Anda di halaman 1dari 9

KOMUNIKASI DALAM BUDAYA MANAJERIAL PENDIDIKAN ISLAM

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek kebutuhan dasar setiap umat manusia. Tanpa kita sadari,
segala hal yang terjadi sejak kita dilahirkan di bumi ini merupakan proses dari pendidikan itu
sendiri. Pendidikan merupakan proses belajar dan mengajar yang bukan hanya terjadi dalam
lembaga formal, melainkan lebih luas daripada itu. Naun demikian, pendidikan itu sendiri
memerlukan manajemen yang baik agar dapat mencapai suatu tujuan dengan metode dan
pendekatan yang sesuai secara efektif.

Syahidin, dalam buku manajemen pendidikan Islam karya muwahid Shulham dan Soim,
menyatakan bahwa terdapat tiga misi utama dalam pendidikan, yaitu pewarisan pengetahuan
(transfer of knowledge), pewarisan budaya (transfer of culture), dan pewarisan nilai (transfer of
value).1 Dalam hal ini titik fokus pendidikan tersebut adalah mengarahkan peserta didik agar
menjadi orang-orang yang beriman dan melaksanakan amal sholeh sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam
merupakan pendidikan yang dilaksanakan berlandaskan dengan asas-asas dasn syariat Islam
yang berpedoman pada al-quran dan sunah guna membentuk pribadi muslim yang bertakwa
kepada Allah SWT.

Manajemen pendidikan merupakan salah satu agenda reformasi pendidikan untuk memperbaiki
mutu pendidikan yang dimulai dari tingkat pra sekolah, SD, SLTP, SMA sampai dengan
perguruan tinggi dan kegiatan non-formal didalam kehidupan masyarakat. Manajemen
merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya
anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada lembaga pendidikan
Islam, manajemen sangat diperlukan karena kegagalan mengelola lembaga pendidikan pada
umumnya disebabkan oleh manajemen yang buruk. Untuk itu dalam manajemen pendidikan
Islam diperlukan komunikasi yang baik dalam mengelola pendidikan Islam. Komunikasi
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam berorganisasi. Hasil penelitian seorang pakar

1
Muwahid shulhan dan soim, manajemen pendidikan islam :strategi dasar menuju peningkatan mutu pendidikan
islam, (Yogyakarta : teras, 2013), h. 4
komunikasi menyimpulkan bahwa sekitar 75%-90% waktu kerja digunakan pimpinan dan
manajer untuk berkomunikasi. Komunikasi yang efektif menuntut rasa saling menghormati,
percaya, terbuka dan tanggung jawab.

Kebutuhan pendidikan terhadap manajemen dan kelumpuhan manajemen tanpa adany


akomunikasi pada akhirnya membentuk suatu budaya yang saling berkaitan antar satu dengan
yang lainnya. Hal ini sudah berlangsung alama sekali sejak terbentuknya suatu terobosan terkait
pendidikan yang memiliki struktur dan manajemen yang jelas, sehingga menjadikannya sebagai
momen kebiasaan yang bermanifestasi menjadi sebuah budaya dalam pendidikan Islam itu
sendiri. Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu hal
yang penting dalam manajemen atau manajerial suatu perkumpulan, organisasi, dan
semacamnya, yang dalam hal ini dikhususkan sebagai pendidikan Islam. Kebutuhan akan
manajemen dan komunikasi tersebut membentuk sebuah budaya dalam pendidikan Islam
sehingga sebuah komunikasi mnejadi sebuah budaya dalam manajelemn pendidikan Islam.

Kemudian daripada itu, maka timbullah beberapa pertanyaan atau masalah-masalah yang
berkaitan dengan komunikasi dalam budaya manajemen pendidikan islam yang perlu dibahas
guna menjadi rferensi dan pedoman bagi para pelaksana pendidikan Islam serta peneliti terkait
hal sejenis. Adapun permasalahan yang pennulis temukan dan akan dibahas kali ini antara lain
adalah sebagai berikut :

1. Apa itu komunikasi, budaya, manajerial, dan pendidikan Islam ?


2. Apa urgensi komunikasi dalam budaya manajerial pendidikan Islam ?
3. Apa faktor penghambat pelaksanaan komunikasi dalam manajerial pendidikan Islam ?
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian
Komunikasi dalam aspek etimologis berasal dari Bahasa latin, yaitu cum. Sebuah kata
depan yang artinya dengan atau bersama dengan, dan kata unit sebuah kata bilangan yang
berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communion, yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan communion, yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan
gabungan, pergaulan dan hubungan. Karena untuk bercommunio diperlukan adanya
usaha dan kerja, kata itu dibuat kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu
dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberikan
sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman.Jadi,
komunikasi berarti pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau
hubungan.2 Brent D. Ruben, Brent D. Ruben memberikan definisi mengenai komunikasi
manusia yang lebih komprehensif sebagai berikut : komunikasi manusia adalah suatu
proses melalui individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan
dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk
mengkoordinasi lingkungannya dengan orang lain.3
Komunikasi sebagaimana yang dijelaskan barelson dan steiner merupakan pemindahan
informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan lainnya dengan menggunakan simbol, kata-
kata, gambar, figur, dan grafik. Hal ini merupakan tindakan atau proses komunikasi yang
biasanya disebut komunikasi.4
Komunikasi adalah suatau transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang
mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui
pertukaran informasi untuk mengutkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha
mengubah sikap dan tingkah laku itu.5
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses yang terjadi antar individu,
antar kelompok, ataupun antar organisasi dalam cakupan yang lebih besar yang berupa
pemindahan atau serah terima informasi yang dilakukan dengan sistem dua arah yang

2
Murni, urgensi komunikasi dalam pendidikan islam, h. 33
3
Dr. fory armin naway, m. pd, komunikasi & organisasi pendidikan, (Gorontalo : ideas publishing, 2016), h. 56
4
Dedi sahputra napitupulu, komunikasi organisasi pendidikan islam, at-ta’dib : jurnal ilmiah prodi pendidikan
agama islam vol. 11, no. 2, (labuhanbatu utara : sekolah tinggi ilmu tarbiyah al-ittihadiyah, 2019), h. 129
5
Ibid.,
berupa gagasan emosi, keterampilan dan lainnya dengan menggunakan simbol, kata-kata,
gambar, figur, dan grafik dengan tujuan mengatur lingkungannya dengan membangun
hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi tersebut untuk mengutkan
sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.
Budaya secara asosiatif dapat dinyatakan sebagai usaha budi/akal dalam rangka
memperbaiki kualitas dan kuanttitas (peradaban) hidup manusia. Kebudyaan juga
diartikan sebagai seperangkat aturan yang memiliki arahan tentang bagaiaman manusia
harus berperilaku dalam kehidupan mereka. Aturan-aturan ini juga memungkinkan untuk
pemahaman yang lebih baik tentang perilaku orang lain, dan memprediksi mengapa dan
bagaimana orang lain akan berperilaku. Aturan-aturan ini harus diikuti untuk menjaga
keharmonisan dan ketertiban dalam masyarakat.6
Budaya menunjukkan nilai apa yang merupakan nilai penting dan kurang penting. Dalam
beberapa budaya, individu lebih mementingkan pekerjaan, prestasi pribadi, dan hal-hal
yang berkaitan dengan materi (misalnya, Amerika Serikat), sedangkan pada budaya lain,
orang diharapkan untuk mau berbagi, patuh, dan memperhatikan orang lain (misalnya,
Asia). Budaya membantu untuk menegaskan kembali nilai-nilai, mengatasi kesulitan, dan
menemukan pemecahan masalah. Budaya mencakup sistem nilai, dan nilai menciptakan
budaya.7
Maka budaya merupakan usaha budi/akal dalam rangka memperbaiki kualitas dan
kuanttitas (peradaban) hidup manusia.yang menunjukkan nilai apa yang merupakan nilai
penting dan kurang penting yang berisi seperangkat aturan dengan arahan tentang
bagaiaman manusia harus berperilaku dalam kehidupan mereka guna menjaga
keharmonisan dan ketertiban dalam masyarakat. Budaya itu sendiri juga dapat diartikan
sebagai suatu pembiasaan atau kebiasaan yang akhirnya mendarah daging dalam sebuah
sistem atau kelompok, tau sebagainya yang kemudian telah melekat dan menjadi darah
daging dari sebuah persoalan, salah satunya terkait pendidikan Islam.
Manjerial atau manajemen merupakan ketatalaksanaan, ketatapengurusan, pembinaan,
pemimpin, dan sebagainya. george r. terry menyatakan bahwa manajemen adalah suatu
proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaaan, pengorganisasian,
penggerakkan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan sertamencapai
6
Kusherdyana, pemahaman lintas budaya, h. 5
7
Ibid., h. 6
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.8
Menurut drs. Malayu S. P. Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efekktif dan efisien
untuk mencapai tujuan tertentu.9
Terlepas dari pengertian di atas, manajemen pada hakikatnya mengandung dasar falsafah
dan unsur-unsur yang memiliki kemiripan seperti “
a. Manajemen memiliki tujuan yang telah ditetapkan lebih dulu berupa hasil akhir
yang diinginkan ataupun diharapkan (predetermined objectives).
b. Pencapaian tujuan dilaksanakan melalui pendelegasian wewenang (through the
effort of other people).
c. Pencapian tujuan organisasi dilaksanakan melalui fungsi perencanaan,
pengorganisasian, dan pengarahan.
d. Kepemimpinan dan pengawasan sehingga pemandaatan faktor “human” dab
“non-human” dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien (how to manage of
effectively).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manajerial merupakan ilmu atau seni
yang berupa ketatalaksanaan, ketatapengurusan, pembinaan, pemimpin, dan sebagainya
yang dilakukan untuk menentukan sertamencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efekktif
dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Memiliki sebuah pemimpin, yang menjadi
otak dan penggerak dari segala bentuk perencanaan dan hal-hal lainnya sehingga menjadi
lebih terstruktur dan jelas.

2. Urgensi komunikasi dalam budaya manajerial pendidikan Islam


Secara sederhana, komunikasi pendidikan dapat diartikan sebagai komunikasi yang
terjadi dalam suasana pendidikan. Dengan demikian, komunikasi pendidikan adalah
proses perjalanan pesan atau informasi yang merambah bidang atau peristiwa-peristiwa
pendidikan. Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses kounikasi, penyampaian

8
Hairunnisa husain, buku ajar manajemen komunikasi : suatu pengantar, (samarinda :mulawarman university press,
2022), h. 2
9
Ibid.,
pesan dari pengantar ke penerima. Pesan yang disampaikan berupa isi/ ajaran yang
dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik verbal maupun non-verbal.
Paling tidak terdapat dua pertimbangan mendasar yang yang patut diperhatikan untuk
menjawab mengapa komunikasi pendidikan itu penting. Pertama, dunia pendidikan
sangat membutuhkan sebuah pemahaman yang holistik, komprehensif, mendasar dan
sistematis tentang pemanfaatan komunikasi dalam implementasi kegiatan belajar-
mengajar. Tanpa ruh komunikasi yang baik, maka pendidikan akan kehilangan cara dan
orientasi dalam membangun kualitas output yang diharapkan. Dalam konteks ini,
komunikasi pendidikan bisa disejajarkan dengan metodologi pengajaran, manajemen
pendidikan dan lain-lain. Dalam interaksi sehari-hari di dunia pendidikan menunjukkan
bahwa sebagian besar aktifitas guru maupun dosen di ruang kelas adalah kegiatan
komunikasi baik verbal maupun non verbal. Oleh karenanya, hasil buruk penerimaan
materi oleh para siswa maupun mahasiswa belum tentu karena guru atau dosennya yang
salah kaprah, bisa jadi justru karena metode komunikasi mereka yang sangat buruk di
depan anak-anak didik.
Kedua, komunikasi pendidikan akan menunjukkan arah dari proses konstruksi sosial atas
realitas pendidikan. Sebagaimana dikatakan teoritisi sosiologi pengetahuan Peter L
Berger dan Thomas Luckman dalam social construction of reality, yang mamahami
bahwa realitas itu dikonstruksi oleh makna-makna yang dipertukarkan dalam tindakan
dan interaksi individu-individu.
Berdasarkan uraian diatas, maka komunikasi pendidikan adalah suatu tindakan yang
memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pemahaman dan praktik interaksi.
serta tindakan seluruh individu yang terlibat dalam dunia pendidikan. Komunikasi
manjerial pendidikan merupakan sebuah interaksi yang terjadi di antara unit-unit
komunikasi dari suatu manajemen pendidikan. Karena pada dasarnya, suatu manajemen
pendidikan merupakan bagian dari unit-unit komunikasi yang memiliki hubungan
hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Komunikasi dalam manajemen pendidikan dapat berlangsung kapan saja yang
melibatkan orang-orang yang berada dalam manajemen itu, baik atasan, bawahan atau
unsur pimpinan dan unsur bawahan, antara guru dan siswa di sekolah, maupun antara
siswa dengan siswa lainnya, maupun antara guru dan orang tua murid dan lain
sebagainya.
Dalam prosesnya, komunikasi merupakan suatu proses sosial untuk mentranmisikan atau
menyampaikan perasaan atau informasi baik yang berupa ide-ide atau gagasan-gagasan dalam
rangka mempengaruhi orang lian. Agar komunikasi berjalan efektif, komunikator hendaknya
mampu mengatur aliran pemberitaan ke tiga arah, yakni ke bawah, ke atas, ke samping atau
mendatar. Bagi setiap orang atau kelompok dalam organisasi hendaknya mungkin untuk
berkomunikasi dengan setiap orang atau kelompok lain, dan untuk menenrima respon sikap, itu
diminta oleh komuniktor.
Terdapat beberapa pertimbangan terkait dengan pengembangan komunikasi pendidikan,
antara lain: dunia pendidikan membutuhkan sebuah pemahaman yang komprehensif,
holistik, mendasar, dan sistematis tentang pemanfaatan komunikasi dalam proses
pembelajaran. Komunikasi pendidikan akan menunjukkan arah proses konstruksi sosial
atas realitas pendidikan. Artinya komuniaksi pendidikan bisa memberikan konstribusi
sangat penting dalam pemahaman dan praktek interaksi serta tindakan seluruh individu
yang terlibat dalam dunia pendidikan. Model komunikasi terbuka tampaknya lebih cocok
untuk diterapkan dalam kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya kegiatan intrupsional
karena sifatnya yang lebih dapat memberikan peluang untuk saling mengontrol
kesalahan-kesalahan yang ada baik bagi komunikator sendiri maupun bagi komunikan
belajar. Sifat model komunikasi terbuka ini antara lain adalah, idealogis, persuasif, dan
edukatif.
3. Faktor penghambat pelaksanaan komunikasi dalam manajerial pendidikan Islam.
Banyak tujuan komunikasi pendidikan atau tujuan belajar yang sering tidak tercapai
akibat dari kurang atau tidak berfungsinya unsur-unsur komunikasi di dalamnya, atau
tujuan pendidikan tidak tercapai karena penerapan komunikasi yang keliru. Tujuan
pendidikan secara umum adalah mengubah kondisi awal manusia kepada atau ke arah
yang sesuai dengan norma kehidupan yang lebih baik, lebih berkualitas dan lebih
sejahtera, baik lahir maupun batin. Tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan, dan tentu
oleh suatu tindakan komunikasi pendidikan, sesuai yang diamanatkan dalam rumusan
tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencapai predikat manusia Indonesia yang ber-
Pancasila, meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME, kecerdasan, ketrampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat agar
dapat menumbuhkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Kelancaran berkomunikasi dengan lisan bagi setiap orang berbeda-beda, dan dipengaruhi
oleh berbagai faktor berikut:
a. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan mempengaruhi kelancaran berkomunikasi karena apabila
komunikator menguasai bahasa dan kebudayaan orang yang diajak
berkomunikasi, komunikasi akan lancar. Sebaliknya, apabila ia tidak memahami
bahasa dan kebudayaan komunikan, komunikasipun terhambat.
b. Faktor pengalaman
Pengalaman merupakan guru terbaik. Komunikasi akan terhambat apabila pelaku
komunikasi sangat sedikit pengalamannya. Demikian sebaliknya, komunikasi
akan lancar apabila ditunjang oleh pengalaman yang memadai, seperti komunikasi
orang baduy, tentu bagi peneliti yang berpengalaman dengan orang baduy,
komunikasi akan lebih baik dan berjalan lancar.
c. Faktor intelelegensi
Orang yang intelegensinya rendah, biasanya tidak lancar dalam berbicara karena
tidak memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan bahasa yang baik. Cara
berbicaranya terputus-putus, bahkan antara kata yang satu dengan lainnya tidak
relevan.
d. Faktor kepribadian

Orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang pergaulan, biasanya kurang
lancar berbicara.
e. Faktor biologis
Kelumpuhan organ berbicara dapat menimbulkan kelainan, seperti:
1) Sulit mengatakan kata desis (lipsing) karena ada kelainan pada rahang,
bibir, gigi
2) Berbicara tidak jelas (sluring), yang disebabkan oleh bibir sumbing,
rahang, lidah tidak aktif.
3) Berbicara ragu-ragu, gagap yang disebabkan tidak biasa berbicara dengan
orang banyak, sifat pemalu.10

10
Murni, urgensi komunikasi dalam manajemen pendidikan, Op. Cit., h. 40-41

Anda mungkin juga menyukai