6869-Article Text-13869-1-10-20150822
6869-Article Text-13869-1-10-20150822
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk
M. Andi Setiawan
Prodi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6889
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
E-mail: pps@unnes.ac.id
8
M. Andi Setiawan / Jurnal Bimbingan Konseling 4 (1) (2015)
9
M. Andi Setiawan / Jurnal Bimbingan Konseling 4 (1) (2015)
solusi yang paling efektif untuk masalah yang komponen model disusun berdasarkan kajian
dihadapi dan untuk memberikan pelatihan konsep konseling kelompok, kajian konsep teknik
sistematis keterampilan kognitif. Teknik problem problem solving, kajian konsep self-efficacy
solving juga tepat dilaksanakan dalam suasana akademik serta kajian empiris tentang kondisi
kelompok, karena anggota kelompok bisa faktual layanan bimbingan dan konseling
menyarankan dan menawarkan solusi yang khususnya layanan konseling kelompok di SMA
potensial, selain itu beberapa anggota kelompok Swasta yang ada di kota Semarang yang terdiri
juga kurang memiliki keterampilan dan kurang dari 6 tahap yaitu studi pendahuluan,
mampu dalam memecahkan masalah sehingga merumuskan model hipotetik, uji kelayakan
membutuhkan anggota kelompok lain untuk bisa model hipotetik, perbaikan model hipotetik, uji
berkembang. Sehingga solusinya adalah peneliti coba terbatas (Uji empirik), menyusun model
mencoba mengembangkan model konseling akhir konseling kelompok dengan teknik problem
kelompok dengan teknik problem solving untuk solving untuk meningkatkan self-efficacy
meningkatkan self-efficacy akademik siswa SMA akademik.
swasta Kota Semarang. Desain uji coba dalam penelitian
pengembangan ini dilakukan untuk menghasilkan
METODE PENELITIAN sebuah model konseling kelompok dengan teknik
problem solving yang rasional, aplikatif serta
Metode penelitian ini menggunakan teruji. Uji ahli dilakukan dengan melibatkan 2
pendekatan penelitian dan pengembangan (research orang pakar dalam layanan bimbingan dan
and development). Metode penelitian dan konseling untuk memvalidasi model hipotetik agar
pengembangan merupakan metode yang menjadi sebuah model yang secara rasional
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, mampu meningkatkan self-efficacy akademik
dan menguji keefektifan produk tersebut siswa. Uji praktisi dilakukan dengan melibatkan 9
(Sugiyono, 2013: 407). Dalam konteks orang praktisi dalam layanan bimbingan dan
pendidikan, maka produk yang dimaksud adalah konseling untuk memvalidasi model hipotetik agar
berkaitan dengan komponen sistem pendidikan. menjadi sebuah model yang praktis/ mudah
Dasar pertimbangan penggunaan pendekatan ini dalam pelaksanaannya nanti. Sedangkan ujicoba
adalah pendapat Borg dan Gall (Samsudi, 2009:87) terbatas akan dilakukan dengan desain eksperimen
“Educational research and development (R & D) is a yaitu metode Pretest-Posttest Control Group
process used to develop and validate educational Design.
products” yang menyatakan bahwa strategi Uji coba terbatas diberikan kepada 8 orang
penelitian dan pengembangan pendidikan untuk siswa sebagai subjek penelitian diambil secara
mengembangkan dan memvalidasi produk randomisasi (random assignment). Subjek
pendidikan. Produk pendidikan yang dapat penelitian diberikan pre test untuk mengukur
dihasilkan melalui pendekatan penelitian dan kondisi self-efficacy akademik awal lalu diberikan
pengembangan adalah buku teks, film perlakuan berupa layanan konseling kelompok
instruksional, program komputer, metode dengan teknik problem solving, langkah
mengajar, dan berbagai program pendidikan selanjutnya adalah dilakukan post test dan
lainnya. kemudian membandingkan nilai pre test dan post
Produk yang dimaksud dalam penelitian ini test untuk melihat keefektifan konseling kelompok
adalah sebuah model konseling kelompok dengan dengan teknik problem solving untuk
teknik problem solving untuk meningkatkan self- meningkatkan self-efficacy akademik siswa.
efficacy akademik siswa. Kerangka isi dan
10
M. Andi Setiawan / Jurnal Bimbingan Konseling 4 (1) (2015)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian beberapa hambatan saat kegiatan kelompok
ini terdiri dari pedoman wawancara terhadap guru meliputi analisa anggota kelompok, identifikasi
BK, lembar validasi ahli dan lembar validasi masalah yang akan dibahas dalam kelompok,
praktisi untuk mengumpulkan data kualitatif serta siswa masih enggan untuk mengungkapkan
skala psikologis self-efficacy akademik siswa untuk permasalahannya, kurang percaya pada anggota
mengumpulkan data kuantitatif. Teknik analisis kelompok lainnya, timbulnya rasa bosan pada
data yang digunakan adalah teknik analisis para anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan
deskripsi kualitatif dan analisis data hasil uji konseling kelompok. Hal ini menunjukkan
statistik. Untuk membuktikan hipotesis dalam indikasi bahwa masih kurangnya inovasi dalam
penelitian ini penulis membandingkan tingkat self- pelaksanaan konseling kelompok oleh pemimpin
efficacay akademik siswa sebelum dan sesudah kelompok yaitu guru bimbingan dan konseling.
diberikan perlakuan menggunakan uji independent .
sample t-test dengan menggunakan bantuan Tabel 1. Persentase skor total self-efficacy
perangkat lunak (software) SPSS 19.00 for akademik siswa Kelas XI SMA
Windows. Jika hasil uji menunjukkan hasil yang Kesatrian 1 Semarang
signifikan, maka model konseling kelompok Jumlah
dengan teknik problem solving efektif untuk No Kategori Persentase
Siswa
meningkatkan self-efficacy akademik siswa
1 Tinggi 127 52,26 %
HASIL DAN PEMBAHASAN 2 Sedang 49 20,16 %
3 Rendah 67 27,57 %
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
4 Sangat Rendah 0 0,0 %
penyelenggaraan layanan konseling kelompok di
SMA Swasta Kota Semarang belum memenuhi Total 243 100%
syarat ruang konseling yang ideal karena
dilaksanakan di ruang kelas yang kosong, aula Berdasarkan tabel 1 penulis berkesimpulan
sekolah, ataupun laboratorium,. Hal ini bahwa perlu adanya upaya bantuan bagi siswa
dikarenakan keterbatasan ruang layanan agar dapat meningkatkan self-efficacy
bimbingan dan konseling yang tidak memiliki akademiknya. Pelaksanaan layanan konseling
ruangan khusus untuk penyelenggaraan layanan kelompok yang konvensional tidak efektif dalam
konseling kelompok. Layanan konseling meningkatkan self-efficacy akademik siswa. Guru
kelompok yang dilaksanakan di SMA Swasta pembimbing membutuhkan sebuah model layanan
Kota Semarang adalah dengan menggunakan cara konseling kelompok yang tepat dan efektif untuk
atau model layanan konseling kelompok yang meningkatkan self-efficacy akademik siswa. Oleh
umum atau konvensional yang terdiri dari 4 karena itu, penulis mengembangkan sebuah model
tahapan kegiatan yakni tahapan pembentukan, layanan konseling kelompok dengan teknik
tahapan peralihan, tahapan kegiatan serta tahapan problem solving sebagai sebuah alat yang dapat
penutup atau pengakhiran dengan menggunakan digunakan untuk meningkatkan self-efficacy
teknik diskusi kelompok. Selain itu, terdapat akademik siswa.
11
M. Andi Setiawan / Jurnal Bimbingan Konseling 4 (1) (2015)
Tabel 2 Perubahan Self-Efficacy Akademik antara Pre Test dan Post Test
Anggota Frekuensi
No Pretest Posttest Perubahan
Kelompok %
55 108 53
F 33,12
1 SAP
%
34,37 67,5
51 99 48
F 30
2 AN
%
31,87 61,88
56 115 59
F 36,87
3 IW
%
35 71,88
53 109 56
F 35
4 MEP
%
33,12 68,13
52 107 55
F 34,37
5 MAF
%
32,5 66,88
54 104 50
F 31,25
6 FAJR
%
33,75 65
55 105 50
F 31,25
7 RAD
%
34,75 65,63
54 110 56
F 35
8 AWN
%
33,75 68,75
Rata-rata 53,4 (28,4%)
Pengembangan model konseling kelompok meningkatkan self-efficacy akademik siswa telah
yang dimaksud disini adalah sebuah layanan layak untuk digunakan di sekolah.
konseling kelompok yang didalamnya disisipi Model konseling kelompok dengan teknik
teknik problem solving di dalam tahapan problem solving yang telah melalui uji kelayakan
kegiatannya. Komponen dari teknik problem yang selanjutnya akan diuji cobakan untuk melihat
dimaksud yaitu (a) definisi dan formulasi masalah, keefektifannya dalam meningkatkan self-efficacy
(b) merancang dan memilih solusi, (c) akademik siswa. Uji coba dilaksanakan di SMA
pengambilan keputusan, dan (d) evaluasi solusi. Kesatrian 1 Semarang sebanyak 8 kali pertemuan
Setelah model hipotetik tersusun maka selanjutnya sesuai dengan tahapan dari teknik problem
dilakukan uji ahli dan uji praktisi. Hasil dari solving. Untuk melihat peningkatan self-efficacy
validator ahli sebanyak dua orang dan hasil uji akademik siswa sebelum dan sesudah pemberian
kelayakan praktisi bimbingan dan konseling, maka layanan konseling kelompok, dapat dilihat pada
diperoleh kesimpulan bahwa model konseling tabel 2.
kelompok dengan teknik problem solving untuk Visualisasi tabel di atas bisa dilihat dalam
gambar berikut ini.
12
M. Andi Setiawan / Jurnal Bimbingan Konseling 4 (1) (2015)
140
120
115
100 108 109 107 110
104 105
99
80
60
55 56 53 52 54 55 54
40 51
20
0
SAP AN IW MEP MAF FAJR RAD AWN
SKOR PRETEST SKOR POSTEST
Gambar 1 Perubahan Self-Efficacy Akademik antara Pre Test dan Post Test
Dari tabel di atas terlihat bahwa self-efficacy dilaksanakan sesuai dengan konsep konvensional
akademik siswa mengalami peningkatan sebesar yaitu tahapan: tahap pembentukan, peralihan,
28,4% setelah mengikuti kegiatan konseling kegiatan, dan pengakhiran akan tetapi dalam
kelompok dengan teknik problem solving. Uji
pelaksanaannya masih ada beberapa kegiatan yang
keefektifan model yang dikembangkan sekaligus
untuk menjawab hipotesis penelitian adalah tidak dilakukan oleh pemimpin kelompok,
dengan membandingkan perbedaan antara skor ditambah guru pembimbing belum pernah
pre test dan skor post test menggunakan menggunakan teknik tertentu dalam melaksanakan
independent sample t-test dengan menggunakan konseling kelompok,sehingga efektivitas layanan
bantuan perangkat lunak (software) SPSS 19.00 konseling kelompok belum tercapai secara optimal.
for Windows. Hasil perhitungan dengan
Tingkat self-efficacy akademik siswa kelas XI SMA
menggunakan bantuan aplikasi SPSS 19.00
diperoleh T hitung < T tabel (2,120) maka Ho Kesatrian 1 Semarang dari hasil studi pendahuluan
ditolak dan Ha diterima. Kriteria pegujian Ho sebanyak 243 siswa diperoleh 67 siswa (27,57%)
diterima jika P value <0,05. Membandingkan dam kategori rendah, 49 siswa (20,16%)siswa
probabilitas/signifikan dimana P value (0,782) dengan kategori sedang, dan 127 siswa (52,26%)
sehingga Ho ditolak. Oleh karena itu dapat dengan kategori tinggi. Dengan kata lain bahwa di
disimpulkan bahwa model konseling kelompok
SMA Kesatrian 1 Semarang ditemukan siswa kelas
dengan teknik problem solving efektif untuk
meningkatkan self-eficacy akademik siswa. XI memiliki self-eficacay akademik yang rendah.
Telah ditemukan model layanan konseling
SIMPULAN kelompok dengan teknik problem solving yang
terdiri dari beberapa komponen yaitu: (1) rasional;
Berdasarkan hasil analisis data, mulai dari (2) Visi dan misi; (3) tujuan konseling kelompok; (4)
tahap penelitian pendahuluan sampai pada uji coba isi konseling kelompok; (5) pendukung sistem
model, maka dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok; (6) prosedur pelaksanan
konseling kelompok di SMA swasta kota Semarang konseling kelompok dengan teknik problem solving.
13
M. Andi Setiawan / Jurnal Bimbingan Konseling 4 (1) (2015)
14