Anda di halaman 1dari 11

Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364

E-ISSN: 2622-9005
APLIKASI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PADA PENGEMBANGAN TEORI MENGAJAR

Loeziana Uce
Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry

A. PENDAHULUAN
Membicarakan masalah mengajar, kita tidak terlepas dari faktor-faktor yang terkait
dalam aktifitas belajar. Keterkaitan aktifitas belajar dan mengajar yang kini dikenal dengan
istilah pembelajaran kenyataannya cukup kuat.Oleh karenanya kajian ini juga akan mengupas
variabel-variabel yang terkait dengannya. Dalam pengembangan pembelajaran yang di dalamnya
tercakup kegiatan mengajar dan peserta didik yang belajar, diperlukan suatu kiat psikologis
untuk lebih menjurus pada efektifitas pencapaian tujuan belajar., beberapa variable yang
merupakan kesatuan dalam menunjang hal tersebut diantaranya adalah usaha memotivasi, usaha
memberikan informasi dan usaha memberi keteladanan bagi peserta didik.Melihat pada
perkembangan pendidikan yang tidak terlepas dari peran psikologi, maka kajian ini mencoba
mengupas bagaimana aplikasi psikologi pendidikan pada pengembangan teori / ilmu mengajar
yang didalamnya juga terkait dengan aktifitas belajar.

B. PEMBAHASAN
1. Peran Psikologi Pendidikan dalam Pengembangan Teori Mengajar
Seperti layaknya psikologi yang mungkin diaplikasikan pada berbagai bidang dengan
tujuan membantu dan memudahkan pekerjaan manusia, maka psikologi pendidikan juga dapat
diaplikasikan dalam membantu dan memudahkan pekerjaan manusia dalam transfering atau
transmitting ilmu pengetahuan yang berujung perubahan pada tampak ilmu, tingkah laku serta
ketrampilan yang dimiliki.
Dilihat dari segi peran, psikologi pendidikan dipandang begitu penting dalam tataran
mengajar dan penciptaan suasana pembelajaran.Oleh karenanya dibutuh strategi-strategi dalam
memotivasi siswa, strategi mengatur kelas dan pembiasaan kedisiplinan terhadap siswa (Sri Erti
Juwandono, 30: 2006).
Di dalam psikologi pendidikan ada materi yang memuat tentang segala aspek yang
berhubungan dengan kejiwaan dan pola pikir seorang anak. Dengan adanya psikologi pendidikan
guru lebih memahami bagaimana caranya mempengaruhi anak didik dalam mendidik sesuai
Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 11
Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018
Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364
E-ISSN: 2622-9005
dengan usia mereka, memahami cara-cara khusus dalam melakukan pendekatan dengan mereka.
Terkait dalam hal ini akan lebih terlihat paedagogik seorang pendidik yang menerapkan atau
tidaknya psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran. Pada setiap pendidikan memiliki
metode-metode khusus dalam pengajaran.Dengan adanya psikologi pendidikan hal ini paling
tidak dapat menjembatani dan juga menjadi nilai tambah pada metode pengajaran pada pendidik
(Ridwan Sanjaya, 2008: 36).
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bangalore Kuppuswamy, dalam bukunya yang
berjudul Advanced Educational Psychology, bahwa tujuan dari psikologi pendidikan adalah
prinsip-prinsip psikologis terapan untuk kepentingan pengajaran dan pembelajaran yang lebih
baik. Prinsip-prinsip ini diambil dari berbagai bidang psikologi, terutama dari bidang
pembelajaran, anak dan perkembangan remaja, perbedaan individu, psikologi sosial dan
kesehatan mental. Namun tujuan lain dari psikologi pendidikan adalah untuk melaporkan
berbagai penelitian yang dilakukan di bidang pendidikan. Studi ini telah membantu kita untuk
menentukan tujuan pendidikan dan merencanakan konten-kurikulum tujuan tersebut dapat
dicapai. The aim of educational psychology is apply psychological principles in the interest of
better teaching and better learning. These principles are drawn from various fields of
psychology, particularly from the fields of learning, child and adolescent development,
individual differences, social psychology and mental health. Yet another aim of educational
psychology is to report the various studies undertaken in the field of education. These studies
have helped us to define educational objectives and to plan curriculum-content so that these
objectives can be attained (Bangalore Kuppus wamy: 1964: 4).
Dalam tataran personalia yang berkonsentrasi pada psikologi pendidikan disebut psikolog
pendidikan.Psikolog pendidikan memiliki pengetahuan khusus tentang perkembangan emosi dan
kognitif anak.Mereka bekerja dalam lingkup pendidikan yang menilai aspek kognitif, emosi dan
prilaku masing-masing anak, serta memberi masukan kepada guru dan orang tua atau pengasuh
tentang strategi penanganan untuk memperkecil kesulitan tertentu (misalnya masalah perilaku).
(Chris Brooker, 2009: 545). Dengan demikian psikologi pendidikan, memberikan peluang-
peluang dalam mencari strategi-strategi dalam penanganan pembelajaran agar seseorang peserta
didik menjadi lebih mudah dalam memahami dan mengimplementasikan konsep-konsep ilmu
yang telah diperolehnya.

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 12


Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018
Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364
E-ISSN: 2622-9005
2. Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam pengembangan ilmu mengajar.
Mempelajari hubungan psikologi pendidikan dan sistem pembelajaran dapat dilihat dari
segi peran psikologi pendidikan dalam pembelajaran itu sendiri. Misalnya ketika seorang guru
hendak mengajar dengan kondisi sarana yang memadai, model pembelajaran apa yang mesti
dilakukan agar tercapai tujuan pembelajaran melalui indikator-indikator yang diinginkan.
Pembelajaran itu sendiri bermakna suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Tim Pengembang Pendidikan UPI, 2009:
137).
Ada beberapa kontribusi psikologi pendidikan terhadap pengembangan teori
pembelajaran yang dapat dilihat minimal pada aspek berikut ini:
a. Pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan;
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Donald bahwa teori adalah sekumpulan konsep
dan pernyataan sistematis yang diakuui untuk menjelaskan peristiwa atau perilaku sekumpulan
konsep dan pernyataan sistematis yang diakuui untuk menjelaskan peristiwa atau perilaku.A
theory is a systematic collection of concepts and statements purporting to explain events or
behavior. (Donald J. Shoemaker, 2009: 8)
Pendapat tersebut mendapat dukungan dari Alpha yang mengatakan bahwa teori adalah
suatu gejala alami yang merupakan pemindahan dari dunia nyata.Teori merupakan alat untuk
memisahkan beberapa faktor paling penting dan melihat hubungan di antaranya, sehingga kita
dapat mempelajari masalah utama tersebut terlepas dari masalah rumit yang timbul dalam dunia
nyata (Alpha Chiang, 2005: 3).
Kegunaan mempelajari teori dapat disebutkan antara lain; 1) Menemukan dan
mempelajari teori, 2) Dari mempempelajari teori diperoleh prinsip, dalil, hukum, dan 3) Prinsip,
dalil, dan hukum diterapkan ke dalam praktek untuk memecahkan/ menghadapi masalah (agar
lebih efektif dan efisien).
Dari hasil praktek, bisa diperoleh/dibangun juga prinsip, dalil, hukum (teori) baru yang
bisa digunakan untuk mengadapi masalah-masalah berikutnya.Dengan memahami psikologi
pendidikan memungkinkan dilakukannya penelitian terhadap keberhasilan suatu teori. Misalnya
teori Bandura.Teori belajar sosial Bandura mendukung bagaimana pembelajaran sosial dapat
membantu orang tua dalam menggunakan keterampilan orangtua untuk memulihkan perilaku

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 13


Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018
Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364
E-ISSN: 2622-9005
yang tidak patut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Taylor dalam tulisannya yang berjudul
Practical Application of Classroom Management Theories Into Strategies . Menurutnya Teori
belajar sosial menyiratkan bahwa anak-anak belajar dari instruksi dan disiplin langsung dari
pengalaman berinteraksi dengan orang tua, guru dan agen sosialisasi lainnya. Orang tua harus
memberikan instruksi kepada anak-anak mereka, membangun rutinitas, dan berfungsi sebagai
model peran sampai anak-anak mereka telah mengembangkan perilaku yang dapat diterima.
Bandura's social learning theory advocates how social learning may aid parents in using
parental skills to remediate inappropriate behaviors. Social learning theory implies that children
learn from instruction and discipline they directly experience at the hands of their parents,
teachers and other socializing agents. Parents must give instruction to their children, establish
routines, and serve as role models until their children have developed acceptable behaviors
(George R. Taylor, 2004: 30).
Selain itu, Roger, seperti yang diungkap oleh Nurusalam dalam sebuah tulisannya
menekankan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau kecakapan manusia
berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka
lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (2010: 17).
Pengembangan teori mengajar pada dasarnya dilakukan seirama dengan pengembangan
teori belajar. Secara umum, Teori belajar dibagi menjadi empat golongan, yaitu teori
belajarkeperilakuan (behaviorism), teori belajar kognitivisme, teori belajar humanisme, dan
teori belajar sibernetika. Sebagaimana yang telah dibahas dalam kajian tentang teori belajar
pada pertemuan terdahulu, Teori perilaku ( Behaviorisme ) merupakan salah aliran psikologi
yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.teori ini menekankan pada
hasil proses belajar. Sedangkan Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan
proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati,
melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai dengan demikian teori kognitif
menekankan pada proses belajar. Teori humanisme menekankan pada isi atau apa yang
dipelajari sekaligus menyatakan bahwa pembelajaran manusia bergantung kepada emosi dan
perasaan masing-masing.

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 14


Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018
Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364
E-ISSN: 2622-9005
Sedangkan teori sibernetika menekankan pada sistem informasi yang dipelajari.Menurut
Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics, teori sibernetik belajar adalah
pengolahan informasi. Teori ini seolah-olah sama dengan teori kognitif yang mementingkan
proses dari pada hasil belajar. Proses belajar memang pnting dalam teori sibernetik, namun yang
lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain
dari teori sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala
situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang
siswa dengan satu macam proses belajar dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari
siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
b. Pemilihan model-model pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran juga terkait dengan seni mengajar (art of teaching).Seni
mengajar adalah bagaimana upaya seorang guru untuk menjadikan pelajaran senang untuk
dinikmati.Sehingga timbulnya kecintaan dalam belajar.Begitu juga sebaliknya guru semakin
memperoleh punca atau akar dari menjadikan pelajaran itu menyenangkan.Oleh karenanya
diperlukan inovasi terhadap model-model pembelajaran yang dapat dijadikan seni.
Berkaitan dengan hal tersebut, David dalam sebuah karyanya yang berjudul learning
theories mengatakan bahwa peristiwa instruksional (kognitivisme) merupakan aspek penting dari
kondisiteori belajar Roberts Gagne.Teori ini menggambarkan hirarki dari berbagai jenis
pembelajaran, yang membutuhkan strategi dan desain pengajaran yang berbeda berdasarkan hasil
pembelajaran yang spesifik. Instructional events (cognitivism) are an important aspects of
Roberts Gagne’s conditions of learning theory. This theory describes a hierarchy of different
types of learning, which require different instructional strategies instructional designs based
upon specific learning outcomes (David C. Leonard, 2002: 95).
Menurut Teori Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi delapan titik belajar yaitu:
belajar isyarat , stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan
konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah biasanya ada
5 langkah yang harus dilakukan.Yaitu :
1. Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
2. Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional.
3. Menyusun hipotesis hipotesis alternattif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik.
4. Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 15


Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018
Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364
E-ISSN: 2622-9005
5. Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.

Kesemua teori tersebut tidak saja membantu dalam proses belajar tetapi juga berguna
dalam proses mengajar karena banyak mengandung saran tentang bagaimana guru dapat
membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan atau keterampilan yang diajarkan.
Sebagai aplikasi psikologi diperlukan pengembangan dan ujicoba lapangan pembelajaran
inovatif melalui penelitian sehingga dapat menjadi suatu yang strategi. Penelitian dalam ranah
ini pada dasarnya menerapkan teori, prinsip, pendekatan baru dalam mengajar, atau penggunaan
tekhnologi yang propektif untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran, khususnya yang
menyangkut materi pembelajaran yang sesuai. Dalam penelitian pada konteks ini dikembangkan
suatu program pembelajaran dengan menerapkan teori, prinsip, pendekatan, tekhnik yang
dirujuk, misalnya konstruktivisme, pedagogi materi subjek, CTL (Contextual teaching learning),
SETS (Science, environtment, technology dan juga multimedia dan lain-lain) kemudian
mengimplementasikannya dalam kelas oleh pendidik atau peneliti (Tim Pengembangan
Pendidikan UPI, 2009: 329).
Dewasa ini banyak model pembelajaran yang ditawarkan untuk diterapkan dalam
pembelajaran seperti jigsaw, cooperative learning dan lain sebagainya. Peran guru bagaimana
mengaplikasikan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter suatu topic
pembelajaran.Sehingga menimbulkan daya tarik dan minat siswa untuk mendalami suatu topic
pembelajaran.
Dalam perjalanan pendidikan para guru serius dan mempunyai intensitas keinginan yang
kuat dalam memajukan pembelajaran dan juga terus berupaya memunculkan berbagai model
pembelajaran.
c. Pemilihan media dan alat bantu pembelajaran;
Peningkatan cara belajar manusia di kelas memerlukan pendekatan fungsional dan
realistis untuk memfasilitasi pembelajaran melalui demonstrasi kesamaan antara berbagai teori
belajar. Improving Human Learning in the Classroom provides a functional and realistic
approach to facilitate learning through a demonstration of commonalities between the various
theories of learning (George R. Taylor dan Loretta MacKenney, 2008: 26).
Media dapat membantu para guru dalam menyalurkan pesan.Semakin baik medianya,
makin kecil distorsi/ganguannya dan makin baik pesan itu diterima mahasiswa atau siswa. Media

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 16


Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018
Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364
E-ISSN: 2622-9005
dapat digunakan dalam pembelajaran dengan dua cara, yaitu sebagai alat bantu dan atau yang
digunakan sendiri oleh mahasiswa (Chomsin S. Widodo, 2008: 39).
Pemilihan media atau alat bantu pembelajaran perlu dipertimbangkan seorang pendidik,
apakah media itu mempercepat dan membantu pemahaman. Ada praktik dalam penggunaan
media, sehingga jika tidak jelas, maka siswa akan terbelenggu dalam ketidak jelasan
menggunakan alat bantu. Atau sebaliknya kemampuan guru yang tidak metodoligis dalam
penyampaian informasi.Maka arah psikologi menjadi penting dalam kaitan ini.Sejauh mana
ketertarikan yang berkesan antara konsep pengatahuan dan media yang digunakan.

d. Penentuan alokasi waktu pembelajaran.


Waktu dialokasikan sesuai dengan keluasan materi pokok pembelajaran dan jenis
kegiatan belajar yang diplih. Dalam praktiknya, penentuan waktu harus memperhatikan jumlah
waktu efektif dalam rentang waktu pembelajaran tertentu (Heribertus Joko Warwanto, 2009: 59).
Suatu topic pembelajaran, perlu dianalisis akan kebutuhan waktunya. Apakah dengan
media, keluasan materi memungkin dicapai dalam waktu tertentu.Sering guru tertahan pada
memberikan materi secara penuh sementara tingkat berkesan siswa terhadap topic itu rendah.
Tentunya merupakan target guru juga agar topic-topik sebagai direncanakan tersampaikan
seluruhnya, dengan harapan kompetensi yang dicapai juga terpenuhi.

3. Strategi Pengembangan Ilmu Pembelajaran


Menurut Lindgren, ahli-ahli psikologi yang berorientasi klinis maupun eksperimmental
memberikan dukungan terhadap pemahaman tentang perilaku, tetapi informasi-informasi dan
konsep-konsep sepenuhnya meminjam dari ilmuwan-ilmuwan keperilakuan. Mereka adalah
pekerja kesehatan mental, para ahli psikologi sosial, para hali sosilogi dan ahli-ahli pendidikan.
Sementara itu, guru merupakan sumber data yang penting, karena mereka menyediakan hipotesis
dan metode-metode yang akan diuji melalui penelitian-penelitian dan temuan-temuan pengujian
psikologis di dalam situasi kelas. Sebaliknya, para ahli psikologi pendidikan membantu guru
mengembangkan sikap terhadap pekerjaannya di dalam kelas dengan orientasi yang lebih ilmiah.
(2009: 127).
Dalam pengembangan Ilmu Pembelajaran ada beberapa prosedur yang harus
diikuti.Prosedur itu terkait dengan langkah-langkah baik dalam konsep ilmiah maupun dalam

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 17


Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018
Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364
E-ISSN: 2622-9005
tataran praktis. Berhubungan dengan konsep-konsep ilmiah, di sana ada ilmuwan dan tekhnolog
yang berperan, sementara untuk tataran praktis ada tekhnisi pendidikan yang berperan.
Pembedaan tiga nomen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, ilmuwan pendidikan (memvalidisi teori); kedua, tekhnolog pendidikan
(mengembangkan prosedur) dan ketiga, tekhnisi pendidikan (pembuat produk). Melalui
pembuatan produk perlu diekspose dan didesiminasi melalui best practice dalam pembelajaran di
sekolah.
Menurut Meril bahwa pengetahuan seseorang meliputi 4 tipe yaitu a) fakta, b) konsep, c)
prosedur dan d) prinsip. Fakta adalah asosiasi antra objek, peristiwa atau symbol yang ada atau
mungkin ada di dalam lingkungan riil atau imajinasi. Konsep adalah sekelompok objek,
peristiwa atau symbol yang memiliki karakteristik umum yang sama dan diidentifikasi dengan
nama yang sama. Prinsip adalah hubungan sebab akibat antara konsep-konsep.Prosedur adalah
langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan, memecahkan masalah tertentu atau membuat
sesuatu (2010: 9).
Pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki metode pembelajaran? Saat ini,
diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis metode yang dapat membuat belajar menjadi lebih
mudah, dan lebih menyenangkan bagi siswa; metode yang lebih efektif, efisien, dan memiliki
daya tarik tinggi. Metode pembelajaran yang diacu di sini bisa strategi pengorganisasian
pembelajaran, mikro dan makro; strategi penyampaian pembelajaran; dan strategi pengelolaan
pembelajaran. Yang ketiganya akan menjadi penentu kualitas pembelajaran di bawah kondisi
yang ada: karakteristik tujuan, karakteristik isi, kendala, dan karakteristik siswa.
Asumsi yang paling dasar, yang harus diletakkan pertama kali, dalam kajian mengenai
landasan pengetahuan untuk memperbaiki metode pembelajaran adalah bahwa komponen
strategi pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil
pembelajaran. Ini tidak berarti bahwa semua komponen strategi memiliki pengaruh yang berbeda
dan konsisten terhadap hasil pembelajaran.Yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi dan
mendefinisikan secara jelas komponen strategi mana yang memiliki pengaruh yang konsisten
pada hasil pembelajaran, dan mana yang tidak.Komponen strategi yang tidak memiliki pengaruh
yang konsisten tidak bermanfaat untuk mempreskripsikan landasan pengetahuan yang
diinginkan.

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 18


Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018
Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364
E-ISSN: 2622-9005
Jadi dasar pengetahun psikologi utamanya perlu dipahami oleh seorang pendidik atau
perancang ilmu-ilmu mengajar dalam produktifitasnya.Oleh itu karena perlu diusahakan
penelitian-penelitian tindakan kelas atau refleksi-refleksi pembelajaran yang tertulis dan
terdokumentasikan.Usaha itu perlu ditingkatkan melalui lesson study dengan konsep yang sangat
sederhana, hanya mengamati best-practice pembelajaran seseorang guru.

4. Peran Psikologi dalam Pengembangan Teori mengajar; Suatu Analisis


Para guru, dosen, instruktur dan pengembangan kurikulum perlu memahami keunikan
dan dinamika perkembangan individu siswa.Ada beberapa konsep psikologi yang sering menjadi
landasan didalam pendidikan dan pengembangan kurikulum, diantaranya Behaviorisme.
Psikologi kognitif dan Naturalisme Romantik (Tim Pengembangan Pendidikan UPI, 2009: 104).
Masing-masing teori mempunyai karakteristik tersendiri. Teori akan mempengaruhi metode
pembelaran dan atau model-model pembelajaran yang akan berkembang, dari satu model
kemudian dikembangkan menjadi model lainnya.
Metode dan tekhnik pengajaran akan dipengaruhi paling tidak oleh dua hal mendasar,
yaitu teori-teori belajar yang berasal dari disiplin psikologi dan kedua teori tentang hakikat
disiplin ilmu bersangkutan yang erat kaitannya dengan perkembangan ilmu (Jusuf A Faisal,
1995: 138).
Konsep mengajar dapat dipandang dari tiga dimensi, yaitu 1.konsep mengajar sebagai
mitos (teaching as myths); 2.Konsep mengajar sebagai sistem/subssstem (teaching as
system/subsystem), dan 3. Konsep mengajar sebagai substansi keilmuan (Teaching as science)
(2009: 58).
Teori itu sangat berpengaruh dalam pengembangan strategi dan metode belajar mengajar
di sekolah.Dari teori ini berkembang startegi belajar-mengajar seperti yang disebut “cara belajar
siswa aktif” yang lebih menekankan pengembangan efektif dari pada kognitif. Teori-teori dan
gagasan pendidikan yang datang dari luar, praktek pendidikan di Indonesia dewasa ini juga
banyak menggunakan gagasan-gagasan yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh pendidik
Indonesia sendiri. Banyak dari gagasan-gagasan itu yang telah menampung gagasan yang datang
dari luar, baik ditampung secara sadar ataupun tidak sadar (2009: 327).
Paparan di atas memberi kesan kepada kita bahwa sangatlah stratgis jika para guru dalam
pembelajaran, bekerja sama dengan praktisi lainnya untuk mendesain berbagai ragam dan pola

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 19


Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018
Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364
E-ISSN: 2622-9005
pembelajaran untuk menimbulkan semangat peserta didik untuk belajar, mendapatkan
pengetahuan dan menghasilkan prilaku insan berilmu dalam masyarakat

C. PENUTUP
Aplikasi psikologi pendidikan dalam ilmu mengajar terlihat dalam pelbagai terapan
pembelajaran antara lain pada teori belajar yang dipilih, model-model pembelajaran, alokasi
waktu dan sarana yang digunakan. Tentu aplikasi pada lapangan tersebut bukanlah sesuatu yang
final, tetapi masih memungkinkan muncul pada sendi-sendi lain dari upaya mengajar berkesan.
Tindakan-tindakan penelitian merupakan sisi lain dari pengembangan ilmu mengajar.
Untuk itu pendokumentasian dalam mengaplikasikan metode mengajar, prestasi mengajar
ataupun hasil supervisi para pengawas juga merupakan sumbangan berarti dalam pengembangan
ilmu mengajar.

D. Referensi
Alpha Chiang, Dasar-dasar Matematika Ekonomi, edisi 4, jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2005)
Bangalore Kuppuswamy, Advanced Educational Psychology, (New Delhi: Sterling, 1964)
Chomsin S. Widodo, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2008)
Chris Brooker, Ensiklopedia Keperwaratan, (diterjemahkan oleh Andri Hartono dkk), (Jakarta:
EGC, 2009
David C. Leonard, Learning Theories, A to Z, (USA: Greenwood, 2002 )
Donald J. Shoemaker, Theories of Delinquency: An Examination of Explanations of Delinquent
Behavior: An Examination of Explanations of Delinquent Behavior, (USA: Oxford
University Press, 2009)
Eamon O'Doherty, Education in a Changing Environment: Conference Book, Volume 4,
(California: Informing Science, 2008)
Esah Sulaiman, Pengenalan Pedagogi, (Johor: UTM, 2004)
George R. Taylor, Loretta MacKenney, Improving Human Learning in the Classroom: Theories
and Teaching Practices, (UK: Rowman, 2008)
George R. Taylor, Practical Application of Classroom Management Theories Into Strategies,
(Boulevard: UPA, 2004)

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 20


Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018
Loeziana Uce P-ISSN: 2337-7364
E-ISSN: 2622-9005
Jusuf A Faisal, Reorietasi pendidikan Islam, (Bandung: Gema Insani, 1995)
Kuppusmawy B, Advance Educational Psychology, (New Delhi: Sterling, 1991)
Nursalam, Pendidikan Dalam Keperawatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2010)
Ridwan Sanjaya, Meningkatkan Finasial Dosen, guru dan Mahasiswa, (Jakarta: AMK, 2008)
Roy Killen, Effective Teaching Strategies: Lessons from Research and Practice, (Victoria:
Thomson Social Science Press, 2007)
Shai Ben-David, Computational Learning Theory: Third European Conference, EuroCOLT '97,
Jerusalem, Israel, March 17 - 19, 1997, Proceedings, Volume 3, (Berlin: Springer, 1997)
Sri Erti Juwandono, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Grasindo, 2006)
Tim Pengembangan Pendidikan UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bag. 1: Ilmu Pendidikan
Teoritis, (Bandung: Grasindo, 2009)

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 21


Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 5, No. 2, Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai