Anda di halaman 1dari 7

Skolastika Piscasari Sukoutoro Atmojo: Penanganan Abses Periapikal Kronis Palatal Anterior

Penanganan Abses Periapikal Kronis


Palatal Anterior pada Gigi Insisif Lateral
Rahang Atas

Skolastika Piscasari Sukoutoro Atmojo


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Achmad Yani,
Cimahi, Indonesia
p-ISSN 2302-5271
e-ISSN 2685-0214
DOI 10.32793/jmkg.v10i1.693 Atia Nurul Sidiqa
Departemen Material Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Indonesia

ABSTRAK
Abses periapikal kronis merupakan suatu lesi supuratif
lanjutan dari fase akut, berasal dari hasil inflamasi pada
jaringan pulpa yang telah mengalami nekrosis, disertai
dengan gejala nyeri yang sudah mereda, serta dapat kembali
menjadi fase akut apabila tidak dilakukan eliminasi faktor
etiologi. Pasien wanita berusia 24 tahun datang ke RSGM
UNJANI datang dengan keluhan adanya benjolan berisi pus
yang mengganggu pada langit-langit mulut depan, terasa
tidak nyaman jika digunakan mengunyah pada gigi depan
kanan atasnya sejak 3 minggu yang lalu. Pasien sudah
sempat melakukan pengobatan namun keluhan tidak kunjung
membaik. Laporan kasus ini menunjukkan bahwa pemberian
antibiotik penisilin dan metronidazole yang digunakan secara
bersamaan sebagai kombinasi antibiotik dinilai efektif dalam
menekan bakteri penyebab terjadinya inflamasi supuratif.

Kata Kunci: Abses periapikal, antibiotik, metronidazole

Treatment of Chronic Periapical Abscess


in Maxillary Lateral Incisor
ABSTRACT
Chronic periapical abscess is an advanced suppurative
lesion from the acute phase, originating from the inflammation
of necrotic pulp tissue, and is accompanied by symptoms of
pain that have subsided, and can return to the acute phase if the
etiologic factor is not eliminated. A 24-year-old female patient
came to RSGM UNJANI with a complaint of a pus-filled lump
that irritates the palate of anterior teeth, feeling uncomfortable
when chewing on her right upper anterior tooth since 3 weeks
ago. The patient had been treated but the complaints did not
improve. This case report shows that the administration of
penicillin and metronidazole antibiotics which are used together
as a combination of antibiotics is considered effective in
Korespondensi: suppressing the bacteria that cause suppurative inflammation.
Atia Nurul Sidiqa
Email:atia.nurul@lecture.unjani.ac.id Key Words: Antibiotic, metronidazole, periapical abscess

15
LATAR BELAKANG nyaman jika digunakan mengunyah pada
Dari berbagai macam bentuk penyakit gigi depan kanan atasnya sejak 3 minggu
di rongga mulut, abses merupakan salah yang lalu. Riwayat ke puskesmas 2 minggu
satu kondisi yang cukup banyak terjadi pada yang lalu, diberi amoxiciilin & dexametashon
masyarakat Indonesia. Menurut RISKESDAS namun keluhan tidak kunjung mereda. Dari
tahun 2018, abses berada di posisi ke 3 anamnesa diketahui bahwa pasien memiliki
sebagai kelompok kasus masalah gigi yang riwayat kunjungan ke tukang gigi untuk
banyak terjadi dengan persentase 14% melakukan beberapa perawatan, salah
setelah kasus gigi berlubang pada peringkat satunya penambalan pada gigi depan kanan
pertama dan gigi hilang di peringkat kedua1. rahang atas kurang lebih 4 tahun yang lalu.
Abses periapikal adalah suatu lesi Keluhan diawali dengan rasa sakit pada gigi
supuratif yang berasal dari pulpa, terlokalisir walaupun tanpa stimulus apapun. Keluhan
atau difus, yang menghancurkan jaringan menjadi lebih parah disaat malam hari
periapikal sebagai respon inflamasi terhadap dan mengganggu aktivitas. Pernah terjadi
bakteri yang berperan sebagai iritan pada demam pada pasien, lalu keluhan mereda
pulpa yang nekrosis. Anamnesis diperdalam setelah mengonsumsi obat. Keluhan kembali
berdasarkan gejala yang dirasakan oleh terulang untuk yang kedua kalinya, mereda
pasien, klasifikasi abses periapikal dibagi dan terasa tidak nyaman pada langit-langit,
menjadi dua yaitu yang disertai dengan timbul benjolan terasa nyeri jika tertekan,
gejala atau disebut abses periapikal akut dan gigi depan kanan atas sakit jika
(simptomatis) dan tanpa gejala atau disebut digunakan mengunyah.
abses periapikal kronis (asimptomatis). Pada pemeriksaan ekstra oral tidak
Kedua klasifikasi tersebut merupakan suatu ditemukan adanya kelainan. Riwayat akan
proses yang dapat rekuren apabila tidak penyakit sistemik dan alergi disangkal.
dilakukan eliminasi terhadap faktor etiologi2. Pemeriksaan intra oral ditemukan adanya
Salah satu tanda klinis yang dapat restorasi undermind disertai karies sekunder
ditemui pada abses periapikal adalah pada regio mesioproksimal insisif lateral
kerusakan yang parah pada gigi. Kerusakan kanan rahang atas, serta abses palatal
tersebut biasanya terjadi akibat infeksi pulpa anterior regio apeks gigi insisif lateral
berkelanjutan yang karena karies sehingga kanan rahang atas dengan ukuran ± 3cm.
pulpa menjadi nekrosis yang berkembang, Lesi abses berbentuk oval dengan adanya
sehingga bakteri menyebar ke arah foramen sinus tract, permukaan licin, palpasi keras
apikal menuju jaringan sekitar gigi. Pada dengan batas yang teratur (Gambar 1). Oral
keadaan tersebut perawatan yang dapat hygiene pasien sedang. Berdasarkan hasil
dilakukan adalah mengeliminasi iritan pemeriksaan subjektif dan objektif pasien,
dan eksudat periapikal untuk meredakan
tekanan jaringan, dengan perawatan saluran
akar atau melakukan ekstraksi gigi sebagai
alternatif2,3.
Laporan kasus ini menggambarkan
penanganan awal medikasi farmakologis
pada abses periapikal kronis pada pasien
wanita berusia 24 tahun yang datang ke
RSGM UNJANI pada bulan Desember 2019.

PAPARAN KASUS
Pasien wanita berusia 24 tahun, datang
ke RSGMP UNJANI dengan keluhan adanya
benjolan berisi pus yang mengganggu pada Gambar 1. Abses periapikal pada mukosa palatal
langit-langit mulut depannya gigi terasa tidak anterior

16 JMKG 2021;10(1):15-21
Skolastika Piscasari Sukoutoro Atmojo: Penanganan Abses Periapikal Kronis Palatal Anterior

diagnosis yang dapat ditegakkan adalah kehamilan, serta riwayat konsumsi obat
abses periapikal kronis pada regio palatal sebelumnya. Pasien mengonsumsi antibiotik
anterior yang disebabkan oleh nekrosis gigi golongan penicillin 500mg dan anti inflamasi
insisif lateral kanan rahang atas. Pasien ingin non steroid dengan komposisi dexamethason
dilakukan perawatan karena khawatir apabila 0,5mg. Berdasarkan riwayat tersebut,
keluhan nyeri hebat yang pernah dirasakan pasien diberikan perubahan kombinasi terapi
kembali terulang. berupa amoxicillin 500mg dan metronidazole
Dalam kunjungannya, pasien 500mg yang dikonsumsi sebanyak 3 kali
menyertakan radiografi panoramik (Gambar. selama 7 hari sampai kunjungan selanjutnya
2). Berdasarkan pengamatan dari lokasi untuk dilakukan tindakan lanjutan. Setelah
keluhan pasien, didapati gambaran pemberian resep, pasien diberikan instruksi
radiolusen pada setengah mesial mahkota mengenai cara menyikat gigi yang benar, dan
mencapai kamar pulpa yang mengitari diberikan penjelasan mengenai cara menjaga
gambaran radiopak menyerupai karies kebersihan gigi dan mulut menggunakan alat
sekunder pada mahkota gigi 12, akar bantu, dan diminta kembali untuk melakukan
mengalami dilaserasi ke arah distal, ruang kontrol 1 minggu pasca kunjungan (Gambar
periodontal dan laminadura menghilang, 3)
terdapat penurunan puncak tulang alveolar
secara vertikal pada bagian mesial dan
distal, tampak gambaran radiolusen iregular
pada periapikal gigi 12 berbatas tidak tegas
dan tidak jelas menyerupai abses periapikal.

Gambar 3. Abses periapikal pada mukosa palatal


anterior pasca terapi antibiotik dan NSAID

PEMBAHASAN
Gambar 2. Gambaran radiologi panoramik Diagnosa pada kasus ditegakkan
berdasarkan pada riwayat lesi, gambaran
Penatalaksanan pada kasus ini klinis, dan tanda gejala secara subjektif.
adalah dengan menggunakan kombinasi Anamnesis secara komprehensif dan cermat
antibiotik sebagai terapi penyerta untuk diperlukan untuk mendapatkan faktor etiologi
meredakan kondisi abses terkait kondisi yang menjadi penyebab terjadinya keluhan
pasien yang harus menunda perawatan sehingga diagnosa dapat ditentukan, serta
endodontik. Sebelum dilakukan pemberian rencana perawatan yang akan dilakukan
resep, pasien telah dijelaskan mengenai dapat dijelaskan dengan tepat kepada
prosedur perawatan yang dapat dipilih untuk pasien. Penggalian informasi harus merujuk
mengatasi keluhan pasien sebagai terapi kepada riwayat keluhan, gambaran keluhan,
utama. lokasi keluhan, durasi, onset, frekuensi nyeri
Pemilihan antibiotik yang akan yang mungkin dirasakan, apakah keluhan
diresepkan di ambil dari riwayat pasien. sebelumnya pernah terjadi (rekurensi
Dilakukan penggalian informasi mengenai penyakit), riwayat sistemik dan kehamilan,
riwayat alergi terhadap obat-obatan, riwayat serta riwayat atau keluhan perawatan gigi. 3,4

17
Abses periapikal merupakan sutu kurang nyaman dan atau disertai dengan
kondisi inflamasi pada jaringan apikal yang pembengkakan. Kondisi ini juga dapat
juga dikategorikan sebagai periodontitis diiringi dengan manifestasi sistemik seperti
apikalis supuratif. Eksudat purulen atau limfadenopati, malaise, dan leukositosis.
supuratif yang dihasilkan pada abses Hal tersebut berhubungan dengan kondisi
periapikal terbentuk dari infeksi oleh bakteri pulpa nekrosis, dan respon negatif terhadap
piogenik yang terakumulasi pada jaringan termal maupun elektrikal, namun pada gigi
periradikular. Kondisi tersebut merupakan yang mengalami keluhan biasanya responsif
respon terhadap adanya inflamasi dari iritan atau merasa sakit jika dilakukan palpasi dan
mikrobial maupun non mikrobial pada pulpa tes perkusi.2,5,7,8
yang nekrosis. Derajat destruksi abses Abses periapikal kronis merupakan
periapikal terhadap jaringan keras yang suatu kondisi kelanjutan dari abses periapikal
terinfeksi dapat diamati melalui radiografi. akut dimana rasa sakit telah menghilang, atau
Gambaran radiolusen tampak diamati mulai dapat disebut dengan asimptomatik akibat
dari adanya pelebaran pada ruang periodontal sudah adanya drainase supuratif kearah
sampai gambaran irregular dan difus akibat mukosa berupa sinus tract. Rasa sakit dapat
cairan abses terakumulasi mengisi dasar dirasakan apabila terjadi penutupan jalur
ruang tulang kortikal yang terinfeksi.5,6 sinus sehingga terdapat tekanan pada ruang
Mikroorganisme abses pada lesi jaringan keras. Secara klinis, radiografis, dan
periapikal hampir sama dengan bakteri yang gambaran histologis, abses periapikal akut
diidentifikasi pada saluran akar. Beberapa dan kronis menunjukkan gambaran yang
bakteri yang paling banyak ditemukan pada serupa. Hal yang membedakannya pada
eksudat abses adalah Treponema denticola, terbentuknya sinus tract pada epitelium
Tannerella forsythia, Prophyromonas sehingga tekanan intraoseus mereda, dan
endodontalis, Prophyromonas gingivalis, tidak adanya rasa sakit hebat seperti pada
Dialister invisus, Dialister pneumosintes, kondisi akut.2,3,9,10
dan HHV-8. Infeksi bakteri akut yang diiringi Abses periapikal diakibatkan oleh
dengan infiltrasi neutrofil pada jaringan yang adanya bakteri yang masuk ke jaringan
mengalami peradangan akan mengakibatkan periapikal dan menyebabkan inflamasi
terjadinya nekrosis jaringan. Sel-sel jaringan pada jaringan. Gigi yang mengalami
yang mengalami kerusakan dan nekrosis nekrosis merupakan factor utama penyebab
tersebut membentuk pus, dan berakumulasi terjadinya abses. Gigi yang nekrosis
menjadi abses. Mikroorganismen yang terjadi karena bakteri pada awalnya
berperan sebagai faktor etiologi pada abses melakukan demineralisasi pada struktur gigi
adalah bakteri. Bakteri yang menjadi iritan menyebabkan pulpitis reversible, lalu bakteri
berasal dari karies yang terjadi pada gigi, akan mencapai pulpa, mengiritasi dan lama
lalu menginvasi semakin dalam melalui kelamaan menyebabkan kerusakan pada
lapisan jaringan gigi menuju pulpa, dan pulpa sampai nekrosis. Kondisi tersebut
mengakibatkan pulpa menjadi nekrosis. akan mendorong bakteri mencapai foramen
Hal lain yang dapat menjadi etiologi abses apikal dan menginvasi jaringan pendukung
perapikal adalah kesalahan iatrogenik yang gigi, menyebabkan timbulnya inflamasi pada
dapat mengiritasi jaringan periapikal dapat jaringan periapikal dan menginisiasi respon
secara mekanik maupun kimia misalnya imun. Respon awal sistem pertahanan
pada prosedur endodontik. 7,8 jaringan periapikal adalah adanya infiltrasi sel
Berdasarkan tanda dan gejalanya, PMN dan diikuti dengan peningkatan jumlah
abses periapikal diklasifikasikan menjadi sel osteoklas. PMN akan menghancurkan
dua, yaitu abses periapikal akut, dan kronis. bakteri secara intraseluler juga akan
Abses periapikal akut ditandai dengan rasa membentuk neutrophil extracellular traps
nyeri yang spontan, pada kasus yang lebih (NETs) yang berperan penting karena
parah pasien akan merasakan sensasi memiliki respon degradasi bakteri spektrum

18 JMKG 2021;10(1):15-21
Skolastika Piscasari Sukoutoro Atmojo: Penanganan Abses Periapikal Kronis Palatal Anterior

luas yaitu bakteri gram positif dan gram merupakan elemen penting pada inflamasi
negative. PMN, makrofag, limfosit T dan periapikal. IgG berperan sebagai pertahanan
limfosit B, sel mast, osteoklas, osteoblast, terhadap patogen dengan spesifitas beberapa
fibroblast, sel epitel rest dan adanya kemokin bakteri spesifik yang berhubungan dengan
yang mengatur terjadinya reaksi inflamasi infeksi endodontis.2,3,5–10

Gambar. 4 Jalur inflamasi dan resorpsi tulang oleh mediator inflamasi non spesifik dan respon imun
spesifik.2

Perawatan pada penyakit periapikal Diperlukan penjelasan dan penekanan


dilakukan dengan melakukan eleminasi kepada pasien bahwa pemberian antibiotik
sumber infeksi dengan melakukan drainase dan pereda nyeri tidak dapat mensubstitusi
pada pembengkakan akibat akumulasi terapi perawatan saluran akar ataupun
pus, medikasi intrakanal pada saluran ekstraksi gigi. Bakteri pada rongga mulut
pulpa dengan perawatan endodontik, dan terdiri atas bakteri gram positif, dan
pemberian antibiotik secara sistemik untuk negatif, serta kedua bakteri tersebut terdiri
manajemen infeksi yang diberikan secara atas bakteri aerob dan anaerob sehingga
tunggal maupun kombinasi. Menurut diperlukan terapi antibiotik yang efektif untuk
Asosiasi Endodontis Amerika, pemberian mengeliminasi bakteri-bakteri tersebut.
antibiotik hanya diperbolehkan sebagai Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik
terapi tambahan pada kasus dengan diklasifikasikan menjadi golongan penisilin,
keterlibatan sistemik seperti demam, sefalosporin, makrolida, metronidazole,
malaise, selulitis, dan atau linfadenopati. tertrasiklin, linkomisida, kuinolon,
Amoksisilin merupakan antibiotik beta- aminoglikosida, vankomisin, sulfonamide,
laktam lini pertama yang dipilih sebagai terapi dan kloramfenikol. Penggunaan kombinasi
tambahan endodontic di Amerika Serikat antibiotik antara penisilin dan metronidazole
dan Eropa. Obat-obatan tersebut bertindak biasa digunakan dalam mengatasi abses
mengikat dan menghambat aktivitas protein odontogenik di rongga mulut.4,11,13
bakteri yang terlibat dalam sintesis dinding Metronidazole merupakan antibiotik
sel peptidoglikan bakteri gram positif dan sintetis yang efektif melawan bakteri
negatif selain itu, obat-obatan tersebut juga anaerob dengan mengganggu DNA bakteri,
telah terbukti sangat efektif melawan isolat sehingga sintesis asam nukleat terhambat4.
dari saluran akar yang terinfeksi dari anaerob Mekanisme aksi belum dapat dijelaskan
fakultatif dan obligat.11,12 sepenuhnya, namun, reduksi gugus nitro

19
oleh organisme anerob bertanggung jawab infeksi yang melibatkan bakteri berspektrum
terhadap efek sitotoksik dan antimikroba. luas. Metronidazole mencakup bakteri
Metronidazol yang masuk ke dalam tubuh anaerob dan amoksisilin mencakup bakteri
melalui sistem pencernaan dimetabolisme fakultatif aerob yang terlibat dalam infeksi.
di dalam hati, diedarkan ke seluruh tubuh, Kombinasi metronidazole dan amoksisilin
lalu melintasi membran sel target dengan menekan pertumbuhan bakteri Actinobacillus
difusi pasif, kemuadian kelompok nitronya actinomycetemcomitans, Porphyromonas
direduksi menjadi radikal nitro oleh gingivalis, Prevotella intermedia, Treponema
ferredoxin dan flavodoxin. Dosis pemberian denticola, Treponema forsythia, dan
pada orang dewasa adalah 500 mg, didapat Fusobacterium nucleatum. Kedua antibiotik
dikonsumsi sebanyak tiga kali sehari dengan ini akan menghasilkan efek sinergis karena
lama pemberian sampai dengan 7 hari. amoksisilin dapat meningkatkan penyerapan
Antibiotik golongan ini memberikan cakupan metronidazole sehingga konsentrasinya
antibiotik yang sangat baik jika digunakan menjadi lebih tinggi dapat mencapai batas
bersamaan dengan penisilin.4,11,14 konsentrasi hambat minimum.
Amoksisilin termasuk ke dalam kelas
antibiotik beta-laktam. Beta-laktam bekerja KESIMPULAN
dengan mengikat protein pengikat penisilin Abses periapikal kronis merupakan
yang menghambat proses yang disebut suatu lesi supuratif yang berlanjut dari fase
transpeptidasi, yang mengarah kepada akut, berasal dari pulpa, terlokalisir atau difus
aktivasi enzim autolitik di dinding sel bakteri. yang menghancurkan jaringan periapikal
Proses ini mengarah pada lisis dinding sel, sebagai respon inflamasi terhadap bakteri
sehingga terjadi penghancuran sel bakteri. yang berperan sebagai iritan pada pulpa yang
Hal ini disebut sebagai bakterisida. Pemberian nekrosis sampai membentuk sinus tract 2,10.
amoksisilin dapat juga dikombinasikan Diagnosa pada kasus dapat ditegakan setelah
dengan inhibitor beta laktamase. Beberapa dilakukannya anamnesis, melihat gambaran
contohnya adalah asam klavulanat dan radiografi, serta pemeriksaan intraoral dan
sulbaktam. Inhibitor beta-laktamase bekerja ekstraoral. Perawatan awal dapat dilakukan
dengan cara mengikat secara ireversibel dengan pemberian antibiotik sebagai terapi
pada area katalitik organisme enzim tambahan, namun tidak mensubstitusi terapi
penicillinase, yang menyebabkan resistensi mekanis utama berupa perawatan saluran
terhadap cincin beta-laktam. Obat-obatan akar atau ekstraksi gigi sebagai alternatif
ini tidak memiliki aktivitas bakterisida yang 8,16
. Dalam laporan ini pula membuktikan
melekat namun ketika digabungkan dengan bahwa kombinasi antibiotik penisilin dan
amoksisilin, mereka dapat memperluas metronidazole dinilai efektif dalam menekan
spektrum amoksisilin pada organisme yang bakteri penyebab terjadinya inflamasi
menghasilkan enzim penisilinase. Dosis supuratif 4,11,14.
penisilin yang dianjurkan adalah 500 mg,
tiga kali sehari untuk dewasa dengan durasi DAFTAR PUSTAKA
pemberian yang banyak diresepkan oleh 1. Kemenkes RI. Laporan Hasil Riset
praktisi adalah 3 sampai 7 hari. Pasien Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap tahun 2018. Riset Kesehatan Dasar
penisilin dapat menggunakan clindamycin 2018. 2018. p. 179–217.
sebagai pilihan lini pertamanya. Obat ini 2. Torabinejad M, Shabahang S. Pulp and
merupakan antibiotik lincosamide yang Periapical Pathosis. In: Torabinejad M,
berikatan dengan ribosom subunit 50S, Walton RE, editors. Endodontics Principles
menekan sintesis protein. 11,15,16 and Practice. 4th ed. St.Louis, Missouri:
Penggunaan kombinasi metronidazole Saunders Elsevier; 2009. p. 49–65.
dan amoksisilin dalam perawatan abses 3. Mahin P, Ismail S, Apoorva K, Manasa
periapikal kronis adalah untuk mengatasi N, R RK, Bhowmick S, et al. Clinical ,

20 JMKG 2021;10(1):15-21
Skolastika Piscasari Sukoutoro Atmojo: Penanganan Abses Periapikal Kronis Palatal Anterior

radiographic , and histological findings of J. 2019;2019:12–6.


chronic inflammatory periapical lesions – 10. Bashar AKM, Akter K, Chaudhary GK,
A clinical study. 2020;235–8. Rahman A. Primary molar with chronic
4. Lockhart PB, Tampi MP, Abt E, periapical abscess showing atypical
Aminoshariae A, Durkin MJ, Fouad AF, presentation of simultaneous extraoral
et al. Evidence-based clinical practice and intraoral sinus tract with multiple
guideline on antibiotic use for the urgent stomata. BMJ Case Rep. 2019;12(9):1–5.
management of pulpal- and periapical- 11. Ashraf F. F, Chair, B. Ellen B, Anibal R.
related dental pain and intraoral swelling. D, Christine M. S, Cha. BY. AAE Guidance
J Am Dent Assoc. 2019;150(11):906- on the Use of Systemic Antibiotics in
921.e12. Endodontics. In: American Association of
5. Mohan H, Mohan S. Inflammation: Endodontists. 2017. p. 1–8.
Acute. In: Essential pathology for dental 12. Davis B, Scotia N. How are odontogenic
students. 4th ed. New Delhi; 2011. p. infections best managed? 2010;76(2).
90–108. 13. Mph MJD, Hsueh K, Haddy Y, Mph S, Ba
6. Mohan H, Mohan S. Inflammation: QF, Jafarzadeh SR, et al. An evaluation
Chronic and Granulomatous. In: Essential of dental antibiotic prescribing practices
pathology for dental students. 4th ed. in the United States. J Am Dent Assoc.
New Delhi; 2011. p. 109. 2017;1–10.
7. Ferreira DC, Ras IN, Paiva SSM, Carmo 14. Ceruelos AH, Ruvalcaba JC, Contreras LL.
FL, Cavalcante FS, Rosado AS, et al. Therapeutic uses of metronidazole and its
Viral-bacterial associations in acute side effects : an update. 2019;397–401.
apical abscesses. Oral Surgery, Oral Med 15. Kumar Katta P, Katta PK. Pharmacology
Oral Pathol Oral Radiol Endodontology. in Endodontics-Revisited. Acta Sci Pharm
2011;112(2):264–71. Sci. 2017;1(2).
8. Siqueira JF, Ras IN. Endodontic 16. Alghamdi F, Alharbi E, Alhusseini Z,
Microbiology. In: Torabinejad M, Walton Aljahdali E. The Therapeutic Protocols
RE, editors. Endodontics Principles and and Endodontic Management of Acute
Practice. 4th ed. St.Louis, Missouri: Apical Abscess in Adults : A systematic
Saunders Elsevier; 2009. p. 38–48. Review. 2020;8–16.
9. Montis N, Cotti E, Noto A, Fattuoni C, 17. Tedjasulaksana, R. Metronidasol Sebagai
Barberini L. Salivary Metabolomics Salah Satu Obat Pilihan untuk Periodontitis
Fingerprint of Chronic Apical Abscess Marginalis. Jurnal Kesehatan Gig. 2016;
with Sinus Tract: A Pilot Study. Sci World 4(1); 19-21

21

Anda mungkin juga menyukai