Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan,
menjelaskan, dan memprediksikan fenomena. Ada dua macam teori, yaitu teori intuitif dan
teori ilmiah. Teori intuitif adalah teori yang dibangun berdasarkan pengalaman praktis.
Sedangkan, teori ilmiah (teori formal) adalah teori yang dibangun berdasarkan hasil-hasil
penelitian. Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik (guru), mereka harus memiliki
dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang
ada, kurikulum yang selama ini diajarkan disekolah menengah kurang mampu
mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian, kurangnya pemahaman
akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengetasi masalah-masalah sosial dan budya
serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.
Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran
tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas,
serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesional para guru.
Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir, menurut Bruner, pembahasan teori
pembelajaran dari segi psikologis dan dari desain kurikulum sangatlah terbatas. Teori
pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis. Sebagai
contoh, pada saat membahas teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya
terhadap soaial dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika
berada dimasyarakat. Teori pembelajaran sebelumnya tidak menyentuh aspek sosial dari
murid. Hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki
tanggung jawab moral.
Salah satu teori belajar dan pembelajaran yaitu teori belajar behavioristik adalah
sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang dicetuskan
oleh Gagne dan Berliner. Teori behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret atau diperoleh melalui
pengalaman. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan
perilaku reaktif (response) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain
adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab
belajar. Sedangkan, response adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap
stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R
(stimulus-respons).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Beberapa Pakar?
2. Bagaimana Latar Belakang Munculnya Teori Belajar dan Pembelajaran?
3. Apa Saja Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui latar belakang munculnya teori belajar dan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui teori-teroi yang ada dalam belajr dan pembelajran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Munurut Beberapa Pakar
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:17) mendefenisikan kata “belajara” berasal dari
kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau ditutur,
sedangkan “pembelajaran” berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar.
Menurut Kimble dan Garmenzy (dalam Pranggiwidagda, 2002:20), pembelajaran
adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang
–ulang.
Selain itu, Rombepajung (1988:25) juga berpendapat bahwa pembelajaran adalah
pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui pelajaran,
pengalaman, atau pengajaran.
Selain pengertian belajar dan pembelajaran yang dikemukakan di atas, berikut ini
adalah pengertian belajar menurut beberapa pakar dari Barat.
1. Gagne
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sehingga perbuatannya berubah dari waktu ke waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi
(Purwanto, 2002:84).
2. Morgan
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Purwanto, 2002:84).
3. Travers
Belajar adalah proses menhgasilkan penyesuaian tingkah laku (Suprijono, 2009:2)
4. Harold Spears
“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen,
to follow direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.” (Supriajono, 2009:2).
5. Cronbach
“ Learning is shown by a change in behavior as result of experience (belajar
adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).” (Suprijiono, 2009:2).

3
B. Latar Belakang Munculnya Teori Belajar dan Pembelajaran
Sebelum meninjau lebih jauh teori belajar, kita pahami dahulu pengertian teori. Teori
adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan, menjelaskan, dan
memprediksikan fenomena. Ada dua macam teori, yaitu teori intuitif dan teori ilmiah. Teori
intuitif adalah teori yang dibangun berdasarkan pengalaman praktis. Sedangkan, teori ilmiah
(teori formal) adalah teori yang dibangun berdasarkan hasil-hasil penelitian.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik (guru), mereka harus memiliki
dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang
ada, kurikulum yang selama ini diajarkan disekolah menengah kurang mampu
mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian, kurangnya pemahaman
akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengetasi masalah-masalah sosial dan budaya
serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.
Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran
tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas,
serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesional para guru.
Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir, menurut Bruner, pembahasan teori
pembelajaran dari segi psikologis dan dari desain kurikulum sangatlah terbatas. Teori
pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis. Sebagai
contoh, pada saat membahas teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya
terhadap soisal dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika
berada dimasyarakat. Teori pembelajaran sebelumnya tidak menyentuh aspek sosial dari
murid. Hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki
tanggung jawab moral.
Hal pertama yang ditemukan oleh Bruner adalah bahwa teori pemelajaran bersifat
preskriptif, bukan deskriptif. Teori tersebut bukan sebuah deskriptif tentang apa yang terjadi
saat proses belajar berlangsung, melaikan sesuatu yang normatif, yang memberikan sesuatu
yang mengena pada diri sesorang, dan pada akhirnya harus memberikan sesuatu catatan
mengenai diri seseorang tersebut pada saat pendidik/guru memberikan pembelajaran di dalam
kelas.
Namun, faktanya banyak orang yang terlibat di dalam dunia pendidikan berasumsi
bahwa mereka dapat mengandalkan jenis-jenis teori yang lain selain teori pembelajaran.
Sebagai contoh, Brunner menemukan bahwa ketergantungan para pendidik terhadap teori
belajar sangat besar, padahal yang menjadi masalah adalah teori belajar bukan teori
pembelajaran. Teori belajar adalah teori yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi saat
4
proses belajar berlangsung dan kapan prose belajar tersebut berlangsung. Tidak ada batasan
yang jelas, bagaimana seseorang yang mengandalkan teori belajar dapat mengambil intisari
yang tepat yang akan membimbingnya pada saat menyusun kurikulum.
C. Teori-Teori Belajar dan Pembelajarannya
A. Teori Deskriptif dan Teori Preskriptif
Bruner (Thobroni:2017) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah perspektif
dan teori belajar adalah deskriptif. Perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah
menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif
karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh
perhatian pada hubungan antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Sedangkan
teori pembelajaran sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang
mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran
berurusan dengan upaya mengontrol variabel yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar
dapat memudahkan belajar.
Reigeluth (Tobroni:2107) mengemukakan bahwa teori perspektif adalah goal oriented
(untuk mencapai tujuan) sedangkan teori deskriptif adalah goal free (untuk memberikan
hasil). Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk mencapai
tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah
sebabnya, variabel yang diamati dalam mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah
metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori
pembelajaran deskriptif, variabel yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari
interaksi antara metode dan kondisi. Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan
hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa,
sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses
psikologis dalam diri siswa.
Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar Deskriptif Dan Preskriptif
a. Kelebihan dan kekurangan Teori belajar deskriptif
Kelebihan :
 Lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan.
 Mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam
mengerjakan suatu tugas.
Kekurangan : kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu
materi.

5
b. Kelebihan dan kekurangan teori belajar preskriptif
Kelebihan :
 lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas
 Banyak memberi motivasi agar terjadi proses belajar
 Mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal
Kekurangan : Membutuhkan waktu cukup lama
B. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner. Teori behavioristik
menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai
secara konkret atau diperoleh melalui pengalaman. Perubahan terjadi melalui rangsangan
(stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (response) berdasarkan hukum-
hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal
maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan, response adalah akibat atau
dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi,
sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-respons).
Salah satu Teori yang Mendukung Behavioristik yaitu:
1. Ivan Petrovich Pavlov (Classical Conditioning)
Pada awal abad 19 Pavlov mempelajari proses pencernaan pada anjing. Dia
memperhatikan perubahan waktu dan kecepatan pengeluaran air liur pada anjing yang sudah
dioperasi kelenjar air liurnya sehingga ketika mengeluarkan air liur dapat ditampung dan
diobservasi.
Pavlov meneliti apakah bunyi bel sebagai stimulus berkondisi dapat menimbulkan air liur
sebagai respon berkondisi pada anjing, dan hasilnya adalah :
a. Apabila daging disajikan maka anjing mengeluarkan air liur (alami).
b. Apabila bunyi bel disajikan secara bersamaan dengan daging maka air liur tidak
keluar.
c. Apabila perlakuan pada poin b) dilakukan secara berulang-ulang maka air liur
anjing dapat keluar.
d. Apabila bunyi bel diganti dengan bunyi sirine maka anjing tetap mengeluarkan
air liur.
e. Apabila bunyi bel disajikan sacara terus menerus tanpa diikuti oleh daging maka
lama-lama air liur tidak keluar hal ini disebut extinction (kepunahan).

6
f. Apabila stimulus disajikan secara bervariasi yaitu dengan penguatan berupa
lampu merah disertai daging dan lampu hijau tidak disertai daging dan diberikan
secara berulang-ulang maka anjing akan mengeluarkan air liur ketika melihat
lampu merah walaupun tidak disertai daging karena sudah terbentuk respon
berkondis.
Kesimpulan penelitian Pavlov adalah bahwa dalam diri anjing akan terjadi
penglondisian selektif berdasar penguatan selektif artinya anjing dapat membedakan stimulus
yang disertai penguatan dan yang tidak disertai penguatan. Teori Pavlov ini disebut Classical
Conditioning.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
Kelebihan :
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar
2. Teori behavioristik ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
5. Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan
positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang
didasari pada perilaku yang tampak.
6. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinue dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu maka akan
lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang kontinue
tersebut dan lebih optimal.
7. Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian

7
kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu
menghasilkan suatu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
Kekurangan:
1. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap.
2. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
3. Cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif,
tidak produktif, dan mendudukan siswa sebagai individu yang pasif.
4. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif.
5. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik
justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
6. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.
7. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran
juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah guru melatih dan menetukan apa yang harus dipelajari
murid sehingga dapat menekan kreatifitas siswa.
8. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan meghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga
inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer
tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Menurut Suprijono (2009:21) dalam (Thobroni:2017), implikasi prinsip-prinsip
behavioristik pada kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan belajar adalah kegiatan figuratif.
b. Belajar menekankan porelahan informasi dan penambahan informasi.
c. Belajar merupakan proses dialog imperative bukan dialog interaktif.
d. Belajar bukan proses organik dan konstruktif, melainkan proses mekanik
e. Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan.
Hal-hal yag harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri
kuat yang mendasarinya, yaitu sebagai berikut:
8
a. Menigkatkan pengaruh lingkungan .
b. Mementingkan bagian-bagian.
c. Mementingkan peranan reaksi.
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulasi respons.
e. Meningkatkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan.
g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagi konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigm behaviorisme
akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran
yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi
ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikiuti contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Bahan belajar disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya
perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapatkan penghargaan negative. Evaluasi atau penilain didasari atas perilaku yang
tampak.
Metode ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang mmbutuhkan praktik dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan,
refleksdaya tahan dan sebaginya. Contohnya, percakapan bahsa asing, mengetik, menari,
menggunkan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini jga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa; suka
mengulangi dan harus dibiasakan;suka meniru; dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung, seperti diberi permen atau pujian.
C. Teori Kognitif
Teori kognitif dikembangkan olen jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup
tahun 1896-1980. Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar.
Bagi yang menganut aliran kognitivistik belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara
stimulus dan respons. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri seseorang
9
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak hanya
berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalui proses mengalir, bersambung dan
menyeluruh.
Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu.
Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman,
mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai tujuan
tertentu. Para psikolog pendidikan kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi atau pengetahuan yang
baru.
Menurut Piaget (Uno, 2006: 10-11) dalam (Thobroni:2017), salah satu penganut
aliran kognitif yang kuat, proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan yaitu:
1. Asimilasi : proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa.
2. Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
3. Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda
pada tahap satu dengan tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif
seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu
guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta
memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Kelebihan & Kekurangan Teori Kognitif
Kelebihan: menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri serta membantu siswa memahami
bahan belajar secara lebih mudah.
Kekurangan: teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan. Sulit di praktikkan
khususnya di tingkat lanjut. Serta beberapa prinsip seperti intelegensi sulit
dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
Aplikasi Toeri Kognitif dalam Pembelajaran
1. Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah
dalam proses berpikirnya.
2. Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks.
3. Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna.
10
4. Guru memerhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.
Masih dalam sumber yang sama,piaget menjabarkan implikasi teori kognotif pada
pendidikan yaitu sebagai berikut:
1. Memusatkan perhatian kepada cara berpikir Atau proses mental anak,tidak sekadar
pada hasilnya.Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai
pada hasil tersebut.Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan
dengan memerhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap
pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu,barulah
dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar.Dalam kelas,piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan
jadi (Ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Memaklumi adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan.Teori
piaget mengasumsikan bahwa selurub siswa tumbuh dan melewati urutan
perkembangan yang sama,Namun pertumbuhan ini berlangsung pada kecepatan
yang berbeda.Oleh karena itu,guru harus melakukan upaya yang mengatur aktivitas
didalam kelas yang terdiri dari individu-individu kedalam bentuk kelompok-
kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
4. Mengutamakan peran sowa untuk saling berinteraksi.Menurut Piaget,pertukaran
gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran.Walaupun
penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat
disimulasi.
D. Teori Konstruktivistik
Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian
masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma ketimbang menghafal
prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih
dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan
mode-lmodel yang dibangkitkan oleh siswa sendiri.
Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu
(1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa, (2) menyusun
pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama, (3) menghargai pandangan siswa, (4) materi
pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa, (5) menilai pembelajaran secara
11
kontekstual.
Secara tradisional, pembelajaran telah dianggap sebagai bagian “menirukan”suatu proses
yang melibatkan pengulangan siswa, atau meniru-niru informasi yang baru disajikan dalam
laporan atau quis dan tes.
Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih diutamakan untuk :
 membantu siswa dalam menginternalisasi, membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru.
 Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.
 Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada
keterampilan berpikir kritis.
 Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengananalisis,
memprediksi, dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas.
 Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau
strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
 Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan
sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.
 Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya
maupun
dengan siswa yang lain.
 Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut
mereka untuk berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.
 Mengelaborasi respon awal siswa.
 Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan
kontradiksi terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.
 Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan
mengerjakan tugas-tugas. Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui
penggunaan model pembelajaran yang beragam.
E. Teori Humanistik
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Serta teori ini lebih

12
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa
adanya, seperti yang serimg terjadi dalam keseharian. Teori ini bersifat elektik dan teori apa
pun dapat dmanfaatkan asal tujan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi) dapat
tercapai.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka
Salah satu tokoh yang ada dalam teori belajar humanistik secara teoritik adalah
Abraham Maslow. Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada
dua hal :
1) suatu usaha yang positif untuk berkembang;
2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah
berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada
saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hierarki.
Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini
mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia
mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin
berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
Implikasi Teori Belajar Humanistik
1) Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
guidenes(petunjuk):

13
a) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
b) Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.
2) Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai
kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna
tadi.
3) Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
4) Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
5) Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima
baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
6) Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
7) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
8) Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
9) Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Aplikasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru

14
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan
pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang
umumnya dilalui adalah :
a. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
b. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,
jujur dan positif.
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri.
d. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri.
e. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku
yang ditunjukkan.
f. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas
segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma ,
disiplin atau etika yang berlaku.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik


a. Kelebihan

15
1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
2. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri.
3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang
lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
b. Kekurangan
1. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses
belajar.
2. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam
proses belajar.
F. Teori Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan
dengan teori-teori yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut teori ini, belajar adalah
pengolahan informasi. Proses belajar memang penting dalam teori ini, namun yang lebih
penting adalah system informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain
adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang
cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Implementasi teori sibernetik dalam pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa tokoh
dengan beberapa teori, salah satunya yaitu;
Teori belajar menurut Landa
Dalam teori ini Landa membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu:
 Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi
tahap, linier, konvergen, lurus, menuju ke satu target tujuan tertentu.
 Proses berpikir heuristic, yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke
beberapa target tujuan sekaligus.
Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi
pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, sedangkan materi

16
pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi
kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Sibernitik
Kelebihan:
1. Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda-beda
ini sebenarnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses
yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan tertentu.
2. Isi proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan
suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi
umum.
3. Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai
perubahan tingkah laku maupun secara kamampuan pada tanah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Kekurangan:
Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses blajar
sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan
informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan
pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas, terbatas pula kemampuan untuk menrapkan
teori ini.
Aplikasi teori belajar sibernitik dalam kegiatan pemebelajaran sebagaimana yang
dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan dapat diterapkan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran;
2. Menentukan materi pembelajaran;
3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pembelajaran;
4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah
algoritmik atau heuristik);
5. Menyusun materi pembelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem
informasinya;
6. Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pembelajaran.
Sebelumnya banyak orang yang meyakini bahwa pemebelajaran merupakan perubahan
tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulasi dan respons. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu bila ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah lakunya
17
dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang belum mengenal apa dan bagaimana
melkukan sesuatu menjadi mengerti terhadap apa dan bagaimana yang harus diperlakukan
sesuatu tersebut.
Dalam pemahaman ini, yang terpenting adalah input (masukan) berupa stimulus dan
output (keluaran) berupa respons. Selanjutnya dikenal sebagai “teori behavioristik”. Sesuai
namanya yang diambil dari kata behavior yang berarti tingkah laku. Teori ini didasarkan pada
prinsip bahwa pembelajaran seharusnya didesain untuk menghasilkan tingkah laku peserta
didik yang dapat diobservasi.
Dalam perjalannnya, ketika banyak bermunculan kritik terhadap teori behavioristik,
muncul sebuah teori yang bernama “teori kognitif”. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah
ini menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang
meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan, informasi, pemecah masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Teori belajar kognitif
belajar adalah bahwa setiap orang memiliki pengalaman dan pengetahuan pada dirinya.
Piaget sebagai salah satu penganut aliran kognitif menjelaskan bahwa proses belajar
sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
(penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan atau pengintegrasian informasi
baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak peserta didik. Proses akomodasi adlah
penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Sedangkan, proses ekuilibrasi
adalah peneysuaian berkesinambungan antara similasi dan akomodasi. Misalnya, peserta
didik yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan. Seperti yang pernah dikemukan Piaget,
perkembangan intelektual sebagai produk dari adaptasi, “Inteligence is an adaptation . . . life
ia a continous creation of increasingly complex forms and a progressives balance of these
forms with the environment (kecerdasan adalah sebuah adaptasi . . . kehidupan dimaknai
sebagai sebuahpenciptaan yang berkelanjutan dari bentuk-bentuk kompleks yang terus
bertambah dan keseimbangan kemajuan dari bentuk ini dengan lingkungan).”
Dalam teori sibernetik, proses belajar memegang peranan penting, namun yang lebih
penting lagi adalah pengolahan informasi, dengan kata lain dalam memudahkan oenyampaian
materi pembelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Asumsi lain teori sibernetik
adalah bahwa tidak ada satu proses belajar mana pun yang ideal untuk segala situasi dan
cocok untuk semua peserta didik karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi
dan menjadi landasan pengembangan multimedia yang berkembang di dunia pendidikan.
G. Teori Revolusi Sosiokultural

18
Pembahasan pada teori ini diarahkan pada hal-hal seperti teori belajar Piagetin dan
teori belajar Vygotsky. Berikut ini pembahasan tentang kedua teori tersebut.
1. Teori Belajar Piagetin
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses
yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan syaraf. Kegiatan
belajar terjadi seturut dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang.
Perolehan kecakapan intelektual akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan
antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat
suatu fenomena baru sebagai pengalaman dan persoalan. Untuk memperoleh keseimbangan
atau equilibrasi, seseorang harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Proses adaptasi
terdiri dari asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi siswa mengintegrasikan pengetahuan
baru dari luar ke dalam struktur kognitif yang telah ada dalam dirinya.sedangkan melalui
akomodasi siswa memodifikasi struktur kognitif yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan
yang baru.
Teori konflik-sosiokognitif Piaget ini mampu berkembang luas dan merajai bidang
psikologi dan pendidikan. Namun bila dicermati ada beberapa aspek dari teori Piaget yang
dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraproduktif pada kegiatan pembelajaran jika
dilihat dari perspektif revolusi-sosiokultural saat ini. Dilihat dari asal usul pengetahuan,
Piaget cenderung menganut teori psikogenesis. Artinya, pengetahuan berasal dari dalam diri
individu. Dalam proses belajar, siswa berdiri terpisah dan berinteraksi dengan lingkungan
social. Ia mengkonstruksi pengetahuannya lewat tindakan yang dilakukannya terhadap
lingkungan sosial.
Di samping itu, dalam kegiatan belajar Piaget lebih mementingkan interaksi antara siswa
dengan kelompoknya. Perkembangan kognitif akan terjadi dalam interaksi antara siswa
dengan kelompok sebayanya dari pada dengan orang-orang yang lebih dewasa. Pembenaran
terhadap teori ini jika diterapkan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran akan kurang
sesuai dengan perspektif revolusi-sosiokultural yang sedang diupayakan saat ini.
2. Teori Belajar Vygotsky
Pandangan yang mampu mengakomodasi teori revolusi-sosiokultural dalam teori
belajar dan pembelajaran dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Ia mengatakan bahwa jalan
pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk
memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya
dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal usul tindakan sadarnya, dari interaksi social
yang dilatari oleh sejarah hidupnya.
19
Mekanisme teori yang digunakan untuk menspesifikasi hubungan antara pendekatan
sosio-kultural dan pemfungsian mental didasarkan pada tema mediasi semiotik, yang artinya
adalah tanda-tanda atau lambang-lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya
berfungsi sebagai penengah antara rasionalitas dalam pendekatan sosio-kultural dan manusia
sebagai tempat berlangsungnya proses mental.
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang
seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran social bersifat primer, sedangkan
dimensi individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat sekunder.
Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial
di luar dirinya.
H. Teori Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan
sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Seseorang dikatakan cerdas bila ia
dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan
sesuatu yang berharga atau berguna bagi dirinya maupun umat manusia. Howard Gardner
memperkenalkan hasil penelitiannya yang berkaitan dengan teori kecerdasan ganda, yaitu
teorinya tentang menghilangkan anggapan yang ada selama ini tentang kecerdasan manusia.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada satupun kegiatan manusia yang hanya
menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan yang ada. Semua
kecerdasan tersebut bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Komposisi
keterpaduannya tentu saja berbeda-beda pada masing-masing orang. Namun kecerdasan
tersebut dapat diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol
kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah. Berikut ini beberapa kecerdasan
manusia, yaitu:
1) Kecerdasan verbal/Bahasa (verbal linguistic intelligence)
2) Kecerdasan logika/matematik (logical mathematical intelligence)
3) Kecerdasan visual/ruang (visual/spatial intelligence)
4) Kecerdasan tubuh/gerak tubuh (body/kinesthic intelligence)
5) Kecerdasan musical/ritmik (musical/rhythmic intelligence)
6) Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence)
7) Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence)
8) Kecerdasan naturalis (naturalistic intelligence)
9) Kecerdasan spiritual (spiritualist intelligence)
10) Kecerdasan eksistensial (exsistensialist intelligence)
20
Pada dasarnya semua orang memilki semua macam kecerdasan di atas, namun tentu
saja tidak semuanya berkembang atau dikembangkan pada tingkatan yang sama, sehingga
tidak dapat digunakan secara efektif. Pada umumnya satu kecerdasan lebih menonjol/kuat
dari pada yang lain. Tetapi tidak berarti bahwa hal itu bersifat permanen/tetap. Di dalam diri
manusia tersedia kemampuan untuk mengaktifkan semua kecerdasan tersebut.
Para pakar kecerdasan sebelum Gardner cenderung memberikan tekanan tehadap
kecerdasan hanya terbatas pada aspek kognitif, sehingga manusia telah tereduksi menjadi
sekedar komponen kognitif. Gardner melakukan hal yang berbeda, ia memandang manusia
tidak hanya sekedar komponen kognitif namun suatu keseluruhan. Melalui kecerdasan ganda
(multiple intelligence) ia berusaha menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari
sudut pandang kecerdasan. Tidak ada manusia yang sangat cerdas dan tidak cerdas untuk
seluruh aspek yang ada pada dirinya. Yang ada adalah ada manusia yang memilki kecerdasan
tinggi pada salah satu kecerdasan yang dimilikinya.
Strategi pembelajaran kecerdasan ganda betujuan agar semua potensi anak dapat
berkembang. Strategi dasar pembelajarannya dapat dimulai dengan:
1) Membangunkan/memicu kecerdasan (awakening intelligence), yaitu upaya
untuk mengaktifkan indra dan menghidupkan kerja otak.
2) Memperkuat kecerdasan (amplifying intelligence), yaitu dengan cara memberi
latihan dan memperkuat kemampuan membangunkan kecerdasan.
3) Mengajarkan dengan/untuk kecerdasan (teaching for with intelligence), yaitu
upaya-upaya mengembangkan struktur pelajaran yang mengacu pada
penggunaan kecerdasan manusia.
4) Mentransfer kecerdasan (transferring intelligence), yaitu usaha untuk
memanfaatkan berbagai cara yang telah dilatihkan di kelas untuk memahami
realitas di luar kelas atau pada lingkunga nyata.
Sedangkan kegiatan-kegiatannya dapat dilakukan dengan cara menyediakan studi
tour, biografi, pembelajaran teprogram, eksperimen, majalah dinding, serta membaca buku-
buku guna untuk mengembangkan kecerdasan ganda. Upaya untuk mengembangkan siswa
sendiri dapat berupa self monitoring dan konseling atau tutor sebaya akan sangat efektif
untuk mengembangkan kecerdasan ganda.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
maksud menjelaskanfenomena alamiah.
Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara
sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu
apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti
tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat
dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Jadi dapat dikatakan
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga
membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah yang kami susun tersebut.
Saya selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi memberika kritik dan
saran yang tentunya membangun kepada kami, demi mencapainya kesempurnaan dalam
makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan pada khususnya seluruh
pembaca makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA
M. Thobroni. 2017. Belajar & Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
https://ramacahyati8910.wordpress.com/2012/11/17/teori-belajar-dan-pembelajaran/

23

Anda mungkin juga menyukai