Anda di halaman 1dari 28

Nama : Nurul Adha Alifia

NIM : 230209500016
Kelas : PTIK A-23
Merangkum Materi PKN

Bab 1 => Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan


Apa itu pendidikan kewarganegaraan, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Civic Education atau Citizenship Education?. Pendidikan kewarganegaraan adalah bentuk
pengemblengan individu-individu agar mendukung dan memperkokoh komunitas politiknya,
sepanjang komunitas politik itu adalah hasil kesepakatan.Seturut dengan itu pula, Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia, juga menunjukkan bahwa pendidikan kewarganegaraan
tidak lepas dari tujuan, tatanan dan kepentingan komunitas politiknya, dalam hal ini kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia.

Adapun materi dalam bab ini meliputi:


l. Makna Pendidikan Kewarganegaraan
2. Isi pendidikan Kewarganegaraan
3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
4. pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia

A. Makna Pendidikan Kewarganegaraan


Istilah pendidikan kewarganegaraan telah diakui secara legal formal dalam sistem
pendidikan di Indonesia.Selanjutnya dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
mata kuliah wajib umum yakni, Kewarganegaraan. Istilah pendidikan kewarganegaraan
merupakan terjemahan dari terminologi bahasa Inggris "citizenship education" atau "civic
education".

Citizenship education sebagai proses pendidikan dalam rangka menyiapkan warga


muda akan hak-hak, peran, dan tanggung jawabnya sebagai warga negara. sedangkan
civic education adalah citizenship education yang dilakukan melalui persekolahan.
Berdasar dua pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa baik "citizenship education."
maupun "civic education" sama-sama merupakan bentuk pendidikan yang ditujukan
untuk membentuk karakter warga negara. "Citizenship educa atau "civic education" pada
hakikatnya adalah pendidikan untuk menjadi warga negara. Perbedaannya adalah
"citizenship education" sebagai pendidikan pembentukan karakter warga negara yang
dapat dilakukan oleh berbagai jalur dan lembaga seperti keluarga, sekolah, komunitas,
media dan sebagainya. Sedangkan "civic education" adalah pendidikan untuk
pembentukan karakter warga negara yang dilakukan melalui sekolah. Dapat disimpulkan
"citizenship education" sebagai pendidikan kewarganegaraan dalam arti luas, sedangkan
"civic education" adalah pendidikan kewarganegaraan dalam arti sempit. Mengapa
pendidikan untuk membentuk karakter warga negara suatu negara atau pendidikan
kewarganegaraan itu penting?...

Selanjutnya, mari kita ikuti penjelasan akan makna pendidikan kewarganegaraan melalui
jalur pemikiran yuridis atau legal formal yaitu pemikiran yang bersumber dari peraturan
perundangan di Indonesia.

I. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah upayauntukmembekali
peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga negara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara (PPBN) agar menjadi warganegara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
II. Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Menyatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu bentuk
keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara. Dalam pendidikan
kewarganegaraan sudah tercakup pemahaman tentang kesadaran bela negara.
III. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Menyatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
IV. Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Menyatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mencakup
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia
V. Peraturan Pemerintah Nomor 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan
Menyatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan tanah air dalam
konteks nilai dan moral Pancasila.

B. Isi Pendidikan Kewarganegaraan


There are three essential components: civic knowledge, civic skills, and civic
dispositions. Ketiga komponen utama Pendidikan Kewarganegaraan itu adalah
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan
(civic skills) dan sikap kewarganegaraan (civic dispositions). Civic skill merupakan
keterampilan apa yang seharusnya dimiliki oleh warganegara yang mencakUPi
keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi.

Senada dengan pendapat di atas, Udin S. Winataputra (2001) menyatakan bahwa


yang menjadi jantungnya dan benang emas yang mengikat unsur-unsur dalam
membangun tatanan yang koheren dari semua subsistem pendidikan kewarganegaraan
adalah civic knowledge, yakni pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan, civic
dispositions, yakni nilai, komitmen, dan sikap kewarganegaraan dan civic skills, yakni
perangkat keterampilan intelektual, sosial, personal kewarganegaraan yang seyogianya
dikuasai oleh setiap individu warga negara. Ketiga komponen pendidikan
kewarganegaraan berkaitan erat dengan sasaranpembentukan pribadi warga
negara.Warga negara yang memilikipengetahuan dan sikap kewarganegaraan akan
menjadi warga negara yang percaya diri (civic confidence), warga negara yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang
mampu (civic competence), warga negara yang memiliki sikap dan keterampilan
kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang komitmen (civic commitment), dan
pada akhirnya warga negara yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang cerdas dan baik (smart and good
citizens).

Kesimpulannya pendidikan kewarganegaraan mengembangkan 3 (tiga) komponen


yakni pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan
(civic skills) dan sikap kewarganegaraan (civic dispositions) dalam rangka pembentukan
warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen. Secara lebih rinci, apakah
sajakah materi pendidikan kewarganegaraan yang seharusnya dipelajari oleh mahasiswa
di perguruan tinggi di Indonesia?. Materi yang dipelajari dalam pendidikan
kewarganegaraan jenjang perguruan tinggi selama ini telah mengalami perubahan dan
pembaharuan.

C. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Secara umum, tujuan dari pendidikan kewarganegaraan di semua negara adalah


membentuk warga negara yang baik (good citizen). Tujuan utamanya adalah
"mewarganegarakan" warga negara di negara tersebut. Sebab bangsa Amerika
sebenarnya berasal dari para emigran yang berlatar belakang berbeda. Mereka ingin
membentuk karakter baru sebagai warga negara Amerika. Mempersiapkan warga negara
yang mampu menentukan pilihan yang tepat diantara berbagai macam alternatifyang
terdapat dalam suatu masyarakat.

Fungsi pokok dari pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah sebagai


pendidikan kebangsaan (nationalistic education). Namun demikian, fungsi pendidikan
kewarganegaraan sebenarnya tidak hanya sebagai pendidikan kebangsaan, tetapi juga
bisa mengemban fungsi pendidikan Iainnya. Misalnya pendidikan kewarganegaraan yang
diwujudkan melalui pelajaran PKn berdasar Kurikulum 2006, mengemban berbagai
fungsi yakni sebagai pendidikan kebangsaan, pendidikan demokrasi, pendidikan bela
negara, pendidikan HAM, pendidikan multikultural, pendidikan lingkungan hidup,
pendidikan hukum dan pendidikan anti korupsi.
D. Pendidikan Kewarganegaraan Di Indonesia
1. Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah
Pendapat lain menyatakan bahwa PKn memiliki sifat multidimensionalitas yang
menjadikan bidang studi PKn dapat disikapi sebagai: pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral, pendidikan karakter kebangsaan,
pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, dan pendidikan
demokrasi (Sapriya, 2012). Indonesia memiliki pengalaman yang kaya dengan praktik
pendidikan kewarganegaraan khususnya pendidikan kewarganegaraan yang diwujudkan
dalam bentuk mata pelajaran di sekolah dan mata kuliah di perguruan tinggi. Wujud
pendidikan kewarganegaraan tersebut lebih pada perwujudan sebagai mata pelajaran di
sekolah atau pendidikan kewarganegaraan di tingkat persekolahan (school civic
education).

Menurut Buku Guru mata pelajaran PPKn (2016) dikatakan bahwa tujuan mata
pelajaran PPKn pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah mengembangkan
potensi peserta didik dalam seluruh dimensi kewarganegaraan, yakni: ( I ) sikap
kewarganegaraan termasukketeguhan, komitmen, dan tanggung jawab kewarganegaraan
(civic confidence, civic cornmittm ent, and civic responsibility); (2) pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge); (3) keterampilan kewarganegaraan termasuk
kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic competence and civic participation).
Secara khusus tujuan mata pelajaran PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi tersebut
se hingga peserta didik mampu: menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan,
pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial;
berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat,
tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial
kultural.

2. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi diawali dengan dimunculkannya


Mata Kuliah Kewiraan. Pendidikan Kewiraan dimulai tahun 1973/ 1974, sebagai bagian
dari kurikulumpendidikan nasional, dengan tujuan untukmenumbuhkan kecintaan pada
tanah air dalam bentuk PPBN yang dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang
diberikan kepada peserta didik SD sampai sekolah menengah dan pendidikan luar
sekolah dalam bentuk pendidikan kepramłikaan, sedangkan PPBN tahap Ianjut diberikan
di PT dalam bentuk pendidikan kewiraan. Di dalam SK itu dipolakan penyelenggaraan
Pendidikan Kewiraan dan Pendidikan Perwira Cadangan di Perguruan Tinggi. Pendidikan
Kewiraan bagi Perguruan Tinggi adalah bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewiraan yang menekankan sebagai pendidikan pendahuluan bela negara


tampak pula pada materi-materi pokok pendidikan Kewiraan sebagai berikut. Tujuan
pendidikan Kewiraan adalah untuk memupukkesadaran bela negara dan membiasakan
berpikir komprehensif integral di kalangan mahasiswa dalam rangka ketahanan nasional.
Pada tahun 2000, mata kuliah Kewiraan diubah menjadi mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.

Dengan adanya surat keputusan tersebut maka mata kuliah Kewiraan berganti nama
menjadi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan mengemban misi pendidikan pendahuluan bela negara sebagaimana
kelanjutan dan misi pendidikan Kewiraan. Di samping itu juga mengemban misi sebagai
pendidikan kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang membekali mahasiswa dengan
pemahaman tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Kiranya itulah yang
melatarbelakangi perubahan nama pendidikan Kewiraan menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan bersama dengan Pendidikan Pancasila
dan Agama termasuk kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) sebagai
kurikulum inti yang sifatnya yang wajib diberikan pada mahasiswa.
Bab 2 => Identitas Dan Integrasi Nasional
alam menjalani kehidupannya, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia
sebagai individu akan senantiasa membutuhkan individu lain dan selanjutnya hidup secara
berkelompok. Aristoteles, seorang filosof Yunani mengatakan manusia adalah zoon politicon,
yang artinya manusia adalah makhluk yang berkelompok. Kelompok persekutuan hidup manusia
dimulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga. Selain identitas, bangsa yang telah hidup
bernegara memerlukan integrasi guna menjamin dan mempertahankan kesatuannya.
Pembelajaran di Bab 2 ini akan mengkaji konsep identitas nasional dan integrasi nasional. Uraian
materi pada bab ini mencakup: Bangsa dan Identitas. Pengembangan Integrasi di Indonesia.
A. Bangsa Dan Identitas
Identitas pada umumnya melekat pada entitas yang sifatnya individual. Misal, manusia
secara pribadi dapat diketahui dari identitas nama, dan Ciri fisik Iainnya. Kata identitas
berasal dari bahasa Inggris identity yang secara harafiah berarti jati diri ciri-ciri, atau
tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu membedakannya
dengan yang Iain.
1. Pengertian Bangsa
Istilah "bangsa" dalam bahasa Inggris disebut "nation". Kata nation berasal dari kata
"natio" (bhs. Latin) yang berarti "lahir". Nation dapat berarti suatu kelahiran, suatu
keturunan, suatu suku bangsa yang memiliki kesamaan keturunan, orangorang yang
sama keturunan. Kata "bangsa" sendiri berasal dari bahasa Sanskerta "wangsa" yang
berarti orang-orang yang satu keturunan atau satu "trah" (bhs. Jawa). Secara
etimologis bangsa berasal dari kata "wangsa" artinya orang-orang yang berasal dari
satu keturunan. Istilah "nation" (bhs Inggris) maupun "wangsa" (bhs. Namun dalam
perkembangan konsep, bangsa sebagai persekutuan hidup manusia yang berasal dari
kesamaan keturunan, tidak memadai. Seturut dengan pengertian di atas, konsep
bangsa memiliki dua (2) pengertian (Badri Yatim, 1999), yaitu bangsa dalam
pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis.
a. Bangsa Arti Sosiologis Antropologis
Bangsa dalam pengertian arti sosiologis antropologis adalah persekutuan
hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota
persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama dan adat
istiadat. Jadi mereka menjadi satu bangsa karena disatukan oleh kesamaan ras,
budaya, keyakinan, bahasa, dan sebagainya. Ikatan demikian disebut ikatan
primordial. Persekutuan hidup masyarakat semacam ini dalam suatu negara
dapat merupakan persekutuan hidup yang mayoritas dan dapat pula
persekutuan hidup minoritas. Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis
ini dapat disejajarkan dengan pendapat Hans Koln sebagai bangsa yang
disatukan oleh faktor objektif. Dalam satu negara dapat terdiri atas beberapa
bangsa. Dapat pula sebuah bangsa tersebar di beberapa negara. Misalnya
bangsa Arab tersebar di berbagai negara di sekitar Timur Tengah. Bangsa
Yahudi terdapat di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
b. Bangsa Arti Politik
Bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang
sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai kekuasaan
tertinggi ke luar dan ke dalam. Mereka diikat oleh kekuasaan politik, yakni
negara. Jadi bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara.
Bangsa dalam arti politik (bangsa yang bernegara) dapat saja terbentuk oleh
faktor-faktor objektif bangsa pembentuknya atau sebuah negara didirikan oleh
dan untuk satu bangsa. Dalam masa sekarang umumnya negara bangsa
terbentuk dari keragaman banyak bangsa di dalamnya. Dengan adanya
perkembangan bangsa dalam arti politik ini, bangsa dalam arti sosiologis
antroplogis sekarang ini lebih dikenal dengan istilah etnic, suku, suku bangsa
atau paruh bangsa. Ini untuk membedakan dengan istilah bangsa yang sudah
beralih dalam arti politis. Namun kita masih mendengar istilah bangsa dalam
arti sosiologis antropologis untuk menunjuk pada persekutuan hidup tersebut.
Misal bangsa Moro, bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan bangsa Tamil. Bangsa
Indonesia (dalam arti politis) memiliki banyak bangsa (dalam arti sosiologis
antropologis) seperti suku bangsa Batak, Minagkabau, Jawa, Betawi, Madura,
Dayak, Asmat, Dani, dan lain-lain. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
heterogen, karena ada banyak bangsa didalamnya.
2. Cultural Unity dan Political Unity
Bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama
dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai kekuasaan tertinggi ke luar
dan ke dalam. Mereka diikat oleh kekuasaan politik, yakni negara. Jadi bangsa dalam
arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara. Bangsa dalam arti politik (bangsa
yang bernegara) dapat saja terbentuk oleh faktor-faktor objektif bangsa
pembentuknya atau sebuah negara didirikan oleh dan untuk satu bangsa. Dalam masa
sekarang umumnya negara bangsa terbentuk dari keragaman banyak bangsa di
dalamnya. Dengan adanya perkembangan bangsa dalam arti politik ini, bangsa dalam
arti sosiologis antroplogis sekarang ini lebih dikenal dengan istilah etnic, suku, suku
bangsa atau paruh bangsa. Ini untuk membedakan dengan istilah bangsa yang sudah
beralih dalam arti politis. Namun kita masih mendengar istilah bangsa dalam arti
sosiologis antropologis untuk menunjuk pada persekutuan hidup tersebut. Misal
bangsa Moro, bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan bangsa Tamil. Bangsa Indonesia
(dalam arti politis) memiliki banyak bangsa (dalam arti sosiologis antropologis)
seperti suku bangsa Batak, Minagkabau, Jawa, Betawi, Madura, Dayak, Asmat, Dani,
dan lain-lain. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang heterogen, karena ada banyak
bangsa didalamnya.
3. Proses Pembentukan Bangsa-Negara
Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa—negara yaitu model
ortodoks dan model mutakhir. (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, model ortodoks
bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itu
membentuk satu negara tersendiri. Contoh bangsa Yahudi berupaya mendirikan
negara Israel untuk satu bangsa Yahudi. Setelah bangsa-negara ini terbentuk maka
rezim politik (penguasa) dirumuskan berdasar konstitusi negara yang selanjutnya
dikembangkan partisipasi warga negara dalam kehidupan politik bangsa-negara yang
bersangkutan.
4. Identitas Kultural dan Identitas Nasional
a. Identitas Cultural Unity atau Identitas Kesukubangsaan
Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa
dalam arti sosiologis antropoligis. Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan
dalam hal ras, suku, agama, adat, dan budaya, keturunan (darah) dan daerah asal
(homeland). Unsur-unsur ini menjadi identitas kelompok bangsa yang
bersangkutan sehingga bisa dibedakan dengan bangsa lain. Identitas cultural unity
dapat disebut identitas kesukubangsaan. Identitas ini, misalnya berwujud pada
bahasa ibu, pakaian daerah, nama diri, falsafah hidup, dan tradisi. Identitas yang
dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih bersifat askriptif (sudah ada sejak
Iahir), bersifat alamiah (bawaan), primer dan etnik. Loyalitas pada primordialnya
pada umumnya kuat dan langgeng (bertahan lama). Orang-orang yang bersatu
dalam kesatuan primordial memiliki ikatan emosional yang kuat serta melahirkan
solidaritas erat. Solidaritas mereka akan semakin kuat manakala berhadapan
dengan kelompok primordial lainnya.
b. Identitas Political Unity atau Identitas Kebangsaan
Political unity merujukpada bangsa dalam pengertian politik yaitu bangsa—
negara. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk
bernegara. Negara yang terbentuk berasal dari satu bangsa dengan identitas
primordial yang sama. Atau dapat dikatakan negara terbentuk dari faktor-faktor
objektifbangsa Namun dewasa ini negara yang relatif homogen yang hanya terdiri
satu bangsa tidak banyak terjadi. Identitas-identitas kebangsaan merupakan
bentukan dan kesepakatan dari banyak bangsa didalamnya. Kesediaan dan
loyalitas warga bangsa untuk mendukung identitas nasional itu perlu ditanamkan,
dibangun, dan dikembangkan secara terus-menerus. Di negara yang heterogen
atau negara yang proses pembentukannya model mutakhir sesungguhnya warga
bangsa di negara itu memiliki loyalitas ganda. Di satu sisi ia memliki loyalitas
kesukubangsaan, di sisi lain dituntut untuk memiliki loyalitas pada identitas
nasionalnya.
B. Identitas Nasional Indonesia
1. Faktor Pembentukan Identitas Bersama
a. Primordial d. Bhinneka Tunggal Ika g. Kelembagaan
b. Sakral e. Sejarah
c. Tokoh f. Perkembangan Ekonomi
2. Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas yang sifatnya nasional. Pada
uraian sebelumnya identitas nasional bersifat buatan, dan sekunder. Bersifat buatan
oleh karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa
sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder oleh karena
kemunculan identitas nasional lahirnya kemudian bila dibandingkan dengan identitas
kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Jauh
sebelum mereka memiliki identitas nasional itu, warga bangsa telah memiliki
identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan. Proses pembentukan identitas
nasional umumnya membutuhkan waktu dan perjuangan panjang di antara warga
bangsa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan identitas nasional adalah hasil
kesepakatan masyarakat bangsa itu. Kemungkinan dapat terjadi sekelompok warga
bangsa tidak setuju dengan identitas nasional yang hendak diajukan oleh kelompok
bangsa lainnya.
3. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Perlu dibahas Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
identitas memiliki keunikan bila dibanding dengan sejumlah identitas lainnya.
Pancasila bukan sekadar identitas dalam wujud lambang yang bersifat fisik, namun ia
lebih pada identitas bangsa dalam wujud psikis, yakni yang mencerminkan watak dan
perilaku manusia Indonesia. Bahwa identitas sebagai penanda bukan hanya bersifat
fisik, melainkan juga meliputi nilai-nilai dan konsepsi. Pancasila adalah penanda bagi
Indonesia yang bersifat nonfisik. Apabila identitas dapat disejajarkan dengan istilah
jatidiri, maka pemikiran bahwa Pancasila sebagai jatidiri bangsa Indonesia diakui
oleh banyak ahli. Sastrapetedja (2007) menyatakan bahwa Pancasila dapat menjadi
dasar dalam membangun identitas nasional. Kaelan (2002) menyatakan jatidiri bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar
bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak,
corak, dan ciri masyarakat Indonesia. Para the Founding Fathers kita pada waktu
merancang berdirinya negara Republik Indonesia membahas mengenai dasar negara
yang akan didirikan. Pernyataan demikian sejalan dengan konsep identitas nasional
sebagai manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai
aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas (Koento Wibisono,
2007). Menurut Hardono Hadi ( 1994), Pancasila sebagai pernyataan jatidiri bangsa
mencakup tiga aspek, yakni Pancasila sebagai kepribadian bangsa, Pancasila sebagai
identitas bangsa, dan sebagai keunikan bangsa Indonesia. dalam keterpisahan tetapi
terjadi dalam pergaulan. Secara singkat dikatakan Pancasila sebagai pernyataan
jatidiri, di satu fihak mempunyai dasarnya pada fakta empiris, di lain pihak Pancasila
bisa memberi orientasi ke arah cita-cita bangsa yang memang masih harus digulati
terus-menerus.
C. Negara Kebangsaan Indonesia
1. Hakikat Negara Kebangsaan Indonesia
Negara kita adalah negara Republik Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945 disingkat negara RI
Proldamasi. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa negara Indonesia yang didirikan ini tidak bisa
lepas dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Dengan momen Proklamasi
17 Agustus 1945 itulah bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada
dunia luar mengenai adanya negara baru yaitu Indonesia. Hakikat dari negara Indonesia adalah negara
kebangsaan (nation state). Negara-bangsa (nation state) adalah fenomena baru mengenai tipe negara
yang mulai bermunculan pada akhir abad ke-20 terlebih pada pasca perang dunia II. Negara bangsa
dapat dilawankan dengan tipe negara etnik, negara kota, empirium, kekaisaran, dan kekalifahan.
Negara-bangsa adalah format modern kebangsaan dimana otoritas negara secara otomatis meliputi dan
mengatur secara keseluruhan bangsa-bangsa (suku bangsa) tersebut yang ada dalam wilayah
teritorialnya. Negara-bangsa menyatukan wilayah wilayah yang berbeda beserta masyarakatnya
kedalam satu wilayah pemerintahan baru. Mereka membentuk kesatuan politik baru dan juga kesatuan
bangsa yang baru. Negara bangsa (nation-state) dibangun, dilandasi dan diikat oleh semangat
kebangsaan atau disebut nasionalisme. Nasionalisme diartikan sebagai tekad dari orang-orang yang ada
diwilayah itu (masyarakat bangsa) untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang
sama walaupun warga masyarakat itu berbeda dalam ras, etnik, agama ataupun budaya bahkan dalam
sejarah sekalipun.
2. Proses Terjadinya Negara Indonesia

Terjadinya negara Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap-tahap yang


berkesinambungan. Rangkaian tahap perkembangan tersebut tergambarkan secara baik
sesuai dengan keempat alenia dalam Pembukaan UUD 1945. Secara teorits
perkembangan negara Indonesia terjadi, sebagai berikut. a. Terjadinya negara tidak
sekadar dimulai dari proklamasi tetapi adanya pengakuan akan hak setiap bangsa untuk
memerdekakan dirinya. b. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. c.
Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa Indonesia, sebagai
suatu keinginan luhur bersama. d. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat
kelengkapan negara yang meliputi tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan
negara, UUD negara dan dasar negara. Berdasar pada kenyataan yang ada, terjadinya
negara—bangsa Indonesia bukan melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan,
pemecahan atau penyerahan. Bukti menunjukkan bahwa negara Indonesia terbentuk
melalui proses perjuangan (revolusi). Dalam hal ini perjuangan melawan penjajahan dan
berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Usaha mendirikan negara melalui
perjuangan sangat membanggakan diri seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berbeda bila
bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaan karena diberi oleh bangsa lain.

3. Cita-Cita, Tujuan dan Visi Negara Indonesia


Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Dengan rumusan yang singkat negara Indonesia bercita-cita mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmu berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Hal ini sesuai dengan amanat dalam Alinea II Pembukaan UUD 1945 yaitu negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Tujuan negara
Indonesia selanjutnya terjabar dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Secara rinci
sebagai berikut. a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. b. Memajukan kesejahteraan umum. c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. 37 Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya
masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan
sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh
manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta
tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin (Tap MPR RI No.
D. Makna Dan Pentingnya Integrasi
1. Pengertian Integrasi
Istilah integrasi nasional terdiri atas kata integrasi dan nasional. Integrasi berasal dari
bahasa Inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi
memiliki 2 (dua) pengertian, yaitu (a) pengendalian terhadap konflik dan
penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu dan (b) membuat suatu
keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu. Merujuk pada pengertian kedua,
mengintegrasikan berarti menyatukan unsur-unsur yang ada. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), kata integrasi mempunyai arti pembauran atau penyatuan
sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat.
2. Jenis Integrasi
a. Integrasi Bangsa
b. Integrasi Wilayah
c. Integrasi Nilai
d. Integrasi Elit-Massa
e. Integrasi Tingkah Laku (Tindakan Integratif)
E. Pengembangan Integrasi Di Indonesia
1. Integrasi di Indonesia
Dalam kajiannya tentang heterogenitas masyarakat di Indonesia, William Liddle
mengidentifikasikan dua jenis halangan integrasi yang dihadapi negeri ini. Yang
pertama adalah adanya apa yang disebut pembelahan horizontal yang berakar
pada berbedaan suku, ras, agama, dan geografi. Hambatan kedua bersifat vertikal
yakni celah perbedaan antara elit dan massa; latar belakang pendidikan kekotaan
menyebabkan kaum elit berbeda dari massa yang berpandangan tradisional.
Secara horizontal, dalam arti konfigurasi etnis, agama, dan geografi, Indonesia
memang bukan negara yang terpadu dengan ketat, meskipun dalam hal tertentu
masalah integrasi politiknya tidaldah seberat yang dihadapi negara lain di Asia
Afrika. Secara vertikal masih terdapat kesenjangan pembangunan antara Jawa
dengan LuarJawa, antara Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur.
Pembelahan secara dan horizontal dapat memicu munculnya gejala-gejala yang
dapat mengancam integrasi bangsa. Bila tidak ada upaya mengintegrasikan maka
pembelahan tersebut dapat dijadikan basis bagi kelompok-kelompok masyarakat
yang berkonflik. Secara horizontal misalnya, konflik antarsuku dan umat
beragama di Indonesia, pertikaian antarkelompok atau warga kampung. Secara
vertikal misalnya gerakan separatis, pemberontakan daerah, pencarian suaka ke
luar negeri, dan sebagainya.
2. Pengembangan Integrasi
Howard Wriggins menyebut ada 5 pendekatan atau cara bagaimana bangsa dapat
mengembangkan integrasinya. Kelima cara tersebut adalah sebagai berikut.
a. Adanya ancaman dari luar.
b. Gaya politik kepemimpinan.
c. Kekuatan lembaga-lembaga politik.
d. Ideologi Nasional.
e. Kesempatan pembangunan ekonomi.
Bab 3 => UUD NRI Tahun 1945 Sebagai Konstitusi Indonesia
Secara umum, negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Bahkan setelah Abad Pertengahan yang ditandai dengan munculnya demokrasi, dapat
dikatakan tanpa konstitusi, negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum
dasarnya suatu negara. Dasar-dasar penyelenggaraan bernegara didasarkan pada konstitusi
sebagai hukum dasar. Penyelenggaraan bernegara Indonesia juga didasarkan pada suatu
konstitusi. Negara yang berlandaskan pada suatu konstitusi dinamakan negara konstitusional
(constitutional state). Constitutional state merupakan salah satu ciri negara demokrasi modern.
Namun untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai negara konstitusional maka konstitusi negara
tersebut harus memenuhi sifat atau ciriciri dari konstitusionalisme (constitutionalism). Jadi
negara tersebut harus pula menganut gagasan tentang konstitusionalisme. Konstitusionalisme
sendiri merupakan suatu ide, gagasan atau paham.
Bahasan pada dari pembelajaran bab ini, akan bab dimulai ini adalah agar di Indonesia dan
konstitusionalitas ketentuan di bawah UUD 1945 konteks kehidupan bernegara-kebangsaan
Indonesia, secara terinci pembahasan bagian ini terdiri atas subbahasan;
A. Konstitusionalisme
B. Konstitusi Negara
C. UUD NİU 1945 sebagai Konstitusi Indonesia
D. Sistem Ketatanegaraan Indonesia
A. Konstitusionalisme
1. Gagasan Tentang Konstitusionalisme
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang terdiri atas unsur rakyat (penduduk),
wilayah dan pemerintah. Pemerintah adalah satu unsur negara. Pemerintahlah yang
menyelenggarakan dan melaksanakan tugas-tugas demi terwujudnya tujuan
bernegara. Di negara demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah yang
menjamin sepenuhnya kepentingan rakyat serta hak-hak dasar rakyat. Di samping itü
pemerintah dalam menjalankan kekuasaannya perlu dibatasi agar kekuasaan itü tidak
disalahgunakan, tidak sewenang-wenang serta benar-benar untuk kepentingan rakyat,
Mengapa kekuasaan perlu dibatasi? Kekuasaan perlu dibatasi karena kekuasaan itü
cenderung untuk disalahgunakan dan sewenangwenang. Ingat hükum besi kekuasaan
dari Lord Acton yang mengatakan "power tends corrupt and absolutpower corrupts
absolutely"(Kekuasaan cenderung untuk menjadi sewenang-wenang dan dalam
kekuasaan yang mutlak, kesewenangwenangan juga cenderung mutlak). Upaya
mewujudkan pemerintahan yang menjamin hak dasar rakyat serta kekuasaan yang
terbatas itü dituangkan dalam suatu aturan bernegara yang umumnya disebut
konstitusi (hükum dasar atau undang-undang dasar negara) Konstitusi atau undang-
undang dasar negara mengatur dan menetapkan kekuasaan negara sedemikian rupa
sehingga kekuasaan pemerintahan negara sefektff untuk kepentingan rakyat serta
tercegah dari penyalahgunaan kekuasaan• Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang
paling efektifbahwa kekuasaan pemerintahan tidak akan disalahgunakan dan hak-hak
warga negara tidak dilanggar.
2. Negara Konstitusional
setiap negara memiliki konstitusi sebagai hukum dasar. Namun tidak negara memiliki
undang-undang dasar. Inggris tetap merupakan negara kons_ titusional (constitutional
state) meskipun tidak memiliki undang-undang dasar. Konstitusi Inggris terdiri atas
berbagai aturan pokok yang timbul dan berkem_ bang dalam sejarah bangsa tersebut.
Konstitusi tersebar adalam berbagai dokumen seperti Magna Charta (1215), Bill of
Rights (1689) dan Parliament Act (1911). Konstitusi dalam kaitan ini memiliki
pengertian yang lebih luas dari undang-undang dasar. Apakah negara yang
mendasarkan diri pada suatu konstitusi layak disebut sebagai negara konstitusional?
Negara konstitusional bukan sekadar konsep formal, tetapi juga memiliki makna
normatif. Adnan Buyung Nasution (1995) menyatakan negara konstitusional adalah
pertama-tama ia merupakan negara yang mengakui dan menjamin hak-hakwarga
negara serta membatasi dan mengatur kekuasaannya secara hukum. Jaminan dan
pembatasan yang dimaksud harus tertuang dalam konstitusi. Jadi negara
konstitutional bukanlah semata-mata negara yang telah memiliki konstitusi. Perlu
dipertanyakan Iagi apakah konstitusi negara tersebut berisi pembatasan atas
kekuasaan dan jaminan akan hak-hak dasar warga negara.
B. Konstitusi Negara
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis "constituer" yang artinya membentuk.
Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan suatu negara atau
menyusun dan menyatakan suatu negara. Konstitusi bisa berarti pula peraturan dasar
(awal) mengenai pembentukan negara. Istilah konstitusi bisa dipersamakan dengan
hukum dasar atau undang-undang dasar. Kata konstitusi dalam kamus besar bahasa
Indonesia diartikan sebagai berikut; (1) segala ketentuan dan aturan mengenai
ketatanegaraan; (2) undang-undang dasar suatu negara. Dalam kehidupan sehari-hari
kita menerjemahkan kata Inggris constitution (konstitusi) dengan Undang-Undang
Dasar. Istilah undang-undang dasar merupakan terjemahan istilah yang dalam Bahasa
Belanda "Gronwet". Dalam bahasa Indonesia, wet diterjemahkan sebagai undang-
undang, dan ground berarti tanah. Di negara-negara yang menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa nasional, dipakai istilah constitution yang artinya konstitusi.
Pengertian konstitusi dalam praktik dapat berarti lebih luas daripada pengertian
undang-undang dasar tetapi ada juga yang menyamakan dengan pengertian undang-
undang dasar.
2. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masya. rakat yang
selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah hukum. Rons_ titusi dalam hal ini sudah
mengandung pengertian yuridis. 3) Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah
sebagai undang-undang yang tinggi yang berlaku dalam suatu negara. Menurutnya
pengertian konstitusi lebih luas dari undang-undang dasar b. K. C. Wheare
mengartikan konstitusi sebagai "keseluruhan sistem ketatane_ garaan dari suatu
negara, berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah
dalam pemerintahan suatu negara". c. Prof. Prayudi Atmosudirdjo merumuskan
konstitusi sebagai berikut: l) konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk sejarah
dan proses perjuangan bangsa yang bersangkutan; 2) konstitusi suatu negara adalah
rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak dan perjuangan bangsa Indonesia; 3)
konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas dan kebudayaan suatu
bangsa. Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit adalah sebagai berikut. a.
Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak
tertulis. b. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertuliS'
yaitu undang-undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang dasar merupakan
konstitusi atau hukum dasar yang tertulis. Di negara-negara yang mendasarkan
dirinya atas demokrasi konstitusional' undang-undang dasar mempunyai fungsi khas,
yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat semena-mena. Hak-hak warga negara akan lebih dilindungi.
Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme. Pada prinsipnya, tujuan konstitusi adalah
untuk membatasi kesewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang
diperintah dan merumuskan pelaksanan kekuasaan yang berdaulat.
3. Isi, Tujuan, dan Fungsi Konstitusi Negara
Konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara. Konstitusi
menjadi dasar utama bagi penyelenggaraan bernegara. Karena itu konstitusi
menempati posisi penting, dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu
negara. Prof. Hamid S. Attamimi mengatakan bahwa konstitusi atau UndangUndang
Dasar merupakan pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus merupakan
petunjuk bagaimana suatu negara harus dijalankan. Hal-hal yang diatur dalam
konstitusi negara umumnya berisi tentang pembagian kekuasaan negara, hubungan
antarlembaga negara, dan hubungan negara denganwarganegara.Aturan-aturan itu
masihbersifatumum dan secaragarisbesar, Aturan-aturan itu selanjutnya dijabarkan
lebih lanjut pada aturan perundangan di bawahnya. Menurut Mirriam Budiardjo
(2008), konstitusi atau undang-undang dasar memuat ketentuan-ketentuan sebagai
berikut. 1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan eksekutif,
legislatifdan yudikatif. Dalam negara federal, masalah pembagian kekuasaan antara
pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian, prosedur penyelesaian masalah
pelanggaran yuridiksi lembaga negara.
C. UUD NRI 1945 Sebagai Konstitusi Indonesia
Konstitusi negara Indonesia bernama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 yang selanjutnya disingkat UUD NRI 1945. Konstitusi ini pertama kali
disahkan Oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Konstitusi ini diundangkan dalam Berita Republik Indonesia No. 7 Tahun
1946. Sekarang ini, setelah dilakukan perubahan UndangUndang Dasar dengan cara
"addendum", kita memiliki 5 (lima) naskah resmi UUD NRI 1945, yakni sebagai berikut.
a. Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit
Presiden pada tanggal S Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli
1959 Oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara
Nomor 75 Tahun 1959).
1. Konstitusi yang Pernah Berlalu di Indonesia
Dalam sejarahnya, sejak Proldamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah
berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat periode, yaitu sebagai berikut. a.
Periode 18 Agustus 1945—27 Desember 1949 menggunakan UUD NRI 1945. UUD NRI
1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh dengan 16 bab, 37 pasal, 4 pasal
Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan dan bagian penjelasan. b. Periode 27
Desember 1949—17 Agustus 1950 menggunakan UUD RIS. UUDRIS yang terdiri terdiri
atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian. c. Periode 17 Agustus 1950—5 Juli 1959
menggunakan UUDS 1950 yang terdiri atas 6 bab, 146 pasal, dan beberapa bagian. d.
Periode 5Juli 1959—sekarang kembali menggunakan UUD NRI 1945. Khusus untuk
periode keempat berlaku UUD NRI 1945 dengan pembagian berikut: a. UUD NRI 1945
yang belum diamandemen. b. UUD NRI 1945 yang sudah diamandemen (tahun 1999,
tahun 2000, tahun 2001, dan tahun 2002).
2. Proses Amandemen UUD NRI 1945
Amandemen (Bhs Inggris; amendment) artinya perubahan. Mengamandemen artinya
mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen sebenarnya merupakan
hak yaitu hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan
undang-undang. Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen UUD yang
artinya perubahan UUD. Istilah perubahan konstitusi itu sendiri mencakup dua
pengertian (Taufiqurohman Syahuri, 2004) yaitu a. amandemen konstitusi
(constitutional amendment), dan b. pembaharuan konstitusi (constitutional reform).
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan addendum
atau sisipan dari konstitusi yang asli. Jadi konstitusi yang asli tetap berlaku.
Sedangkan bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari
konstitusinya.
3. Isi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UUD NRI 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian yaitu bagian pembukaan dan
bagian pasal-pasal. Hal ini didasarkan atas Pasal II Aturan Tambahan Naskah UUD NRI
1945 Perubahan Keempat yang menyatakan "Dengan ditetapkannya perubahan Undang-
Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri
atas Pembukaan dan Pasal-pasal". Bagian pembukaan pada umumnya berisi pernyataan
luhur dan cita-cita dari bangsa yang bersangkutan. Namun tidak semua konstitusi negara
memiliki bagian pembukaan ini. Konstitusi Malaysia, Singapura dan Australia tidak
memiliki bagian pembukaan. Contoh konstitusi negara yang memiliki bagian pembukaan
adalahJepang, India dan Amerika Serikat. pembukaan UUD NRI 1945 merupakan bagian
yang penting daripada konstitusi negara Indonesia. Pembukaan UUD NRI 1945 berisi 4
alinea sebagai pernyataan luhur bangsa Indonesia. Selain berisi pernyataan kemerdekaan
maka ia juga berisi cita-cita dan keinginan bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu
mencapai masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
D. Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD NRI 1945, sebagai berikut.
1. Bentuk negara adalah kesatuan.
Indonesia menetapkan bentuk susunan negara adalah kesatuan bukan ser• atau federal.
Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat ( 1) UUD NRI 1945 yang menyatakan
"Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik". Secara teori, ada
dua klasifikasi bentuk negara yaitu bentuk negara serikat atau federal dan bentuk negara
kesatuan. Negara federal adalah negara yang bersusunan jamak. Negara federal adalah
negara yang di dalamnya masih terdapat negara yang disebut negara bagian. Jadi terdapat
dua susunan negara yaitu negara serikat dan negara bagian. Terdapat dua pemerintahan
yaitu pemerintah federal dan pemerintah negara bagian. Kekuasaan dalam negara federal
ada dua yaitu kekuasan pemerintahan federal dan kekuasaan pemerintah negara bagian.
Keduanya adalah sederajat satu sama lain. Negara kesatuan adalah negara yang
bersusunan tunggal. Suatu bentuk negara yang tidak terdiri atas negara-negara bagian
atau negara yang di dalamnya tidak terdapat daerah yang bersifat negara.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik.
Indonesia menetapkan bentuk pemerintahan adalah republik bukan monarki atau
kerajaan. Dasar penetapan ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 yang
menyatakan "Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik".
Berdasar pasal tersebut dapat diketahui bahwa kesatuan adalah bentuk negara sedang
republik adalah bentuk pemerintahan.
3. Sistem pemerintahan adalah presidensiil.
Berdasarkan pada ketentuan—ketentuan dalam UUD NRI 1945, Indonesia menganut
sistem pemerintahan presidensiil. Secara teoritik sistem pemerintahan dibagi dalam dua
klasifikasi besar yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan
presidensiil. Klasifikasi sistem pemerintahan parlementer dan presidensiil didasarkan
pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sistem pemerintahan disebut
parlementer apabila badan eksekutif sebagai pelaksana kekuasaan eksekutifmendapat
pengawasan langsung dari badan legislatif. Sistem pemerintahan disebut presidensiil
apabila badan eksekutifberada di luar pengawasan langsung badan legislatif.
4. Sistem politik adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.
Sistem politik yang dianut negara Indonesia adalah sistem politik demokrasi. Hal ini
secara jelas dinyatakan dalam Pasa] 1 ayat (2) UUD NRI 1945 bahwa "Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar". Hakekat
demokrasi itu sendiri adalah kekuasaan dalam negara berada di tangan rakyat. Secara
teoritik, Idasifikasi sistem politik di era modern ini terbagi dua yaitu sistem politik
demokrasi dan sistem politik otoritarian. Samuel Huntington dalam buku Gelombang
Demokratisasi Ketiga (2001) membuat pembedaan antara sistem politik demokrasi dan
sistem politik nondemokrasi.
Bab 4 => Kewajiban Dan Hak Warga Negara

Yang tampak adalah unsur-unsur negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah.
Rakyat yang tinggal di wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan.
Kedudukannya sebagai warga negara menciptakan hubungan berupa status (identitas),
partisipasi, nilai bersama dan mempuyai hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik
(resiprokalitas).Pemahaman yang baik mengenai hubungan antara warga negara dengan
negara sangat penting untuk mengembangkan hubungan yang harmonis, konstruktif,
produktif dan demokratis.Hubungan itu berupa hak dan kewajiban.Pada akhirnya pola
hubungan yang baik antara warga negara dengan negara dapat mendukung kelangsungan
hidup bernegara yang bersangkutan.Tujuan pembelajaran bab ini adalah agar mahasiswa
mampu menerapkan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara dalam tatanan
kehidupan demokrasi Indonesia yang bersumbu pada kedaulatan rakyat dan musyawarah
untuk mufakat.
Lebuh jauh mengenai hal tersebut, bahasan dalam bab ini, meliputi :
A. Hakikat Warga Negara dan Kewarganegaraan
B. Kedudukan Warga Negara dalam Negara
C. Kewarganegaraan Indonesia
D. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
E. Hak Asasi Manusia di Indonesia
A. Hakikat Warga Negara Dan Kewarganegaraan’
1. Warga Negara
Pada awalnya subject adalah nonwarga kota yang terdiri atas wanita anak-anak,
budak, dan penduduk asing, Berdasar uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa
citizen adalah warga dari suatu komunitas yang dilekati dengan sejumlah
keistimewaan, memiliki kedudukan yang sederajat, memiliki loyalitas, berpartisipasi,
dan mendapat perlindungan dari komunitasnya. Namun demikian dalam
perkembangan sekarang, negara merupakan komunitas politik yang dianggap paling
absah maka citizen merujuk pada warga dari sebuah negara atau disingkat warga
negara. Istilah warga negara (bhs Indonesia) telah menjadi konsep yang lazim sebagai
terjemahan dari kata citizen. Pada masa lalu dipakai istilah kawula atau kaula negara
(misalnya zaman Hindia Belanda) yang menunjukkan hubungan yang tidak sederajat
dengan negara. Sekarang ini pula istilah warga negara_menggantikan kaula negara
lazim digunakan untuk menunjukkan hubungan yang sederajat antara warga dengan
negaranya. Orang yang berada di suatu wilayah negara dapat dibedakan menjadi
penduduk dan non-penduduk. Sedangkan penduduk negara dapat dibedakan menjadi
warga negara dan orang asing atau bukan warga negara .
2. Kewarganegaraan
Berdasar pendapat-pendapat di atas, kewarganegaraan menunjuk pada bentuk
hubungan antara warga dengan komunitasnya sendiri, dalam hal ini negara, yang
melahirkan berbagai akibat antara lain; a.Seperti telah dikemukakan di atas,
kewarganegaraan memunculkan sejumlah karakteristik, atribut atau elemen yakni
adanya identitas, hak, kewajiban, partisipasi dan penerimaan terhadap nilai bersama
(Cogan & Derricot, 1998).Kewarganegaraan bisa dipahami dalam tiga status:
pertama, status legal yakni memiliki hak dan perlindungan dari negara, kedua status
sebagai agen politikal yang melahirkan aneka partisipasi dalam berbagai pranata
politik dan tiga, status keanggotaan itu sendiri yang menghadirkan identitas
(Kalidjernih, 2010).Dari sudut kewarganegaraan sosiologis, seseorang dapat
dipandang negara sebagai warga negaranya sebab ikatan emosional, tingkah laku dan
penghayatan hidup yang dilakukan menunjukkan bahwa orang tersebut sudah
seharusnya menjadi anggota negara itu.Jadi dari sisi kewarganegaraan sosiologis ada
hal yang belum terpenuhi yaitu persyaratan yuridis yang merupakan ikatan formal
orang tersebut dengan negara.Kewarganegaraan dalam akibat dari status
kewarganegaraan yaitu adanya hak dan kewajiban serta partisipasi warga negara.
B. Kedudukan Warga Negara Dalam Negara
Warga negaralah sebagai pendukung negara dan memiliki arti penting bagi negara. Sebagai
anggota dari negara, maka warga negara memiliki hubungan atau ikatan dengan negara.
Dengan diistilahkan sebagai warga negara maka ia memiliki hubungan timbal balik yang
sederajat dengan negaranya (hubungan resiprokalitas). Orang-orang yang tinggal di wilayah
negara tetapi bukan warga negara dari negara itu tidak memiliki hubungan timbal balik
dengan negara tersebut.
1. Penentuan Warga Negara
Misal, Indonesia bebas menentukan siapa yang akan menjadi warga negara, tapi
Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa semua orang yang ada di kutub selatan
adalah juga warga negaranya. Suatu negara tidak boleh menentukan kewarganegaraan
berdasarkan unsurunsur primordial yang dirasakan bertentangan dengan prinsip-prinsip
hukum umum (general principles) tadi. Misal, Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa
yang dapat menjadi warga negara Indonesia adalah orang yang beragama Islam atau
orang dari suku Jawa saja.
a. Asas lus Soli
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana
orang tersebut dilahirkan.
b.Asas Lus Sangunis
Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak
terpecah sebagai inti dari masyarakat.Contoh munculnya apatride: Seorang bayi lahir di negara A
yang menganut asas ius sanguinis.
Bayi tersebut adalah anak dari pasangan suami istri yang berkewarganegaraan B di mana B
menganut asas ius solli.Contoh munculnya bipatride: Seorang bayi lahir di negara C yang
menganut asas ius Soli.Bayi tersebut adalah anak dari pasangan suami istri yang
berkewarganegaraan D di mana D menganut asas lus Sanguinis.
la dapat dianggap sebagai orang asing yang hak dan kewajibannya terbatas disbanding warga
negara atau penduduk.Orang dapat memanfaatkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara di
dua negara yang berbeda.
2. Warga Negara Indonesia
Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Ketentuan
tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD NRI 1945 sebagai berikut.

(l) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undangundang.
Berdasar hal di atas, kita mengetahui bahwa orang yang dapat menjadi warga negara
Indonesia adalah;
a. orang-orang bangsa Indonesia asli;
b. orang-orang bangsa lain yang disyahkan dengan undang-undang menjadi warga negara.

Berdasar pada pasai 26 ayat (2) UUD NRI 1945 bahwa penduduk negara Indonesia terdiri
atas dua yaitu warga negara dan orang asing. Ketentuan merupakan hal baru dan sebagai
hasil amandemen atas UUD NRI 1945, sebelumnya penduduk Indonesia berdasar Indishe
Staatregeling 1927 Pasai 163 penduduk dibagi 3 yaitu;
a. Golongan Eropa, terdiri atas
1) Bangsa Belanda
2) Bukan bangsa Belanda tetapi dari Eropa
3) Orang bangsa lain yang hukum keluarganya sama dengan golongan Eropa
b. Golongan Timur Asing, terdiri atas
1) Golongan Tionghoa
2) Golongan Timur Asing bukan Cina
c. Golongan Bumiputra atau Pribumi, terbagi;
I) orang Indonesia asli dan keturunannya
2) orang lain yang menyesuaikan diri dengan pertama
3. Ketentuan Undang-Undang Mengenai Warga Negara Indonesia
a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
b. Undang-Undang No. 6 Tahun 1947 tentang Perubahan atas UndangUndang No. 3
Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
c. Undang-Undang No. 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk
Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia.
d. Undang-Undang No. 11 Tahun 1948 tentang tentang Memperpanjang Waktu
Lagi untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara
Indonesia.
e. Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia.
f.Undang-Undang No. 3 Tahun 1976 tentang Perubahan atas Pasal 18
UndangUndang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
g. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia.
C. Kewarganegaraan Indonesia

Pokok materi yang diatur dalam undang-undang ini, adalah:


a. siapa Yang menjadi warga negara Indonesia,
b. syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia,
c. kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia,
d. syarat dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik
Indonesia,
e. ketentuan pidana.

Beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tersebut,
sebagai berikut:
a. Tentang siapa yang menjadi warga negara Indonesia, dinyatakan bahwa
warga negara Indonesia adalah:
1) setiap orang Yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/ atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara Iain sebelum undang-undang
ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia.
2) anak yang lahir dari perkawinan Yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia
3) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing;

b.Tentang pewarganegaraan
Tentang cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia, menurut UndangUndang No. 12 Tahun
2006, antara Iain.
l) Melalui permohonan yaitu tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan
republik Indonesia.
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan Oleh pemohon jika memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
d. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

2.) Melalui pernyataan. Yaitu warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara
Indonesia dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan
pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat berwenang
3.) Melalui pemberian kewarganegaraan
Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan
kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden.
4.) Melalui pernyataan untuk memilih kewarganegaraan
Ketentuan ini berlaku bagi anak yang memenuhi kreteria dibawah ini dan anaktersebut
sudahberumur 18 tahun atau telah kawin
c. Tentang kehilangan kewarganegaraan, dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik
Indonesia hilang karena:
l) memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
2) tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
3) dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang
bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun, bertempat tinggal di luar negeri, dan
dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan;
D. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara
Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa peran
(role), hak dan kewajiban.Peran negatif merupakan aktivitas warga negara untuk
menolak campur tangan negara dalam persoalan pribadi warga.Di Indonesia, bentuk
hubungan antara warga negara dengan negara secara legal telah diatur dalam UUD
NRI 1945.Hubungan antara warga negara dengan negara Indonesia tersebut
digambarkan dengan baik dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban.Ketentuan
selanjutnya mengenai hak dan kewajiban warga negara di berbagai bidang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang dasar.Namun
disamping pengaturan tentang hak dan kewajiban warga negara, sebuah
undangundang kadang pula memuat bentuk-bentuk partisipasi warga negara di bidang
yang sesuai dengan isi undang-undang tersebut.
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34
UUD NRI 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain:
1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak tercantum dalam Pasal 27 ayat (2)
UUD NRI 1945 yaitu:
"Tiap-tiap warga negara berhak ataspekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan." Pasal ini menunjukkan asas keadilan sosial dan kerakyatan.
2) Hak membela negara, tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) UUD NRI 1945 yang
berbunyi "setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara'.
3) Hak berpendapat, tercantum dalam Pasal 28 UUD NRI 1945, yaitu Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA,
ORANG TUA, MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH
Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban Warga Negara
pasal S
(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.
(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/ atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus.
(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil
berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.
(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang
hayat.

Pasal 6
(I) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar.
(2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Orang Tua
Pasal 7
(1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh
informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
(2) Orangtua darianakusiawajib belajar, berkewajibanmemberikanpendidikan dasar kepada
anaknya.

E. Hak Asasi Manusia Di Indonesia


1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Musthafa Kemal Pasha (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hak asasi
manusia ialah hak-hak dasar yang dibawa sejak lahir yang melekat pada esensinya
sebagai anugerah Allah SWT.Pendapat lain yang senada menyatakan bahwa hak asasi
manusia adalah hak-hak dasar yang dibawa sejak lahir dan melekat dengan
potensinya sebagai makhluk dan wakil Tuhan (Gazalli, 2004).Oleh karena itu
rumusan yang lebih sesuai adalah hak dasar yang melekat pada manusia sejak ia
hidup.Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua
manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama.Dengan
demikian kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu ada karena pengakuan atas
harkat dan martabat yang sama sebagai manusia.
2. Macam Hak Asasi Manusia

Berdasar pada pengertian hak asasi manusia, maka ciri pokok dari hakikat asasi manusia
adalah (Tim ICCE UIN, 2003) sebagai berikut.
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi manusia
adalah bagian dari manusia secara otomatis.
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal usul,
ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia
meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi bahkan melanggar hak
asasi manusia.
Hak asasi manusia meliputi berbagai bidang;
a. Hak asasi pribadi (personal rights), misal hak kemerdekaan, hak menyatakan
pendapat, hak memeluk agama.
b. Hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warganegara.
Misalnya memilih dan dipilih, hak berserikat, hak berkumpul.
c. Hak asasi ekonomi (property rights), misal hak memiliki sesuatu, hak mengadakan
perjanjian, hak bekerja, hak mendapat hidup layak.
d. Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and cultural rights), misal mendapatkan
pendidikan, hak mendapat santunan, hak pensiun, hak mengembangkan kebudayaan,
hak berekspresi.
e. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights
oflegal equality).
f. Hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara peradilan dan perlindungan
(prosedural rights).

3.Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia

Berdasarkan sejarah perkembangannya, ada 3 (tiga) generasi hak asasi manusia' yaitu sebagai
berikut.
1. Generasi pertama adalah Hak Sipil dan Politik yang bermula di dunia Barat (Eropa),
contohnya; hak atas hidup, hak atas kebebasan dan keamanan, hak atas kesamaan di muka
peradilan, hak kebebasan berpikir dan berpendapat' hak beragama, hak berkumpul dan hak
untuk berserikat.
2.Generasi kedua adalah Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang diperjuangkan oleh negara
Sosialis di Eropa Timur, misalnya; hak atas pekerjaan, hak atas penghasilan yang layak, hak
membentuk serikat pekerja, hak atas pangam kesehatan, hak atas perumahan, pendidikan dan
hak atas j aminan sosial.
3. Generasi ketiga adalah Hak Perdamaian dan Pembangunan yang diperjuangkan oleh
negara-negara berkembang (Asia-Afrika), misalkan; hak bebas dari ancaman musuh, hak
setiap bangsa untuk merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain dan hak mendapatkan
kedamaian.

4. Pengakuan Bangsa Indonesia Akan Hak Asasi Manusia


a. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Alinea Pertama
Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa negara Indonesia sendiri sejak masa berdirinya tidak
bisa lepas dari Hak Asasi Manusia itu sendiri.Hal ini dapat kita lihat pada alenia pertama yang
berbunyi.Hal ini terbaca dari hak setiap ‘‘bangsa‘‘ untuk merdeka.
b. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Alinea Keempat
Pancasila sebagai dasar negara mengandung pemikiran bahwa manusia diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa dengan menyandang dua aspek, yakni aspek individualitas
(pribadi) dan aspek sosialitas (bermasyarakat).Terutama sekali hak hidup, hak atas
keselamatan badan, dan hak kebebasan diri, karena ketiganya nyata merupakan kurnia
dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga perlu mendapat perlindungan sejauh mungkin dari
negara.

c. Batang Tubuh Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia 1945


Sampai pada berakhirnya era Orde Baru tahun 1998 pengakuan akan hak asasi manusia
di Indonesia tidak banyak mengalami perkembangan dan tetap berlandaskan pada
rumusan yang ada dalam UUD NRI 1945, yaitu tertuang pada hak dan kewajiban warga
negara.Penambahan rumusan HAM ini bukan semata-mata kehendak untuk
mengakomodasi perkembangan pandangan HAM yang semakin penting, melainkan juga
merupakan salah satu syarat negara hukum.
d. Peraturan perundang-undangan
Undang-undangyang menjamin HAM di Indonesia adalah Undang-Undang No. 39 tahun
1999 tentang HAM. Adapun hak-hak yang ada dalam UU No. 39 Tahun 1999 tersebut
antara Iain sebagai berikut.
1. Hak untuk hidup (Pasal 4).
2. Hak untukBerkeIuarga ( Pasal 10).
3. Hak untukmengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16).
4. Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19).
5. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20—27).
6. Hak atas rasa aman (Pasal 28—35).
7. Hak atas Kesejahteraan (Pasal 36—42).
8. Hak turut serta dalam pemerintahan (pasal 43—44).
9. Hak Wanita (Pasal 45—51 ).
10. Hak Anak (Pasal 52—66).
5.Penegakan Hak Asasi Manusia
Dalarn rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia disamping
dibentuk aturan-aturan hukum juga dibentuk keiembagaan yang menangani masalah yang
berkaitan dengan penegakan hak asasi manusia, antara lain:
a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KomNas HAM) dibentuk berdasar Keppres
Nomor S Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993 yang kemudian dikukuhkan lagi
melalui Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia.
b. Pengadilan Hak Asasi manusia dibentuk berdasar Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
c. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dibentuk atas usul dari DPR berdasarkan
peristiwa tertentu dengan Keputusan Presiden
d. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000
memberikan alternatif bahwa penyelesaian pelanggaran Hak Asasi manusia yang berat
dapat dilakukan di luar Pengadilan
Beberapa contoh lembaga swadaya masyarakat (LSM).
a. Kontras (Komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan).
b. YLBHI (Yayasan lembaga bantuan hukum Indonesia).
c. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM).
d. (HRW).

6.Keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi Internasional HAM


Beberapa konvensi internasional mengenai hak asasi manusia yang sudah diratifikasi
Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Konvensi Internasional terhadap Anti Apartheid dalam Olalı RagaInternational
Convention Against Apartheid in Sports (diratifikasi dengan UU No. 48, Tahtın
1993).
b. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam,
Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat ManusiaTorture Convention
(diratifikasi dengan UU No. 5 Tahun 1998).
c. Konvensi Organisasi Buruh Internasional Nomor 87 Tahun 1998 tentang Kebebasan
Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi-ILO Convention No. 87
Concerning Freedom ofAssociation and Protection on the Rjghts to Organise
(diratifikasi dengan UU No. 83 Tahun 1998).
d. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial-
Convention on the Elimination ofRaciaI Discrimination (diratifikasi dengan UU No.
29 Tahun 1999).

7. Hubungan Hak Asasi Manusia dengan Demokrasi


Ada keterkaitan erat antara demokrasi dengan hak asasi manusia. Berdasar konteks
sejarah pada dasarnya perjuangan mewujudkan demokrasi adalah pula merupakan sejarah
perjuangan menegakkan hak asasi manusia di dunia. Perjuangan menegakkan demokrasi
merupakan upaya umat manusia dalam rangka menjamin dan melindungi hak asasi
manusia. Demokrasi memiliki dua unsur utama yaitu kontrol rakyat atas proses
pembuatan keputusan politis dan kesamaan hak hak/kesetaraan politis dalam menjalankan
kendali (Beetham & Boyle, 2000). Dalam pandangan yang hampir sama, demokrasi
mencakup dua konsep pokok, yaitu kebebasan/persamaan (freedom/equality) dan
kedaulatan rakyat (people's sovereignty) (Maswadi Rauf, 1997). Unsur pokok dalam
pemerintahan demokrasi ada dua, yaitu:
l. pengakuan ataş hak asasi manusia,
2. partisipasi rakyat dalam pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai