Universitas Trisakti
1
https://www.mypurohith.com/term/hukum-internasional/#Pengertian_dari_hukum_internasional
B. Peradaban hukum internasional pada zaman purbakala
Dalam suatu kalimat yang sering dikutip orang, termuat dalam karyanya
Esprit des lois (jiwa undang-undang) Montesquieu mengatakan bahwa
semua bangsa termasuk suku Iroquois yang suka memakan tawanannya,
mempunyai hukum bangsa-bangsa (law of nations), pernyataan yang
agak meragukan ini tidak terbuktikan oleh teknologi modern. Gambaran
yang lahir dari laporan-laporan ethnolog adalah samar dan beragam.
Bahkan perbedaan antara perang dan damai tidak terlalu dikenal oleh
suku primitif. Diantara mereka ada yang masih belum mengembangkan
pengertian pertikaian kolektif dan terorganisir sebagaimana karakteristik
dari peperangan (modern), sedangkan yang lainnya hidup dalam keadan
permusuhan terang-terangan atau tersem-bunyi secara permanen
terhadap suku-suku tetangga. Pandangan bahwa seseorang asalkan saja
ia orang asing adalah musuh, telah meninggalkan jejaknya pada pikiran
beradab pada tahap permulaan. Dikalangan suku primitif, orang asing itu
kadang-kadang bahkan tidak dianggap sebagai manusia. Diantara faktor-
faktor yang menentukan adalah kepadatan penduduk dan keadaan-
keadaan alam lain, begitu pula ciri-ciri khas rasial dan keadaan masing-
masing mengenai kemajuan pada tahap pra-peradaban.
Di masa waktu 1000 tahun S.M., bangsa Yunani tampil pada singasana
sejarah dan segera mengembangkan kebudayaan tinggi dan beragam.
Yang menakjubkan dan menjadi sumber kata-raja bagi inspirasi generasi
mendatang Tetapi dalam lingkungan internasional, pandangan Yunani
sangat terbatas. Selama zaman kemerdekaan di Yunani, sangat sedikit
perjanjian-perjanjian dibuat antara masyarakat Yunani dan bukan
Yunani. Tetapi pada umumnya, orang Yunani beranggapan bahwa orang
yang bukan Yunani sebagai barbar (orang biadab) dan mutlak dianggap
sebagai musuh dan ditakdirkan oleh orang Yunani sebagai budak
mereka.
Mungkin ekspresi yang paling jelas dari pada eratnya ikatan politik di
Yunani adalah banyak dan beragamnya traktat-traktat antara kelompok
masyarakat Yunani ketika itu. Suatu sistem traktat yang begitu beragam
tidak tampak di lingkungan internasional sampai abad XIX.
Kesepakatan-kesepakatan politik yang sudah lumrah seperti perjanjian
perdamaian, persekutuan, dan konfederasi merupakan inti dari pada
bahan-bahan Yunani yang dapat diabadikan. Menarik diperhalikan,
bahwa sampai di zaman 400 tahun S.M., perjanjian perdamaian dibuat
hanya untuk suatu masa waktu tertentu yang mengingatkan kita pada
masa-masa dahulu kala dimana perang menjadi keadaan biasa.
Traktat yang di buat Roma, relatif sedikit dan untuk sebagian besar
diadakan di zaman republik. Tetapi pada umumnya, traktat ini bukan
merupakan unsur-unsur yang dapat dianggap sebagai contoh-contoh
dalam pengertian hukum internasional. Secara kasar dapat dikatakan
bahwa kebanyakan traktat-traktat mencerminkan metode-metode
expansi politik dari Roma.
Persetujuan pertama dan paling penting dari tipe ini dibuat di tahun A.D.
175 antara Kaisar Marcus Aurelius dan suku bangsa Marcomanni dari
jerman. Roma telah mengenal perbedaan antara penandatanganan dan
pengesahan (ratifikasi) persetujuan internasional. Tetapi hal ini
membawa akibat yang ekstrim, yakni pihak perunding dari Romawi
yang menutup persetujuan dibawah sumpah, tetapi pengesahannya
ditolak oleh senat dapat diserahkan (ekstradisi) kepada pihak lawan.
Aturan ini barangkali disebabkan keinginan untuk memuaskan dewa-
dewa yang si perunding telah disebut dalam sumpahnya.