Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER

Take Home Exam


diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester pada mata kuliah
Landasan Pedagogik
Dosen pengampu:
Prof. Dr. Cece Rakhmat, M.Pd

oleh,

Riyan Ilham Yustika Religian


1706450

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
UJIAN AKHIR SEMESTER
LANDASAN PEDAGOGIK
Dosen : Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd

1. Jelaskan apakah Landasan Pedagogik sebagai suatu ilmu pengetahuan!


Jawab:

Menurut Asley Montagu dalam Rasydin dan Robandi (2010, hlm 49)
memaparkan bahwa ilmu pengetahuan adalah “seperangkat pengetahuan yang
disusun secara sistematis, yang berasal dari observasi (pengamatan), studi dan
pengalaman untuk menentukan hakekat atau prinsip-prinsip tentang hal atau apa yang
sedang dipelajari”. Hal sependapat dikemukakan oleh Rusuli dan Daud, (2015, hlm. 13)
bahwa ilmu pengetahuan merupak suatu fakta yang bersifat empiris atau gagasan
rasional yang dibangun oleh individu melalui percobaan dan pengalaman yang teruji
kebenarannya. Awwatimena (2008, hlm. 108-110) membedakan ilmu pengetahuan
yaitu ilmu pengetahuan murni (pure sciences), menekankan pada pengetahuan
kognitif sedangkan ilmu pengetahuan terapan (applied science) menekankan kepada
aplikasi pengetahuan.

Pedagogik merupakan sebuah ilmu pendidikan secara teoritis dan praktis


(Rasydin, 2007, hlm. 3). Menurut Hoogveld (Belanda) menjelaskan bahwa
pedagogik adalah “ilmu yang mempelajari masalah membingbing anak kearah tujuan
tertentu agar ia kelak mampu mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Sependapat
dengan hal tersebut, Istilah paedagogiek mempunyai artinya ilmu pendidikan.
Pedagogik lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan.
Suatu pemikiran dalam membimbing dan mendidik anak (Purwanto, 2004, hlm. 3).
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa landasan pedagogik merupakan
suatu ilmu pengetahuan, karena pedagogik termasuk kepada ilmu yang mengkaji
tentang pendidikan secara teoritis dan praktis dalam hal mendidik anak. Dengan
demikian landasan pedagogik merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan
pendidik dalam kegiatan pendidikan.
Sumber:
Rasydin, W. (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imtima.

Rusuli, Izzatur dan Daud, Zaikul, F.M. (2015). Ilmu Pengetahuan dari John Locke ke
Al-Attas. Jurnal Pencerahan, 9(1), pp. 12-22.

Awwatimena, R. A. (2008). Filsafat dan Sains: Sebuah penghantar. Jakarta:


Grasindo.

Rasydin, W. dan Robandi, B. (2010). Landasan Pendidikan.


Purwanto, Ngalim M. (2004). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

2. Jelaskan pentingnya Pedagogik kegiatan pendidikan?


Jawab:
Paedagogiek artinya pendidikan, sedangkan paedagogie berarti ilmu
pendidikan (Purwanto, 2004, hlm. 3). Menurut Rasydin dan Robandi (2010, hlm. 60)
mengemukakan, bahwa Langeveld membedakan istilah “pedagogik” dan
“pedagogi”. Pedagogik diartikan sebagai ilmu mendidik, yang menitik beratkan pada
pemaknaan dan pemikiran tentang pendidikan. Sedangkan, istilah pedagogi berarti
pendidikan, yang menekankan praktek dalam kegiatan mendidik dan membimbing
anak. Sehubungan dengan hal tersebut Rakhmat (2015, hlm. 5) memaparkan, bahwa
psikologi pedagogik merupakan studi ilmiah yang mempelajari tingkah laku yang
dilakukan guru dalam mendidik siswa.
Kegiatan pendidikan berarti proses berlangsungnya pembelajaran yang
melibatkan guru dengan siswa. Rakhmat (2015, hlm. 24) mengemukakan, bahwa
pendidikan tanpa pendidik tidak akan pernah ada, dan setiap orang dewasa adalah
pendidik bagi peserta didik. Mendidik adalah sebuah upaya sistematik dari seorang
pendidik kepada setiap peserta didik. Seorang pendidik dalam proses pendidikan
meliputi mengajar, melatih dan membimbing. Pendidik dalam melaksanakan
prosesnya harus memberikan teladan yang dapat menimbulkan dampak psikologis
bagi peserta didik.
Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan, bahwa landasan
pedagogik memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan, karena dalam
kegiatan pendidikan melibatkan pendidik dan anak didik, sehingga dalam kegiatan
mendidik anak didik, landasan pedagogik memiliki peranan utama dalam mencapai
tujuan pembelajaran dan pendidikan.
Sumber:

Purwanto, Ngalim M. (2004). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, C. (2015). Psikologi Pedagogik di Sekolah Dasar. Bandung: Pelangi Press.
Rasydin, W. dan Robandi, B. (2010). Landasan Pendidikan.

3. Bagaimana sosok Guru yang Profesional itu?


Jawab:
Guru profesional merupakan jabatan atau profesi yang menguasai
pendidikan, pengajaran, serta ilmu pengetahuan melalui proses pembinaan
pendidikan atau pendidikan prajabatan (Usman, 2010: 5). Agus F. Tamyong dalam
buku Usman (2010, hlm 15) mengemukakan, bahwa guru profesional merupakan
seseorang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang
besar dalam bidang pendidikan. Yang dimaksud terdidik dan terlatih yakni,
menguasai berbagai strategi atau teknik dalam kegiatan belajar mengajar serta
menguasai landasan pendidikan yang tercantum dalam kompetensi guru. Menurut
Rakhmat (2015, hlm. 24-27) memaparkan, bahwa seorang guru yang berhasil dan
dibanggakan harus memiliki serta menguasai Competences (kompetensi) dan
Characters (karakter). Selanjutnya dalam bukunya Rakhmat mendefinisikan
kompetensi yang harus dikuasai guru yakni, pertama kompetensi pedagogik, yaitu
kemampuan guru dalam mengelola peserta didik, dengan demikian kompetensi
pedagogik merupakan suatu profesi guru yang dimiliki guru sehingga membedakan
dengan profesi lainnya. Kedua kompetensi kepribadian yaitu kemampuan personal
yang harus dikuasai guru dengan cara mencerminkan prilaku baik, bijaksana, dan
bersikap dewasa. Ketiga kompetensi professional yaitu, kemampuan yang harus
dimiliki guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas. Ketiga kompetensi
sosial yaitu kompetensi yang harus dikuasai seorang guru untuk melakukan interaksi
serta komunikasi dengan sesam pendidik, masyarakat dan siswa.
Sumber:

Rakhmat, C. (2015). Psikologi Pedagogik di Sekolah Dasar. Bandung: Pelangi


Press.
Usman, M. Uzur. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
4. Seharusnya bagaimana keterlibatan orang tua dalam kegiatan pendidikan
Jawab:

Keluarga atau orang tua merupakan lembaga pendidikan utama yang


membentuk sifat dan kepribadian anak sehingga memiliki peranan terpenting dalam
kehidupan anak sebelum masuk sekolah (Ahmadi dan uhbiyati, 2003: 176-178).
Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Rakhmat (2015, hlm. 15) mengungkapkan,
bahwa peranan orang tua dalam kegiatan pendidikan adalah memberikan perhatian
kepada anak dan tidak menunjukan masalah dalam keluarga yang dapat menurunkan
motivasi belajar anak, sehingga mempengaruhi terhadap kondisi sosial anak
disekolah.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan orang tua
dalam kegiatan pendidikan dapat menentukan keberhasilan anak dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Tugas orang tua sebagai pendorong motivasi anak dalam
belajar serta memperhatikan tingkah dan prilaku anak sehingga adanya kerjasama
antara orang tua dan lembaga pendidikan demi tercapainya tujuan pembelajaran dan
pendidikan.
Sumber:
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. (2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rakhmat, C. (2015). Psikologi Pedagogik di Sekolah Dasar. Bandung: Pelangi Press.

5. Apakah hubungan antara Landasan Pedagogik dengan Filsafat Pendidikan?


Jawab:
Filsafat pendidikan merupakan pengetahuan atau teori pendidikan yang
dihasilkan dengan pendekatan filosofi. Menurut Henderson (1995) filsafat
pendidikan adalah filsafat yang diterapkan atau diaplikasikan untuk menelaah dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan (Sadulloh, 2017, hlm.8). Selanjutnya
Sadulloh mengemukakan bahwa filsafat pendidikan berusaha memahami pendidikan
dalam keseluruhan dan menafsirkannya dengan konsep-konsep umum untuk
membimbing dalam memilih tujuan dan kebijakan pendidikan. Sependapat dengan
hal tersebut Rasydin (2007, hlm. 3) memaparkan, bahwa pedagogik termasuk disiplin
ilmu teoritis dan praktis, sedangkan filsafat pendidikan digolongkan kedalam disiplin
ilmu teoritis yang mengkaji pada landasan konseptual dan teoritik secara universal,
serta berbagai teori yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan dengan menyelidiki,
menata secara sistematis akan fungsi dan tugas ilmu pendidikan serta teori
pendidikan secara khusus kajian pendidikan teoritis.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan, pertama hubungan
landasan pedagogik dengan filsafat pendidikan adalah keduanya merupakan disiplin
ilmu yang mengkaji tentang pendidikan. Kedua bahwa fisafat pendidikan merupakan
kerangka teori atau konsep dalam memecahkan masalah pendidikan dan pedagogik
berperan penting dalam proses pendidikan berlangsung. Ketiga, bahwa dalam
lembaga pendidikan terdapat interaksi yang melibatkan pendidik dan anak didik,
sehingga dalam kegiatan pendidikan berlangsung seorang pendidik harus memiliki
teori (filsafat pendidikan) dan ilmu tentang mendidik anak (pedagogik), sehingga
hubungan antara pedagogik dan filsafat pendidikan dua hal yang tidak dipisahkan.
Sumber:
Sadulloh, U. (2017). Filsafat ilmu pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rasydin, W. (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imtima.

6. Analisis kelebihan dan kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik


(KTSP) dengan Kurikulum 2013!
Jawab:
Perubahan kurikulum pendidikan Indonesia dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum 2013, perubahan tersebut terjadi pada aspek
standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, standar penilaian. Adanya
perubahan itu sendiri mengundang banyak pertanyaan, antara lain mengapa harus
berubah, apakah perubahan terjadi secara keseluruhan atau hanya bagian-bagian
tertentu dan seterusnya dan implikasinya bagi guru dalam pelaksanaan dan
perencanaanya di lapangan (Herman 2015).
Hasil analisis berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari kurikulum 2013
dan KTSP sebagai berikut:
Kelebihan KTSP :
 Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
 Mendorong guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.
 KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi kebutuhan siswa..
 KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20%.
 KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
Kekurangan KTSP :
 Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan
satuan pendidikan yang ada.
 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendikung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP.
 Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik
konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya di lapangan.
 Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya kekurangan jam pelajaran guru.
Kelebihan Kurikulum 2013 :
 Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau
kota. Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk
memaksimalkan potensi mereka.
 Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang pendidikan
anak usia dini.
 Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya
melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan
kecakapan profesionalisme secara terus menerus.

Kekurangan Kurikulum 2013 :


 Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional
(UN) masih diberlakukan.
 Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu
pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.
Sumber:

Zaini, Herman. (2015). Karakteristik Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan (KTSP). Jurnal IDAROH, 1(1), pp. 15-31

7. Coba Bandingkan praktek Pendidikan di Jepang dengan di Indonesia!


Jawab:
Perbandingan pendidikan di Jepang dan di Indonesia menurut Tukiyo (2012):

No. Unsur/Komponen
yang dicermati Sisdiknas di Jepang Sisdiknas di Indonesia

1. Wajib Belajar 1. Wajib belajar 9 1. Wajib Belajar 9 tahun (SD dan


tahun (SD dan SMP) SMP)
2. Ciri-ciri: 2. Ciri-ciri:
a. Adanya unsur a. Tidak bersifat paksaan
paksaan agar melainkan persuasive,
peserta didik b. Tidak ada sanksi hokum,
bersekolah, sekedar sanksi moral,
b. Diatur dengan c. Tidak diatur dalam undang-
undang-undang undang tersendiri,
tentang wajib d. Keberhasilan diukur denan
belajar, angka partisifasi dalam
c. Ada sansi bagi pendidikan. Karena hanya
orang tau yang berupa imbauan, pemerintah
membiarkan dan masyarakat tampaknya
anaknya tidak “kurang serius”dalam
sekolah, menangani pendidikan.
d. Tolak ukur
keberhasilan
Wajar adalah
tidak adanya
orang tua yang
terkena sanksi
karena tela
mendorong
anaknya
bersekolah
3. Pengembangan 1. Lebih menekankan 1. Bertumpa pada mata pelajaran,
kurikulum Sekolah pendidikan bukan pada sistem pendidikan.
disekolah, bukan
kepada perubahan
mata pelajaran atau
metode mengajar.

3. Mata Pelajaran di SD 1. Huruf Jepang Banyak mata pelajaran


(menulis dan
membaca)
2. Matematika
3. Olahraga
4. Budi pekerti.

4. Jam Pelajaran di SD, 1. JP SD: 45 menit 1. JP SD kelas rendah: 30 menit


SMP dan SMA 2. JP. SMP dan SMA: 2. JP SD kelas tinggi:35 menit
50 menit. 3. JP SMP dan SMA/SMK : 45 menit
dangan banyak pelajaran.

Berdasarkan pernyataan pada table diatas, bahwa perbandingan praktek


pendidikan di Jepang dan di Indonesia terletak pada kebijakan pemerintahan dan
kurikulum dalam melaksanakan praktek pendidikan yang berlangsung disekolah.
Akan tetapi setiap Negara, baik Jepang dan Indonesia memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing dalam lembaga pendidikan.

Sumber:

Tukiyo. (2012). Sistem Pendidikan dan Pendidikan Karakter di Jepang Serta


Perbandingannya dengan di Indonesia. Jurnal Universitas Widya Dharma Klaten. pp.
215-230.

Anda mungkin juga menyukai