NIM : 230209500016
Kelas : PTIK A-23
Merangkum Materi PKN
Selanjutnya, mari kita ikuti penjelasan akan makna pendidikan kewarganegaraan melalui
jalur pemikiran yuridis atau legal formal yaitu pemikiran yang bersumber dari peraturan
perundangan di Indonesia.
Menurut Buku Guru mata pelajaran PPKn (2016) dikatakan bahwa tujuan mata
pelajaran PPKn pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah mengembangkan
potensi peserta didik dalam seluruh dimensi kewarganegaraan, yakni: ( I ) sikap
kewarganegaraan termasukketeguhan, komitmen, dan tanggung jawab kewarganegaraan
(civic confidence, civic cornmittm ent, and civic responsibility); (2) pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge); (3) keterampilan kewarganegaraan termasuk
kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic competence and civic participation).
Secara khusus tujuan mata pelajaran PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi tersebut
se hingga peserta didik mampu: menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan,
pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial;
berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat,
tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial
kultural.
Dengan adanya surat keputusan tersebut maka mata kuliah Kewiraan berganti nama
menjadi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan mengemban misi pendidikan pendahuluan bela negara sebagaimana
kelanjutan dan misi pendidikan Kewiraan. Di samping itu juga mengemban misi sebagai
pendidikan kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang membekali mahasiswa dengan
pemahaman tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Kiranya itulah yang
melatarbelakangi perubahan nama pendidikan Kewiraan menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan bersama dengan Pendidikan Pancasila
dan Agama termasuk kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) sebagai
kurikulum inti yang sifatnya yang wajib diberikan pada mahasiswa.
Bab 2 => Identitas Dan Integrasi Nasional
alam menjalani kehidupannya, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia
sebagai individu akan senantiasa membutuhkan individu lain dan selanjutnya hidup secara
berkelompok. Aristoteles, seorang filosof Yunani mengatakan manusia adalah zoon politicon,
yang artinya manusia adalah makhluk yang berkelompok. Kelompok persekutuan hidup manusia
dimulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga. Selain identitas, bangsa yang telah hidup
bernegara memerlukan integrasi guna menjamin dan mempertahankan kesatuannya.
Pembelajaran di Bab 2 ini akan mengkaji konsep identitas nasional dan integrasi nasional. Uraian
materi pada bab ini mencakup: Bangsa dan Identitas. Pengembangan Integrasi di Indonesia.
A. Bangsa Dan Identitas
Identitas pada umumnya melekat pada entitas yang sifatnya individual. Misal, manusia
secara pribadi dapat diketahui dari identitas nama, dan Ciri fisik Iainnya. Kata identitas
berasal dari bahasa Inggris identity yang secara harafiah berarti jati diri ciri-ciri, atau
tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu membedakannya
dengan yang Iain.
1. Pengertian Bangsa
Istilah "bangsa" dalam bahasa Inggris disebut "nation". Kata nation berasal dari kata
"natio" (bhs. Latin) yang berarti "lahir". Nation dapat berarti suatu kelahiran, suatu
keturunan, suatu suku bangsa yang memiliki kesamaan keturunan, orangorang yang
sama keturunan. Kata "bangsa" sendiri berasal dari bahasa Sanskerta "wangsa" yang
berarti orang-orang yang satu keturunan atau satu "trah" (bhs. Jawa). Secara
etimologis bangsa berasal dari kata "wangsa" artinya orang-orang yang berasal dari
satu keturunan. Istilah "nation" (bhs Inggris) maupun "wangsa" (bhs. Namun dalam
perkembangan konsep, bangsa sebagai persekutuan hidup manusia yang berasal dari
kesamaan keturunan, tidak memadai. Seturut dengan pengertian di atas, konsep
bangsa memiliki dua (2) pengertian (Badri Yatim, 1999), yaitu bangsa dalam
pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis.
a. Bangsa Arti Sosiologis Antropologis
Bangsa dalam pengertian arti sosiologis antropologis adalah persekutuan
hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota
persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama dan adat
istiadat. Jadi mereka menjadi satu bangsa karena disatukan oleh kesamaan ras,
budaya, keyakinan, bahasa, dan sebagainya. Ikatan demikian disebut ikatan
primordial. Persekutuan hidup masyarakat semacam ini dalam suatu negara
dapat merupakan persekutuan hidup yang mayoritas dan dapat pula
persekutuan hidup minoritas. Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis
ini dapat disejajarkan dengan pendapat Hans Koln sebagai bangsa yang
disatukan oleh faktor objektif. Dalam satu negara dapat terdiri atas beberapa
bangsa. Dapat pula sebuah bangsa tersebar di beberapa negara. Misalnya
bangsa Arab tersebar di berbagai negara di sekitar Timur Tengah. Bangsa
Yahudi terdapat di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
b. Bangsa Arti Politik
Bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang
sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai kekuasaan
tertinggi ke luar dan ke dalam. Mereka diikat oleh kekuasaan politik, yakni
negara. Jadi bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara.
Bangsa dalam arti politik (bangsa yang bernegara) dapat saja terbentuk oleh
faktor-faktor objektif bangsa pembentuknya atau sebuah negara didirikan oleh
dan untuk satu bangsa. Dalam masa sekarang umumnya negara bangsa
terbentuk dari keragaman banyak bangsa di dalamnya. Dengan adanya
perkembangan bangsa dalam arti politik ini, bangsa dalam arti sosiologis
antroplogis sekarang ini lebih dikenal dengan istilah etnic, suku, suku bangsa
atau paruh bangsa. Ini untuk membedakan dengan istilah bangsa yang sudah
beralih dalam arti politis. Namun kita masih mendengar istilah bangsa dalam
arti sosiologis antropologis untuk menunjuk pada persekutuan hidup tersebut.
Misal bangsa Moro, bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan bangsa Tamil. Bangsa
Indonesia (dalam arti politis) memiliki banyak bangsa (dalam arti sosiologis
antropologis) seperti suku bangsa Batak, Minagkabau, Jawa, Betawi, Madura,
Dayak, Asmat, Dani, dan lain-lain. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
heterogen, karena ada banyak bangsa didalamnya.
2. Cultural Unity dan Political Unity
Bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama
dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai kekuasaan tertinggi ke luar
dan ke dalam. Mereka diikat oleh kekuasaan politik, yakni negara. Jadi bangsa dalam
arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara. Bangsa dalam arti politik (bangsa
yang bernegara) dapat saja terbentuk oleh faktor-faktor objektif bangsa
pembentuknya atau sebuah negara didirikan oleh dan untuk satu bangsa. Dalam masa
sekarang umumnya negara bangsa terbentuk dari keragaman banyak bangsa di
dalamnya. Dengan adanya perkembangan bangsa dalam arti politik ini, bangsa dalam
arti sosiologis antroplogis sekarang ini lebih dikenal dengan istilah etnic, suku, suku
bangsa atau paruh bangsa. Ini untuk membedakan dengan istilah bangsa yang sudah
beralih dalam arti politis. Namun kita masih mendengar istilah bangsa dalam arti
sosiologis antropologis untuk menunjuk pada persekutuan hidup tersebut. Misal
bangsa Moro, bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan bangsa Tamil. Bangsa Indonesia
(dalam arti politis) memiliki banyak bangsa (dalam arti sosiologis antropologis)
seperti suku bangsa Batak, Minagkabau, Jawa, Betawi, Madura, Dayak, Asmat, Dani,
dan lain-lain. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang heterogen, karena ada banyak
bangsa didalamnya.
3. Proses Pembentukan Bangsa-Negara
Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa—negara yaitu model
ortodoks dan model mutakhir. (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, model ortodoks
bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itu
membentuk satu negara tersendiri. Contoh bangsa Yahudi berupaya mendirikan
negara Israel untuk satu bangsa Yahudi. Setelah bangsa-negara ini terbentuk maka
rezim politik (penguasa) dirumuskan berdasar konstitusi negara yang selanjutnya
dikembangkan partisipasi warga negara dalam kehidupan politik bangsa-negara yang
bersangkutan.
4. Identitas Kultural dan Identitas Nasional
a. Identitas Cultural Unity atau Identitas Kesukubangsaan
Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa
dalam arti sosiologis antropoligis. Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan
dalam hal ras, suku, agama, adat, dan budaya, keturunan (darah) dan daerah asal
(homeland). Unsur-unsur ini menjadi identitas kelompok bangsa yang
bersangkutan sehingga bisa dibedakan dengan bangsa lain. Identitas cultural unity
dapat disebut identitas kesukubangsaan. Identitas ini, misalnya berwujud pada
bahasa ibu, pakaian daerah, nama diri, falsafah hidup, dan tradisi. Identitas yang
dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih bersifat askriptif (sudah ada sejak
Iahir), bersifat alamiah (bawaan), primer dan etnik. Loyalitas pada primordialnya
pada umumnya kuat dan langgeng (bertahan lama). Orang-orang yang bersatu
dalam kesatuan primordial memiliki ikatan emosional yang kuat serta melahirkan
solidaritas erat. Solidaritas mereka akan semakin kuat manakala berhadapan
dengan kelompok primordial lainnya.
b. Identitas Political Unity atau Identitas Kebangsaan
Political unity merujukpada bangsa dalam pengertian politik yaitu bangsa—
negara. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk
bernegara. Negara yang terbentuk berasal dari satu bangsa dengan identitas
primordial yang sama. Atau dapat dikatakan negara terbentuk dari faktor-faktor
objektifbangsa Namun dewasa ini negara yang relatif homogen yang hanya terdiri
satu bangsa tidak banyak terjadi. Identitas-identitas kebangsaan merupakan
bentukan dan kesepakatan dari banyak bangsa didalamnya. Kesediaan dan
loyalitas warga bangsa untuk mendukung identitas nasional itu perlu ditanamkan,
dibangun, dan dikembangkan secara terus-menerus. Di negara yang heterogen
atau negara yang proses pembentukannya model mutakhir sesungguhnya warga
bangsa di negara itu memiliki loyalitas ganda. Di satu sisi ia memliki loyalitas
kesukubangsaan, di sisi lain dituntut untuk memiliki loyalitas pada identitas
nasionalnya.
B. Identitas Nasional Indonesia
1. Faktor Pembentukan Identitas Bersama
a. Primordial d. Bhinneka Tunggal Ika g. Kelembagaan
b. Sakral e. Sejarah
c. Tokoh f. Perkembangan Ekonomi
2. Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas yang sifatnya nasional. Pada
uraian sebelumnya identitas nasional bersifat buatan, dan sekunder. Bersifat buatan
oleh karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa
sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder oleh karena
kemunculan identitas nasional lahirnya kemudian bila dibandingkan dengan identitas
kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Jauh
sebelum mereka memiliki identitas nasional itu, warga bangsa telah memiliki
identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan. Proses pembentukan identitas
nasional umumnya membutuhkan waktu dan perjuangan panjang di antara warga
bangsa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan identitas nasional adalah hasil
kesepakatan masyarakat bangsa itu. Kemungkinan dapat terjadi sekelompok warga
bangsa tidak setuju dengan identitas nasional yang hendak diajukan oleh kelompok
bangsa lainnya.
3. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Perlu dibahas Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
identitas memiliki keunikan bila dibanding dengan sejumlah identitas lainnya.
Pancasila bukan sekadar identitas dalam wujud lambang yang bersifat fisik, namun ia
lebih pada identitas bangsa dalam wujud psikis, yakni yang mencerminkan watak dan
perilaku manusia Indonesia. Bahwa identitas sebagai penanda bukan hanya bersifat
fisik, melainkan juga meliputi nilai-nilai dan konsepsi. Pancasila adalah penanda bagi
Indonesia yang bersifat nonfisik. Apabila identitas dapat disejajarkan dengan istilah
jatidiri, maka pemikiran bahwa Pancasila sebagai jatidiri bangsa Indonesia diakui
oleh banyak ahli. Sastrapetedja (2007) menyatakan bahwa Pancasila dapat menjadi
dasar dalam membangun identitas nasional. Kaelan (2002) menyatakan jatidiri bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar
bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak,
corak, dan ciri masyarakat Indonesia. Para the Founding Fathers kita pada waktu
merancang berdirinya negara Republik Indonesia membahas mengenai dasar negara
yang akan didirikan. Pernyataan demikian sejalan dengan konsep identitas nasional
sebagai manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai
aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas (Koento Wibisono,
2007). Menurut Hardono Hadi ( 1994), Pancasila sebagai pernyataan jatidiri bangsa
mencakup tiga aspek, yakni Pancasila sebagai kepribadian bangsa, Pancasila sebagai
identitas bangsa, dan sebagai keunikan bangsa Indonesia. dalam keterpisahan tetapi
terjadi dalam pergaulan. Secara singkat dikatakan Pancasila sebagai pernyataan
jatidiri, di satu fihak mempunyai dasarnya pada fakta empiris, di lain pihak Pancasila
bisa memberi orientasi ke arah cita-cita bangsa yang memang masih harus digulati
terus-menerus.
C. Negara Kebangsaan Indonesia
1. Hakikat Negara Kebangsaan Indonesia
Negara kita adalah negara Republik Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945 disingkat negara RI
Proldamasi. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa negara Indonesia yang didirikan ini tidak bisa
lepas dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Dengan momen Proklamasi
17 Agustus 1945 itulah bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada
dunia luar mengenai adanya negara baru yaitu Indonesia. Hakikat dari negara Indonesia adalah negara
kebangsaan (nation state). Negara-bangsa (nation state) adalah fenomena baru mengenai tipe negara
yang mulai bermunculan pada akhir abad ke-20 terlebih pada pasca perang dunia II. Negara bangsa
dapat dilawankan dengan tipe negara etnik, negara kota, empirium, kekaisaran, dan kekalifahan.
Negara-bangsa adalah format modern kebangsaan dimana otoritas negara secara otomatis meliputi dan
mengatur secara keseluruhan bangsa-bangsa (suku bangsa) tersebut yang ada dalam wilayah
teritorialnya. Negara-bangsa menyatukan wilayah wilayah yang berbeda beserta masyarakatnya
kedalam satu wilayah pemerintahan baru. Mereka membentuk kesatuan politik baru dan juga kesatuan
bangsa yang baru. Negara bangsa (nation-state) dibangun, dilandasi dan diikat oleh semangat
kebangsaan atau disebut nasionalisme. Nasionalisme diartikan sebagai tekad dari orang-orang yang ada
diwilayah itu (masyarakat bangsa) untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang
sama walaupun warga masyarakat itu berbeda dalam ras, etnik, agama ataupun budaya bahkan dalam
sejarah sekalipun.
2. Proses Terjadinya Negara Indonesia
UUD NRI 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian yaitu bagian pembukaan dan
bagian pasal-pasal. Hal ini didasarkan atas Pasal II Aturan Tambahan Naskah UUD NRI
1945 Perubahan Keempat yang menyatakan "Dengan ditetapkannya perubahan Undang-
Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri
atas Pembukaan dan Pasal-pasal". Bagian pembukaan pada umumnya berisi pernyataan
luhur dan cita-cita dari bangsa yang bersangkutan. Namun tidak semua konstitusi negara
memiliki bagian pembukaan ini. Konstitusi Malaysia, Singapura dan Australia tidak
memiliki bagian pembukaan. Contoh konstitusi negara yang memiliki bagian pembukaan
adalahJepang, India dan Amerika Serikat. pembukaan UUD NRI 1945 merupakan bagian
yang penting daripada konstitusi negara Indonesia. Pembukaan UUD NRI 1945 berisi 4
alinea sebagai pernyataan luhur bangsa Indonesia. Selain berisi pernyataan kemerdekaan
maka ia juga berisi cita-cita dan keinginan bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu
mencapai masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
D. Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD NRI 1945, sebagai berikut.
1. Bentuk negara adalah kesatuan.
Indonesia menetapkan bentuk susunan negara adalah kesatuan bukan ser• atau federal.
Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat ( 1) UUD NRI 1945 yang menyatakan
"Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik". Secara teori, ada
dua klasifikasi bentuk negara yaitu bentuk negara serikat atau federal dan bentuk negara
kesatuan. Negara federal adalah negara yang bersusunan jamak. Negara federal adalah
negara yang di dalamnya masih terdapat negara yang disebut negara bagian. Jadi terdapat
dua susunan negara yaitu negara serikat dan negara bagian. Terdapat dua pemerintahan
yaitu pemerintah federal dan pemerintah negara bagian. Kekuasaan dalam negara federal
ada dua yaitu kekuasan pemerintahan federal dan kekuasaan pemerintah negara bagian.
Keduanya adalah sederajat satu sama lain. Negara kesatuan adalah negara yang
bersusunan tunggal. Suatu bentuk negara yang tidak terdiri atas negara-negara bagian
atau negara yang di dalamnya tidak terdapat daerah yang bersifat negara.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik.
Indonesia menetapkan bentuk pemerintahan adalah republik bukan monarki atau
kerajaan. Dasar penetapan ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 yang
menyatakan "Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik".
Berdasar pasal tersebut dapat diketahui bahwa kesatuan adalah bentuk negara sedang
republik adalah bentuk pemerintahan.
3. Sistem pemerintahan adalah presidensiil.
Berdasarkan pada ketentuan—ketentuan dalam UUD NRI 1945, Indonesia menganut
sistem pemerintahan presidensiil. Secara teoritik sistem pemerintahan dibagi dalam dua
klasifikasi besar yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan
presidensiil. Klasifikasi sistem pemerintahan parlementer dan presidensiil didasarkan
pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sistem pemerintahan disebut
parlementer apabila badan eksekutif sebagai pelaksana kekuasaan eksekutifmendapat
pengawasan langsung dari badan legislatif. Sistem pemerintahan disebut presidensiil
apabila badan eksekutifberada di luar pengawasan langsung badan legislatif.
4. Sistem politik adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.
Sistem politik yang dianut negara Indonesia adalah sistem politik demokrasi. Hal ini
secara jelas dinyatakan dalam Pasa] 1 ayat (2) UUD NRI 1945 bahwa "Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar". Hakekat
demokrasi itu sendiri adalah kekuasaan dalam negara berada di tangan rakyat. Secara
teoritik, Idasifikasi sistem politik di era modern ini terbagi dua yaitu sistem politik
demokrasi dan sistem politik otoritarian. Samuel Huntington dalam buku Gelombang
Demokratisasi Ketiga (2001) membuat pembedaan antara sistem politik demokrasi dan
sistem politik nondemokrasi.
Bab 4 => Kewajiban Dan Hak Warga Negara
Yang tampak adalah unsur-unsur negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah.
Rakyat yang tinggal di wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan.
Kedudukannya sebagai warga negara menciptakan hubungan berupa status (identitas),
partisipasi, nilai bersama dan mempuyai hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik
(resiprokalitas).Pemahaman yang baik mengenai hubungan antara warga negara dengan
negara sangat penting untuk mengembangkan hubungan yang harmonis, konstruktif,
produktif dan demokratis.Hubungan itu berupa hak dan kewajiban.Pada akhirnya pola
hubungan yang baik antara warga negara dengan negara dapat mendukung kelangsungan
hidup bernegara yang bersangkutan.Tujuan pembelajaran bab ini adalah agar mahasiswa
mampu menerapkan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara dalam tatanan
kehidupan demokrasi Indonesia yang bersumbu pada kedaulatan rakyat dan musyawarah
untuk mufakat.
Lebuh jauh mengenai hal tersebut, bahasan dalam bab ini, meliputi :
A. Hakikat Warga Negara dan Kewarganegaraan
B. Kedudukan Warga Negara dalam Negara
C. Kewarganegaraan Indonesia
D. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
E. Hak Asasi Manusia di Indonesia
A. Hakikat Warga Negara Dan Kewarganegaraan’
1. Warga Negara
Pada awalnya subject adalah nonwarga kota yang terdiri atas wanita anak-anak,
budak, dan penduduk asing, Berdasar uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa
citizen adalah warga dari suatu komunitas yang dilekati dengan sejumlah
keistimewaan, memiliki kedudukan yang sederajat, memiliki loyalitas, berpartisipasi,
dan mendapat perlindungan dari komunitasnya. Namun demikian dalam
perkembangan sekarang, negara merupakan komunitas politik yang dianggap paling
absah maka citizen merujuk pada warga dari sebuah negara atau disingkat warga
negara. Istilah warga negara (bhs Indonesia) telah menjadi konsep yang lazim sebagai
terjemahan dari kata citizen. Pada masa lalu dipakai istilah kawula atau kaula negara
(misalnya zaman Hindia Belanda) yang menunjukkan hubungan yang tidak sederajat
dengan negara. Sekarang ini pula istilah warga negara_menggantikan kaula negara
lazim digunakan untuk menunjukkan hubungan yang sederajat antara warga dengan
negaranya. Orang yang berada di suatu wilayah negara dapat dibedakan menjadi
penduduk dan non-penduduk. Sedangkan penduduk negara dapat dibedakan menjadi
warga negara dan orang asing atau bukan warga negara .
2. Kewarganegaraan
Berdasar pendapat-pendapat di atas, kewarganegaraan menunjuk pada bentuk
hubungan antara warga dengan komunitasnya sendiri, dalam hal ini negara, yang
melahirkan berbagai akibat antara lain; a.Seperti telah dikemukakan di atas,
kewarganegaraan memunculkan sejumlah karakteristik, atribut atau elemen yakni
adanya identitas, hak, kewajiban, partisipasi dan penerimaan terhadap nilai bersama
(Cogan & Derricot, 1998).Kewarganegaraan bisa dipahami dalam tiga status:
pertama, status legal yakni memiliki hak dan perlindungan dari negara, kedua status
sebagai agen politikal yang melahirkan aneka partisipasi dalam berbagai pranata
politik dan tiga, status keanggotaan itu sendiri yang menghadirkan identitas
(Kalidjernih, 2010).Dari sudut kewarganegaraan sosiologis, seseorang dapat
dipandang negara sebagai warga negaranya sebab ikatan emosional, tingkah laku dan
penghayatan hidup yang dilakukan menunjukkan bahwa orang tersebut sudah
seharusnya menjadi anggota negara itu.Jadi dari sisi kewarganegaraan sosiologis ada
hal yang belum terpenuhi yaitu persyaratan yuridis yang merupakan ikatan formal
orang tersebut dengan negara.Kewarganegaraan dalam akibat dari status
kewarganegaraan yaitu adanya hak dan kewajiban serta partisipasi warga negara.
B. Kedudukan Warga Negara Dalam Negara
Warga negaralah sebagai pendukung negara dan memiliki arti penting bagi negara. Sebagai
anggota dari negara, maka warga negara memiliki hubungan atau ikatan dengan negara.
Dengan diistilahkan sebagai warga negara maka ia memiliki hubungan timbal balik yang
sederajat dengan negaranya (hubungan resiprokalitas). Orang-orang yang tinggal di wilayah
negara tetapi bukan warga negara dari negara itu tidak memiliki hubungan timbal balik
dengan negara tersebut.
1. Penentuan Warga Negara
Misal, Indonesia bebas menentukan siapa yang akan menjadi warga negara, tapi
Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa semua orang yang ada di kutub selatan
adalah juga warga negaranya. Suatu negara tidak boleh menentukan kewarganegaraan
berdasarkan unsurunsur primordial yang dirasakan bertentangan dengan prinsip-prinsip
hukum umum (general principles) tadi. Misal, Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa
yang dapat menjadi warga negara Indonesia adalah orang yang beragama Islam atau
orang dari suku Jawa saja.
a. Asas lus Soli
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana
orang tersebut dilahirkan.
b.Asas Lus Sangunis
Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak
terpecah sebagai inti dari masyarakat.Contoh munculnya apatride: Seorang bayi lahir di negara A
yang menganut asas ius sanguinis.
Bayi tersebut adalah anak dari pasangan suami istri yang berkewarganegaraan B di mana B
menganut asas ius solli.Contoh munculnya bipatride: Seorang bayi lahir di negara C yang
menganut asas ius Soli.Bayi tersebut adalah anak dari pasangan suami istri yang
berkewarganegaraan D di mana D menganut asas lus Sanguinis.
la dapat dianggap sebagai orang asing yang hak dan kewajibannya terbatas disbanding warga
negara atau penduduk.Orang dapat memanfaatkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara di
dua negara yang berbeda.
2. Warga Negara Indonesia
Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Ketentuan
tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD NRI 1945 sebagai berikut.
(l) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undangundang.
Berdasar hal di atas, kita mengetahui bahwa orang yang dapat menjadi warga negara
Indonesia adalah;
a. orang-orang bangsa Indonesia asli;
b. orang-orang bangsa lain yang disyahkan dengan undang-undang menjadi warga negara.
Berdasar pada pasai 26 ayat (2) UUD NRI 1945 bahwa penduduk negara Indonesia terdiri
atas dua yaitu warga negara dan orang asing. Ketentuan merupakan hal baru dan sebagai
hasil amandemen atas UUD NRI 1945, sebelumnya penduduk Indonesia berdasar Indishe
Staatregeling 1927 Pasai 163 penduduk dibagi 3 yaitu;
a. Golongan Eropa, terdiri atas
1) Bangsa Belanda
2) Bukan bangsa Belanda tetapi dari Eropa
3) Orang bangsa lain yang hukum keluarganya sama dengan golongan Eropa
b. Golongan Timur Asing, terdiri atas
1) Golongan Tionghoa
2) Golongan Timur Asing bukan Cina
c. Golongan Bumiputra atau Pribumi, terbagi;
I) orang Indonesia asli dan keturunannya
2) orang lain yang menyesuaikan diri dengan pertama
3. Ketentuan Undang-Undang Mengenai Warga Negara Indonesia
a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
b. Undang-Undang No. 6 Tahun 1947 tentang Perubahan atas UndangUndang No. 3
Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
c. Undang-Undang No. 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk
Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia.
d. Undang-Undang No. 11 Tahun 1948 tentang tentang Memperpanjang Waktu
Lagi untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara
Indonesia.
e. Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia.
f.Undang-Undang No. 3 Tahun 1976 tentang Perubahan atas Pasal 18
UndangUndang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
g. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia.
C. Kewarganegaraan Indonesia
Beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tersebut,
sebagai berikut:
a. Tentang siapa yang menjadi warga negara Indonesia, dinyatakan bahwa
warga negara Indonesia adalah:
1) setiap orang Yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/ atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara Iain sebelum undang-undang
ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia.
2) anak yang lahir dari perkawinan Yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia
3) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing;
b.Tentang pewarganegaraan
Tentang cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia, menurut UndangUndang No. 12 Tahun
2006, antara Iain.
l) Melalui permohonan yaitu tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan
republik Indonesia.
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan Oleh pemohon jika memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
d. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
2.) Melalui pernyataan. Yaitu warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara
Indonesia dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan
pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat berwenang
3.) Melalui pemberian kewarganegaraan
Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan
kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden.
4.) Melalui pernyataan untuk memilih kewarganegaraan
Ketentuan ini berlaku bagi anak yang memenuhi kreteria dibawah ini dan anaktersebut
sudahberumur 18 tahun atau telah kawin
c. Tentang kehilangan kewarganegaraan, dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik
Indonesia hilang karena:
l) memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
2) tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
3) dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang
bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun, bertempat tinggal di luar negeri, dan
dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan;
D. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara
Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa peran
(role), hak dan kewajiban.Peran negatif merupakan aktivitas warga negara untuk
menolak campur tangan negara dalam persoalan pribadi warga.Di Indonesia, bentuk
hubungan antara warga negara dengan negara secara legal telah diatur dalam UUD
NRI 1945.Hubungan antara warga negara dengan negara Indonesia tersebut
digambarkan dengan baik dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban.Ketentuan
selanjutnya mengenai hak dan kewajiban warga negara di berbagai bidang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang dasar.Namun
disamping pengaturan tentang hak dan kewajiban warga negara, sebuah
undangundang kadang pula memuat bentuk-bentuk partisipasi warga negara di bidang
yang sesuai dengan isi undang-undang tersebut.
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34
UUD NRI 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain:
1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak tercantum dalam Pasal 27 ayat (2)
UUD NRI 1945 yaitu:
"Tiap-tiap warga negara berhak ataspekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan." Pasal ini menunjukkan asas keadilan sosial dan kerakyatan.
2) Hak membela negara, tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) UUD NRI 1945 yang
berbunyi "setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara'.
3) Hak berpendapat, tercantum dalam Pasal 28 UUD NRI 1945, yaitu Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA,
ORANG TUA, MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH
Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban Warga Negara
pasal S
(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.
(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/ atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus.
(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil
berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.
(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang
hayat.
Pasal 6
(I) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar.
(2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Orang Tua
Pasal 7
(1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh
informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
(2) Orangtua darianakusiawajib belajar, berkewajibanmemberikanpendidikan dasar kepada
anaknya.
Berdasar pada pengertian hak asasi manusia, maka ciri pokok dari hakikat asasi manusia
adalah (Tim ICCE UIN, 2003) sebagai berikut.
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi manusia
adalah bagian dari manusia secara otomatis.
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal usul,
ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia
meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi bahkan melanggar hak
asasi manusia.
Hak asasi manusia meliputi berbagai bidang;
a. Hak asasi pribadi (personal rights), misal hak kemerdekaan, hak menyatakan
pendapat, hak memeluk agama.
b. Hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warganegara.
Misalnya memilih dan dipilih, hak berserikat, hak berkumpul.
c. Hak asasi ekonomi (property rights), misal hak memiliki sesuatu, hak mengadakan
perjanjian, hak bekerja, hak mendapat hidup layak.
d. Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and cultural rights), misal mendapatkan
pendidikan, hak mendapat santunan, hak pensiun, hak mengembangkan kebudayaan,
hak berekspresi.
e. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights
oflegal equality).
f. Hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara peradilan dan perlindungan
(prosedural rights).
Berdasarkan sejarah perkembangannya, ada 3 (tiga) generasi hak asasi manusia' yaitu sebagai
berikut.
1. Generasi pertama adalah Hak Sipil dan Politik yang bermula di dunia Barat (Eropa),
contohnya; hak atas hidup, hak atas kebebasan dan keamanan, hak atas kesamaan di muka
peradilan, hak kebebasan berpikir dan berpendapat' hak beragama, hak berkumpul dan hak
untuk berserikat.
2.Generasi kedua adalah Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang diperjuangkan oleh negara
Sosialis di Eropa Timur, misalnya; hak atas pekerjaan, hak atas penghasilan yang layak, hak
membentuk serikat pekerja, hak atas pangam kesehatan, hak atas perumahan, pendidikan dan
hak atas j aminan sosial.
3. Generasi ketiga adalah Hak Perdamaian dan Pembangunan yang diperjuangkan oleh
negara-negara berkembang (Asia-Afrika), misalkan; hak bebas dari ancaman musuh, hak
setiap bangsa untuk merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain dan hak mendapatkan
kedamaian.