Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FILSAFAT PANCASILA

KASUS PERSATUAN INDONESIA DEWASA INI

DI SUSUN OLEH
AJENG ARTIKA ANDANI
NIM : 51418002

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


TAHUN 2018/2019
A. Abstrak
Pancasila sebagai Weltanschauung yang digagas oleh soekarno
mengandung lima sila sebagai dasar negara. Tentunya penggagasan sila-
sila tersebut telah memiliki pemikiran-pemikiran yang logis, mendasar dan
cocok untuk bangsa Indonesia ini. Dahulu saat Soekarno menyampaikan
gagasannya mengenai pancasila, beliau telah mempertimbangkan apa saja
yang bisa mendasari bangsa Indonesia ini dan apa yang bisa menjadi ciri
khas dari bangsa Indonesia. Jadi, Soekarno tidak sembarangan dalam
menyampaikan gagasannya untuk pancasila. Topik dalam paper saya
mengambil sila ketiga dari pancasila dan sila pertama dalam gagasan
Soekarno, yaitu Persatuan Indonesia.Yang saat ini saya rasa telah
berbanding terbalik dari persatuan saat dulu dan sekarang.

B. Pendahuluan
Soekarno menguraikan dasar-dasar apa saja yang perlu dimiliki
bagi bangunan Indonesia merdeka. Dasar-dasar yang ia sebutkan adalah
kebangsaan Indonesia, internasinalisme (kemanusiaan),
mufakat/permusyawaratan, kesejahteraan (keadilan sosial), dan akhirnya
Ketuhanan. Kelima prinsip itulah yang dia namakan Pancasila, dan
diusulkannya sebagai Weltanschauung negara Indonesia merdeka.
Pertama,kebangsaan yang dimaksud Soekarno adalah Nationale Staat dan
nasionalisme Indonesia. Setiap warga negara Indonesia harus merasa diri
mempunyai satu bangsa dan tumpah darah yang sama, yakni Indonesia.
Prinsip kedua untuk menjaganya adalah perikemanusiaan
(internasionalisme). Ketiga, permusyawaratan adalah perjuangan ide dari
seluruh rakyat Indonesia lewat wakil-wakilnya demi mewujudkan
kesejahteraan umum. Keempat, kesejahteraan sosial adalah kemakmuran
yang harus bisa dinikmati oleh segenap warga Indonesia. Kelima,
ketuhanan adalah Ketuhanan yang berkebudayaan.
C. Pembahasan

Jaman telah semakin maju, tahun demi tahun telah terlewati.


Banyak sekali kemajuan yang telah nyata terjadi di Dunia. Dengan adanya
kemajuan ini, bangsa Indonesia pun juga ikut mengalami kemajuan ini.
Banyak macam kemajuan yang ada, salah satuna dalam bidang IPTEK.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologilah yang membuat bangsa
Indonesiaa juga mengalami kemajuan pesat. Dengan adanya IPTEK ini,
masyarakat bisa merasakan kedekatan meskipun mereka berada di tempat
yang berbeda dan terpisah oleh jarak yang jauh sekalipun. Contohnya
adalah dengan adanya Gadget. Dalam gadget kita bisa berkomunikasi
seperti tanpa terpisah oleh jarak dan tempat. Contohnya dengan
menggunakan aplikasi Vidio Call, kita bisa bertatap muka dan saling
berbicara dengan orang yang jaraknya jauh dari kita.

Dibalik keuntungan yang sangat menggiurkan tadi, kemajuan


IPTEK pun sebenarnya juga memiliki kerugian yang tidak setiap orang
memperdulikan. Kerugian ini jika terus menerus diabaikan, dapat
menyebabkan masyarakat bersikap individualis. Jika mereka sudah asyik
dengan Gadgetnya, mereka cenderung tidak perduli dengan orang
disekitarnya, mereka lebih fokus dengan apa yang ada didalam gadgetnya
masing-masing. Dengan begitu kepekaan ang dimiliki oleh masing-masing
individu akan berkurang atau bahkan hilang dari dalam dirinya.
Berkurangnya atau hilangnya kepakan dari diri setiap individu akan
berpengaruh juga bagi lingkungan disekitarnya. Pengaruh ang ditimbulkan
biasanya bersifat negatif, karena pengaruh yang bersifat negatif pasti lebih
mudah tersebar dibanding dengan pengaruh yang berbau positif. Dan
memang kenyataan yang ada adalah pengaruh negatif yang disebabkan
oleh berkurangnya kepekaan individu dalam lingkungan masyarakat.
Kenapa? Karena dengan tidak adanya rasa peduli atau kepekaan dari diri
setiap individu, maka orang biasanya akan bersikap acuh atau tidak
memperdulikan keadaan disekitarnya. Entah apapun keadaanya, baik atau
buruk yang terjadi ia tetap tidak mau tau dan masa bodo. Ia hanya akan
fokus pada gadgetnya dan melupakan keberadaan orang lain yang ada
disekitarnya.

Memang tidak terlalu rumit jika hanya dipandang biasa, tapi jika
kita memandang lebih dalam lagi, maka akan semakin terlihat dampak
negatif yang akan timbul. Jika hanya cuek dan acuh tak acuh pada hal kecil
saja tidak akan terlalu berpengaruh pada lingkungan sekitar. Namun jika
sudah tidak peduli terhadap kepada khalayak umum yang didalamnya
terdapat masalah yang menyangkut bangsa dan negara maka lama
kelamaan akan menimbulkan ketidak pedulian terhadap berlangsungnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Yang katanya Kesatuan dan Persatuan Indonesia. Akankah


terwujud dan bertahan jika sikap individualis masyarakat telah menyebar
luas? Jawabannya pasti TIDAK. Karena apa ? Karena jika masyarakat
telah terbiasa untuk bersikap menyendiri, maka tidak akan ada yang
namanya kesatuan atau persatuan. Orang akan berfikir, ia tidak
membutuhkan orang lain lagi, karena apa yang dibutuhkannya telah
terpenuhi dengan adanya gadget. Tidak perlu bersosialisasi terhadap orang
banyak, tapi ia sudah bisa mendapatkan teman, mendapatkan apa yang
diinginkannya.

Mereka tidak akan merasa butuh untuk bersatu dengan indiviu


lain,karena dia sudah merasa bahwa dirinya mampu untuk hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Bagi saya hal semacam ini adalah awaluntuk
memecah belah persatuan yang telah digagas oleh para pejuang dahulu
yang kini tertera dalam pancasila pada sila ke-3. Padahal maksud dari para
penggagas pancasila menempatkan persatuan indonesia pada pancasila
adalah agar masyarakat Indonesia dari dulu, saat ini, hingga dimasa yang
akan datang, bisa selalu bersatu. Wujud dari persatuan tersebut, bisa dalam
hal bekerja sama, saling membantu satu sama lain antar teman, tetangga
atau yang lainnya. Karena pada dasarnya perasan dari Pancasila adalah
gotong royong. Ang berarti bekerja sama antar masyarakat yang tinggal
dan hidup dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap masyarakat
pun harus merasa bahwa mereka hidup dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, berarti mereka juga harus melaksanakan apa yang menjadi
pedoman dan dasar dari bangsa Indonesia ini.

Soekarno telah menjelaskan gagasannya mengenai kebangsaan


yang mengharuskan setiap warga negara Repiblik Indonesia merasa diri
mempunyai satu bangsa dan tumpah darah yang sama, yakni Indonesia.
Setiap warga negara Republik Indonesia harus bisa menyadari bahwa
mereka terlahir didalam Bangsa dan Negara yang memiliki Persatuan dan
Kesatuan. Jadi, mereka harus bisa membawa diri untuk bersatu dengan
warga negara Republik Indonesia yang lain, yang memiliki bangsa dan
tumpah darah yang sama, yakni Indonesia. Jika masyarakat bisa menyadari
ini semua, mereka tidak mungkin akan bersikap individualis, tidak peka
dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Tapi apa yang terjadi akhir-akhir ini ? sikap individual merajalela,


kepekaan akan dunia nyata semakin menurun, kecanduan akan dunia maya
malah meningkat drastis. Contohnya adalah dengan adanya game online
yang tengah merajalela dikalangan remaja bahkan anak-anak dan juga
orang dewasa.

Bagi mereka usia tidak bisa membatasi mereka dalam berekspresi


dalam dunia game. Dengan alasan ingin menghilangkan penat setelah
melewati hari-hari yang berat, bagi mereka game bisa menjadi salah satu
hiburan mereka dan menjadi tempat untuk melepaskan lelah. Padahal
banyak dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh game online tersebut,
sebenarnya bukan hanya game online saja, tapi masih banyak lagi aplikasi-
aplikasi online yang bisa menambah teman secara semu, artinya tidak
dalam dunia nyata. Dikatakan dalam dunia semu karena orang yang kita
anggap teman melalui media sosial tidak bisa berinteraksi atau bertatap
muka secara langsung. Mereka hanya bisa berinteraksi dan
berkomunikasimelalui aplikasi saja.

Dengan adanya contoh diatas bisa diambil kesimpulan bahwa


masyarakat modern mulai bersikap individualis. Penjelasan yang lebih
jelas dari sikap individual dalam contoh diatas adalah saat seseorang sudah
memegang gadget dan sudah asyik dengan dunia mayanya, ia akan
melupakan orang-orang disekitarnya. “Mendekatkan yang jauh dan
menjauhkan yang dekat”. Nyata adanya dengan kasus gadget ini.
Kepedulian seseorang akan berkurang jika sudah berasyik ria dengan
dunia mayanya dan malah mengabaikan dunia nyata yang ada di
kehidupan nyata.

Akankah ada persatuan yang terjalin jika semua orang memiliki


sifat individual ? pastinya TIDAK. Persatuan hanya akan terjalin saat
orang-orang memiliki sikap saling peduli dengan sesamanya, dengan
orang-orang yang berada di sekitarnya ini masih contoh untuk orang yang
disekitanya saja. Jika sudah menyangkut masalah bangsa dan negara
apakah yang akan terjadi ?

Malah bangsa dan negara jika sudah diabaikan oleh masyarakat


bisa menyebabkan adanya perpecahan. Dengan adanya perpecahan, maka
persatuan yang telah digagas oleh Soekaro akan hancur. Misalna jaman
sekarang sudah banyak orang yang tidak bangga menjadi warga dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Mereka lebih memilih negara
lain untuk keperluan hiburan, liburan, belanja, dll. Padahal di Indonesia
saja sudah banyak tempat dan kebudayaan yang sangat bagus dan menarik,
barang-barangnya pun sudah sudah berkualitas variasinya juga sangat
banyak dan menarik. Namun hanya karena ingin terlihat Wah, maka
banyak orang lebih memilih barang-barang atau segala jenis hal yang
berbau luar negeri. Dengan begitu mereka secara tidak langsung merasa
tidak bangga dengan terhadap bangsa dan negaranya. Dengan adanya
persaingan pasar, liburan, dan hiburan dari luar negeri, maka bisa
menyebabkan perpecacahan bukan persatuan. Karena apa ? karena mereka
akan terus menerus bersaing entah dengan cara apapun itu. Utuk mencapai
kepuasan dan tujuanya.

Padahal mereka bisa saja bekerja sama dalam hal hiburan, liburan
ataupun pasar, dengan dengan menunjukkanapa yang dimiliki oleh bangsa
indonesia itu sendiri. Jika mereka bersama-sama dalam melakukan segala
hal, maka akan tercipta persatuan.

Kembali pada contoh individualis tadi. Jika sikap individual yang


acuh tak acuh tadi berkembang pesat dan merajalela dimana mana, maka
persatuan dan kesatuan bangsa ang digagas oleh Soekarno akan hilang.
Soekarno menjelaskan bahwa kebangsaan yang dimaksud adalah nationale
staat dan nasionalisme indonesia (semua warga negara Republik Indonesia
harus memiliki rasa nasionalis). Setiap warga negara Indonesia harus
merasa mempunyai satu bangsa dan tumpah darah yang sama, yakni
Indonesia. Jadi, dengan sikap indiviual tadi, apakah mereka merasa
memiliki bangsa dan tumpah darah yang satu ? Apakah mereka memiliki
rasa nasionalis ? jawabannya adalah TIDAK! Karena rasa nasionalis akan
terbentuk jika masyarakat merasa bahwa mereka adalah satu, yakni
Indonesia. Satu yang dimaksud disini adalah dari banyak orang menjadi
satu kesatuan. Bekerja sama, Bergotong Royong antar warga. Jika
individual maka tidak terbentuk persatuan, karena mereka lebih senang
menyendiri menyindiri, mementingkan diri sendiri, tidak memperdulikan
orang lain dan bahkan tidzk mau diajak bekerja sama, bergotong royong
dengan orang lain.

Padahal perasan dari panacasila yang paling sederhana adalah


“Gotong Royong”. Dengan kita mengerjakan hal apapun, jika dilandasi
dengan prinsip gotong royong pasti akan lebih mudah untuk
mewujugkannya. Keakraban antar masyarakat pun akan terjalin.
Namun, dewasa ini kebiasaan gotong royong yang juga menjadi
ciri khas dari bangsa Indonesia telah luntur sedikit demi sedikit. Dengan
adanya persaingan dan sikap individualis tadi, maka dapat disimpulkan
bahwa masarakat modern terutama yang sudah berada di kota, apalagi kota
besar, sikap individual sudah hampir menghinggapi mereka semua.
Dengan tidak adanya kerjasama atau gotong royong, maka persatuan pun
juka tidak akan ada, yang ada hanyalah sikap acuh tak acuh dan tidak
saling peduli.

Inilah yang terjadi dewasa ini dalam bangsa Indonesia. Maraknya


sikap idividual dan persaingan-persaingan dalam hal yang berbau
kekayaan atau harta yang dimiliki. Semua orang berebut untuk menjadi
ang nomor 1 padahal dalam dasar negara terdapat prinsip persatuan ang
artinya harus menyatu antar setiap warga Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Daftar Pustaka

Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).

Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam


Kacamata Soekarno).

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

Dewantara, A. W. (2015). PANCASILA SEBAGAI PONDASI PENDIDIKAN AGAMA DI


INDONESIA. CIVIS, 5(1/Januari).

Anda mungkin juga menyukai