Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Psiko-Edukasi, Oktober 2014, (124-134)

124
ISSN:JURNAL
1412-9310PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134) Vol. 12, 2014

HUBUNGAN LOKUS KONTROL INTERNAL DENGAN REGULASI


DIRI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA
(STAB) MAHA PRAJNA JAKARTA
LENY WIDJAJA
Tim Edu Konseling TK, SD Mahabodhi Vidya, Jakarta

Abstrak

Lokus kontrol internal adalah keyakinan untuk menentukan keberhasilan diri sendiri berdasarkan kemampuan
memilih kegiatan, tanggung jawab atas keputusan, kemampuan mengendalikan perubahan, kemampuan mengendalikan
lingkungan dengan mencari informasi, kemampuan koping terhadap stres, kepuasaan belajar dengan menunjukkan
prestasi, dan motivasi belajar berdasarkan ekspektasi.Regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengatur
dirinya sendiri berdasarkan self-monitoring, self-instruction, self-motivation, dan self-evaluation. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui hubungan lokus kontrol internal dengan regulasi diri. Instrumen yang digunakan adalah skala
penilaian. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif antara lokus kontrol internal dan regulasi
diri mahasiswa.

Kata kunci: lokus kontrol internal, regulasi diri

Abstract

Internal locus of control is one’s conviction determines success based on the ability to choose the activities, the
responsibility of their own decisions, the ability to control over the changes, the ability to control his/her environment
by searching for new information, the ability to cope with the stress, the satisfaction of learning by showing performance,
and the motivation for study. Self-regulation is the one’s effort to control his/her behavior which can be specified by
self-monitoring, self-instruction, self-motivation, and self-evaluation. The goal of this study is to discover the
relationship of the internal control locus with self-regulation. The instrument used was a rating scale. The result
indicated a significant and positive correlation between the internal locus of control and self-regulation.

Key words: internal locus of control, self regulation

PENDAHULUAN
yang otonomi dan memiliki kontrol diri serta tanggung
Individu yang berada pada usia 20-40 tahun jawab pribadi. Salah satu cara unt uk
masuk pada masa peralihan dari masa remaja mengembangkan kedewasaan adalah melalui
menuju masa dewasa. Remaja menjadi dewasa perguruan tinggi. Perkuliahan menjadi periode
bila telah menemukan identitas diri, mandiri, penemuan intelektual dan pertumbuhan pribadi
mengembangkan suatu sistem nilai, dan seperti keterampilan verbal, berpikir kritis, dan
membangun hubungan. Papalia, Olds, dan penalaran moral.
Feldman (2009) memaparkan bahwa remaja yang Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB)
telah dewasa terlihat dari kerangka berpikirnya Maha Prajna menjadi salah satu sekolah tinggi yang

124

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
Hubungan Lokus Control Intenal dengan Regulasi Diri ... (Leny) 125

mendidik dan mengembangkan kedewasaan kaum (STAB) Maha Prajna; dan (3) bagaimana
dewasa muda awal agar menjadi pribadi yang hubungan lokus kontrol internal dengan regulasi
mandiri, memiliki kontrol diri, dan bertanggung diri pada mahasiswa Sekolah Tinggi Agama
jawab sesuai ajaran Buddha. Cara mendidik dan Buddha (STAB) Maha Prajna.
mengajarkan mahasiswa menjadi pribadi dewasa Manfaat penelitian ini adalah untuk (1)
yang mandiri, memiliki kontrol diri, dan memberikan gambaran kepada Ketua STAB
bertanggung jawab dengan kehidupannya adalah Maha Prajna mengenai lokus kontrol internal dan
melalui regulasi diri. Usaha Ketua STAB Maha regulasi diri mahasiswa sehingga Ketua STAB
Prajna untuk menciptakan perubahan atas pikiran Maha Prajna dapat menentukan strategi untuk
dan perilaku mahasiswa adalah dengan membuat meningkatkan lokus kontrol internal dan regulasi
peraturan dan hukuman yang disesuaikan dengan diri mahasiswa selama kuliah di STAB dan tinggal
aturan vihara yang memegang tradisi Mahayana. di asrama; (2) memberikan masukan kepada
Adanya beberapa fenomena yang terjadi mahasiswa STAB Maha Prajna agar meningkatkan
mendorong peneliti menelusuri lebih seksama yaitu lokus kontrol internal dan regulasi diri sehingga
(1) pelanggar peraturan menentukan sendiri jenis mampu menjalin hubungan interpersonal yang lebih
hukuman dan waktu pelaksanaan hukuman; (2) baik, memiliki strategi coping yang benar,
banyaknya mahasiswa yang berpikir bahwa mempunyai moral, disiplin, dan perilaku yang lebih
peraturan dibuat untuk kebaikan diri sendiri; dan baik; dan (3) menjadi sumber referensi bagi
(3) mahasiswa merasa nyaman dan senang tinggal mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
di asrama membuat penulis menganggap bahwa Konseling FKIP Unika Atma Jaya yang akan
mahasiswa STAB adalah mahasiswa yang sanggup meneliti lokus kontrol internal dan regulasi diri
menghadapi tantangan, memiliki penyesuaian diri karena minimnya buku-buku tentang lokus kontrol
yang baik, dan dapat membuat keputusan. Penulis internal dan regulasi diri berbahasa Indonesia dan
berpendapat bahwa mahasiswa STAB memiliki diharapkan penelitian ini menjadi sumber inspirasi
keyakinan kuat untuk mengendalikan untuk melakukan introspeksi diri terkait lokus
kehidupannya sendiri yang dinamakan sebagai kontrol internal dan regulasi diri sebelum
lokus kontrol internal. Individu yang memiliki lokus melakukan konseling kepada konseli.
kontrol internal menganggap tantangan sebagai
kesempatan untuk berkembang, dapat menguasai KAJIAN TEORETIS
lingkungan, memiliki sikap dan perilaku yang
positif. Lokus kontrol internal diyakini memberikan
kontribusi pada kebahagiaan, mengurangi depresi Lokus Kontrol
dan kekhawatiran (Plante, 2007). Konsep lokus kontrol dikembangkan oleh
Berdasarkan latar belakang dari penelitian Julian Rotter pada tahun 1966. Ia menciptakan
ini maka penulis merumuskan masalah sebagai skala Rotter dengan 23 pernyataan untuk
berikut: (1) bagaimana lokus kontrol internal membantu individu mengenali kecenderungan
mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha pandangannya apakah suatu peristiwa di bawah
(STAB) Maha Prajna; (2) bagaimana regulasi diri kendalinya atau atas kendali eksternal. Teori lokus
mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha kontrol ini berdasarkan teori Albert Bandura

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
126 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134)

mengenai teori belajar sosial. Rotter menjelaskan berfokus pada keberhasilan, percaya diri, dan
bahwa individu yang meyakini peristiwa ada di pintar. Ng, Sorensen, dan Eby (2006)
bawah kendalinya ataupun yang tidak meyakini hal menguraikan bahwa individu yang memiliki lokus
ini akan mempengaruhi harapan dan perilakunya kontrol internal percaya diri, waspada, dan direktif
(Harpert dan Hill, 2011). dalam upaya mengendalikan lingkungan
Menurut Baistow (2009) lokus kontrol eksternalnya. Orang-orang dengan lokus kontrol
dianggap sebagai mediator komitmen dalam internal memiliki motif kerja, penampilan kerja,
mengejar kehidupan. Kutanis, Mesci, dan Ovdur kepuasan kerja, dan kepemimpinan yang baik.
(2011) menjelaskan lokus kontrol sebagai suatu Mereka mampu membangun dan menjaga
keyakinan dalam diri invididu t erhadap hubungan positif dengan orang lain dan berpeluang
kemampuannya sendiri untuk mengontrol peristiwa menjadi seorang pemimpin, serta memiliki strategi
yang terjadi dalam kehidupannya. Robinson dan coping yang baik di tempat kerja. Jadi, individu
Shaver (1973) berpendapat bahwa lokus kontrol dengan lokus kontrol internal dianggap lebih
adalah sejauh mana orang-orang melihat hubungan kreatif, mampu membangun pengalaman kerja
yang mungkin terjadi antara tindakan dan yang disukai, dan tidak memiliki konflik keluarga
akibatnya. dan kerja yang berarti karena mereka mampu
Kutanis, Mesci, dan Ovdur (2011) mencari pertolongan dan solusi untuk mencegah
menjelaskan bahwa lokus kontrol internal adalah atau mengurangi peristiwa yang dianggap sebagai
kemampuan seseorang untuk mengendalikan nasib atau ketidakberdayaan.
kehidupannya sendiri. Ng, Sorensen, dan Eby Plante (2007) menulis bahwa individu
(2006) mengungkapkan bahwa lokus kontrol dengan lokus kontrol internal berkeyakinan bahwa
internal adalah keyakinan sejauh mana individu tindakannya dapat selaras dengan lingkungan.
dapat menguasai nasibnya. Menurut Plante (2007) Orang-orang ini memandang tantangan sebagai
lokus kontrol internal adalah keyakinan dalam diri kesempatan untuk berkembang. Mereka
invididu bahwa perilakunya dapat menguasai menguasai situasi dan cenderung membuat
tantangan yang berasal dari lingkungan. Rotter keputusan yang memudahkan coping dan
(Wallace, 2001) menyatakan bahwa lokus kontrol keberhasilan. Menurut Tunde dan Iyabode (2013)
internal adalah pandangan bahwa individu dapat individu yang memiliki lokus kontrol internal
menguasai nasibnya sendiri dan jika hal yang baik bertanggung jawab atas situasi yang dipandang
terjadi adalah karena mereka telah bekerja keras tidak menguntungkan oleh orang-orang yang tidak
dan mereka memang layak mendapatkannya. berdaya. Mereka tidak dipengaruhi oleh pendapat
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, disimpulkan orang lain, cenderung melakukan tugas dengan
bahwa lokus kontrol internal adalah keyakinan, baik hingga mencapai prestasi. Rotter (Wallace,
pandangan, kecenderungan atau kemampuan 2001) menjelaskan bahwa individu yang berpikir
seseorang untuk mengendalikan keadaan. bahwa ia dapat mengontrol segala sesuatu akan
Menurut Kutanis, Mesci, dan Ovdur (2011) melakukan tindakan seperti yang diyakininya,
individu dengan lokus kontrol internal menganggap memiliki pandangan optimis dan positif terhadap
orang yang memiliki lokus kontrol internal kemampuannya untuk menguasai lingkungan,
cenderung bersikap waspada, hati-hati, dominan,

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
Hubungan Lokus Control Intenal dengan Regulasi Diri ... (Leny) 127

senang dengan inovasi teknologi, dan berusaha


melatihnya. Manfaat Memiliki Lokus Kontrol Internal
Kutanis, Mesci, dan Ovdur (2011) Menurut Ng, Sorensen, dan Eby (2006)
menguraikan mengenai tujuh aspek yang dan Wallace (2001) manfaat memiliki lokus kontrol
menentukan tingginya lokus kontrol internal yang internal dapat terlihat pada bidang: (a)
ada dalam diri seseorang. Aspek pertama adalah kesejahteraan yaitu mental, kepuasaan hidup, dan
kemampuan memilih kegiatan yang dijelaskan kesehatan fisik; (b) motivasi yang tampak dalam
sebagai kesanggupan menunjukkan kemampuan penampilan dan keberhasilan di sekolah dan
dan bukan karena adanya kesempatan untuk pekerjaan; dan (c) orientasi perilaku, kemampuan
berperan. Aspek kedua adalah tanggung jawab menciptakan pengalaman kerja yang sesuai dengan
atas keputusan yaitu bagaimana individu dengan kondisi mereka dan mampu memilih tugas yang
lokus kontrol internal bertanggung jawab atas membutuhkan keahlian. Ia cenderung aktif mencari
keputusannya sendiri, dan merasa bahwa nasibnya bantuan dan solusi untuk mengurangi atau
ditentukan oleh keputusannya sendiri. Aspek ketiga mencegah masalah. Ia membangun hubungan sosial
adalah kemampuan mengendalikan perubahan. Ini yang baik dan memiliki coping stres yang benar.
berarti orang-orang yang memiliki lokus kontrol
internal bersikap aktif menghadapi suatu Regulasi Diri
perubahan. Aspek keempat yaitu kemampuan Alwisol (2009) mengutip pernyataan
mengendalikan lingkungan dengan mencari Bandura bahwa manusia adalah makhluk yang
informasi yang berarti aktif mencari informasi baru dapat mengatur diri sendiri. Manusia memiliki
dan menggunakan informasi tersebut untuk kemampuan berpikir yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang kompleks sehingga ia memanipulasi lingkungan sehingga terjadi
dianggap memiliki kemampuan menyesuaikan diri. perubahan lingkungan akibat kegiatannya tersebut.
Aspek kelima adalah kemampuan coping Jadi, pribadi manusia sebagai individu, lingkungan,
terhadap stres artinya individu dengan lokus kontrol dan tingkah laku saling mempengaruhi.
internal memiliki kemampuan coping yang baik Kemampuan untuk mengubah tingkah lakunya itu
terhadap stres. disebut sebagai kemampuan untuk meregulasi diri.
Aspek keenam adalah kepuasan belajar Bandura (2005) mengemukakan bahwa
dengan menunjukkan prestasi artinya memiliki regulasi diri adalah kemampuan manusia untuk
kepuasan belajar yang tinggi, memiliki kemampuan menolak dan mengubah respon. Regulasi diri
belajar yang baik, dan akan cepat berkembang. merupakan usaha manusia untuk melakukan
Aspek ketujuh adalah mo tivasi belajar pengendalian. Regulasi berarti perubahan perilaku
berdasarkan ekspektasi artinya orang-orang yang sesuai dengan standar ideal atau tujuan.
dengan lokus kontrol internal memiliki kepercayaan Mengubah perilaku agar sesuai dengan aturan,
diri dan keyakinan pada kemampuannya. Mereka sesuai dengan yang kita mau, atau mengejar tujuan
percaya bahwa dengan menunjukkan penampilan adalah sebuah bentuk regulasi diri. Menurut Polivy
yang baik berarti mereka akan menerima reward (dalam Bandura, 2005) bahwa mengubah respon
yang layak dan mereka tidak bergantung pada bukan berarti menolaknya meskipun
hadiah.

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
128 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134)

mengendalikan diri merupakan salah satu bentuk emosi-emosi tertentu yang buruk seperti marah,
regulasi diri. takut, cemas, dan keadaan afektif lainnya; (c)
Tokoh regulasi diri, Baumeister (Baumeister regulasi impuls atau perilaku yaitu mengendalikan
dan Vohs, 2007), menjelaskan bahwa regulasi diri perilaku seperti menghindari kecenderungan minum
adalah kemampuan seseorang untuk mengubah alkohol, menggunakan obat , merokok,
perilakunya. Keberhasilan melakukan regulasi diri mengkonsumsi makanan tidak sehat, melakukan
akan meningkatkan perilaku yang fleksibel seks pada keadaan yang tidak tepat,
sehingga mampu beradaptasi. Perilaku ini akan menghamburkan uang atau melakukan tindakan
membuat seseorang dapat menyesuaikan agresi; (d) regulasi motivasi yaitu komitmen untuk
tindakannya terhadap tuntutan lingkungan sosial melaksanakan tugas yang belum dilakukan.
dan situasional yang lebih luas. Jadi, regulasi adalah Empat unsur dalam regulasi diri menurut
perubahan, artinya perubahan perilaku yang Baumeister dan Vohs (2007) adalah standar,
menuju garis standar yaitu cita-cita atau tujuan. pemantauan / Monitoring , kekuatan tekad / will
Bauer dan Baumeister (2011) power, dan motivasi. Dale dan Baumeister (1999)
mendefinisikan regulasi diri sebagai kemampuan menguraikan tiga hal yang sama dengan yang
seseorang untuk mengesampingkan dikemukakan oleh Baumeister, yaitu: (a) standar :
kecenderungan, keinginan atau perilaku yang norma, tujuan, cita-cita atau nilai-nilai lainnya; (b)
otomatis; mengejar tujuan jangka panjang, pemantauan / monitoring yaitu membandingkan
mengikuti norma dan aturan sosial. Regulasi diri dirin sendiri dengan standar; (c) kekuatan / will
berarti mengesampingkan dan mengubah respon, power.
yaitu proses di mana seseorang berusaha untuk Regulasi diri tidak akan berhasil tanpa ada
membatasi dorongan yang tidak diinginkan agar modifikasi perilaku meskipun seseorang memiliki
menjadi terkendali. Mischel, Cantor & Feldman standar yang jelas dan memonitor perilaku yang
(dalam Ridder dan Wit 2006) berpendapat bahwa diharapkan dengan seksama. Menurut Devitt
regulasi diri adalah suatu proses menetapkan dan (2010) ada empat strategi dalam pengelolaan diri,
mencapai tujuan, yang berkaitan dengan tantangan yaitu: (a) self-monitoring yaitu proses mengamati,
yang akan dihadapi saat mencoba mencapai dan mencatat perilaku yang akan diregulasi; (b)
sesuatu yang penting tetapi sulit diraih. self-instruction yaitu memberikan instruksi pada
diri sendiri bagaimana seharusnya seseorang
Kategori Regulasi Diri memberikan respon pada situasi tertentu.
Menurut Carver dan Scheier (2009) regulasi Berbicara dengan diri sendiri menjadi reminder
diri terbagi dalam empat kategori sebagai berikut. agar berperilaku yang tepat; (c) self-motivation
(a) regulasi pikiran yaitu usaha untuk mengarahkan yaitu memotivasi diri sendiri saat melakukan regulasi
atau menjauhi keputusan tertentu, menekan pikiran- diri; dan (d) self-evaluation yaitu memberikan
pikiran yang tidak diinginkan, usaha untuk fokus penilaian pada diri sendiri menggunakan kriteria
pada sesuatu seperti berusaha untuk konsentrasi, tertentu.
dan usaha untuk menghilangkan pengaruh proses Menurut Dale dan Baumeister (1999);
kognitif di bawah sadar; (b) regulasi emosi yaitu Baumeister dan Vohs (2007); Carver dan Scheier
kemampuan untuk menghentikan dan mengubah (2009); dan Bauer dan Baumeister (2011),

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
Hubungan Lokus Control Intenal dengan Regulasi Diri ... (Leny) 129

manfaat melakukan regulasi diri adalah: (a) METODE PENELITIAN


tercapainya keberhasilan dalam menjalankan tugas
di sekolah dan kantor, memperoleh popularitas, Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa
dan kesehatan mental; (b) memiliki hubungan aktif di Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB)
interpersonal yang baik; (c) dapat melakukan Maha Prajna tahun ajaran 2013-2014 yang
toleransi terhadap rasa frustrasi karena menghadapi berjumlah 77 orang. Peneliti mengambil 35 orang
tantangan atau pekerjaan berat; (d) memiliki moral, sebagai sampel uji coba dan 33 orang sebagai
disiplin, dan perilaku yang baik; (e) dapat menekan sampel penelitian karena pada saat menyebar
sifat egois dan agresif yang mengancam kelompok; instrumen ada sembilan orang mahasiswa yang
dan (f) memiliki nilai regulasi diri yang positif seperti tidak hadir. Lokasi tempat penelitian adalah di
kesehatan, kebahagiaan, mampu berfungsi secara kampus Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB)
optimal, dan dapat melakukan banyak hal baik. Maha Prajna Jalan Cilincing Lama nomor tiga
Dale dan Baumeister (1999); Carver dan Tanjung Priuk, Jakarta Utara.
Scheier (2009); Bauer dan Baumeister (2011) Variabel bebas penelitian ini adalah lokus
memaparkan kerugian bila melakukan kesalahan kontrol internal yaitu keyakinan untuk berubah.
dalam melakukan regulasi diri yaitu munculnya Ada tujuh dimensi lokus kontrol internal yaitu
masalah pribadi dan sosial seperti kegagalan di kemampuan memilih kegiatan, tanggung jawab
sekolah atau tempat kerja, kejahatan, perilaku atas keputusan, kemampuan mengendalikan
yang senang mengalahkan orang lain, tidak adanya perubahan, kemampuan mengendalikan lingkungan
pencapaian, obesitas, kecanduan alkohol dan obat- dengan mencari informasi, kemampuan coping
obatan, kehamilan di luar nikah, putus sekolah, terhadap stres, kepuasaan belajar dengan
judi, perceraian, kesehatan yang buruk, gangguan menunjukkan prestasi, dan motivasi belajar
makan, perceraian, dan kekerasan terhadap anak. berdasarkan ekspektasi. Variabel terikat penelitian
Ciarrocchi (2001) mengungkapkan tujuh hal ini adalah regulasi diri yaitu kemampuan individu
yang mempengaruhi kegagalan seseorang untuk mengatur diri sendiri yang meliputi self-
melakukan regulasi diri, yaitu (1) gagal menentukan monitoring, self-instruction, self-motivation
tujuan; (2) sudah menentukan tujuan tetapi gagal dan self-evaluation. Penelitian ini menggunakan
melakukannya; (3) menentukan tujuan yang sulit pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
dicapai; (4) menentukan tujuan yang terlalu mudah korelasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk
dicapai sehingga akhirnya menjadi bosan dan melihat hubungan lokus kontrol internal dengan
jenuh; (5) frustrasi karena menunda-nunda usaha regulasi diri.
untuk mencapai tujuan; (6) mengidentifikasi aspek Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
inti dari tujuan yang tidak penting; dan (7) muncul menggunakan skala penilaian untuk mengukur
emosi yang menyakitkan karena orang lain lokus kontrol internal dan regulasi diri. Pada tahap
memperhatikan perbedaan antara tujuan dan analisis empiris, peneliti menyebar instrumen lokus
prestasi.
kontrol internal dan regulasi diri kepada sampel
uji coba yaitu 35 orang mahasiswa STAB Maha
Prajna dari semester satu sampai tujuh. Tujuan

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
130 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134)

pengambilan data adalah untuk mengetahui validitas Berdasarkan data statistik variabel regulasi
pernyataan dan reliabilitas instrumen. Skala diri diketahui skor rata-rata (M) sebesar 244,03;
penilaian lokus kontrol internal berjumlah 112 standar deviasi (SD) sebesar 38,57; skor minimum
pernyataan dan skala penilaian regulasi diri sebesar 171; dan skor maksimum sebesar 283.
berjumlah 104 pernyataan. Setelah diujicobakan, Hasil pengolahan data variabel regulasi diri dibagi
diperoleh 76 pernyataan valid untuk instrumen ke dalam tiga klasifikasi yaitu tinggi, sedang, dan
lokus kontrol internal dan 62 pernyataan valid rendah. Mahasiswa yang memiliki regulasi diri
untuk instrumen regulasi diri dengan koefisien dengan klasifikasi tinggi sebanyak 22 orang (67%),
korelasi lebih besar dari r tabel 0,334, taraf klasifikasi sedang sebanyak 11 orang (33%), dan
signifikansi 5%, dan reliabilitas alpha cronbach tidak ada mahasiswa yang memiliki regulasi diri
(á) 0,981 untuk instrumen lokus kontrol internal klasifikasi rendah (0%). Berdasarkan data
dan 0,978 untuk instrumen regulasi diri. distribusi skor rata-rata tiap komponen variabel
regulasi diri terdapat tiga komponen yang memiliki
HASIL PENELITIAN DAN skor rata-rata di atas nilai rata-rata seluruh
PEMBAHASAN komponen (130), yait u komponen self-
evaluation, self-instruction, dan self -
motivation.
Hasil Analisis Deskriptif
Berdasarkan data statistik variabel lokus
kontrol internal diperoleh skor rata-rata (M) Hasil Analisis Korelasi
sebesar 307,61; standar deviasi (SD) sebesar Hasil perhitungan statistik menunjukkan
35,45; skor minimum sebesar 243; dan skor bahwa nilai koefisien korelasi antara lokus kontrol
maksimum sebesar 365. Hasil pengolahan data internal dengan regulasi diri sebesar 0,866.
variabel lokus kontrol internal dibagi ke dalam tiga Berdasarkan nilai r tabel sebesar 0,344 dengan
klasifikasi yaitu tinggi, sedang, dan rendah. taraf signifikan 5% dan N =33, hal tersebut
Mahasiswa yang memiliki lokus kontrol internal menunjukkan adanya korelasi yang signifikan dan
dengan klasifikasi tinggi sebanyak 24 orang (73%), positif antara variabel lokus kontrol internal dengan
klasifikasi sedang sebanyak 9 orang (27%), dan regulasi diri. Korelasi yang signifikan dan positif
tidak ada satupun mahasiswa yang memiliki lokus
artinya semakin tinggi skor lokus kontrol internal
kontrol dengan klasifikasi rendah (0%). maka akan semakin tinggi pula skor regulasi diri,
Berdasarkan distribusi skor rata-rata tiap demikian pula sebaliknya. Nilai koefisien
komponen variabel lokus kontrol internal diperoleh determinasi variabel lokus kontrol internal dan
skor rata-rata 134. Terdapat dua komponen yang regulasi diri sebesar 75% menunjukkan bahwa
menunjukkan skor di atas skor rata-rata yaitu variabel lokus kontrol internal memberikan
komponen tanggung jawab atas keputusan dan kontribusi sebesar 75% pada regulasi diri dan
komponen kepuasan belajar dengan menunjukkan sisanya 25% ditentukan oleh variabel-variabel lain
prestasi; satu komponen motivasi belajar yang tidak diukur dalam penelitian ini seperti
berdasarkan ekspektasi memiliki skor sama dukungan keluarga, dukungan sosial, budaya, dan
dengan skor rata-rata. agama.

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
Hubungan Lokus Control Intenal dengan Regulasi Diri ... (Leny) 131

terlihat jelas bahwa mahasiswa STAB berhasil


Pembahasan melakukan regulasi diri pada komponen self-
Berdasarkan klasifikasi variabel lokus evaluation, self-instruction, dan self-motivation
kontrol internal yang telah dijabarkan dalam tetapi kurang mampu melakukan self-monitoring.
rentang skor tinggi, sedang, dan rendah, diketahui Tingginya skor rata-rata pada komponen
bahwa lokus kontrol internal sebagian besar self-motivation disebabkan oleh banyaknya
mahasiswa Maha Prajna berada pada klasifikasi mahasiswa yang menjawab selalu dan sering pada
tinggi. Ini berarti mahasiswa memiliki keyakinan pernyataan saya akan bertahan kuliah dan tinggal
bahwa mereka dapat mengendalikan hidupnya di asrama sampai mendapat gelar S. Pd. B.
sendiri. Tingginya skor rata-rata komponen Tingginya skor rata-rata pada komponen self-
tanggung jawab atas keputusan disebabkan oleh evaluation disebabkan oleh banyaknya
banyaknya mahasiswa yang menjawab selalu dan mahasiswa yang menjawab selalu dan sering pada
sering pada pernyataan bahwa saya adalah penentu pernyataan saya bersemangat meningkatkan IPK
masa depan saya sendiri dan keberhasilan dan agar orang tua bangga terhadap saya. Tingginya
kegagalan ditentukan oleh diri sendiri. Tingginya skor rata-rata pada komponen self-instruction
skor rata-rata komponen kepuasan belajar dengan disebabkan karena banyaknya mahasiswa yang
menunjukkan prestasi disebabkan karena menjawab selalu dan sering pada pernyataan saya
banyaknya mahasiswa yang menjawab selalu, dapat mengikuti jadwal keseharian dan saya taat
sering, dan kadang-kadang pada pernyataan saya pada perintah pimpinan STAB dan senior. Hasil
bahagia ketika menolong orang lain, saya senang wawancara dan jawaban pernyataan instrumen
dapat menguasai teknologi, saya senang dapat regulasi diri ini mendukung teori yang dikemukakan
menyelesaikan tugas kuliah tepat pada waktunya, oleh Ridder (2006) bahwa regulasi diri adalah suatu
dan saya gembira saat berhasil melakukan proses menetapkan dan mencapai tujuan yang
presentasi di depan dosen. Hasil penelitian ini berkaitan dengan tantangan yang akan dihadapi
mendukung pendapat Plante (2007) yang saat mencoba mencapai sesuatu yang penting
menyatakan bahwa individu yang memiliki lokus tetapi sulit diraih. Tujuan yang ingin diraih oleh
kontrol internal memiliki keyakinan dalam dirinya mahasiswa adalah menjadi pegawai negeri dan
bahwa perilakunya dapat menguasai tantangan meningkatkan perekonomian keluarga. Fenomena
yang berasal dari lingkungan, dapat menguasai ini juga mendukung teori Baumeister (2007) yang
keadaan, dan menimbulkan perasaan yang baik. menyatakan bahwa keberhasilan regulasi diri akan
Hasil analisis variabel kedua yaitu variabel meningkatkan perilaku yang fleksibel sehingga
regulasi diri. Berdasarkan klasifikasi variabel individu mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri
regulasi diri yang telah dijabarkan dalam rentang terhadap lingkungan sosial dan situasional yang
skor tinggi, sedang, dan rendah, diketahui bahwa lebih luas.
regulasi diri sebagian besar mahasiswa Sekolah Berdasarkan hasil analis korelasi diketahui
Tinggi Agama Buddha Maha Prajna berada pada ada hubungan yang positif antara lokus kontrol
klasifikasi tinggi. Ini berarti mahasiswa memiliki internal dan regulasi diri. Hal ini berarti semakin
regulasi diri yang baik. Menurut hasil distribusi skor seseorang memiliki lokus kontrol internal yang
rata-rata tiap komponen variabel regulasi diri tinggi, maka semakin tinggi kemampuannya dalam

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
132 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134)

melakukan regulasi diri. Hal ini sesuai dengan teori


yang dikemukakan oleh Devitt (2010) bahwa Saran
keberhasilan dalam melakukan regulasi diri
ditentukan oleh self-monitoring, self-instruction, Pertama, diharapkan Ketua STAB Maha
self-motivation, dan self-evaluation. Prajna dapat meningkatkan lokus kontrol internal
dan regulasi diri mahasiswa dengan menjadi
KESIMPULAN DAN SARAN fasilitator untuk mengetahui kebutuhan tiap
mahasiswa dan melakukan kegiatan yang
diharapkan dapat membantu peningkatan lokus
Kesimpulan kontrol internal dan regulasi diri mahasiswa, seperti:
Pertama, berdasarkan klasifikasi lokus (a) konseling individual dan konseling kelompok
kontrol internal dapat diketahui bahwa sebagian di tiap semester sehingga mahasiswa dapat
besar mahasiswa memiliki lokus kontrol internal memiliki kemampuan koping stres yang benar
pada klasifikasi tinggi (73%). Berdasarkan analisis terhadap masalah yang berasal dari keluarga,
tambahan yang diperoleh dari data distribusi skor teman, atau pribadi; (b) penambahan mata kuliah
rata-rata tiap komponen variabel lokus kontrol pengembangan kepribadian seperti budi pekerti
internal terlihat bahwa ada dua komponen yang sehingga mahasiswa dapat mengenali, menggali,
menjadi penyebab tingginya lokus kontrol internal dan meningkatkan potensi dirinya; (c) dialog antar
sebagian besar mahasiswa STAB yaitu komponen mahasiswa baik internal maupun eksternal untuk
tanggung jawab atas keputusan dan kepuasan membuka wawasan mahasiswa; (d) ikut serta
belajar dengan menunjukkan prestasi. dalam seminar, pelatihan, atau pertukaran
mahasiswa untuk menambah wawasan.
Kedua, berdasarkan klasifikasi regulasi diri
dapat dilihat bahwa pada umumnya tingkat regulasi Kedua, diharapkan mahasiswa STAB
diri mahasiswa tergolong tinggi (67%). mengikuti seminar, kegiatan, atau pelatihan yang
Berdasarkan analisis tambahan yang diperoleh dari dapat membuka wawasan mahasiswa dan
data distribusi skor rata-rata tiap komponen membantu mengembangkan kepribadian sehingga
variabel regulasi diri terlihat bahwa mahasiswa dapat memperoleh keberhasilan di manapun
cukup berhasil melakukan regulasi diri pada berada. Mahasiswa juga diharapkan dapat
komponen self-evaluation, self-instruction, dan membuat buku catatan harian untuk meningkatkan
self-motivation. self-monitoring.
Ketiga, berdasarkan perhitungan korelasi Ketiga, diharapkan mahasiswa Prodi
antara lokus kontrol internal dan regulasi diri, dapat Bimbingan dan Konseling FKIP Unika Atma Jaya
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif. yang berminat meneliti lokus kontrol internal dan
Hal ini menunjukkan korelasi positif antara variabel regulasi diri meningkatkan kemampuan bahasa
lokus kontrol internal dan regulasi diri yang berarti Inggris karena minimnya buku-buku tentang lokus
semakin tinggi lokus kontrol internal dalam diri kontrol internal dan regulasi diri berbahasa
seseorang, maka semakin t inggi pula Indonesia dan meningkatkan kemampuan
kemampuannya untuk melakukan regulasi diri. keterampilan konseling, menguasai asesmen teknik

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
Hubungan Lokus Control Intenal dengan Regulasi Diri ... (Leny) 133

non tes dan pendekatan konseling dengan differences among college students’ stress
mengikuti seminar dan pelatihan sehingga dapat levels. Individual Differences Research.
membantu konseli memecahkan masalahnya terkait Vol. 7, No.3, pp. 182-187.
lokus kontrol internal dan regulasi diri.
Carver, C. S. (2009), Scheier, M. F. (2009).
Action, affect, multi-tasking, and layers of
DAFTAR PUSTAKA
conrol. Dalam J. P. Forgas, R. F.
Baumeister, and D. Tice. (eds.). The
Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian edisi
psychology of self-regulation cognitive,
revisi. Malang: UMM Press.
affective and motivational process. (hal
2-31). New York: Psychology Press.
Arikunto. S. (2009). Dasar-dasar evaluasi
pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ciarrocchi, J. W. (2001). Counseling Problem
Gamblers A Self-Regulation Manual for
Bandura, A. (2005). The primacy of self-regulation
Individual and Family Therapy. New
in health promotion. Applied Psychology:
York: Academic Press.
An International Review, 54(2), 245-254.

Dale, K. L., Baumeister, R. F. (1999). Self-


Baistow, K. (2009). Problems of powerlessness:
regulation and psychopathology. Dalam
psychological explanations of social
Robin M. Kowalski and Mark R. Leary.
inequality and civil unrest in post-war
(Eds.) The social psychology of emotional
America. History of the Human Sciences.
and behavioral problems. (hal. 139-166).
Vol. 13. No. 3, 95-116.
Washington: American Psychological
Association.
Bauer, I. M., Baumeister, R. F. (2011). Self-
regulatory strength. Dalam Kathleen D.
Devitt, T. M., Ormrod, J. E. (2010). Child
Vohs, and Roy F. Baumeister. (Eds.)
development and education. London:
Handbook of self-regulation: research,
Pearson.
theory and applications. (hal. 64-82).
New York: Guilford Press.
Harpert, R., Hill, R. (2011). 28 Measures of locus
of control. New Jersey: Will To Power
Baumeister, R. F., Vohs, K. D. (2007). Self-
Press.
regulation, ego depletion, and motivation.
Social and Personality Psychology
Kutanis, R. O., Mesci, M., Ovdur, Z. (2011). The
Compass 1 (2007): 10.1111/j.1751-
effects of locus of control on learning
9004.2007.00001.x
performance: a case of an academic
organization. Journal of Economic and
Carvalho, C. F., Gadzella, B. M., Henley, T. B.,
Social Studies. Vol. 1. No. 2, 113-136.
and Ball, S. E. (2009). Locus of control:

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.
134 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 12 NO. 2, 2014 (124-134)

Wallace, P. M. (2001). The psychology of the


Ng, T. W. H., Sorensen, K. L., Eby, L. T. (2006). internet. Cambridge: Cambridge University
Locus of control at work: a meta-analysis. Press.
Journal of Organizational Behaviour no.
27, 1057-1087.

Papalia, Olds, Feldman. (2009). Human


development edisi 10 perkembangan
manusia buku 2. Jakarta: Salemba
Humanika.

Plante, L. G. (2007). Bleeding to ease the pain:


cutting, self-injury, and the adolescent.
Westport: Praeger Publishers.

Ridder, D. T. D., Wit, J. B. F. (2006). Self-


regulation in health behavior: concepts,
theories, and central issues. Dalam editor
(Denise T. D. de Ridder and John, B. F. de
Wit) (eds.). Self-regulation in health
behavior. (hal. 1-23). England: John Wiley
& Sons.

Robinson, J. P., Shaver, P. R. (1973). Measure


of social psychological attitudes. USA:
Survey Research Center Institute for Social
Research.

Suryabrata, S. (2009). Metodologi penelitian.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sutrisno, H. (2004). Statistik jilid 2. Yogyakarta:


Andi.
Tunde, A.O., Iyabode, A. O. (2013). Influence of
locus of control on students’ illness behavior
in OgunState, Nigeria. Journal of Health
Science. 3(1). 1-4.

Created with novaPDF Printer (www.novaPDF.com). Please register to remove this message.

Anda mungkin juga menyukai