Sistem Mission
Sistem Mission
Aku
tidak terlalu suka bertarung. Karena aku adalah seorang korban dari pembullyan.
Aku setinggi seperti wanita remaja di sekolahku. Sekitar 167 cm juga, berat badan ku
yang tergolong kecil, sekitar 55 kg dalam umur 15 tahun.
Kali ini aku sedang berada di kelas, seperti biasa. Mereka datang berkelompok,
sekitar ada empat orang. Yang paling depan, itu pemimpin mereka. Kurus berotot dan
berkepala botak.
"Gabriel si cupu." Ucap dia.
"..apa bang?!" Aku merespon dengan rasa gelisah di seluruh tubuhku.
Memang, orang itu adalah seorang petinju yang sudah profesional. Juara di kejuaraan
tingkat Jakarta Selatan. Provinsi sekolah ini berada.
"Lagi dan lagi. Kamu menampakkan diri di hadapan. Aku!" Ucapnya dengan raut
wajah marah.
Entah mengapa dia bisa seperti itu ke aku, salah yang telah aku lakukan seperti apa
emang?!
Aku tidak berbuat kasar kepadanya. Mengapa aku kena imbasnya?!
"Aku mau kamu ikut aku ke toilet nanti. Habis jam ke empat selesai. Tidak datang,
kamu pulang dengan keadaan yang buruk. Kamu paham?!"
"Iya paham!" Dia nyengir saat aku berbicara seperti itu.
Kemudian, setelah dia mengancam aku, langkahnya menjauh dariku. Tersisa aku
seorang diri, tidak ada teman di kehidupan ku. Aku seorang yang lemah, tidak ada
teman, dan juga penyendiri.
Setelah jam ke empat telah selesai. Ini waktunya aku ke toilet untuk bertemu dengan
Han Juya.
Orang yang telah berbuat seenaknya kepada aku. Orang yang menyiksa hidupku.
Tapi...
"Gabriel! Datang juga. Lama banget dah.. sini, nongkrong dulu." Dia bergaya sangat
keren. Aku lihat, kaki memanjang sambil tubuhnya menempel di dinding. Juga sambil
menghisap rokok.
Aku ke sana. Ke hadapan Han Juya, karena aku si penurut. Sangat cepat kalau
disuruh.
"Begini, aku dan pacarku habis bertengkar ya.. melihat muka kamu tuh, ngeselin
banget tahu!" Raut wajahnya seakan benar-benar tidak suka melihat aku.
Tangan Han Juya mulai bergerak, memegang kerah bajuku. Mulai membanting
tubuhku ke lantai.
"Ugh!" Aku kesakitan. Tidak lebih dan tak kurang, ini sudah biasa. Mengapa bisa
terjadi terus-menerus?!
Mengapa harus aku?! Han Juya!? Kenapa dia ada di dunia ini?! Menjadi bahan
kekesalannya yang membuat aku terkena imbasnya.
"Mengapa ... Kamu selalu berbuat seperti ini kepadaku..!" Wajahku berbalik untuk
memandang ke arah badan Han Juya.
Saat itu, aku menyadari. Kami berbeda. Berbeda jauh, bahkan. Tubuh atletisnya,
tinggi badannya. Dia model bagi remaja sekarang. Sangat tampan, dan keren.
Aku mana bisa menjadi lawan yang setara?
"Hah..?!" Awalnya tatapan Han Juya kaget saat aku bicara seperti itu. Seperti terkena
serangan tak sengaja dariku.
Namun, Han Juya langsung berbuat pukulan yang menyakitkan ke wajahku. Yang
akhirnya bonyok, bekas pukulannya.
"Ugh!"
"Berani mengucapkan hal yang lucu, akan aku bunuh kamu!" Lalu, Han Juya
meninggalkan aku sendiri.
Kondisi kalah. Aku tidak mau seperti ini jika memilih. Aku, ingin melawan dan
bertindak sebagai keadilan. Aku berpikir. Bahwa kelakuan Han Juya di dunia ini
sudah buruk sekali. Jika aku dan dia diadu soal sopan santun. Bisa jadi, aku yang
bakal menang. Bisa jadi sih.
Hari ini. Rabu Tanggal Dua Belas Tahun 2023. Hari di mana aku pergi ke sekolah
untuk ketiga kalinya di Bulan Agustus di Minggu yang ke dua.
"Gabriel..!" Nenek jalanan yang sering aku bantu, menyapa aku.
"...! Apa kabar. Nenek? Anda sehat??"
"Saya sehat.. kok-" Nenek itu sambil berjalan maju dengan benda bantuannya.
Tongkat untuk berjalan.
"Ups. Nenek jangan bertindak gegabah seperti itu. Nanti akan bahaya untuk anda
sendiri. Biar saya bantu." Aku langsung membantu beliau dengan gerakan lebih cepat
dari sebelumnya.
Jadi, kami berjalan dengan setara. Yang sebelumnya beliau lebih duluan daripada
aku, tetapi karena beliau kesulitan. Makanya aku bantu. Namun, aku masih sadar,
bahwa beliau lebih senior dibanding aku jadi, aku membantunya berjalan. Sambil aku
berjalan sedikit lambat dari langkahnya.
"Sudah, sudah. Kamu selalu membantu saya. Sekarang sudah sampai ditujuan saya
berjalan keluar. Ini, adalah toko sup kuah milikku. Kalau ada waktu, bisa mampir
makan ke toko milikku. Pasti aku akan melayani kamu dengan senang hati." Nenek
itu berucap dengan sangat baik hati. Beliau melambaikan tangannya ke aku.
Hari ini, di pagi ini. Indah sekali. Aku ingin seperti ini. Melihat langit yang biru
sambil menghirup udara yang segar. Aku suka pemandangan seperti ini.
Tidak di sekolah. Aku tau apa yang akan terjadi. Tapi tidak untuk sekarang!
"Han Juya! Kali ini aku menantang kamu!"
"Hah?!"
"Heh..?!" Aku terkejut saat wajah Han Juya tidak suka kepada aku. Sebenarnya,
seberapa dalam dia menyimpan rasa kesalnya untukku?!
Han Juya yang tadi mendengar ucapan aku. Sekarang dia tertarik dan
memperbolehkan aku melanjutkan bicara.
"Aku ingin menantang kamu soal sopan santun. Jika aku kalah kamu bebas mau
apakan aku ini. Namun, jika kamu yang kalah. Lepaskan aku dari geraman yang tidak
jelas kamu itu ke aku!"
Ucapan aku yang tegas. Walaupun sedikit merinding. Karena lawan pembicara aku
ini adalah pelaku yang berani memukul, menganiaya aku bahkan memalak uang
jajanku.
"Menarik sekali, Gabriel. Aku suka! Mari kita lakukan."
Tentu Han Juya akan tertarik. Bahkan itu jebakan sedikitpun. Karena Han Juya tidak
mau melepaskan diriku ini.
"Tapi, bagaimana dengan wasit yang menentukan pemenangnya?" Orang lain buka
suara. Bukan sekedar orang biasa, dia adalah jagoan dari kelas sebelah. Yaitu Rivaldo.
Rivaldo melirik matanya ke aku. Aku sedikit yakin bahwa dia orang yang adil.
"Bagaimana kamu saja yang mengadili kami berdua... Rivaldo?!" Raut wajah
terpaksa dengan nada suara yang geram.
Memang kelas kami tidak suka dengan kelas sebelah. Bahkan jagoannya saling tidak
suka sama lain.
"Baiklah... Pendapatmu. Bocah kecil?"
"Hah?! Apa boleh buat.. aku setuju." Mulailah pertaruhan di mana aku kehilangan
rasa benci di dalam lubuk hatiku. Han Juya memberhentikan perlakuannya
terhadapku.
Pertandingan pertama dalam sopan santun adalah yang paling simpel. Menuruti
peraturan sekolah. Dilarang siswa tidak memakai atribut yang tidak lengkap. Han
Juya lupa sabuknya bukan milik sekolah. Poin terhadap aku.
Guru di jam ke tiga masuk, beliau menyuruh murid untuk mengumpulkan tugas yang
diberikan. Han Juya tidak mengerjakannya. Poin untukku.
Jam ke empat telah selesai, saatnya istirahat. Yang biasanya Han Juya merokok di
toilet kini, tampak tidak kuat menahannya. Sekarang aku lihat dia sedang putus asa.
Saat istirahat pertama berlangsung Han Juya keluar dan aku melihatnya melewati
Guru tanpa sopan santun dalam dirinya. Poin untukku.
Saat jam ke tujuh di mulai, Han Juya sudah mulai mengantuk. Kemudian tertidur
dalam pelajaran berlangsung. Poin untukku.
"Sialan..! Kenapa aku sangat bosan seperti ini. Gabriel itu, layaknya mempermainkan
aku!" Han Juya. Sedang merokok dalam toilet, aku di luar toilet menguping Han Juya
ngomong seperti sambil asap rokoknya keluar dari toilet. Yang berarti poin untukku
lagi. Hingga pulang sekolah.
Ditentukan siapa pemenang dalam permainan ini. Aku berbicara dengan jujur ke
Rivaldo. Sedangkan, Han Juya sedang berontak kalau apa yang diucapkan aku salah.
Menurutnya, dia menang dan melakukan hal yang benar.
"Sudah, cukup. Han Juya. Kali ini, aku bisa simpulkan kalau Gabriel menang!"
Aku menang..?! Aku bisa menang melawan orang gila itu!? Senangnya aku!
Terbebas dalam masalah ini.
Tanpa sadar Han Juya menatap aku sambil tidak suka akan hal ini.
"Jangan mengingkari sebuah perjanjian." Tatapan dingin Rivaldo. Menarik ke dua
kerah baju seragam Han Juya. Tatapan Rivaldo menyeramkan juga. Memang, jagoan
per kelas sangat ditakutkan murid biasa.
Hari Kamis. Saat setelah kemarin aku memenangkan permainan dengan Han Juya.
"Apakah Han Juya akan berbuat buruk kepadaku lagi atau omong kosong belaka!"
Aku dengan cepat ke sekolah. Ingin merasakan hal nyaman di sekolah.
Di awal aku membuka pintu kelas, rasanya sangat senang. Aku tidak melihat orang-
orang yang aku benci lagi. Semua hilang. Sekarang, saat ini aku perlu bersantai.
Awal pelajaran, aman sekali. Ini bahkan terlalu nyaman untuk dinikmati. Hingga
akhir jam sekolah berakhir.
"Fiuh... Inikah rasanya bebas! Seperti surga aku hidup." Aku merilekskan badanku.
Lalu, berjalan keluar dari gerbang sekolah. Sampai aku, tidak menyadari musibah
selanjutnya.
"..." Aku terkejut. Sistem!? Apaan, dah. Nggak tau apa-apa, toh. Malah dapet misi
dari sebuah hal yang tidak bisa aku jelaskan kepada orang lain?! Ini gila... Aku harus
mengikuti misi yang telah diberi?! Harus banget!? Ini sudah malam, lho.
_Sistem menyadari waktu Tuan berada sekarang. Oleh karena itu, akan diaktifkan
batasan waktu. Batasan Waktu diaktifkan. Misi: Berlari 100km dalam kurung waktu 3
jam. Batasan waktu besok malam. Hadiah kecepatan tubuh meningkat. Konsekuensi
tidak melakukannya adalah Han Juya akan melanggar janji terhadap Tuan. Sistem
juga akan dinonaktifkan._
"Gak beres!! Han Juya..! Sesuatu yang disebut 'Sistem' ini berani menyuruh aku dan
bisa sekali sampai diancam?!! Kamu... Tau Han Juya siapa?!"
Sialan ... Aku tertarik dengan informasinya. Soalnya sejak dulu aku ingin membalas
perbuatannya tapi tidak kesampaian. Jika lewat informasi keburukan keluarga Han.
Aku bakal diakui Han Juya bahwa jangan mempermainkan diriku lagi! Aku bahkan
bisa dapat kepercayaan orang lain di kelas. Anak keluarga Han seperti ini. Ya.
_Baik. Dari misi hingga informasi Han Juya. Diterima ... Informasi Han Juya. Yang
pasti tidak lajang, wanita bekas Han Juya satu sekolah di kelas yang berbeda. Cantik,
bohay dan perhatian. Ada orang lain yang mengintip Han Juya merokok di dalam
kelas saat jam pelajaran olahraga. Orang tersebut adalah berada di kelas lain. Air
Conditioner kelas pernah dirusaki oleh Han Juya karena sedang beraksi pemalakan.
Selain informasi yang umum. Aku bisa menjelaskan Han Juya.
Han Juya. Anak laki-laki nakal, yang terbukti di masa depan. Dia adalah pemilik
perusahaan gelap. Seperti, bar, toko senjata api ilegal, klub malam, hotel, dan rumah
sakit plastik. Karena dia pemimpin banyak perusahaan yang dikelola, Han Juya
menguasai ilmu bela diri seperti, taekwondo, silat, dan karate. Han Juya manusia
ditakuti di masa mendatang tapi, ada satu kelemahan di dalam dirinya. Tetapi
pertama, aku ingin menjelaskan kelebihannya dahulu. Apakah Tuan setuju? Ya atau
Tidak_
Ribet banget. Tapi dengan ini, aku bisa mengalahkan Han Juya. "Ya."
_Han Juya pemberani dan pantang menyerah. Motivasional dan kuat. Namun, untuk
sistem. Orang ini bukan masalah untuk Tuan hadapi, cukup mengikuti misi. Tuan
akan mengubah takdir orang ini. Jadi, kelemahan Han Juya adalah dengan cara
melawannya dengan fisik. Sudah melawannya dan dia mengaku kalah, bisa jadi dia
hilang dalam keberadaan Anda, Tuanku._