Anda di halaman 1dari 2

Di hening senja, peluk kasih ibu,

Sejuk pelukannya, lembut dan kian dalam.


Seperti angin berbisik di malam gelap,
Unsur fisiknya, hangat nan penuh asa.

Wajahnya terukir jejak waktu,


Tanda-tanda cinta, kerutan yang lembut.
Matanya, sejuta bintang bertaburan,
Mengajarkan arti kasih, tak terkira harganya.

Batinnya, taman rahasia nan damai,


Dipenuhi doa, setiap detik dan waktu.
Ia bagai pohon yang rindang berdaun,
Memberi perlindungan, tumbuhkan harapan.

Peluklah, kasih ibu, tanpa batas dan syarat,


Seindah pesona matahari terbit di ufuk.
Ia bagai sungai yang mengalir ke lautan,
Tak pernah berhenti, terus mengalir dalam relung hati.

Terima kasih, ibu, buat cinta yang abadi,


Puisi ini lahir, terinspirasi olehmu.
Tak ada sumber yang kutulis, namun dari hati,
Kasih sayangmu, puisi terindah yang abadi

- NADYAH INDAH XI-F1


Dalam malam Minggu di bawah langit kelabu,
Di pekarangan serapi lapangan golf yang sunyi.
Abang dan perempuan, persahabatan berdua,
Di bawah bintang, cerita cinta mereka terurai.

Rumput tertatap, pesan terkirim lewat gemulai,


Bunga persahabatan yang unik dan penuh pengorbanan.
Bunda menangisi malam Minggu yang dalam hati,
Cinta tak masuk akal, keputusan sulit terlahir dari sana.

Air mata, keringat, dan dedikasi untuknya,


Abang, sang pendengar, di dunia yang tak terpahami.
Rutinitas dan kehidupan yang tak masuk akal,
Di pekarangan rumput, persahabatan terhenti di sana.

- NADYAH INDAH XIF1

Anda mungkin juga menyukai