Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Hukum Internasional

Universitas Trisakti

Nama : Alika Shanya Deivira


NIM : 010001800046
Dosen : DR. Anto Ismu Budiyanto, SH, MH.
Jun Justinar. SH, MH.
A. Pengertian

Hukum internasional merupakan salah satu dari bagian hukum, dimana


hukum ini bertujuan untuk mengatur segala aktivitas yang berskala
internasional. Tentunya pada awal munculnya hukum ini hanya diartikan
sebatas dengan perilaku maupun hubungan antar negara saja, akan tetapi
setelah berkembangnya waktu maka munculah pola hubungan
internasional yang lebih kompleks. Hal ini tentunya dapat membuat
pengertian dari hukum internasional menjadi lebih luas sehingga hukum
ini dapat mengurus perilaku organisasi internasional namun dalam batas
tertentu. Hal ini tentunya berlaku pada perusahaan multinasional
maupun individu.

Jadi dapat dikatakan bahwa pengertian hukum internasional merupakan


hukum antarbangsa maupun hukum antarnegara. Hukum internasional
sendiri juga dapat bersumber dari 2 hal yaitu dari sumber hukum materil
dimana sumber yang berasal dari pembahasan mengenai hukum yang
berlaku dalam negara tersebut. Serta terdapat juga dari sumber hukum
formal yaitu sumber yang berasal dari ketentuan-ketentuan khusus
seperti perjanjian internasional, kebiasaan internasional, doktrin, dan
asas-asas umum hukum yang diakui oleh negara beradab.1

1
https://www.mypurohith.com/term/hukum-internasional/#Pengertian_dari_hukum_internasional
B. Peradaban hukum internasional pada zaman purbakala

Dalam suatu kalimat yang sering dikutip orang, termuat dalam karyanya
Esprit des lois (jiwa undang-undang) Montesquieu mengatakan bahwa
semua bangsa termasuk suku Iroquois yang suka memakan tawanannya,
mempunyai hukum bangsa-bangsa (law of nations), pernyataan yang
agak meragukan ini tidak terbuktikan oleh teknologi modern. Gambaran
yang lahir dari laporan-laporan ethnolog adalah samar dan beragam.
Bahkan perbedaan antara perang dan damai tidak terlalu dikenal oleh
suku primitif. Diantara mereka ada yang masih belum mengembangkan
pengertian pertikaian kolektif dan terorganisir sebagaimana karakteristik
dari peperangan (modern), sedangkan yang lainnya hidup dalam keadan
permusuhan terang-terangan atau tersem-bunyi secara permanen
terhadap suku-suku tetangga. Pandangan bahwa seseorang asalkan saja
ia orang asing adalah musuh, telah meninggalkan jejaknya pada pikiran
beradab pada tahap permulaan. Dikalangan suku primitif, orang asing itu
kadang-kadang bahkan tidak dianggap sebagai manusia. Diantara faktor-
faktor yang menentukan adalah kepadatan penduduk dan keadaan-
keadaan alam lain, begitu pula ciri-ciri khas rasial dan keadaan masing-
masing mengenai kemajuan pada tahap pra-peradaban.

Memang benar bahwa dikalangan suku-suku primitif, terdapat praktek


seperti pengiriman dan penerimaan duta--duta suatu hal yang ditegaskan
oleh Montesquieu dalam perhaliannya terhadap suku Iroquois atau tidak
membunuh orang-orang yang lemah dan tidak berdaya dalam
peperang-an, tetapi praktek-praktek seperti itu tidak mantap dan dapat
ditafsirkan tanpa satu kepastian. Penjelasan serta generalisasi yang mirip
teori-teori Rousseau mengenai tata-kelakuan primitif dengan
menafsirkan ini dalam arti hukum bangsa--bangsa (hukum internasional)
modern seharusnya kita ragukan. Bagaimanapun juga, tidaklah beralasan
untuk beranggapan soma dengan Montesquieu bahwa dalam kehidupan
umat manusia ada sesuatu hal semacam konsepsi yang melekat mutlak
pada nurani orang mengenai hukum internasional (international law).

Namun, secara historis, gejala tentang hukum inter-nasional ini telah


tampak jelas sejak permulaan sejarah dokumenter, yaitu sejak 4000
tahun S.M. Kira-kira 3100 tahun S.M. sebuah traktat dibuat antara
Eannatum, raja negara kota Lagash di Mesopotamia yang menang
perang, dengan Umma, sebuah negara kota Mesopotamia lainnya.
Traktat dirumuskan dalam bahasa sumeriah dan telah diabadikan berupa
tulisan terpahal atas sebuah monumen batu (stele), yang ditemukan
dalam dasawarsa pertama dari abad sekarang. Meskipun penggunaan
istilah „negara‟ pada kelompok masyarakat tersebut diatas adalah
berlebihan, namun mereka itu telah terlibat dalam perang dan dalam
traktat itu telah ditetapkan kekebalan (pengutamaan) dari pada terusan
air di perbatasan dan batu tapal perbatasan yang diakui oleh Umma
sebagai pihak yang ditundukkan dibawah sumpah kepada tujuh dewa
tersakti. Dengan demikian, tujuh dewa yang untuk maksud perjanjian
tersebut sama--sama dipuja oleh kedua belah pihak itu menjadi pihak
penjamin bagi pelaksanaan traktat; mereka akan menghukum barang
siapa yang melanggar perjanjian.

C. Hukum Internasional pada zaman yunani

Di masa waktu 1000 tahun S.M., bangsa Yunani tampil pada singasana
sejarah dan segera mengembangkan kebudayaan tinggi dan beragam.
Yang menakjubkan dan menjadi sumber kata-raja bagi inspirasi generasi
mendatang Tetapi dalam lingkungan internasional, pandangan Yunani
sangat terbatas. Selama zaman kemerdekaan di Yunani, sangat sedikit
perjanjian-perjanjian dibuat antara masyarakat Yunani dan bukan
Yunani. Tetapi pada umumnya, orang Yunani beranggapan bahwa orang
yang bukan Yunani sebagai barbar (orang biadab) dan mutlak dianggap
sebagai musuh dan ditakdirkan oleh orang Yunani sebagai budak
mereka.

Aristoteles, dalam satu kalimat terkenal dalam salah satu karyanya


politica, menyamakan perang melawan orang--orang yang tidak mau
tunduk, meskipun mereka ditakdir-kan untuk diperintah dengan
pemburuan. Perang demikian dianggapnya benar menurut kodrati.

Mungkin ekspresi yang paling jelas dari pada eratnya ikatan politik di
Yunani adalah banyak dan beragamnya traktat-traktat antara kelompok
masyarakat Yunani ketika itu. Suatu sistem traktat yang begitu beragam
tidak tampak di lingkungan internasional sampai abad XIX.
Kesepakatan-kesepakatan politik yang sudah lumrah seperti perjanjian
perdamaian, persekutuan, dan konfederasi merupakan inti dari pada
bahan-bahan Yunani yang dapat diabadikan. Menarik diperhalikan,
bahwa sampai di zaman 400 tahun S.M., perjanjian perdamaian dibuat
hanya untuk suatu masa waktu tertentu yang mengingatkan kita pada
masa-masa dahulu kala dimana perang menjadi keadaan biasa.

Kesepakatan lain yang dimuat dalam perjanjian politiknya adalah


mengizinkan kebebasan perorangan dan perlindungan harta milik,
termasuk hak untuk memperoleh harta benda tidak bergerak, kepada
warga bangsa dari negara-negara perjanjian yang seberapa jauh dapat
dibandingkan dengan traktat modern tentang perdagangan. Diantara
kelonggaran-kelonggaran oleh traktat, yang sekarang tidak lagi
digunakan, ialah hak perkawinan antara warga negara dari masing-
masing traktat dan hak untuk menghadiri perlombaan-perlombaan
umum. Warga negara konfederasi sedikit sekali menerima persamaan
hak dengan warga bangsa sendiri. Perjanjian demikian ini pada waktu itu
dinamakan isopolities, beragam sekali.

Bahkan sekalipun traktat tidak ada, negara Yunani sering memberikan


hak yang sama atau paling sedikit perlindungan kepada warga nengara
lain. Suatu bukti lagi dari adanya perasaan kebangsaan serumpun atau
pertalian persaudaraan. Satu kelompk orang yang diakui oleh hukum dan
dinamakan metoikoi adalah berlainan, dalam arti bahwa kelompok ini
meliputi sejumlah orang bukan Yunani Metoikoi ini adalah penduduk
permanen dan terdaftar resmi dengan status demikian juga. Mereka
memperoleh perlindungan hukum penuh, tetapi tidak menikmati hak--
hak politik dan hak milik akan benda tidak bergerak, mereka tunduk
untuk kewajiban milisi dinas militer bawahan. Metokoi melakukan
peranan penting dalam perusahaan dagang dan niaga dan terutama
mereka tinggal dalam jumlah yang besar sampai puncaknya hampir
sebanyak setengah juta jiwa, di Athena yang berarti merupakan
sepersepuluh atau seperdelapan dari seluruh penduduk yang ada.

Tetapi hubungan dengan hukum yang internasional tampak lebih erat


lagi dalam hal proxenoi. Seorang warga negara terkemuka yang
dinamakan proxenos, diperjajakan oleh suatu negara asing dengan tugas
melindungi warga- negaranya, pun dengan tugas diplomatik dinegara
setempat (dalam hal ini, proxenos menjadi warga negaranya). Seringkali
proxenois dinamakan dengan konsul modern, terutama dengan konsul
kehormatan (honorary consul, consules elicti), yang dizaman modern
sekarang dipilih dari kalangan penduduk dan bahkan dari warga
negaranya setempat. Tetapi proxenos lebih sebagai pejabat politik dari
pada pejabat komersil, dan itu tidak diangkat resmi untuk memangku
jabatannya oleh negara asalnya (tidak diberikan equatur). Lagi pula
kekuasaan dan fungsi-fungsi proxenoi sangat berbeda-beda yang
disesuaikan menurut keadaan waktu itu.

Suatu keistimewaan dalam zaman Yunani kuno dulu adalah adanya


praktek arbitrasi yang dalam sengketa--sengketa tentang daerah-daerah
perbatasan, tentang hak-hak atas sungai dan sumber-sumber perairan,
dan tentang soal--soal lain yang menyangkut hukum publik. Bahkan ada
persetujuan, walaupun tidak sempurna untuk menyelesai-kan melalui
arbitrasi sengketa yang mungkin timbul antara pihak suatu cara
penyelesaian sengketa yang menjadi aturan penting ketika itu.

D. Abad Romawi Kuno

Berlainan dengan Yunani, maka diantara segala hasil kebudayaan Roma,


hukum menduduki tempat yang paling tinggi dan penting. Sebagaimana
dihimpun dan diwariskan kepada generasi-generasi yang menyusul oleh
Kaisar Justianus dari Bynzantinia (A.D. 527-565) dalam Corpus Juris
Civilis, telah berhasil memaparkan keagungan secara abadi. Apabila ada
disebutkan tentang hukum internasional dari bangsa Roma, ini justru
tidak begitu penting suatu hal yang di duga berbeda dari keadaan
Yunani. Walaupun demikian, kemampuan dan kebebasan yang unik dari
pada karya Roma dibidang hukum dapat dilihat di lapangan
internasional.

Lebih-lebih dari kebiasaan bangsa-bangsa Yunani, maka dalam


kebiasaan roma, pula penyelenggaraan traktat dan pernyataan perang
diatur oleh raja-raja keagamaan. Sampai di zaman raja-raja yang terakhir
di tahun 509 S.M. sekelompok pendeta-pendeta istimewa, fetiales, yang
tergabung dalam sebuah Dewan, bernama collegium fetialium,
dipercayakan pada tugas penyelenggaraan upacara--upacara keagamaan
yang berhubungan dengan traktat--traktat dan perang serta urusan
intenasional lainnya. Tugas fetiales berkenaan dengan permulaan perang
lebih istimewa. Tergantung apabila pihak asing melanggar kewajibannya
terhadap Roma. Ketika itu, dalam keadaan atau syarat-syarat demikian,
perang telah diumumkan, maka perang ini dianggap benar dan suci
(bellum justum et pium‟). Tata cara ini dianggap memberikan jaminan
kepada rakyat Roma bahwa dalam perang yang bersangkutan dewa-
dewa berada di pihak mereka. Sehingga dengan demikian, kondisi
mental dan moral rakyat dapat diperkuat.

Just fetiale adalah aturan-aturan yang bersangkutan dengan tata cara


hubungan-hubungan asing yang dilakukan oleh fetiales, teoritis
merupakan hukum intern Roma, atau sebagian dari pada hukum tidak
tertulis dalam hukum tata negara Roma. Tetapi dalam hipotesa yang
bersangkutan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh bangsa asing
terhadap Roma, maka jus fetiale mengandung aspek hukum
internasional, walaupun dalam bentuk Kaisar.

Traktat yang di buat Roma, relatif sedikit dan untuk sebagian besar
diadakan di zaman republik. Tetapi pada umumnya, traktat ini bukan
merupakan unsur-unsur yang dapat dianggap sebagai contoh-contoh
dalam pengertian hukum internasional. Secara kasar dapat dikatakan
bahwa kebanyakan traktat-traktat mencerminkan metode-metode
expansi politik dari Roma.

Selain itu, Roma juga mengembangkan tipe traktat menyerah (dalam


perang) yang amat khas. Dikenal sebagai deditio. Mengikuti contoh
stipulatio, yaitu cara-cara formil yang tumbuh dalam hukum perjanjian
pendahuluan tertentu kepada wakil-wakil dari bangsa yang ditundukkan.
Pihak yang menyerah dalam jalan ini, akan mendapatkan kesempatan
layak, meskipun tidak sebagai hak menuntut, untuk menerima perlakuan
yang manusiawi. Tipe perjanjian lain yang khas Roma adalah
„persekutuan yang tidak sama‟ (foedera iniqua), dengan mana, negara
sekutu mengakui kekuasaan tertinggi, majestas, dari pada Roma.
Mungkin juga di negara-negara sekutu demikian tunduk pada
pembatasan hak untuk melakukan perang tersendiri. Perjanjian
persekutuan demikian adalah serupa dengan perjanjian yang mendirikan
ikatan hubungan vassal.

Di antara perjanjian-perjanjian penting Roma yang diadakan di zaman


republik, maka yang paling penting adalah perjanjian dengan Carthago
di tahun 509-306 dan 279 S.M. Pada umumnya, perjanjian ini bersifat
istimewa karena mendirikan daerah lingkungan kepentingan dan
kekuasaan masing-masing pihak, tetapi dengan restriksi yang keras di
bidang maritim dibebankan kepada Roma, sehingga kapalnya tidak
boleh memasuki perairan pantai penting, terutama di Afrika. Tetapi tipe
perjanjian ini paling tidak lazim. Roma sebagai negara Imperial tidak
begitu membu-tuhkan persetujuan internasional. Kaisar-kaisar dari abad
kedua dan ketiga dari zaman Nasrani membuat persetujuan perdagangan
dengan negara-negara tetangga yang membuka daerah-daerah
perbatasan ditempat tertentu untuk waktu yang telah ditetapkan untuk
keperluan perdagangan.

Persetujuan pertama dan paling penting dari tipe ini dibuat di tahun A.D.
175 antara Kaisar Marcus Aurelius dan suku bangsa Marcomanni dari
jerman. Roma telah mengenal perbedaan antara penandatanganan dan
pengesahan (ratifikasi) persetujuan internasional. Tetapi hal ini
membawa akibat yang ekstrim, yakni pihak perunding dari Romawi
yang menutup persetujuan dibawah sumpah, tetapi pengesahannya
ditolak oleh senat dapat diserahkan (ekstradisi) kepada pihak lawan.
Aturan ini barangkali disebabkan keinginan untuk memuaskan dewa-
dewa yang si perunding telah disebut dalam sumpahnya.

Dalam perkembangannya, Inggris adalah negara yang pertama kali


menyebarkan hukum Roma kelingkungan internasional, Tetapi sumber-
sumber yang terdapat di Roma juga berkepentingan, terutama untuk
hukum perdata. Tentang hukum internasional sesunguhnya dapat
dikatakan tidak ada perhalian. Sisa-sisa afiliasi dengan hukum Roma
dibidang teori dan konsepsi tampak luas dalam terminologi hukum
internasional modern. Maka, istilah “servitut negara” (state servitude)
berasal dari servitus yang dalam hukum Roma mengartikan hak lalu
lintas dan kelonggaran-kelonggaran lainnya, yang melekat pada
sebidang tanah. Istilah perkripsi (daluarsa) dengan berbagai tipenya
(extinctif, acquisitif, dan daluwarsa).

E. Perkembangan Hukum Internasional Pada Masa Modern

1. Masa tahun 1899 -1907


Perkembangan masayarakat internasioan khususnya negara negara pada
fase ini mulai merumuskan penyelsaian sengketa dengan cara cara
damai, misalanya mulalui perundingan perundingan, baik lanagsung
maupun dengan perantraan pihak ketiga, dengan menyelenggarakan
konpresnsi konspresnsi ataupun kongres internasional. Dalam
perkembangan sekanjutnya , konspirasi atau kongres internasional itu
tidak lagi hanya sebagai sarana penyelsaian sengketa, melainakan
berkembang menjadi sarana membentuk atau merumuskan prinsip
prinsip dan kaidah kaidah hukum internasional dalan bentuk perjanjian
perjanjian atau konvensi konvensi internasioanal mengenai suatu bidang
tertentu, sebagai contoh adalah kofrensi perdamaian denhaag I tahun
1889 dan II tahun 1907 yang menghasilkan prinsip prinsip dan kaidah
hukum perang internasioal yang dalam perkembangannya sekrang ini
disebut hukum humaniter
2. Masa Antara 1907-1945
Keberhasilan mebangun masayarakat internasional baru selama masa
1648 – 1907yang ditandai dengan keberhasilan mempertahankan hak
hidup dan eksistensi negara negara nasional sebagai kesatuan kesatuan
politik yang merdeka, berdaulat, dan sama derajat, pasca 1907 perjalan
konsulidasi negara ahirnya runtuh dengan melutusnya Perang Dunia I (
1914-1918) yang hampir meruntuhkan dasar dasar tata kehidupan
masyarakat internasional yang pada ahirnya setelah berahirnya Perang
Dunia I berdirilah liga bangsa bangsa pada tahun 1919, sebagai
oraganisasi internsioanal yang bergerak dalam ruang lingkup dan tujuan
global, dalam rangka mewujudkan ketertiban, keamanan.dan perdamaian
dunia, secara tersimpul dapat pula dipandang sebgai usaha usaha untuk
mengatur masayarakat internasional. Pada perkembangannya liga bangsa
bangsa berfungsi sebgai pembentuk hukum internsioanl, keputusan atau
resolusi yang dikeluarkannya, berlaku dan mengikat sebagai hukum
terhdap negara negara anggotanya, barulah tahun 1921 berdirilah badan
peradilan internasional (permanent court of internasional justice) sebagai
peneyelsain sengketa yang terjadi antara negara yang tergabung dalam
liga bangsa bangsa.
Pada atahun 1930 terjadi satu peritiwa yang luar biasa dalam
pekembangan hukum internasional yakni terselenggaranya konfrensi
kodofikasi hukum internasional di den hag (belanda) sesuai denngan
namannya konfrensi yang terselenggara di den hag ini berusaha
mengkodifikasi pelbagai bidang bidang hukum internasional seperti
lahirnya, konvensi tentang wesel, cek, dan askep, konvesni tentang
orang orang yang berkedwinegaraan dan tanpa kewarganegaraan,
Meletusnya Perang Dunia II pada tahun 1939 dan diperluas dengan
perang asia timur raya yang meletus ketika jepang membom pangkalan
angkatan laut amtika serikat, pearl harbor dihawai pada tanggal 7
desember 1941, meruntuhkan bangunan struktur masyarakat
internasional yang sebelumya telah dikonsulidasikan oleh liga bangsa
bangsa, namun sama seperti sebelumnya inisiasi dari semua negara
untuk berkumpul pasca Perang Dunia II berahir lahirlah perserikatan
bangsa bangsa pada tanggal 24 oktober 1945 yang maksud tujuannya
tidak jauh berbeda dengan liga bangsa bangsa
3. Masa Setelah Pasca Perdang Dunia II
Terbentuknya perserikatan bangsa bangsa sebgai hasil dari konsensus
pasca Perang Dunia II berpengaruh besar dalam masyarakat hukum
internasional, banyak sekali perkembangan dan kemajuan yang dicapai,
secara ringakas sebgai berikut :
a. Lahirnya negara negara baru (perubahan peta politik dunia,
polarisasi masayarakat internasioanal)khusunya setelah Perang Dunia II
tampak adanya perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan masa
sebelumnya, jika sebelumnya peta bumi politik dunia terpolarisasi
menjadi kelompok negara atau bangsa bangsa penjajah dan bangsa
kelompok tejajah
b. Kemajuan pengetahuan dan tekhnologi
Pada lain pihak kemajuan ilmu dan teknologi semakin tak terkendali
hingga menimbulkan banyak masalah, yang kemudian dinamika ini
mendorong lahirnya kaidah kiadah baru hukum nasional maupun
internsianola contoh bidang hukum yang tumbuh dan berkembang
sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolgi yang
sangat pesat adalah dibidang laut, hukum angkasa, hukum humaniter
dala sebgainya,
c. Perkmbangan penghormatan atas hak asasi manusia
Munculnya instrument instrumentmengenai hak hak asasi manusia baik
yang berbentuk deklarasi, chartermkonvenan maupun konvensi, baik
dalam sekala global maupun dalam sekala regional menjadi satu indikasi
dari laju perkembangan hukum internasional, munculnya aturan aturan
perlindungan terhadap HAM didoroang oleh anggapan atau menempatan
hak asasi manusia segagai subjek hukum internasional, adanyanya
konvensi eropa tentang hak hak asasi manusia (eoropean convention on
human right) adalah satu yang memperkarsai sendi sendi kaidah hukum
tentang perlindungan terhadap HAM.
Dalam perkembangannya kemudian HAM menjadi isu global sehingga
tidak ada lagi perlindungan negara yang dapat berlindung di balik
kedaulatan teortynya atas pelanggaran, dengan dibentuknya komisaris
tinggi PBB UNHCHR masalah HAM mendapat penanganan secara lebih
konsepsional dan strukturalakda dalam tubuh PBB, dibentuk pulalah
mahakamah pidana internasioanal (ICC) yang berkedudukan di dan
haagh belanda dan juga mahakamah kejahatan perang seperti kasus
bekas yugoslavia
d. Munculnya oragansasi oraganisasi internasioal
e. Bertambahnya jumlah penduduk serta kebutuhan yang semakin
meningkat
f. Munculnya organisasi internasional non pemerintah
g. Perusahaan multi atau trannasional.

F. Hukum Internasional Pada Masa Kini Dan Masa Yang


Akan Datang

Perkembangan perkembangan baru seperti yang dikemukakan di atas


telah mengubah sendi-sendi hukum internasional yang lama ( sebelum
Perang Dunia II dan dasawarsa lima dan enampuluhan) menjadi hukum
internasional dengan ruang lingkup dan subtansi yang semakin luas serta
mencerminkan keterpaduan yang mulai tampak pada awal dasawarsa
tujuh puluh hingga kini.
Dikatakan mencerminkan keterpaduan oleh karenanya antara bidang
bidang hukum yang satu dengan yang lainnya tampak salaing terkait
dengan erat. Keterkaitan itersebut dapat ditunjukan pada beberapa
bidang hukum yang merupakan perbincangan dari bidang bidang hukum
yang lebih luas. Misalnya, hukum ekonomi internasioal munumbuhkan
bidang hukum yang lebih bersifat spesifik, seperti bidang hukum
internasional alih tekhnologi, hukum oternasional tentang hak atas
kekayaan intektual, hukum moneter internasional : hukum lingkungan
internasional menumbuhkan bidang hukum pencemaran laut, udara, dan
bidang hukum lainna, hukam internaisional tentang hak asasi manusia
munumbuhkan hukum humniter internasional, hukum tentang pengungsi
internsional ; selain dari pada itu, antara satu dengan yang lainnya juga
terkait erat, misalnya hukum ekonomi intrnasional denga pelbagai
cabangnya berkaitan erat dengan hukum internasioan tentang hak asasi
manusia maupun dengan hukum internisoanal tantang lingkungan hidup.
Demikan tali temali antara satu dengan linnya itu tampak tak dapat
dipisahkan lagi, semua itu terjadi karna arah dan tujuan masyarakat
internasional sekarang ini maupun pada masa yang akan datang adalah
mewujudkan kesejateraan bagi seluruh umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA

s.m, noor. 2012. Sejarah Hukum Internasional


https://www.negarahukum.com/hukum/sejarah-hukum-
internasional.html
fpmh. 2015, Sejarah Dan Perkembangan Hukum Internasional
http://generasibiru9.blogspot.com/2015/04/sejarah-dan-
perkembangan-hukum.html
de Secondat, Charles, Baron de Montesquieu, "The Spirit of Laws:
Volume 1 ", 1793

Anda mungkin juga menyukai