DI SUSUN OLEH
2022
PENGERTIAN COVID 19
Infeksi coronavirus merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus corona dan
menimbulkan gejala utama berupa gangguan pernapasan. Penyakit ini menjadi sorotan karena
kemunculannya di akhir tahun 2019 pertama kali di Wuhan, China. Lokasi kemunculannya
pertama kali ini, membuat coronavirus juga dikenal dengan sebutan Wuhan virus.
Selain China, coronavirus juga menyebar secara cepat ke berbagai negara lain, termasuk
Jepang, Thailand, Jepang, Korea Selatan, bahkan hingga ke Amerika Serikat.
PENYEBAB COVID 19
Penyebab Corona virus merupakan virus single stranded RNA yang berasal dari
kelompok Coronaviridae. Dinamakan coronavirus karena permukaannya yang berbentuk
seperti mahkota (crown/corona).
Virus lain yang termasuk dalam kelompok yang serupa adalah virus yang
menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV) beberapa tahun silam.
Namun, virus corona dari Wuhan ini merupakan virus baru yang belum pernah teridentifikasi
pada manusia sebelumnya. Karena itu, virus ini juga disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus
atau 2019-nCoV.
Virus corona umumnya ditemukan pada hewan –seperti unta, ular, hewan ternak, kucing, dan
kelelawar. Manusia dapat tertular virus apabila terdapat riwayat kontak dengan hewan
tersebut, misalnya pada peternak atau pedagang di pasar hewan.
Namun, adanya ledakan jumlah kasus di Wuhan, China menunjukkan bahwa corona virus
dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Virus bisa ditularkan lewat droplet, yaitu partikel
air yang berukuran sangat kecil dan biasanya keluar saat batuk atau bersin. Apabila droplet
tersebut terhirup atau mengenai lapisan kornea mata, seseorang berisiko untuk tertular
penyakit ini.
Meski semua orang dapat terinfeksi virus corona, mereka yang lanjut usia, memiliki penyakit
kronis, dan memiliki daya tahan tubuh rendah lebih rentan mengalami infeksi ini serta
komplikasinya.
GEJALA COVID 19
Gejala Coronavirus bervariasi, mulai dari flu biasa hingga gangguan pernapasan berat
menyerupai pneumonia. Gejala Corona yang umum dialami mereka yang mengalami infeksi
coronavirus adalah:
Batuk kering
Pilek
Nyeri tenggorokan
Sesak napas
“Kalau melihat risiko yang sudah dipetakan oleh BNPB, setiap kampus menjadi salah satu sektor
bisnis yang dianggap berisiko tinggi menularkan Covid-19, meskipun secara ekonomi tidak terlalu
tinggi risiko dibanding pasar,”tuturnya saat menyampaikan sambutan dalam webinar Persiapan
Adaptasi Kebiasaan Baru di Lingkungan Kampus, Kamis (8/10).
Belum lama ini diketahui terdapat ratusan mahasiswa positif Covid-19 di sebuah kampus di
Jakarta. Hal ini memberikan sebuah bukti jika dunia kampus merupakan area yang bisa menjadi
tempat risiko tinggi untuk penularan Covid-19. Tak hanya itu, mahasiswa bisa menjadi populasi
antara yang menyebarkan Covid-19 ke masyarakat.
Oleh sebab itu, melalui webinar ini diharapkan Riris bisa memberikan gambaran apa yang telah
dilakukan UGM dalam upaya mencegah dan mengendalikan Covid-19 di lingkungan kampus.
“Harapannya bisa berbagi pengalaman dan menjadi model atau memberikan gambaran apa yang
bisa perguruan tinggi lakukan sehingga tidak menjadi pusat penularan Covid-19 dan berkontribusi
dalam mengendalikannya,” paparnya.
Ketua Satgas Covid-19 UGM, Dr.dr. Rustamadji, M.Kes., menyampaikan UGM melakukan
berbagai penyesuaian dalam melaksanakan pembelajaran di masa adaptasi kebiasaan baru di
tengah pandemi. Kegiatan pembelajaran hingga saat ini masih dilakukan secara daring. Apabila
terpaksa melakukan pembelajaran tatap muka pelaksanaan sesuai dengan protokol kesehatan dan
waktu tatap muka disarankan tidak lebih dari 30 menit Belajar dari penularan SARS-CoV2,
Rustamadji mengatakan jika menjaga jarak menjadi faktor penting. Oleh sebab itu, pihaknya
melakukan pengaturan ruang kuliah dengan mengurangi populasi hingga 60 persen. Demikan
halnya di tempat praktikum, studio dan lainnya tetap menerapkan protokol kesehatan.
Sementara untuk mahasiswa pendidikan dokter, dokter gigi, apoteker, kebidanan, keperawatan
untuk tingkat profesi menempatkan mahasiswa di lini yang tidak berhubungan langsung dengan
penderita Covid-19. Sedangkan untuk mahasiswa pendidikan spesialis yang berpotensi
berhubungan dengan penderita Covid-19 memperhatikan modifikasi lingkungan dan protokol
kesehatan.
“Penerapan protokol kesehatan, APD, dan sarana pendukung bagi peserta didik yang berpotensi
tertular Covid-19,”jelasnya.
Langkah lain yang dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 di kampus yaitu
mempromosikan penggunaan makser dan cuci tangan di lingkungan kampus. Selanjutnya, selalu
menekankan untuk menerapkan etika batuk dan bersin. Disamping itu, juga melakukan
pengurangan jumlah individu bekerja di kantor dengan sistem 14 hari WfO dan 14 hari WfH serta
menjaga kebersihan lingkungan.
Sementara untuk mendukung pembelajaran dilakukan penguatan fasilitas layanan kesehatan,
penguatan kemampuan pelacakan, serta penelusuran dan pengujian. Kemudian penyiapan sarana
isolasi dan promosi adaptasi kebiasaan baru.
Peneliti Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM, dr. Citra Indriani, MPH., menyebutkan
dimulainya kembali kegiatan pendidikan secara tatap muka memunculkan risiko klaster baru
Covid-19. Seperti yang telah terjadi di sejumlah pondok pesantren di Pulau Jawa dimana para
santri terinfeksi Covid-19.
“Ada repopulasi untuk melakukan pendidikan yang munculkan klaster baru baik itu di asrama
maupun ponpes,” tuturnya.
Citra mengatakan jika tempat kos juga mennjadi area yang rentan menjadi tempat penularan
Covid-19. Beberapa klaster Covid-19 seperti kampus dan tempat kerja diawali dari adanya
penularan di tempat kos.
“Kalau hanya dari satu sisi saja yang melakukan protokol kesehatan, misalnya hanya di kantor
sementara di kos tidak patuh maka ada klaster baru yang tidak terhindarkan. Karenanya roda
menjalankan protokol kesehatan harus dilakukan secara bersama-sama,” urainya.
Dia menyampaikan terdapat sejumlah faktor pendukung percepatan penularan Covid-19 di asrama
maupun pesantren. Salah satunya yaitu tidak melakukan karantina selama 14 hari. Ketika hal
tersebut tidak dijalankan secara maksimal meningkatkan risiko bertemunya orang yang masih
dalam priode infeksius dengan mereka yang masih rentan. Selain itu, pelaksanaan kelas tatap muka
yang tidak didukung protokol kesehatan turut mempercepat penularan Covid-19. Demikian pula
melaksanakan kegiatan sosial di asrama, pesantren maupun kos tanpa mematuhi protokol
kesehatan. Tak hanya itu, tidak melaporkan adanya gejala dini juga mempercepat penularan virus
corona antar siswa atau penghuni asrama atau kos.
“Yang bisa menjadi pembelajaran disini adalah kerja sama masing-masing indivdu penting untuk
mencegah perluasan penularan,”katanya.
Ketua Health Promoting University (HPU) UGM, Prof. Yayi Suryo Prabandari, pada kesempatan
itu menyampaikan tentang perilaku pencegahan dan pengendalian yang perlu diadaptasi menjadi
sebuah kebiasaan baik bagi individu maupun masyarakat. Dalam level individu menerapkan
protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari yakni memakai masker saat flu dan keluar rumah,
jaga jarak, serta sering mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. Selain itu, menghindari
kerumunan. Tak kalah penting untuk selalu memperbarui pencarian sumber kesehatan yang
kredibel, olahraga, pola makan sehat dan tidak merokok.
Kemudian untuk masyarakat, Yayi menyarankan untuk meminimalkan atau selektif saat akan
melakukan kunjungan ke rumah sakit. Disamping itu, mengidentifikasi dan konsultasi ketika sakit,
literasi kesehatan, sera membangun empati sera solidaritas antar warga.
Sejumlah protokol kesehatan telah disiapkan pemerintah untuk menyambut tatanan kehidupan
baru atau new normal. Protokol kesehatan ini wajib diterapkan oleh setiap individu, terutama di
lingkungan kampus yang akan memulai tahun ajaran 2020/2021. Dengan protokol kesehatan yang
ketat, universitas bersiap menyongsong para mahasiswa kembali beraktivitas.
Meskipun kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya dilakukan secara tatap muka, protokol
kesehatan ini tetap wajib ditaati bagi para mahasiswa dan civitas akademika yang ingin
melaksanakan dan menyelesaikan agenda tertentu.
Penerapan protokol kesehatan merupakan suatu hal yang penting dalam pencegahan
penularan Covid 19 secara meluas. Banyak faktor yang dalam mempengaruhi intensi
mahasiswa dalam mematuhi protokol kesehatan ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi intensi (niat) mahasiswa dalam mengikuti protokol kesehatan
dalam kehidupan, sebagai upaya pencegahan penularan Covid 19.
Penelitian ini didesain sebagai penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey, Penelitian
ini dilakukan pada bulan April-Mei 2020. Populasi dan sampel penelitian ini adalah mahasiswa
yang tinggal di Kabupaten Bogor. Dalam menjawab tujuan penelitian, analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Temuan dari penelitian ini menunjukan
bahwa secara umum intensi (niat) mahasiswa untuk menerapkan protokol kesehatan dalam
kehidupan relatif terkategori tinggi dan sedang. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi
mahasiswa dalam menerapkan perilaku sesuai protokol kesehatan adalah sikap mahasiswa
tentang pentingnya perilaku tersebut, serta persepsi terhadap kontrol pribadi. Sikap atau
keyakinan mahasiswa terhadap keberadaan Covid dan dampak yang diakibatkan memiliki
pengaruh yang kuat terhadap intensi mahasiswa dalam berperilaku penerapan protocol
kesehatan.
DAIGNOSIS COVID 19
Infeksi coronavirus umumnya diketahui melalui gejala dan pemeriksaan fisik yang
dikeluhkan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang untuk
membantu menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan penunjang tersebut antara lain adalah pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan
pembekuan darah, fungsi ginjal dan hati serta pemeriksaan virologi. Selain itu, spesimen dari
hidung dan faring (tenggorokan) pasien pun akan diambil dengan teknik swab. Demikian pula,
sediaan dahak dan, bila diperlukan, cairan bronkus (saluran pernapasan yang lebih kecil).
Melalui pemeriksaan tersebut dapat diketahui apakah penyakit pasien disebabkan oleh virus
atau sebab yang lain. Sementara itu, plasma darah pasien pun akan diperiksa untuk menemukan
RNA virus corona.
Untuk pemeriksaan radiologi, dapat dilakukan pemeriksaan rontgen (x-ray) dada dan CT-
scan dada. Sebagian besar pasien akan menunjukkan gambaran kekeruhan di kedua paru
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ugm.ac.id/id/berita/20188-cegah-penyebaran-covid-19-dengan-adaptasi-baru-di-
lingkungan-kampus
https://iteba.ac.id/blog/protokol-kesehatan-kampus/
https://iteba.ac.id/blog/protokol-kesehatan-kampus/
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200918203843-20-548254/klaster-besar-perkantoran-
corona-buah-pahit-salah-prioritas, diakses 19 februari 2021
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/06/panduan-penyelenggaraan-pembelajaran-pada-
tahun-ajaran-dan-tah , diakses 19 februari 2021
https://news.detik.com/berita/d-5340410/grafik-corona-mingguan-di-ri-kasus-positif-kematian-
meningkat-drastis, diakses 19 Februari 2021
https://doi.org/10.17509/md.v16i2.30125
https://doi.org/10.33096/woh.vi.243
https://scholar.google.co.id/citations?user=i0znlsYAAAAJ&hl=id&authuser