124
ISSN:JURNAL
1412-9310PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134) Vol. 12, 2014
Abstrak
Lokus kontrol internal adalah keyakinan untuk menentukan keberhasilan diri sendiri berdasarkan kemampuan
memilih kegiatan, tanggung jawab atas keputusan, kemampuan mengendalikan perubahan, kemampuan mengendalikan
lingkungan dengan mencari informasi, kemampuan koping terhadap stres, kepuasaan belajar dengan menunjukkan
prestasi, dan motivasi belajar berdasarkan ekspektasi.Regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengatur
dirinya sendiri berdasarkan self-monitoring, self-instruction, self-motivation, dan self-evaluation. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui hubungan lokus kontrol internal dengan regulasi diri. Instrumen yang digunakan adalah skala
penilaian. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif antara lokus kontrol internal dan regulasi
diri mahasiswa.
Abstract
Internal locus of control is one’s conviction determines success based on the ability to choose the activities, the
responsibility of their own decisions, the ability to control over the changes, the ability to control his/her environment
by searching for new information, the ability to cope with the stress, the satisfaction of learning by showing performance,
and the motivation for study. Self-regulation is the one’s effort to control his/her behavior which can be specified by
self-monitoring, self-instruction, self-motivation, and self-evaluation. The goal of this study is to discover the
relationship of the internal control locus with self-regulation. The instrument used was a rating scale. The result
indicated a significant and positive correlation between the internal locus of control and self-regulation.
PENDAHULUAN
yang otonomi dan memiliki kontrol diri serta tanggung
Individu yang berada pada usia 20-40 tahun jawab pribadi. Salah satu cara unt uk
masuk pada masa peralihan dari masa remaja mengembangkan kedewasaan adalah melalui
menuju masa dewasa. Remaja menjadi dewasa perguruan tinggi. Perkuliahan menjadi periode
bila telah menemukan identitas diri, mandiri, penemuan intelektual dan pertumbuhan pribadi
mengembangkan suatu sistem nilai, dan seperti keterampilan verbal, berpikir kritis, dan
membangun hubungan. Papalia, Olds, dan penalaran moral.
Feldman (2009) memaparkan bahwa remaja yang Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB)
telah dewasa terlihat dari kerangka berpikirnya Maha Prajna menjadi salah satu sekolah tinggi yang
124
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
Hubungan Lokus Control Intenal dengan Regulasi Diri ... (Leny) 125
mendidik dan mengembangkan kedewasaan kaum (STAB) Maha Prajna; dan (3) bagaimana
dewasa muda awal agar menjadi pribadi yang hubungan lokus kontrol internal dengan regulasi
mandiri, memiliki kontrol diri, dan bertanggung diri pada mahasiswa Sekolah Tinggi Agama
jawab sesuai ajaran Buddha. Cara mendidik dan Buddha (STAB) Maha Prajna.
mengajarkan mahasiswa menjadi pribadi dewasa Manfaat penelitian ini adalah untuk (1)
yang mandiri, memiliki kontrol diri, dan memberikan gambaran kepada Ketua STAB
bertanggung jawab dengan kehidupannya adalah Maha Prajna mengenai lokus kontrol internal dan
melalui regulasi diri. Usaha Ketua STAB Maha regulasi diri mahasiswa sehingga Ketua STAB
Prajna untuk menciptakan perubahan atas pikiran Maha Prajna dapat menentukan strategi untuk
dan perilaku mahasiswa adalah dengan membuat meningkatkan lokus kontrol internal dan regulasi
peraturan dan hukuman yang disesuaikan dengan diri mahasiswa selama kuliah di STAB dan tinggal
aturan vihara yang memegang tradisi Mahayana. di asrama; (2) memberikan masukan kepada
Adanya beberapa fenomena yang terjadi mahasiswa STAB Maha Prajna agar meningkatkan
mendorong peneliti menelusuri lebih seksama yaitu lokus kontrol internal dan regulasi diri sehingga
(1) pelanggar peraturan menentukan sendiri jenis mampu menjalin hubungan interpersonal yang lebih
hukuman dan waktu pelaksanaan hukuman; (2) baik, memiliki strategi coping yang benar,
banyaknya mahasiswa yang berpikir bahwa mempunyai moral, disiplin, dan perilaku yang lebih
peraturan dibuat untuk kebaikan diri sendiri; dan baik; dan (3) menjadi sumber referensi bagi
(3) mahasiswa merasa nyaman dan senang tinggal mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
di asrama membuat penulis menganggap bahwa Konseling FKIP Unika Atma Jaya yang akan
mahasiswa STAB adalah mahasiswa yang sanggup meneliti lokus kontrol internal dan regulasi diri
menghadapi tantangan, memiliki penyesuaian diri karena minimnya buku-buku tentang lokus kontrol
yang baik, dan dapat membuat keputusan. Penulis internal dan regulasi diri berbahasa Indonesia dan
berpendapat bahwa mahasiswa STAB memiliki diharapkan penelitian ini menjadi sumber inspirasi
keyakinan kuat untuk mengendalikan untuk melakukan introspeksi diri terkait lokus
kehidupannya sendiri yang dinamakan sebagai kontrol internal dan regulasi diri sebelum
lokus kontrol internal. Individu yang memiliki lokus melakukan konseling kepada konseli.
kontrol internal menganggap tantangan sebagai
kesempatan untuk berkembang, dapat menguasai KAJIAN TEORETIS
lingkungan, memiliki sikap dan perilaku yang
positif. Lokus kontrol internal diyakini memberikan
kontribusi pada kebahagiaan, mengurangi depresi Lokus Kontrol
dan kekhawatiran (Plante, 2007). Konsep lokus kontrol dikembangkan oleh
Berdasarkan latar belakang dari penelitian Julian Rotter pada tahun 1966. Ia menciptakan
ini maka penulis merumuskan masalah sebagai skala Rotter dengan 23 pernyataan untuk
berikut: (1) bagaimana lokus kontrol internal membantu individu mengenali kecenderungan
mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha pandangannya apakah suatu peristiwa di bawah
(STAB) Maha Prajna; (2) bagaimana regulasi diri kendalinya atau atas kendali eksternal. Teori lokus
mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha kontrol ini berdasarkan teori Albert Bandura
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
126 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134)
mengenai teori belajar sosial. Rotter menjelaskan berfokus pada keberhasilan, percaya diri, dan
bahwa individu yang meyakini peristiwa ada di pintar. Ng, Sorensen, dan Eby (2006)
bawah kendalinya ataupun yang tidak meyakini hal menguraikan bahwa individu yang memiliki lokus
ini akan mempengaruhi harapan dan perilakunya kontrol internal percaya diri, waspada, dan direktif
(Harpert dan Hill, 2011). dalam upaya mengendalikan lingkungan
Menurut Baistow (2009) lokus kontrol eksternalnya. Orang-orang dengan lokus kontrol
dianggap sebagai mediator komitmen dalam internal memiliki motif kerja, penampilan kerja,
mengejar kehidupan. Kutanis, Mesci, dan Ovdur kepuasan kerja, dan kepemimpinan yang baik.
(2011) menjelaskan lokus kontrol sebagai suatu Mereka mampu membangun dan menjaga
keyakinan dalam diri invididu t erhadap hubungan positif dengan orang lain dan berpeluang
kemampuannya sendiri untuk mengontrol peristiwa menjadi seorang pemimpin, serta memiliki strategi
yang terjadi dalam kehidupannya. Robinson dan coping yang baik di tempat kerja. Jadi, individu
Shaver (1973) berpendapat bahwa lokus kontrol dengan lokus kontrol internal dianggap lebih
adalah sejauh mana orang-orang melihat hubungan kreatif, mampu membangun pengalaman kerja
yang mungkin terjadi antara tindakan dan yang disukai, dan tidak memiliki konflik keluarga
akibatnya. dan kerja yang berarti karena mereka mampu
Kutanis, Mesci, dan Ovdur (2011) mencari pertolongan dan solusi untuk mencegah
menjelaskan bahwa lokus kontrol internal adalah atau mengurangi peristiwa yang dianggap sebagai
kemampuan seseorang untuk mengendalikan nasib atau ketidakberdayaan.
kehidupannya sendiri. Ng, Sorensen, dan Eby Plante (2007) menulis bahwa individu
(2006) mengungkapkan bahwa lokus kontrol dengan lokus kontrol internal berkeyakinan bahwa
internal adalah keyakinan sejauh mana individu tindakannya dapat selaras dengan lingkungan.
dapat menguasai nasibnya. Menurut Plante (2007) Orang-orang ini memandang tantangan sebagai
lokus kontrol internal adalah keyakinan dalam diri kesempatan untuk berkembang. Mereka
invididu bahwa perilakunya dapat menguasai menguasai situasi dan cenderung membuat
tantangan yang berasal dari lingkungan. Rotter keputusan yang memudahkan coping dan
(Wallace, 2001) menyatakan bahwa lokus kontrol keberhasilan. Menurut Tunde dan Iyabode (2013)
internal adalah pandangan bahwa individu dapat individu yang memiliki lokus kontrol internal
menguasai nasibnya sendiri dan jika hal yang baik bertanggung jawab atas situasi yang dipandang
terjadi adalah karena mereka telah bekerja keras tidak menguntungkan oleh orang-orang yang tidak
dan mereka memang layak mendapatkannya. berdaya. Mereka tidak dipengaruhi oleh pendapat
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, disimpulkan orang lain, cenderung melakukan tugas dengan
bahwa lokus kontrol internal adalah keyakinan, baik hingga mencapai prestasi. Rotter (Wallace,
pandangan, kecenderungan atau kemampuan 2001) menjelaskan bahwa individu yang berpikir
seseorang untuk mengendalikan keadaan. bahwa ia dapat mengontrol segala sesuatu akan
Menurut Kutanis, Mesci, dan Ovdur (2011) melakukan tindakan seperti yang diyakininya,
individu dengan lokus kontrol internal menganggap memiliki pandangan optimis dan positif terhadap
orang yang memiliki lokus kontrol internal kemampuannya untuk menguasai lingkungan,
cenderung bersikap waspada, hati-hati, dominan,
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
Hubungan Lokus Control Intenal dengan Regulasi Diri ... (Leny) 127
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
128 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134)
mengendalikan diri merupakan salah satu bentuk emosi-emosi tertentu yang buruk seperti marah,
regulasi diri. takut, cemas, dan keadaan afektif lainnya; (c)
Tokoh regulasi diri, Baumeister (Baumeister regulasi impuls atau perilaku yaitu mengendalikan
dan Vohs, 2007), menjelaskan bahwa regulasi diri perilaku seperti menghindari kecenderungan minum
adalah kemampuan seseorang untuk mengubah alkohol, menggunakan obat , merokok,
perilakunya. Keberhasilan melakukan regulasi diri mengkonsumsi makanan tidak sehat, melakukan
akan meningkatkan perilaku yang fleksibel seks pada keadaan yang tidak tepat,
sehingga mampu beradaptasi. Perilaku ini akan menghamburkan uang atau melakukan tindakan
membuat seseorang dapat menyesuaikan agresi; (d) regulasi motivasi yaitu komitmen untuk
tindakannya terhadap tuntutan lingkungan sosial melaksanakan tugas yang belum dilakukan.
dan situasional yang lebih luas. Jadi, regulasi adalah Empat unsur dalam regulasi diri menurut
perubahan, artinya perubahan perilaku yang Baumeister dan Vohs (2007) adalah standar,
menuju garis standar yaitu cita-cita atau tujuan. pemantauan / Monitoring , kekuatan tekad / will
Bauer dan Baumeister (2011) power, dan motivasi. Dale dan Baumeister (1999)
mendefinisikan regulasi diri sebagai kemampuan menguraikan tiga hal yang sama dengan yang
seseorang untuk mengesampingkan dikemukakan oleh Baumeister, yaitu: (a) standar :
kecenderungan, keinginan atau perilaku yang norma, tujuan, cita-cita atau nilai-nilai lainnya; (b)
otomatis; mengejar tujuan jangka panjang, pemantauan / monitoring yaitu membandingkan
mengikuti norma dan aturan sosial. Regulasi diri dirin sendiri dengan standar; (c) kekuatan / will
berarti mengesampingkan dan mengubah respon, power.
yaitu proses di mana seseorang berusaha untuk Regulasi diri tidak akan berhasil tanpa ada
membatasi dorongan yang tidak diinginkan agar modifikasi perilaku meskipun seseorang memiliki
menjadi terkendali. Mischel, Cantor & Feldman standar yang jelas dan memonitor perilaku yang
(dalam Ridder dan Wit 2006) berpendapat bahwa diharapkan dengan seksama. Menurut Devitt
regulasi diri adalah suatu proses menetapkan dan (2010) ada empat strategi dalam pengelolaan diri,
mencapai tujuan, yang berkaitan dengan tantangan yaitu: (a) self-monitoring yaitu proses mengamati,
yang akan dihadapi saat mencoba mencapai dan mencatat perilaku yang akan diregulasi; (b)
sesuatu yang penting tetapi sulit diraih. self-instruction yaitu memberikan instruksi pada
diri sendiri bagaimana seharusnya seseorang
Kategori Regulasi Diri memberikan respon pada situasi tertentu.
Menurut Carver dan Scheier (2009) regulasi Berbicara dengan diri sendiri menjadi reminder
diri terbagi dalam empat kategori sebagai berikut. agar berperilaku yang tepat; (c) self-motivation
(a) regulasi pikiran yaitu usaha untuk mengarahkan yaitu memotivasi diri sendiri saat melakukan regulasi
atau menjauhi keputusan tertentu, menekan pikiran- diri; dan (d) self-evaluation yaitu memberikan
pikiran yang tidak diinginkan, usaha untuk fokus penilaian pada diri sendiri menggunakan kriteria
pada sesuatu seperti berusaha untuk konsentrasi, tertentu.
dan usaha untuk menghilangkan pengaruh proses Menurut Dale dan Baumeister (1999);
kognitif di bawah sadar; (b) regulasi emosi yaitu Baumeister dan Vohs (2007); Carver dan Scheier
kemampuan untuk menghentikan dan mengubah (2009); dan Bauer dan Baumeister (2011),
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
Hubungan Lokus Control Intenal dengan Regulasi Diri ... (Leny) 129
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
130 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134)
pengambilan data adalah untuk mengetahui validitas Berdasarkan data statistik variabel regulasi
pernyataan dan reliabilitas instrumen. Skala diri diketahui skor rata-rata (M) sebesar 244,03;
penilaian lokus kontrol internal berjumlah 112 standar deviasi (SD) sebesar 38,57; skor minimum
pernyataan dan skala penilaian regulasi diri sebesar 171; dan skor maksimum sebesar 283.
berjumlah 104 pernyataan. Setelah diujicobakan, Hasil pengolahan data variabel regulasi diri dibagi
diperoleh 76 pernyataan valid untuk instrumen ke dalam tiga klasifikasi yaitu tinggi, sedang, dan
lokus kontrol internal dan 62 pernyataan valid rendah. Mahasiswa yang memiliki regulasi diri
untuk instrumen regulasi diri dengan koefisien dengan klasifikasi tinggi sebanyak 22 orang (67%),
korelasi lebih besar dari r tabel 0,334, taraf klasifikasi sedang sebanyak 11 orang (33%), dan
signifikansi 5%, dan reliabilitas alpha cronbach tidak ada mahasiswa yang memiliki regulasi diri
(á) 0,981 untuk instrumen lokus kontrol internal klasifikasi rendah (0%). Berdasarkan data
dan 0,978 untuk instrumen regulasi diri. distribusi skor rata-rata tiap komponen variabel
regulasi diri terdapat tiga komponen yang memiliki
HASIL PENELITIAN DAN skor rata-rata di atas nilai rata-rata seluruh
PEMBAHASAN komponen (130), yait u komponen self-
evaluation, self-instruction, dan self -
motivation.
Hasil Analisis Deskriptif
Berdasarkan data statistik variabel lokus
kontrol internal diperoleh skor rata-rata (M) Hasil Analisis Korelasi
sebesar 307,61; standar deviasi (SD) sebesar Hasil perhitungan statistik menunjukkan
35,45; skor minimum sebesar 243; dan skor bahwa nilai koefisien korelasi antara lokus kontrol
maksimum sebesar 365. Hasil pengolahan data internal dengan regulasi diri sebesar 0,866.
variabel lokus kontrol internal dibagi ke dalam tiga Berdasarkan nilai r tabel sebesar 0,344 dengan
klasifikasi yaitu tinggi, sedang, dan rendah. taraf signifikan 5% dan N =33, hal tersebut
Mahasiswa yang memiliki lokus kontrol internal menunjukkan adanya korelasi yang signifikan dan
dengan klasifikasi tinggi sebanyak 24 orang (73%), positif antara variabel lokus kontrol internal dengan
klasifikasi sedang sebanyak 9 orang (27%), dan regulasi diri. Korelasi yang signifikan dan positif
tidak ada satupun mahasiswa yang memiliki lokus
artinya semakin tinggi skor lokus kontrol internal
kontrol dengan klasifikasi rendah (0%). maka akan semakin tinggi pula skor regulasi diri,
Berdasarkan distribusi skor rata-rata tiap demikian pula sebaliknya. Nilai koefisien
komponen variabel lokus kontrol internal diperoleh determinasi variabel lokus kontrol internal dan
skor rata-rata 134. Terdapat dua komponen yang regulasi diri sebesar 75% menunjukkan bahwa
menunjukkan skor di atas skor rata-rata yaitu variabel lokus kontrol internal memberikan
komponen tanggung jawab atas keputusan dan kontribusi sebesar 75% pada regulasi diri dan
komponen kepuasan belajar dengan menunjukkan sisanya 25% ditentukan oleh variabel-variabel lain
prestasi; satu komponen motivasi belajar yang tidak diukur dalam penelitian ini seperti
berdasarkan ekspektasi memiliki skor sama dukungan keluarga, dukungan sosial, budaya, dan
dengan skor rata-rata. agama.
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
Hubungan Lokus Control Intenal dengan Regulasi Diri ... (Leny) 131
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
132 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134)
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
Hubungan Lokus Control Intenal dengan Regulasi Diri ... (Leny) 133
non tes dan pendekatan konseling dengan differences among college students’ stress
mengikuti seminar dan pelatihan sehingga dapat levels. Individual Differences Research.
membantu konseli memecahkan masalahnya terkait Vol. 7, No.3, pp. 182-187.
lokus kontrol internal dan regulasi diri.
Carver, C. S. (2009), Scheier, M. F. (2009).
Action, affect, multi-tasking, and layers of
DAFTAR PUSTAKA
conrol. Dalam J. P. Forgas, R. F.
Baumeister, and D. Tice. (eds.). The
Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian edisi
psychology of self-regulation cognitive,
revisi. Malang: UMM Press.
affective and motivational process. (hal
2-31). New York: Psychology Press.
Arikunto. S. (2009). Dasar-dasar evaluasi
pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ciarrocchi, J. W. (2001). Counseling Problem
Gamblers A Self-Regulation Manual for
Bandura, A. (2005). The primacy of self-regulation
Individual and Family Therapy. New
in health promotion. Applied Psychology:
York: Academic Press.
An International Review, 54(2), 245-254.
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
134 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134)
Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.