak terhasut
berlangsung. Bu Agnes bisa marah besar. oleh teman-temannya. Kalau saja dia tak
Bu Agnes menerangkan tentang penjumlah- ingin pamer ... Aduh. Vera menyesali diri
an angka pecahan. Kemudian memberikan sendiri habis-habisan.
soal latihan. Kelas sangat hening. Tiit ...
(Sumber: Bobo, September 2003 dengan
tiit ... telepon genggam itu berbunyi tiba-
pengubahan seperlunya)
tiba.
Perkembangan Sarana Komunikasi 35
Tugas
Setelah kalian membaca cerita di atas, kerjakanlah tugas berikut ini!
1. Hal menarik apa saja yang kalian temui dari cerita di atas?
2. Pesan moral apa saja yang kalian jumpa dari cerita di atas?
3. Ceritakan hal menarik dan pesan moral cerita tersebut di depan kelas!
4. Gunakanlah bahasa yang runtut, gestur, serta mimik yang menarik
sehingga teman-teman kalian tertarik mendengarkan cerita tersebut!
Tugas
Kerjakan tugas-tugas berikut dengan baik!
1. Bacalah dongeng berjudul "Surat untuk Raja" di bawah ini!
"Saya pun demikian, Bapa. Saya ingin Setelah Sarjana, tibalah Manggala di
mempraktikkan ilmu silat yang saya kuasai Kota Raja. Ia pun segera memberikan surat
dengan menjadi pengawal raja," sambung titipan gurunya kepada sang Maha Patih.
Manggala. Jawaban serupa diberikan kepada murid Ki
Berbeda dari dua temannya, Prasaja Ageng tersebut.
tak segera menjawab. Ia hanya diam dan Selama tinggal di peristirahatan,
menunduk. Sarjana dan Manggala sangat senang.
"Kenapa kau diam, Prasaja? Apakah Mereka dilayani oleh para dayang yang
kau tidak ingin menjadi pengawal raja?" cantik jelita. Lama-lama mereka terlena dan
tanya Ki Ageng sambil menatap Prasaja. melupakan tujuan mereka datang ke Kota
"Maaf Bapa, bukannya saya tak ingin, Raja.
tapi apakah saya mampu menjadi pengawal Prasaja dan pedatinya baru tiba di Kota
raja? Menggembala kambing saja saya Raja saat bulan purnama hampir tiba.
kerepotan," jawab Prasaja lugu. Prasaja pun segera menemui Patih
Ki Ageng mengangguk-angguk. Kerajaan untuk memberikan surat yang
"Baiklah, kalian bertiga berangkat ke dibawanya.
kota raja. Temuilah Patih Kerajaan lalu "Siapa namamu, anak muda?" tanya
berikan suratku ini," kata Ki Ageng seraya Patih.
memberikan tiga gulungan daun lontar. "Hamba Prasaja, Gusti," sahut Prasaja
Esok harinya, berangkatlah ketiga sambil tertunduk.
murid Ki Ageng menuju Kota Raja. Sarjana "Bagaimana kau bisa tahu kalau Raja
dan Manggala memilih naik kuda agar akan memberikan keputusan untuk memilih
cepat, sementara Prasaja lebih suka naik pengawalnya pada saat bulan purnama?"
pedati yang ditarik oleh lembu. tanya Maha Patih membuat Prasaja
Dengan kecerdasannya, Sarjana bisa kebingungan.
menemukan jalan pintas sehingga bisa "Apa maksud, Gusti Patih?"
cepat sampai di Kota Raja. Demikian pula "Ketahuilah Prasaja, kedua saudaramu
dengan Manggala. sudah datang ke sini terlebih dahulu. Tapi
Dengan ketangkasannya, Manggala ternyata mereka tidak tahan uji. Saat ini
memacu kudanya sehingga bisa lari dengan mereka lebih suka bersenang-senang
kencang. Sementara Prasaja dengan sabar dengan para dayang sehingga mereka lupa
menjalankan pedatinya. Sarjana tiba paling tujuan mereka datang ke sini," kata Maha
awal di Kota Raja. Dia segera menemui Patih.
Patih Kerajaan untuk memberikan surat dari "Karena itu kaulah yang pantas menjadi
gurunya. Patih mengangguk-angguk ketika pengawal raja."
membacanya. Ternyata benar kata Patih tersebut.
"Bagaimana, Gusti Patih? Apakah Raja memilih Prasaja untuk menjadi
saya diterima menjadi pengawal raja?" pengawal pribadinya. Hal itu sesuai dengan
"Sabarlah, Sarjana. Baginda baru akan isi surat daun lontar yang diberikan Ki Ageng
memberikan keputusannya pada saat bulan kepada Raja. Surat itu berbunyi:
purnama nanti," sahut Patih seraya Baginda Raja, surat saya ini akan
mempersilakan Sarjana tinggal di menunjukkan tabiat murid-murid saya.
peristirahatan. Maka silakan Baginda memilih salah satu
"Kenapa harus menunggu sampai di antara mereka.
bulan purnama, Gusti Patih?" tanya Sarjana. Prasaja terpilih karena dia sabar,
"Aku tidak tahu. Aku hanya menjalan- tekun, dan bertanggung jawab.
kan titah Raja," sahut Patih. (Sumber: Yunior, 18 Februari 2007)
Perkembangan Sarana Komunikasi 37
Tugas
Bersama kelompok belajar kalian, pelajarilah kembali penggunaan
imbuhan peN-, pe-, peN-an, ke-, dan ke-an, kemudian kerjakanlah tugas-
tugas berikut!
1. Carilah kata-kata yang mengandung imbuhan peN-, pe-, peN-an, ke-,
dan ke-an pada berita yang berjudul "Kesopanan Bertelepon"!
2. Gunakanlah imbuhan tersebut (pada nomor 1) dalam kalimat lain!
3. Tentukanlah maknanya dari tiap-tiap kata yang kalian temukan!
Perkembangan Sarana Komunikasi 39
Rangkuman
( Isi sebuah berita dapat disimpulkan dengan mendata hal-hal pokok dari
berita dan merangkainya menjadi sebuah paragraf.
( Pengalaman dapat berupa suatu hal yang sangat mengesankan dan tidak
terlupakan, misalnya pengalaman yang menyedihkan, menyenangkan,
menggelikan, atau memalukan.
( Cerita anak berisi ajaran moral, keteladanan, dan contoh budi pekerti yang
baik.
( Unsur-unsur intrinsik dongeng meliputi tema, plot, penokohan, dan
perwatakan, latar, dan amanat.
( Dalam bahasa Indonesia, kata dasar tertentu dapat langsung menjadi
nomina (kata benda) dengan memakai afiks tertentu, kecuali untuk
menggantikan makna orang yang atau alat untuk (verba/kata kerja).
Buku Rujukan
Asul Wiyanto. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: Grasindo.
M. Ramlan. 1985. Morfologi: Suatu Tinjauan Diskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Rehat Sejenak
Telepon
Pada akhir abad ke-20 mulai dikembangkan televisi-internet yaitu televisi
yang tidak hanya menerima siaran televisi biasa, namun juga terhubung ke
internet. Perkembangan telekomunikasi selanjutnya bisa menghantarkan suara
dengan menggunakan telepon. Telepon merupakan hasil temuan Alexander
Graham Bell (1847 – 1922). Alat komunikasi yang menggunakan gelombang
elektromagnet kemudian berkembang untuk mengatasi keterbatasan pada alat
komunikasi yang menggunakan kabel beraliran listrik. Alat komunikasi ini bisa
digunakan secara dua arah (seperti radio dan televisi). Bahkan televisi bukan
hanya bisa mengirimkan suara, tetapi juga gambar bergerak. Hal ini
dimungkinkan karena kamera televisi dapat mengubah gambar menjadi
gelombang elektromagnet dan dipancarkan melalui antena pemancar televisi.
(Sumber: Ensiklopedi Umum untuk Pelajar Jilid 10, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005)
40 Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII
Uji Kompetensi
PETA KONSEP
Pelajaran 4
Memperbaiki Moral Remaja
Hasil Belajar
Siswa dapat menulis kembali berita yang didengarkan secara tepat.
Siswa dapat bercerita dengan alat peraga secara baik dan benar.
Siswa dapat membaca teks perangkat upacara secara baik dan benar.
Siswa dapat menulis pengumuman secara benar.
Siswa dapat menggunakan klausa dengan keterangan tujuan untuk dan
demi secara tepat.