Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL PENERAPAN PROTOKOL COVID 19 DI LINGKUNGAN KAMPUS

Dosen pengampuh: Yosephina E. S. Gunawan S.Kep.,Ns.,M.Kep

DI SUSUN OLEH

OTRANELA MAY NGGADI

KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU

2022
PENGERTIAN COVID 19

Infeksi coronavirus merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus corona dan
menimbulkan gejala utama berupa gangguan pernapasan. Penyakit ini menjadi sorotan karena
kemunculannya di akhir tahun 2019 pertama kali di Wuhan, China. Lokasi kemunculannya
pertama kali ini, membuat coronavirus juga dikenal dengan sebutan Wuhan virus.

Selain China, coronavirus juga menyebar secara cepat ke berbagai negara lain, termasuk
Jepang, Thailand, Jepang, Korea Selatan, bahkan hingga ke Amerika Serikat.

PENYEBAB COVID 19

Penyebab Corona virus merupakan virus single stranded RNA yang berasal dari
kelompok Coronaviridae. Dinamakan coronavirus karena permukaannya yang berbentuk
seperti mahkota (crown/corona).

Virus lain yang termasuk dalam kelompok yang serupa adalah virus yang
menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV) beberapa tahun silam.

Namun, virus corona dari Wuhan ini merupakan virus baru yang belum pernah teridentifikasi
pada manusia sebelumnya. Karena itu, virus ini juga disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus
atau 2019-nCoV.

Virus corona umumnya ditemukan pada hewan –seperti unta, ular, hewan ternak, kucing, dan
kelelawar. Manusia dapat tertular virus apabila terdapat riwayat kontak dengan hewan
tersebut, misalnya pada peternak atau pedagang di pasar hewan.

Namun, adanya ledakan jumlah kasus di Wuhan, China menunjukkan bahwa corona virus
dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Virus bisa ditularkan lewat droplet, yaitu partikel
air yang berukuran sangat kecil dan biasanya keluar saat batuk atau bersin. Apabila droplet
tersebut terhirup atau mengenai lapisan kornea mata, seseorang berisiko untuk tertular
penyakit ini.

Meski semua orang dapat terinfeksi virus corona, mereka yang lanjut usia, memiliki penyakit
kronis, dan memiliki daya tahan tubuh rendah lebih rentan mengalami infeksi ini serta
komplikasinya.
GEJALA COVID 19

Gejala Coronavirus bervariasi, mulai dari flu biasa hingga gangguan pernapasan berat
menyerupai pneumonia. Gejala Corona yang umum dialami mereka yang mengalami infeksi
coronavirus adalah:

Demam tinggi disertai menggigil

Batuk kering

Pilek

Hidung berair dan bersin-bersin

Nyeri tenggorokan

Sesak napas

PENERAPAN PROTOKOL DI LINGKUNGAN KAMPUS

Penerapan adaptasi kebiasaan baru di lingkungan kampus penting dilakukan untk


mencegah penyebaran Covid-19 pada sivitasnya. Pakar epidemiologi sekaligus Direktur Pusat
Kedokteran Tropis FKKMK UGM, dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D., mengatakan persiapan
adaptasi baru di lingkungan kampus menjadi isu penting di tengah pandemi Covid-19. Sebab,
dunia pendidikan mengharuskan adanya interaksi antara mahasiswa dan dosen.

“Kalau melihat risiko yang sudah dipetakan oleh BNPB, setiap kampus menjadi salah satu sektor
bisnis yang dianggap berisiko tinggi menularkan Covid-19, meskipun secara ekonomi tidak terlalu
tinggi risiko dibanding pasar,”tuturnya saat menyampaikan sambutan dalam webinar Persiapan
Adaptasi Kebiasaan Baru di Lingkungan Kampus, Kamis (8/10).

Belum lama ini diketahui terdapat ratusan mahasiswa positif Covid-19 di sebuah kampus di
Jakarta. Hal ini memberikan sebuah bukti jika dunia kampus merupakan area yang bisa menjadi
tempat risiko tinggi untuk penularan Covid-19. Tak hanya itu, mahasiswa bisa menjadi populasi
antara yang menyebarkan Covid-19 ke masyarakat.

Oleh sebab itu, melalui webinar ini diharapkan Riris bisa memberikan gambaran apa yang telah
dilakukan UGM dalam upaya mencegah dan mengendalikan Covid-19 di lingkungan kampus.
“Harapannya bisa berbagi pengalaman dan menjadi model atau memberikan gambaran apa yang
bisa perguruan tinggi lakukan sehingga tidak menjadi pusat penularan Covid-19 dan berkontribusi
dalam mengendalikannya,” paparnya.

Ketua Satgas Covid-19 UGM, Dr.dr. Rustamadji, M.Kes., menyampaikan UGM melakukan
berbagai penyesuaian dalam melaksanakan pembelajaran di masa adaptasi kebiasaan baru di
tengah pandemi. Kegiatan pembelajaran hingga saat ini masih dilakukan secara daring. Apabila
terpaksa melakukan pembelajaran tatap muka pelaksanaan sesuai dengan protokol kesehatan dan
waktu tatap muka disarankan tidak lebih dari 30 menit Belajar dari penularan SARS-CoV2,
Rustamadji mengatakan jika menjaga jarak menjadi faktor penting. Oleh sebab itu, pihaknya
melakukan pengaturan ruang kuliah dengan mengurangi populasi hingga 60 persen. Demikan
halnya di tempat praktikum, studio dan lainnya tetap menerapkan protokol kesehatan.

“Semaksimal mungkin mengurangi kegiatan luring dan memperkuat pembelajaran daring


termasuk praktikum, skill lab dan kunjungan ke RS diganti daring,”terangnya.

Sementara untuk mahasiswa pendidikan dokter, dokter gigi, apoteker, kebidanan, keperawatan
untuk tingkat profesi menempatkan mahasiswa di lini yang tidak berhubungan langsung dengan
penderita Covid-19. Sedangkan untuk mahasiswa pendidikan spesialis yang berpotensi
berhubungan dengan penderita Covid-19 memperhatikan modifikasi lingkungan dan protokol
kesehatan.

“Penerapan protokol kesehatan, APD, dan sarana pendukung bagi peserta didik yang berpotensi
tertular Covid-19,”jelasnya.

Langkah lain yang dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 di kampus yaitu
mempromosikan penggunaan makser dan cuci tangan di lingkungan kampus. Selanjutnya, selalu
menekankan untuk menerapkan etika batuk dan bersin. Disamping itu, juga melakukan
pengurangan jumlah individu bekerja di kantor dengan sistem 14 hari WfO dan 14 hari WfH serta
menjaga kebersihan lingkungan.
Sementara untuk mendukung pembelajaran dilakukan penguatan fasilitas layanan kesehatan,
penguatan kemampuan pelacakan, serta penelusuran dan pengujian. Kemudian penyiapan sarana
isolasi dan promosi adaptasi kebiasaan baru.

Peneliti Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM, dr. Citra Indriani, MPH., menyebutkan
dimulainya kembali kegiatan pendidikan secara tatap muka memunculkan risiko klaster baru
Covid-19. Seperti yang telah terjadi di sejumlah pondok pesantren di Pulau Jawa dimana para
santri terinfeksi Covid-19.

“Ada repopulasi untuk melakukan pendidikan yang munculkan klaster baru baik itu di asrama
maupun ponpes,” tuturnya.

Citra mengatakan jika tempat kos juga mennjadi area yang rentan menjadi tempat penularan
Covid-19. Beberapa klaster Covid-19 seperti kampus dan tempat kerja diawali dari adanya
penularan di tempat kos.

“Kalau hanya dari satu sisi saja yang melakukan protokol kesehatan, misalnya hanya di kantor
sementara di kos tidak patuh maka ada klaster baru yang tidak terhindarkan. Karenanya roda
menjalankan protokol kesehatan harus dilakukan secara bersama-sama,” urainya.

Dia menyampaikan terdapat sejumlah faktor pendukung percepatan penularan Covid-19 di asrama
maupun pesantren. Salah satunya yaitu tidak melakukan karantina selama 14 hari. Ketika hal
tersebut tidak dijalankan secara maksimal meningkatkan risiko bertemunya orang yang masih
dalam priode infeksius dengan mereka yang masih rentan. Selain itu, pelaksanaan kelas tatap muka
yang tidak didukung protokol kesehatan turut mempercepat penularan Covid-19. Demikian pula
melaksanakan kegiatan sosial di asrama, pesantren maupun kos tanpa mematuhi protokol
kesehatan. Tak hanya itu, tidak melaporkan adanya gejala dini juga mempercepat penularan virus
corona antar siswa atau penghuni asrama atau kos.

Kendati begitu, Citra menyampaikan terdapat pendukung pembatasan penularan Covid-19.


Pertama, adanya blok-blok tempat tinggal membantu mencegah perluasan penularan. Selanjutnya,
ada individu yang displin menjalankan protokol kesehatan. Misalnya pengelola asrama atau kos
yang tertib menerapkan protokol kesehatan bagi para penghuninya.
Untuk mncegah penularan di asrama atau kos, Citra mengimbau para pengelola untuk mewajibkan
karantina 14 hari bagi penghuni dari luar wilayah yang baru saja kembali. Lalu, membatasi
interaksi sosial antar penghuni dan menjadwalkan disinfeksi pada ruang atau benda fasilitas
bersama.

“Yang bisa menjadi pembelajaran disini adalah kerja sama masing-masing indivdu penting untuk
mencegah perluasan penularan,”katanya.

Ketua Health Promoting University (HPU) UGM, Prof. Yayi Suryo Prabandari, pada kesempatan
itu menyampaikan tentang perilaku pencegahan dan pengendalian yang perlu diadaptasi menjadi
sebuah kebiasaan baik bagi individu maupun masyarakat. Dalam level individu menerapkan
protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari yakni memakai masker saat flu dan keluar rumah,
jaga jarak, serta sering mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. Selain itu, menghindari
kerumunan. Tak kalah penting untuk selalu memperbarui pencarian sumber kesehatan yang
kredibel, olahraga, pola makan sehat dan tidak merokok.

Kemudian untuk masyarakat, Yayi menyarankan untuk meminimalkan atau selektif saat akan
melakukan kunjungan ke rumah sakit. Disamping itu, mengidentifikasi dan konsultasi ketika sakit,
literasi kesehatan, sera membangun empati sera solidaritas antar warga.

Sejumlah protokol kesehatan telah disiapkan pemerintah untuk menyambut tatanan kehidupan
baru atau new normal. Protokol kesehatan ini wajib diterapkan oleh setiap individu, terutama di
lingkungan kampus yang akan memulai tahun ajaran 2020/2021. Dengan protokol kesehatan yang
ketat, universitas bersiap menyongsong para mahasiswa kembali beraktivitas.

Meskipun kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya dilakukan secara tatap muka, protokol
kesehatan ini tetap wajib ditaati bagi para mahasiswa dan civitas akademika yang ingin
melaksanakan dan menyelesaikan agenda tertentu.

1. Gunakan Masker untuk Terapkan Protokol Kesehatan ke Kampus


Menggunakan masker saat beraktivitas merupakan protokol kesehatan yang
wajib diterapkan saat para mahasiswa dan segenap civitas akademika berkunjung ke
kampus. Mengapa demikian? Karena virus COVID-19 dapat menyebar melalui droplet
atau air liur yang terpercik ke luar saat seseorang berbicara, bersin, dan batuk.
2. Gunak an Face Shield
Berdasarkan penelitian jurnal medis yang dipublikasikan The Lancet, 16% virus
corona dapat menyebar ke seseorang yang tidak menggunakan pelindung mata. Studi
tersebut menekankan bahwa selain melalui hidung dan mulut, pandemi COVID-19
dapat menular melalui mata. Oleh karena itu, penyebaran face shield atau pelindung
wajah dapat digunakan bersamaan dengan masker untuk mencegah penyebaran
pandemi COVID-19 melalui mata.
3. Menjaga Jarak Aman saat Terapkan Protokol Kesehatan ke Kampus
Jarak fisik lebih dari satu meter dapat mencegah penularan virus dengan signifikan.
Jika jarak ditambah satu meter lebih jauh, pencegahan akan semakin efektif dua kali
lipat,” tulis peneliti dalam jurnal yang dipublikasikan The Lancet.
4. Mencuci Tangan Berkala untuk Terapkan Protokol Kesehatan ke Kampus
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir adalah salah satu cara mencegah
tubuh terinfeksi virus corona. Mencuci tangan tidak dapat dilakukan sembarangan. Ada
beberapa cara yang perlu diperhatikan.
Pertama, bersihkan telapak tangan secara menyeluruh dengan sabun. Kedua, gosok
bagian punggung tangan dan digosok perlahan-lahan seperti menggosok telapak tangan.
Ketiga, membersihkan sela-sela jari. Keempat, gosok bagian punggung jari. Kelima,
bersihkan jempol dengan gerakan memutar bergantian. Keenam, di ujung jari terdapat
kuku yang menjadi sarang kuman, untuk menghilangkannya cukup kuncupkan jari dan
bersihkan dengan gerakan memutar. Ketujuh, bilas tangan dengan air bersih dan
mengalir.
5. Menggunakan Hand Sanitizer
Hand anitizer adalah salah satu senjata ampuh untuk menangkal virus corona.
Hand sanitizer lebih praktis dibawa ke mana pun dan mudah digunakan dibandingkan
harus mencuci tangan setiap saat.
Berbagai sumber ilmiah membuktikan bahwa hand sanitizer dengan alkohol minimal
60% dapat digunakan untuk mencegah virus. Hand sanitizer juga dapat digunakan untuk
membersihkan barang-barang, seperti pulpen, meja, dan tombol lift.
6. Hindari Kerumunan
Dengan menghindari kerumunan, kamu dapat melindungi orang-orang yang rentan
terpapar virus corona. Menghindari kerumunan dapat dilakukan dengan menjaga jarak
atau mencari tempat-tempat yang sepi pengunjung. Pasalnya, berkumpulnya banyak
orang dalam satu tempat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penularan virus
COVID-19, jika terdapat salah satu orang yang terinfeksi virus.
Setelah memahami tips menerapkan protokol kesehatan, kini kamu dapat
beraktivitas dengan lebih nyaman saat ke kampus. Institut Teknologi Batam (ITEBA)
adalah salah satu universitas yang menerapkan protokol kesehatan bagi para mahasiswa
dan civitas akademika yang harus beraktivitas ke kampus.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Penerapan protokol kesehatan merupakan suatu hal yang penting dalam pencegahan
penularan Covid 19 secara meluas. Banyak faktor yang dalam mempengaruhi intensi
mahasiswa dalam mematuhi protokol kesehatan ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi intensi (niat) mahasiswa dalam mengikuti protokol kesehatan
dalam kehidupan, sebagai upaya pencegahan penularan Covid 19.

Penelitian ini didesain sebagai penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey, Penelitian
ini dilakukan pada bulan April-Mei 2020. Populasi dan sampel penelitian ini adalah mahasiswa
yang tinggal di Kabupaten Bogor. Dalam menjawab tujuan penelitian, analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Temuan dari penelitian ini menunjukan
bahwa secara umum intensi (niat) mahasiswa untuk menerapkan protokol kesehatan dalam
kehidupan relatif terkategori tinggi dan sedang. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi
mahasiswa dalam menerapkan perilaku sesuai protokol kesehatan adalah sikap mahasiswa
tentang pentingnya perilaku tersebut, serta persepsi terhadap kontrol pribadi. Sikap atau
keyakinan mahasiswa terhadap keberadaan Covid dan dampak yang diakibatkan memiliki
pengaruh yang kuat terhadap intensi mahasiswa dalam berperilaku penerapan protocol
kesehatan.
DAIGNOSIS COVID 19

Infeksi coronavirus umumnya diketahui melalui gejala dan pemeriksaan fisik yang
dikeluhkan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang untuk
membantu menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan penunjang tersebut antara lain adalah pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan
pembekuan darah, fungsi ginjal dan hati serta pemeriksaan virologi. Selain itu, spesimen dari
hidung dan faring (tenggorokan) pasien pun akan diambil dengan teknik swab. Demikian pula,
sediaan dahak dan, bila diperlukan, cairan bronkus (saluran pernapasan yang lebih kecil).

Melalui pemeriksaan tersebut dapat diketahui apakah penyakit pasien disebabkan oleh virus
atau sebab yang lain. Sementara itu, plasma darah pasien pun akan diperiksa untuk menemukan
RNA virus corona.

Untuk pemeriksaan radiologi, dapat dilakukan pemeriksaan rontgen (x-ray) dada dan CT-
scan dada. Sebagian besar pasien akan menunjukkan gambaran kekeruhan di kedua paru
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ugm.ac.id/id/berita/20188-cegah-penyebaran-covid-19-dengan-adaptasi-baru-di-
lingkungan-kampus

https://iteba.ac.id/blog/protokol-kesehatan-kampus/

https://iteba.ac.id/blog/protokol-kesehatan-kampus/

https://kbbi.web.id/badan diakses tanggal 14 Maret 2021.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200918203843-20-548254/klaster-besar-perkantoran-
corona-buah-pahit-salah-prioritas, diakses 19 februari 2021

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/06/panduan-penyelenggaraan-pembelajaran-pada-
tahun-ajaran-dan-tah , diakses 19 februari 2021

https://news.detik.com/berita/d-5340410/grafik-corona-mingguan-di-ri-kasus-positif-kematian-
meningkat-drastis, diakses 19 Februari 2021

https://doi.org/10.17509/md.v16i2.30125

https://doi.org/10.33096/woh.vi.243
https://scholar.google.co.id/citations?user=i0znlsYAAAAJ&hl=id&authuser

Anda mungkin juga menyukai