SKRIPSI
OLEH
180406042
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2023
MENGGALI ASPEK SELF-ESTEEM RUANG KOTA
SKRIPSI
Oleh
180406042
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2023
ii
PERNYATAAN
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
180406042
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Membentuk
Membentuk Identitas
Identitas Tempat
Tempat Kota
Kota Medan
Medan
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
iv
Tanggal Lulus : 14 Juni 2023
Ketua Komisi Penguji : Prof. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D., IPM.
v
ABSTRAK
termasuk kota Medan. Namun, saat ini kota Medan dinilai akan kehilangan
identitasnya, sebab kini penanda atau identitas kota berupa gedung dan bangunan
bersejarah hilang secara perlahan. Dalam penelitian ini akan dikaji terkait aspek
kebangaan dan komitmen lebih tinggi di banding aspek evaluasi dan keterikatan
vi
ABSTRACT
Every city in Indonesia has an identity that characterizes the city, including the
city of Medan. However, at this time the city of Medan is considered to be losing
its identity, because now the city's markers or identities in the form of historic
buildings and structures are slowly disappearing. In this research will be studied
depth interviews with 4 key informants, this study resulted that the aspects of
pride and commitment are higher than the aspects of evaluation and attachment to
area, Medan
vii
KATA PENGANTAR
Ruang Kota Dalam Membentuk Identitas Tempat Kota Medan” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk
mememnuhi tugas mata kuliah RTA 4329-TGA Riset Arsitektur pada program
studi Arsitektur.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Prof. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM sebagai dosen pembimbing
2. Bapak Ir. Novrial M.Eng dan Bapak Dr. Anthoni Veery Mardianta, S.T,
M.T selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada
viii
4. Segenap dosen dan tenaga kependidikan Program Studi Arsitektur,
5. Kedua orang tua penulis, Bapak Muhammad Riza dan Ibu Sunarsih yang
pengorbanan yang luar biasa dalam setiap langkah hidup penulis, yang
6. Kedua adik penulis, Vidia Cempaka dan Sultan Alamsyah yang telah
memberi semangat serta doa yang tulus dalam tiap hari yang telah dilalui
diandalkan.
7. Sanak saudara yang telah ikut andil dalam memberikan bantuin moril
maupun materil sejak awal penulis berkuliah hingga saat ini yang tidak
memberikan nasihat, motivasi dan dukungan dalam hari baik dan hari
rekan kelas TGA Riset Arsitektur yang membersamai hingga akhir dan
semua pihak yang ikut membantu dalam proses penulisan proposal ini.
ix
10. Serta teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
11. Seluruh responden dan informan kunci yang telah memberikan waktu dan
12. Diri sendiri karena tidak pernah memutuskan untuk menyerah dan selalu
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………..……………………………………...……vi
ABSTRACT…………………………………………………….………….….…vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….……viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………..……xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….……...xv
DAFTAR TABEL………………………………………………….…………..xvi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
xi
2.4 Kebanggaan (Pride).........................................................................................14
2.4.3 Status…………………………………………………………………..17
3.4.2 Sampel…………………………………………………………………36
xii
3.6 Metode Analisa Data .......................................................................................43
5.2 Evaluasi………………….…………………………...………………………60
5.3 Kebanggaan………………….……………………...………………..............71
5.4 Keterikatan………………….……………………...………………...............76
5.5 Komitmen………………….……………………...………...………..............80
xiii
5.6 Hasil Temuan………………………………………………...………………82
BAB VI KESIMPULAN………………………………………..………………85
6.1 Kesimpulan………………………………………………………..…………85
6.2 Saran……..………………………………………………………..………….87
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….………..88
LAMPIRAN……………………………………………………………………..97
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
xvi
5.7 Tabel Keterikatan pada Identitas Tempat….…..…………..……..……….73
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Identitas tempat (place identity) merupakan hal yang sangat penting dalam
& Silitonga, 2012). Identitas tempat itu sendiri menggambarkan suatu kota dengan
sangat kuat untuk membandingkan sekaligus menjadi pembeda antara satu kota
dengan kota yang lain (Peng & Strijker, 2020) yang dikaitkan atau dirasakan oleh
orang yang menetap di dalam maupun di luar tempat tersebut. Perbedaan antara
konsep-konsep ini tidak pernah disepakati dengan suara bulat dan masih dalam
diskusi hari ini. Hal lain yang mungkin juga menyebabkan pemahaman yang
kabur tentang identitas tempat adalah penggunaan wilayah dan tempat (Peng and
Strijker, 2020).
(Wardani, 2022). Karena seseorang yang memiliki self-esteem lebih tinggi akan
mengalami penerimaan sosial yang lebih banyak, memiliki perasaan yang lebih
positif secara personal, dan bertindak lebih hangat dibandingkan individu dengan
Kajian terkait Self-Esteem itu sendiri tampaknya juga harus ada pada kota-
kota besar, tidak terkecuali pada Kota Medan. Berimplikasi pada keharusan
sebuah kota dalam menciptakan lingkungan yang layak huni menjadi agenda baru
untuk beberapa dekade mendatang (Moulay et al., 2018) guna berbenah diri dalam
juga terhadap Kota Medan yang merupakan miniatur dari pariwisata dengan sejuta
bangunan maupun gedung bersejarah yang menjadi penanda atau identitas penting
Untuk itu, peneliti ingin mengangkat topik ini dengan tujuan agar dapat
mengetahui seberapa baik tingkat self-esteem dari masyarakat kota Medan dalam
sebagai berikut:
digunakan sebagai pedoman kajian aspek place identity pada kota Medan.
Latar Belakang
Identitas tempat itu sendiri memiliki beberapa aspek, salah satunya yaitu self esteem. Self-esteem
berperan penting dalam kehidupan setiap orang. Mereka yang memiliki self-esteem yang tinggi
akan memperoleh penerimaan sosial yang lebih banyak, memiliki perasaan yang lebih positif
secara personal, dan bertindak lebih hangat dibandingkan seseorang yang memiliki self-esteem
lebih rendah (Cameron and Granger, 2019).
Kajian terkait Self-Esteem itu sendiri tampaknya juga harus ada pada kota- kota besar, tidak
terkecuali pada Kota Medan. Berimplikasi pada keharusan sebuah kota dalam menciptakan
lingkungan yang layak huni menjadi agenda baru untuk beberapa dekade mendatang (Moulay et
al., 2018) guna berbenah diri dalam menyiapkan berbagai aspek pendukung termasuk individu
tiap warganya, sehingga Medan dapat tumbuh menjadi kota yang begitu pesat.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang menjadi permasalahan
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan pada penelitian ini
dan komitmen.
penelitian ini seperti jenis penelitian, metode penentuan lokasi, variable penelitan,
Medan.
Bab ini berisi tentang inti dari penelitian yang terdiri dari analisa yang
BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dalam bentuk fisik maupun sosial budaya yang membedakan suatu tempat dengan
setting yang telah diberi makna berdasarkan pengalaman, hubungan, emosi, dan
pikiran manusia (Wang and Xu, 2015). Dalam berbagai lingkup bidang ilmu,
konsep identitas tempat mengarah pada korelasi antara identitas dengan tempat
yang berfokus pada makna dan keterkaitan tempat bagi yang tinggal dan
literatur yang ada bahwa tempat adalah sebuah lingkup ruang yang memiliki arti
hiburan.
Salah satu teori identitas tempat adalah teori Breakwell (1986) yang lebih
mengidentifikasi proses identitas yang dilihat sebagai produk sosial yang dinamis
dari interaksi memori (Wang and Xu, 2015). Yang dibangun oleh empat aspek,
yaitu, kekhasan, kontinuitas, harga diri dan efikasi diri. Agar dapat menghasilkan
identitas tempat, keberadaan keempat aspek tersebut harus seimbang. Sebab, jika
salah satu aspek lebih tinggi dari yang lain maka identitas tempat tersebut tidak
akan kuat.
seseorang yang membedakan dari orang lain. Aspek selanjutnya yaitu kontinuitas
kembali, dan dipertahankan (Ginting and Wahid, 2015). Aspek lainnya yaitu
harga diri (self-esteem), mengacu pada evaluasi diri yang dengannya seseorang
diciptakan sebagai akibat dari kebanggaan terhadap suatu tempat oleh persepsi
positif. Aspek terakhir adalah efikasi diri (self- efficacy), artinya sebagai
keyakinan akan kemampuan seseorang untuk bekerja dalam situasi sosial dan
Dalam pembahasan ini hanya fokus mengkaji satu aspek dari salah satu
kehidupan sosial dan hubungan romantis, di sekolah mereka dan kehidupan kerja,
1.2 Self-Esteem
penilaian positif (Wang and Xu, 2015; Ginting and Rahman, 2016a) maupun
penilaian negatif terhadap diri sendiri atau kelompok pada suatu tempat dan
2016a ; Minev et al., 2018) bahkan suka atau tidak suka tentang dirinya sendiri
seperti merasa puas dan bangga akan dirinya, menerima pujian dan kritikan
sebagai masukan, dapat menerima kegagalan dan bangkit darinya, dan berbagai
hal postitif yang berkaitan dnegan pengembangan diri (Amir and Witriani, 2019).
Dengan kata lain, self-esteem yang tinggi mampu memotivasi seseorang untuk
hal ini menunjukkan bahwa seseorang memperoleh dorongan harga dirinya dari
kualitas tempat tersebut. Seseorang lebih suka tinggal di suatu tempat yang akan
menciptakan harga diri mereka (Ginting and Rahman, 2016b). Misalnya, tinggal
sekitar kawasan maupun pendatang dari luar, kawasan bersejarah memiliki nilai
histori yang tinggi yang memberikan kesan. Meski begitu, bukan berarti
pembangunan saat ini yang menghasilkan elemen kota yang baru tidak berperan
dalam pembentukan harga diri. Rasa bangga dan memiliki merupakan beberapa
faktor dalam menciptakan kualitas hidup masyarakat (Mohit, 2013). Oleh karena
elemen tersebut menjadi tolaks ukur terhadap tinggi rendahnya identitas suatu
tempat. Berikut adalah tabel aspek-aspek self-esteem pada identitas suatu tempat
Berdasarkan kajian teori dan pemaparan tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa
komitmen.
(Sulistiyana et al. 2015). Evaluasi pada suatu tempat dapat bernilai positif maupun
bernilai negatif. Evaluasi positif atau negatif terhadap suatu tempat menunjukkan
layak atau tidaknya tempat tersebut untuk dikunjungi, sehingga dapat menjadikan
daerah tersebut lebih baik. Identitas suatu tempat mempengaruhi sikap seseorang
negatif (Wang and Xu, 2015). Dalam self-esteem, evaluasi mencakup keseluruhan
dari nilai seseorang, baik itu orientasi positif atau negatif yang dimulai sejak lahir
dan terus berubah berdasarkan pengalaman yang terus dialami oleh dirinya
Dan jika berbicara konteks kota, identitas suatu kota adalah hasil penilaian
atau evaluasi terhadap elemen kota yang berkaitan dengan individu serta
masyarakat, serta penilaian positif atau negatif terhadap suatu tempat dan
Pengunjung
3. Stylidis et al., (2017) Dampak Positif
Dampak Negatif
4. Ginting et al., (2019) Penilaian Positif
Penilaian Negatif
Pengaruh
Tempat
diterapkan dapat disepakati yaitu penilaian positif dan negatif tentang suatu
tempat.
tempat tersebut (Wang and Xu, 2015). Salah satu cara sebuah tempat atau
bangunan mendapat citra yang positif yakni dengan dikomunikasikan dari mulut
penduduk terhadap tempat tersebut, dimana individu yang lebih kenal terhadap
Sebagai salah satu faktor dalam menilai suatu tempat, harga dapat
mereka harapkan selama kunjungan mereka (Ginting et al., 2019). Toilet umum
juga berperan dalam menciptakan lingkungan yang nyaman (Ja'afar et al. 2012).
Selain itu, kualitas pelayanan dan fasilitas, serta kepuasan terhadap kedua aspek
rasa nyaman berada di tempat tersebut (Ginting et al., 2019). Oleh karena itu,
semakin positif potensi suatu tempat yang dirasakan, semakin banyak penduduk
penelitian ini adalah harga, kualitas pelayanan dan fasilitas, serta toilet umum.
tempat tersebut untuk dikunjungi (Ginting et al., 2019). Semakin negatif dampak
pengembangan potensi suatu tempat akan lebih kuat (Wang and Xu, 2015).
Dampak negatif terhadap budaya lokal dan atau jasa meningkatkan masalah sosial
pariwisata penduduk setempat dengan kata lain bahwa pendatang baru tidak
(Bolló et al., 2018). Salah satu emosi paling sentral yang membentuk perilaku
sosial manusia dan dinamika kelompok karena emosilah yang memotivasi orang
untuk melakukan apa yang diperlukan untuk maju, untuk mencapai status sosial
(Tracy et al., 2020). Orang yang merasa bangga akan, benar atau salah, percaya
bahwa apa yang dia banggakan "terhubung" dengannya dalam hal itu adalah objek
atau kualitas yang dia miliki, tindakan yang telah dia lakukan, atau kepemilikan
atau pencapaian seseorang untuk dengan siapa dia terkait, atau dari kelompok di
mana dia berasal (Taylor, 2013). Orang akan merasa bangga dengan tempat yang
dan memiliki tempat tersebut (Ginting et al., 2019). Namun, tidak adanya
kebanggaan memberi tahu diri bahwa ada sesuatu yang hilang, dan tindakan harus
diambil untuk mencapai kebanggaan dan memulihkan harga diri (Tracy et al.,
2020).
yang unik dengan struktur segi ganda. Dimana kebanggaan merupakan emosi
positif yang terjadi sebagai respons terhadap kesuksesan dan terdiri dari dua segi
yang berbeda: kebanggaan otentik, yang dicirikan oleh perasaan pencapaian dan
kepercayaan diri; dan kebanggaan hubristik, yang dicirikan oleh perasaan arogansi
diterapkan dapat disepakati yaitu bangunan bersejarah dan simbol fisik suatu
tempat.
seperti tempat kelahiran, kematian, dan makam tokoh bahkan peristiwa penting
yang pernah terjadi di masa lampau, maka tempat tersebut dikatakan memiliki
nilai sejarah. Keberadaan bangunan bersejarah dalam aspek tata guna lahan
kawasan tersebut. Bangunan bersejarah dapat membawa citra positif kawasan dan
lampau (Ginting & Wahid, 2015). Bangunan bersejarah juga menumbuhkan harga
bangunan bersejarah terdapat pada gaya arsitekturnya yang khas (Ginting et al.,
lokal maupun wisatawan (Ginting et al., 2018) Bangunan bersejarah menjadi saksi
masa lalu atau orang-orang penting atau memiliki ciri fisik desain yang khas yang
mewakili karya seorang master (Al-Sakkaf et al., 2020). Elemen kunci dari
bangunan bersejarah adalah kualitas desain, yang merupakan alasan utama dari
secara lisan dari generasi ke generasi yang disebabkan oleh keterbatasan sumber.
karena kenangan masa lalu yang meningkatkan rasa bangga dan memiliki tempat
kata, atau bahkan sebuah benda, yang digunakan untuk mengenali arti yang sudah
dipahami (Wardani, 2010). Manusia memberi makna pada simbol yang berupa
objek, bentuk-bentuk tertulis dan bunyi untuk dipahami artinya (Hendro, 2020).
Jika dikaitkan dengan suatu tempat, identitas simbolik pada suatu tempat
dapat berupa nama, warna dan tradisi masyarakat lokal atau budaya tempat
fisik maupun lingkungan simbolisnya (Hendro, 2020). Simbol fisik dari suatu
tempat wajib ditingkatkan, karena dengan adanya simbol atau ciri fisik suatu
tempat dapat membedakan tempat dari tempat lain (Ginting et al., 2019).
Dengan demikian elemen simbol yang akan diteliti adalah nama, warna,
bentuk tertulis.
1.4.3 Status
tujuan yang sukses memunculkan perasaan bangga (Tracy et al., 2020), dan
sosial seseorang (Mercadante et al., 2021). Hubungan antara emosi dan status
dalam hierarki sosial sementara yang lain tidak, dan menjelaskan perilaku mereka
Dalam kata lain, kebanggaan dapat menjadi sebab dan akibat dari
peningkatan status sosial, dan dengan cara yang sama, pencapaian status sosial
dapat menjadi penyebab dan akibat dari kebanggaan (Mercadante et al., 2021).
demi status sosial yang lebih tinggi (Sznycer et al., 2017; Tracy et al., 2020).
Terdapat dua jenis status yang memiliki peran berbeda yakni status
subyektif dan obyektif, dimana status sosial subyektif berarti persepsi individu
tentang posisi mereka dalam hierarki sosial yang didasarkan pada rasa hormat,
kekaguman, dan pengaruh yang dirasakan. Sedangkan status sosial objektif terdiri
finansial, barang rumah tangga, jenis tempat tinggal, dan jenis mobil, dll. Oleh
karena itu, status objektif yang dirasakan didasarkan pada kepemilikan, sumber
daya yang nyata, dan latar belakang pendidikan yang tidak selalu melibatkan rasa
Dengan demikian elemen status yang akan diteliti adalah prestasi atau
pencapaian.
berkesan, memuaskan dan meningkatkan tujuan dan makna hidup mereka (Vada
karakteristik fisik dan budaya masyarakat di suatu tempat (Ujang and Zakariya,
2015).
menjadi terikat dan lebih mungkin untuk mengunjungi kembali tempat tersebut di
orang terhadap lingkungan (Dwyer, Chen and Lee, 2019). Dimana pendekatan
berbasis tempat menekankan bahwa pengalaman tempat tidak hanya fisik tetapi
juga persepsi dan psikologis pengguna (publik), pengalaman dan persepsi mereka
Keterikatan tempat akan berkontribusi pada pelestarian identitas tempat lokal dan
pribadi/budaya yang berfokus pada siapa yang dilekatkan dan bagaimana tempat
secara kolektif; dimensi tempat yang berfokus pada apa yang melekat pada orang
tersebut, termasuk berbagai fitur fisik (misalnya, alam, buatan) dan sosial
(misalnya, peluang untuk berinteraksi) dari tempat tersebut; dan dimensi proses
2021).
diterapkan dapat disepakati yaitu pengalaman tempat, ikatan afektif, serta niat
berkunjung kembali.
(Dwyer et al., 2019). Yang dapat mempengaruhi orang lain dalam melakukan
perjalanan, perilaku pada tempat tujuan maupun tingkat kepuasan dan ingatan
bermakna. Hasil penting dari pengalaman tempat adalah daya ingat (Vada et al.,
2019).
tempat (Karsono and Wahid, 2015). Pengalaman tempat yang kuat dapat
daya lainnya, dan mengarah pada perilaku positif seperti komunikasi dari mulut
mampu membangkitkan emosi mereka (Ujang and Zakariya, 2015), karena telah
pada pembentukan ikatan dan dapat menjadi hasil yang bermanfaat dari ikatan
tersebut.
tampilan fisik yang mendukung pengurangan stres dan pemulihan mental yang
membangkitkan ingatan yang positif akan peristiwa dan orang-orang di masa lalu
(Cole et al., 2021). Pengalaman yang berlangsung di suatu tempat, baik positif
adalah penampilan fisik tempat, ingatan positif dan kesan yang bermakna.
objek yang meliputi emosi seperti perasaan, sikap, apresiasi, motivasi dan nilai
(Sukanti, 2011). Yang menyatakan bahwa ikatan afektif adalah fungsi dari ikatan
emosional dan psikologis dari orang-orang dapat dicapai jika penataan kawasan
Selain itu, orang yang merasa menyatu dengan daya tarik suatu tempat akan
merasa sedih jika ciri khas tempat tersebut hilang (Ginting et al., 2019). Ikatan
terdiri atas ikatan afektif misalnya, kebanggaan, cinta, dan kognisi misalnya,
identitas pendatang dan lingkungan fisik lokal. Artinya , atribut fisik atau
Dengan demikian, elemen yang akan diteliti dalam ikatan afektif adalah
2015). Niat berkunjung kembali dapat diartikan sebagai keinginan seseorang yang
diperoleh dari pengalaman masa lalunya untuk datang lagi di masa yang akan
sebelumnya akan menciptakan kunjungan baru di waktu yang akan datang yang
juga akan menceritakan hal positif terkait tempat tersebut kepada orang lain
pikiran, perasaan dan aktivitas yang berkaitan dengan tempat yang mereka kenal
dimana makna yang dimiliki tempat akrab bagi mereka sekalipun terdapat aspek
kembali adalah kepuasan terhadap suatu tempat dan kenal terhadap tempat
tersebut.
pribadi yang bermakna dengan suatu objek yang mencakup kesediaan yang tulus
untuk mendukung objek tersebut (Konu et al., 2020). Komitmen terhadap suatu
tempat ditujukan pada keinginan untuk tetap tinggal serta perhatian seseorang
penduduk terhadap tempat tinggal mereka, serta kesadaran bersama, dan rasa
individu dengan harga diri rendah (Bankole and Ajagun, 2014). Dalam strategi
daya saing kota (Tournois and Rollero, 2020). Sehingga masyarakat akan merasa
bahwa kota tempat huniannya penting bagi masa depannya dan menumbuhkan
diterapkan dapat disepakati yaitu keinginan untuk tetap tinggal, keinginan untuk
nyaman, aman dan bisa berkembang di tempat itu. Seseorang akan nyaman jika
penduduk lokal suatu kawasan bersikap baik, ramah, peduli kepada orang yang
berakibat pemberian label buruk pada tempat dan masyarakat kawsan tersebut
oleh pengunjung (Ginting et al., 2019). Oleh sebab itu, respon yang baik dari
penduduk lokal akan memberikan rasa nyaman dan perasaan ikut merasa
bertanggung jawab atas kebersihan dan aspek pendukung lainnya (Simon et al.,
2021).
Dengan demikian, elemen yang akan diteliti pada aspek keinginan untuk
nyaman untuk tinggal di sana. Hal ini pada akhirnya akan menumbuhkan
untuk mengembangkan suatu tempat tidak terlepas dari rasa memiliki terhadap
tempat tersebut.
dengan daerah tujuan dan ketergantungan terhadap fungsi tempat yang pada
kualitas produk dengan karakteristik tempat dan pengetahuan konsumen, baik dari
nilai, dan minat mereka sendiri, kemudian memberikan perhatian yang berbeda
terhadap hal-hal tersebut. Dengan kata lain, keterlibatan dapat diartikan sebagai
sejauh mana minat seseorang terhadap suatu kegiatan dan tanggapan emosional
mereka yang timbul dari kegiatan tersebut. Keterlibatan seseorang dapat berupa
daya tarik, ekspresi diri, dan sentralitas gaya hidup (Wang et al., 2022).
Dengan demikian, elemen yang akan diteliti dalam rasa keterlibatan adalah
penilaian positif maupun penilaian negatif terhadap diri sendiri atau kelompok di
suatu tempat dan bagaimana tempat itu mempengaruhi perasaan mereka bahkan
suka atau tidak suka tentang dirinya sendiri. Self-esteem terdiri dari 4 (empat)
tempat dan status suatu tempat. Sedangkan elemen keterikatan berisi tentang
pengalaman tempat, ikatan afektif, serta niat berkunjung kembali pada suatu
tempat. Dan terakhir yaitu elemen komitmen terdiri dari keinginan untuk tetap
identity maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat self-esteem suatu
Harga
Toilet umum
Evaluasi
Tempat yang tidak
layak
Prestasi atau
Status
pencapaian
Penampilan fisik
tempat
Self-Esteem
Pengalaman tempat Ingatan positif
Kepuasan terhadap
suatu tempat
Niat berkunjung
kembali
Kenal terhadap tempat
tersebut
Kenyamanan
Keinginan untuk tetap
tinggal
Sikap ramah
masyarakat lokal
Keinginan untuk
Komitmen mengembangkan suatu Kualitas tempat
tempat
Daya tarik
Rasa keterlibatan
Ekspresi diri
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kesimpulan.
masyarakat, pemerintah, dan responden yang secara langsung atau tidak langsung
(tujuan, niat, frekuensi kunjungan, dan durasi), acara atau kegiatan pariwisata
lokal, dan persepsi mereka tentang aspek harga diri (evaluasi, kebanggaan,
Penelitian sejenis yang kedua yaitu Naive beliefs about the self-esteem's
method).
dipilih untuk penelitian ini karena masa dewasa muda melibatkan transisi dari
harga diri abstrak masa kanak-kanak ke harga diri yang lebih canggih yang
dibangun di atas umpan balik dan penilaian diri. Juga, budaya Kanada adalah
salah satu yang berfokus pada memaksimalkan harga diri, namun Kanada berisi
orang-orang dari berbagai negara dan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Lebih jauh lagi, mahasiswa psikologi mungkin memiliki pandangan yang lebih
dapat diidentifikasi yang ditentukan oleh batas-batas nyata atau imajiner (Venter,
yang kaya dengan alam dan warisan budayanya (Ginting et al., 2018), juga objek
wisatanya namun tidak terawat dengan baik (Ginting et al., 2019). Merupakan
kota dengan daya tarik wisata dengan populasi padat penduduk (Wang and Xu,
2015). Memiliki bentuk fisik baik yang alami maupun yang dibangun yakni
budaya dan bangunan itu sendiri serta mereka melampirkan makna melalui proses
Terletak di kota
Memiliki daya Tarik
1. Wang and Xu (2015)
wisata
Terletak di
Padat penduduk
kota/kabupaten
Blok A Blok B
Koridor Jalan Koridor Jalan
SM Raja (Yuki)
Gatot Subroto
Palang Merah
Kriteria Pemilihan
Masjid Raya
Adam Malik
B. Katamso
Waringin
Amaliun
Pemuda
Meranti
Lokasi
Sekip
1. Terletak di pusat
kota/kabupaten
2. Terletak di tengah
kota/kabupaten
3.
Padat penduduk
4.
Memiliki daya tarik
5.
Memiliki budaya
6. Terdapat interaksi
sosial
Dengan demikian, berdasarkan kriteria pemilihan lokasi diatas, peneliti
memilih lokasi yang terbagi menjadi dua blok. Blok A terdiri dari koridor Jl.
Amaliun - Jl. SM Raja (Yuki) – Jl. Mesjid Raya – Jl. Brigjen Katamso – Jl.
Sedangkan Blok B terdiri atas koridor Jl. Gatoto Subroto – Jl. Meranti – Jl.
atau bervariasi. Nilai dari variabel dapat bersifat kuantitaif atau kualitatif
(Sinulingga, 2019).
3.4.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh elemen atau unsur yang akan diamati atau
diteliti (Azuar et al, 2014). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah
masyarakat Kota Medan yang berada di dua kawasan yakni kawasan blok A dan
blok B. Pada kawasan blok A sejak bulan April 2022 mencakup penduduk
sejumlah 8.964 jiwa, sedangkan kawasan blok B sejak bulan Mei 2022 mencapai
9.283 jiwa. Sehingga secara keseluruhan populasi dalam penelitian ini mencapai
18.247 jiwa.
3.4.2 Sampel
elemen dari populasi memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk terpilih
adalah purposive sampling, dengan kriteria tertentu pada sampel yang akan
diteliti.
Untuk menghitung jumlah sampel yang akan diteliti, digunakan rumus Taro
Ya Mane dengan ketelitian 10% dan kepercayaan 90%, yaitu sebagai berikut :
𝑁
𝑛
2
𝑁𝑑 1
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
d : Ketelitian (digunakan 10%)
Dengan menggunakan data yang ada maka diperoleh jumlah sampel sebagai
berikut:
𝑛
01 2 1
𝑛
183 47
𝑛 99 45491763 100
Dengan demikian, jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti, melalui tiga
cara, yaitu observasi, wawancara, dan kuesioner. Observasi difokuskan pada data
fisik seperti karakteristik fisik, aktivitas masyarakat, bangunan dengan ciri khas
Variabel Metode
Indikator Parameter
Self Esteem O W K
Harga makanan dan
minuman
Adanya kemacetan
O : Observasi
W : Wawancara
K : Kuesioner
1.) Observasi
kegiatan orang-orang yang merupakan sumber data penelitian sehingga data yang
Data fisik tersebut meliputi foto-foto yang digunakan dengan tujuan untuk
merekam bukti-bukti fisik dan hal lainnya yang membutuhkan bukti-bukti. Hal ini
diperlukan untuk mendukung hasil observasi sehingga data hasil penelitian lebih
kredibel.
Variabel Self
Indikator Parameter Data Observasi
Esteem
Harga makanan dan Daftar menu/harga
minuman
Harga tiket masuk Tiket masuk/karcis
2.) Wawancara
masyarakat, akademisi, dan lain-lain) dan responden yang secara langsung atau
tidak langsung bergerak di bidang budaya dan pariwisata. (Ginting et. Al., 2019).
Parameter Pertanyaan
3.) Kuesioner
adalah self-esteem. Variabel tersebut dipecah lagi menjadi beberapa indikator dan
data secara kuantitatif dan kualititatif. Adapun data yang diperoleh secara
kuantitatif merupakan data dari hasil penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh
melalui penyebaran kuesioner kepada 100 responden yang kemudian data hasil
dengan tujuan untuk memperoleh data hasil nilai rata-rata yang objektif. Adapun
agar dapat dilakukan pengukuran terhadap hasil nilai rata-rata dari instrument
penelitian ini, yang dilakukan pengukuran adalah variabel penelitian, yaitu self-
esteem. Adapun untuk mengukur self-esteem pada lokasi kajian berdasarkan data
berdasarkan data yang diperoleh dari nilai rata-rata dan standar deviasi (Marisa &
Yusof, 2020).
Data yang diperoleh secara kualitatif adalah data yang bersumber dari
kunci. Kedua metode tersebut kemudian dihubungkan satu sama lain. Dimana
data kuantitatif berupa data hasil penyebaran kuisioner dihubungkan dengan data
hasil observasi dan wawancara sehingga akan memperkuat hasil analisis (Ginting
& Veronica, 2016). Setelah data tersebut diperoleh, maka selanjutnya diolah dan
tersebut.
Pengumpulan Data
- Data Primer (Observasi,
Kuisioner, Wawancara) Pengolahan Data
- Data Sekunder (Studi
Literatur)
BAB IV
KAWASAN PENELITIAN
Sumber: Google
Blok A
Blok B
Gambar 4.2 Peta Kota Medan
Sumber: Google
Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang menempati posisi
ke-4 kota terbesar di Indonesia. Dengan luas wilayah yang relatif kecil Medan
memiliki jumlah penduduk yang relatif besar dengan luas 26.510 hektare
(265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatra Utara. Secara geografis
kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35'–98° 44' Bujur
Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada
berbatasan dengan Selat Malaka, di sisi timur, selatan, dan barat berbatasan
pertemuan antara Sungai Deli dan Sungai Babura. Kemudian beralih menjadi
waktu, di tahun 1909 oleh Pemerintah Hindia Belanda Medan akhirnya berubah
status menjadi kota. Perubahan status ini juga yang mengubah Medan yang
perusahaan perkebunan secara massif di kota ini sehingga Medan menjadi kota di
berdatangan kuli kontrak baik dari China, India, maupun Jawa. Dan hingga saat
4.2 Blok A
Blok A merupakan kawasan yang terletak di pusat kota Medan dengan
cakupan seluas 1,3 km². Di sisi selatan terdiri dari koridor Jl. SM Raja (Gambar
4.3e), di sisi barat terdiri dari koridor Jl. Mesjid Raya (Gambar 4.3d) – Jl. Brigjen
Katamso (Gambar 4.3c), dan di sisi utara terdiri dari koridor Jl. Pemuda (Gambar
4.3b) – Jl. Palang Merah (Gambar 4.3a). Pada kawasan Blok A terdapat berbagai
a.
b.
c.
d. e.
berbagai kecamatan di kota Medan, mulai dari kecamatan Medan Amplas hingga
Medan Kota. Pada koridor jalan Sisingamangaraja yang diambil dalam penelitian
ini terdapat beberapa aspek yang termasuk kedalam elemen self-esteem seperti
adanya transportasi umum (Gambar 4.4c) dan adanya kemacetan (Gambar 4.4d).
a.
a. Toko Bolu b. Masjid Raya Al-
b.
Meranti
c.
d.
Jalan Mesjid Raya merupakan jalan terpendek yang diambil dalam kajian
penelitian ini, namun demikian jalan ini menjadi jalan dengan nilai sejarah yang
tinggi, sebab jalan ini merupakan penghubung tiga peninggalan Kesultanan Deli
yakni Masjid Raya Al-Mashun, Kolam Sri Deli dan Istana Maimun.
Gambar 4.5c), dan beberapa stan yang menjual makanan (Gambar 4.5a).
b.
a.
c.
ruko dengan fungsi komersil dan juga beberapa kantor, bank, dan lainnya.
Selain itu juga terdapat beberapa aspek yang termasuk kedalam elemen
4.6b), harga makanan dan minuman (Gambar 4.6c) dan adanya stand penjual
4.6d).
jn
a. b.
c. d.
Jalan ini berada diantara Jl. Brigjen Katamso dan Jl. Ahmad Yani. Di
sepanjang jalan ini dipenuhi oleh berbagai bangunan dengan fungsi yang
daftar harga makanan dan minuman (Gambar 4.7d) dan gereja katedral (Gambar
4.7b)..
a. b.
Gedung BKS PPS dan Gedung PMI, bahkan pada Jl. Palang Merah ini juga
terdapat makam keramat Datuk Darah Putih (Gambar 4.8b) yang telah berusia 500
tahun, tempat jual makanan atau minuman (Gambar 4.8a), dan bangunan
c.
a. b.
cakupan seluas 0,991 km². Di sisi timur terdiri dari koridor Jl. Adam Malik
(Gambar 4.9d), di sisi selatan terdiri dari koridor Jl. Gatot Subroto (Gambar 4.9c)
– Jl. Waringin (Gambar 4.9e), di sisi barat terdiri dari koridor Jl. Meranti (Gambar
4.9b) dan Jl. Sekip (Gambar 4.9a). Kawasan blok B ini merupakan kawasan pusat
bisnis, perdagangan, jasa dan hiburan, hotel serta perkantoran dan pemukiman
yang dihuni oleh penduduk keturunan Etnis Tionghoa, Pribumi dan India.
a. Jl. Sekip
a.
b. Jl. Meranti e.
b.
c. e. Jl. Waringin
Jalan Gatot Subroto biasa di kenal dengan nama Gatsu, di sepanjang ruas
jalan ini terdapat berbagai bangunan dengan fungsi yang berbeda, namun di
dominasi oleh area komersial seperti Plaza Medan Fair (Gambar 4.10b), ruko-
ruko di sisi jalan (Gambar 4.10c) ini didominasi dengan fungsi pertokoan mulai
dari pakaian, makanan hingga elektronik. Dan pada ruas jalan ini banyak
c. Pertokoan yang
dialihfungsikan menjadi
rumah makan (kiri) dan
daftar menu pada salah
c. satu rumah makan
a. (kanan)
b.
a. Transportasi umum
b. Carrefour
Jalan Meranti terletak di belakang Plaza Medan Fair, dengan panjang jalan
yang lumayan singkat jalan ini di penuhi oleh pemukiman penduduk yang
berbentuk ruko dan perumahan (Gambar 4.11a), selain itu di jalan ini juga
a. b.
a. Pemukiman b. Warung Makan Khas
sekaligus pasar Malaysia
tradisional
Jalan Sekip terletak diantara Jl. Gatot Subroto dan Jl. Gereja, pada
a. Rumah Durian
a.
b.
b. Foodcourt Sekip
Gambar 4.12 Jl. Sekip
esteem yang terdapat pada kawasan ini seperti adanya kemacetan (Gambar 4.13a),
adanya tempat makan (Gambar 4.13b) dan adanya daftar harga (Gambar 4.13c).
b. c.
b. K3 Mart
a. Kemacetan di lampu
merah Jl. H. Adam Malik-
Jl. Gatot Subroto
a. c. Harga makanan di K3
Mart
Gambar 4.13 Jl. H. Adam Malik
Jalan Waringin berada diantara Gatot Subroto dan jalan Sikambing. Area
b.
BAB V
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni kawasan blok A dan kawasan
blok B. Responden terdiri dari pria dan wanita dengan rentang usia 18-24, 25-49,
dan 50-65 tahun. Dengan tingkat pendidikan mulai dari SMA hingga S3. Dan
responden meliputi masyarakat yang berasal dari Medan maupun luar Medan.
Dari 2 lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1 bahwa responden
persentase 52,9% sedangkan perempuan sebesar 47,1%, hal ini disebabkan oleh
kawasan blok A yang terletak di pusat kota merupakan kawasan industri atau
jenis kelamin yang cukup besar perbedaannya yaitu laki-laki 28% dan perempuan
adanya pusat perbelanjaan berupa Plaza Medan Fair yang menjadi tujuan sebagian
50-65 0% 0%
Dari 2 lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 5.2 bahwa responden
rentang 18-24 tahun sebesar 84,3% dan responden dengan rentang tahun 25-49
sebesar 15,7% sedangkan rentang tahun 50-65 adalah sebesar 0%. Dan pada blok
18-24 sebesar 64%, dan responden dengan rentang tahun 25-49 sebesar 36%
sedangkan rentang tahun 50-65 adalah sebesar 0%. Karena pada usia diatas 60
tahun mulai tahap penurunan pada fisik dan terhadap sekitarnya (Harahap, 2019).
S1 23,5% 70%
S2-S3 3,9% 6%
pendidikan SMA yakni sebesar 72,5%, S1 sebesar 23,5% dan S2-S3 sebesar
3,9%. Dan pada blok B menunjukkan tingkat pendidikan dominan dikunjungi oleh
responden dengan rentang tingkat pendidikan S1 sebesar 70%, dan SMA sebesar
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berasal dari
Medan pada kawasan blok A sebesar 45,1% dan pada blok B sebessar 44,9%.
Sedangkan responden yang berasal dari luar Medan pada kawasan blok A sebesar
54,9% dan pada blok B sebesar 55,1 %. Perbandingan yang hampir sama antara
blok A dan blok B yakni responden dari luar Medan lebih banyak dibanding dari
pekerja yang berasal dari kota maupun kabupaten di Sumatera Utara. Tempat
kelahiran dan lama tinggal di kota tempat hunian seseorang mempengaruhi pembentukan
identitas suatu tempat di perkotaan, baik identitas tempat dalam konteks lingkungan
5.2 Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap elemen suatu kota berkaitan dengan individu serta
masyarakat, serta penilaian positif atau negatif terhadap suatu tempat dan
umum menunjukkan hasil yang sangat tinggi (4,29) melampaui nilai rata-rata
keseluruhan (3,59), dengan yang sama antara kedua kawasan yakni kawasan blok
A sebesar (4,29) (Gambar 5.1) dan kawasan blok B juga sebesar (4,29) (Gambar
merupakan salah satu hal yang esensial untuk mengembangkan pariwisata (Amir
et al., 2015). Transportasi dikatakan efektif apabila secara tertib, teratur, lancar,
adanya keberadaan transportasi umum pada suatu kawasan, maka akan membantu
angkot, bus metro deli, bahkan bus damri juga melintasi kawasan ini….”
Seperti yang dapat dilihat pada gambar 5.1 dan 5.2, kedua kawasan
tersebut di lalui berbagai macam transportasi umum, mulai dari angkot, bus metro
deli, hingga ojek online baik mobil maupun motor. Sehingga pengunjung yang
datang ke dua kawasan ini mudah dalam mencari transportasi umum tersebut.
adanya aksi kejahatan yang tergolong sedang (2,89) namun lebih rendah dari rata-
rata keseluruhan (3,59), dengan perbandingan kawasan blok A lebih tinggi (2,91)
bersifat abstrak, tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, kecuali akibatnya saja
membantu menekan angka kriminalitas di kota Medan. Dan untuk data observasi
yang di ambil peneliti ketika melakukan survey, peneliti tidak dapat menemukan
adanya aksi kejahatan pada kedua kawasan tersebut sehingga dapat dikatakan
Maimun,
penilaian positif terkait biaya harga makan/minum yang terjangkau pada kawasan
blok A mendapat nilai rata-rata yang tinggi (3,60) dengan perbandingan persepsi
responden asli Medan (3,63) dan responden luar Medan (3,58) (Gambar 5.3).
responden asli Medan (3,56) dan responden luar Medan (3,69) (Gambar 5.4).
menunjukkan bahwa harga makanan dan minuman pada kedua kawasan tergolong
murah, namun di beberapa tempat di masing -masing kawasan juga terdapat harga
makanan dan minuman yang tidak masuk ke dalam kategori terjangkau, meskipun
begitu masih lebih banyak jumlah tempat makan dengan daftar harga yang
terjangkau. Faktor kualitas produk, harga dan lokasi menjadi salah satu faktor
Hal ini didukung oleh hasil pernyataan Pengelola Yayasan Istana Maimun.
murah karena target pasarnya adalah orang-orang yang datang kesini, karena jika
Selain itu, pada kedua kawasan yakni blok A dan blok B mudah
ditemukan restoran/tempat makan, pada kawasan blok A (3,91) (Gambar 5.5) dan
blok B (4,09) (Gambar 5.6), seseorang cenderung membeli produk yang memiliki
kualitas produk yang baik, harga terjangkau, dan lokasinya yang strategis serta
dekat dengan pusat perbelanjaan yang mudah dijangkau (Bailia et al., 2014). Dan
hal ini dapat dilihat dari kualitas dan fasilitas yang didapat berdasarkan tempat
seperti Bolu Meranti, manisan Jambu, dan juga masih banyak lagi…”
Dalam mencari toilet umum pada kawasan blok A (3,56) dan kawasan
blok B (3,06) setelah dilakukan observasi tidak ditemukan toilet umum yang
manusia untuk tidak hanya sekadar buang hajat (Widyanti et al., 2020). Di
wilayah studi, toilet umum di kedua kawasan tidak tersedia sehingga menyulitkan
pengunjung baik dari kota Medan maupun luar Medan untuk menemukannya.
Ketiadaan toilet umum di ruas jalan sekitar kawasan disebabkan oleh lokasi
tentunya memiliki toilet. Padahal, kualitas pelayanan dan fasilitas, serta kepuasan
"Kalau untuk toilet umum, karena kawasan kita terdiri atas pemukiman
penduduk maka tidak ada toilet umum yang tersebar, karena masing-masing
rumah tentunya memiliki toilet. Namun jika ada acara atau event tertentu yang
diadakan pemerintah atau dinas lain yang sifatnya outdoor maka kami akan
dilakukan oleh pemerintah sebab ini termasuk kedalam fasilitas sarana dan
negatif yang juga terdapat pada dua kawasan tersebut termasuk kedalam tingkatan
sedang. Pada kawasan blok A sering terjadi kemacetan (3,50) (Gambar 5.7).
Kemacetan mulai terjadi jika arus lalu lintas mendekati besaran kapasitas jalan.
sangat berdekatan. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau
bergerak sangat lambat (Siregar et al., 2017). Untuk kawasan Medan, kemacetan
seringkali disebabkan oleh perilaku pengendara sepeda motor, becak, mobil yang
melanggar rambu lalu lintas, berhenti di daerah rambu larangan, berjalan dan
parkir di trotoar.
Hal ini didukung oleh hasil pernyataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Sumatera Utara.
“Kalau saya pribadi, saya merasa was-was berada di Medan ini, apalagi
saat sedang berkendara, karena pengendara di Medan ini rata-rata tidak beretika,
ugal-ugalan, bahkan ketika berhenti di lampu merah saja bisa semerawut, baik itu
di kawasan Medan Maimun maupun kawasan Sekip, dan menurut saya hal ini
terjadi sebab budaya berlalu lintas kita yang masih sangat rendah.”
(3,48), dan sering terjadi aksi kejahatan (2,88). Sehingga evaluasi berupa
penilaian negatif pada kawasan blok B (Gambar 5.8) lebih besar dibanding
elemen evaluasi yang ditinjau dari kemudahan menemukan fasilitas toilet umum
masih sangat kurang. Dan kemacetan di Kota Medan masih tergolong tinggi
karena kesadaran berlalu lintas warga Kota Medan yang masih rendah.
sangat baik. Dengan adanya angkutan kota (angkot) yang tersebar sesuai jalurnya
masing-masing, juga terdapat bus Metro Deli yang menjadi alternatif baru bagi
adanya kemacetan.
5.3 Kebanggaan
Orang akan merasa bangga dengan tempat yang memiliki ciri khas (Ujang
dan Zakariya 2015). Tempat dengan simbol-simbol yang terlihat juga dengan
Saya bangga
dengan sejarah 4,27 4,13 4,20 3,39 3,26 3,32 3,76
tempat ini
Saya bangga
dengan
simbol/karakter 4,31 4,27 4,29 3,52 3,38 3,45 3,87
fisik dari
tempat ini
Saya bangga
dengan tempat
ini karena 4,40 4,31 4,35 3,60 3,53 3,56 3,95
pernah berjaya
pada masanya
responden terhadap kedua kawasan terdapat pada pernyataan bangga dengan suatu
tempat karena pernah berjaya pada masanya terbilang tinggi (3,95) dan melewati
rata-rata keseluruhan (3,86), dengan kawasan blok A sangat tinggi (4,35) (gambar
pada gaya arsitekturnya yang khas (Ginting et al., 2017). Seseorang tentu akan
merasa bangga jika daerah tempat tinggalnya maupun tempat yang ia kunjungi
memiliki reputasi baik di luar daerah maupun luar negara. Pada lokasi penelitian,
responden menilai bahwa kawasan yang ada di blok A lebih memberikan rasa
bangga terhadap mereka karena pernah memiliki masa kejayaan seperti Istana
Maimun dan lainnya (gambar 5.9), dengan perbandingan pengunjung asli Medan
(3,76) dari rata-rata keseluruhan (3,86), dengan kawasan blok A lebih tinggi
Hal ini didukung oleh hasil pernyataan Pengelola Yayasan Istana Maimun,
Begitu juga seperti yang telah dipaparkan oleh Seklur Kelurahan Sekip,
Simbol fisik dari suatu tempat wajib ditingkatkan, karena dengan adanya
simbol atau ciri fisik suatu tempat dapat membedakan tempat dari tempat lain
(Ginting et al., 2019). Kebanggaan terhadap simbol/karakter fisik dari tempat ini
pada kawasan blok A mendapat nilai rata-rata yang sangat tinggi sebesar (4,29),
hal ini dapat dilihat pada bangunan di kawasan ini dengan arsitektur yang
memiliki ciri khas seperti pada gambar 5.9. Namun pada kawasan blok B
mendapat nilai rata-rata yang lebih rendah dibanding dengan kawasan blok A
yakni sebesar (3,45) hal ini dapat dilihat pada gambar 5.10.
“Kalau untuk ciri khas arsitektur dari bangunan istana Maimun ini bisa
dibilang hanya satu-satunya, karena tidak di temukan di daerah bahkan negara lain
dengan bentuk dan warna yang sama persis.” (Narasumber Utama: Pengelola
Selain itu, kebanggaan dengan kawasan ini karena pernah berjaya pada
masanya pada blok A mendapat nilai rata-rata yang sangat tinggi sebesar (4,35),
sedangkan pada blok B mendapat nilai rata-rata yang cukup tinggi yakni sebesar
(3,44).
cara mengunggah foto diri mereka ketika sedang berada di lokasi kawasan kajian
ke sosial media.
Gambar 5.11ulasan
Berdasarkan Ulasan tersebut,
masyarakatdapat
tentangdisimpulkan
bangunan bersejarah
bahwadimasyarakat
blok A merasa
Sumber: Google Maps
bangga terhadap tempat yang mereka datangi sehingga membuat mereka ingin
jauh lebih tinggi jika dibanding dengan kawasan blok B, perasaan bangga tersebut
diukur dengan ada tidaknya bangunan yang memiliki ciri khas tertentu di suatu
kawasan, adanya simbol atau karakteristik tempat, juga adanya prestasi tentang
kejayaan tempat tersebut pada masanya. Dan hal ini membuat blok A mendapat
nilai yang tinggi sebab pada kawasan blok A ini masih banyak terdapat bangunan
heritage yang masih cukup terjaga, sedangkan pada kawasan blok B tidak
ditemukan.
5.4 Keterikatan
orang terhadap lingkungan (Dwyer, Chen and Lee, 2019). Keterikatan tempat
senang ketika
berada di
tempat ini
Saya merasa
sedih jika
karakteristik 4,27 4,24 4,25 3,69 3,61 3,65 3,95
tempat ini
hilang
Rata-rata 3,75 3,73 3,74 3,41 3,48 3,44 3,59
jika karakteristik tempat ini hilang terbilang tinggi (3,95) diatas rata-rata
keseluruhan (3,59), dengan kawasan blok A lebih tinggi (4,25) dibanding kawasan
blok B (3,65). Tempat yang menjadi objek penelitian pada kawasan blok A
merupakan bangunan cagar budaya yang memiliki sejarah, sehingga orang yang
merasa menyatu dengan daya tarik suatu tempat akan merasa sedih jika ciri khas
tempat tersebut hilang (Ginting et al., 2019). Meskipun secara fisik bangunan
cagar budaya bukanlah milik pribadi para pengunjung, namun pengunjung yang
merasa terikat dengan tempat tersebut akan merasa kehilangan bila karakter
bangunan tersebut rusak atau hilang. Sedangkan pada kawasan blok B memiliki
nilai yang diberikan responden lebih rendah dibanding dengan kawasan blok A.
Sedangkan hasil yang lebih rendah dari rata-rata keseluruhan (3,59), pada
tabel 5.7 adalah ketika responden yang merasa menjadi bagian dari tempat ini
(3,24), dengan kawasan blok A lebih tinggi (3,31) dibanding kawasan blok B
(3,18). Pada suatu tempat, pengalaman tertentu yang diingat oleh seseorang
mampu membangkitkan emosi mereka (Ujang and Zakariya, 2015) yang membuat
seseorang merasa menjadi bagian dari tempat tersebut. Pada kawasan blok A
beberapa tempat seperti Istana Maimun, Masjid Raya, Taman Sri Deli, Gereja
Katedral, Gedung BKS PPS, dan beberapa tempat lainnya. Kunjungan responden
menghasilkan rasa memiliki dan menjadi bagian dari tempat yang berbeda-beda
pula. Demikian juga dengan kawasan blok B yang terdiri atas Carefour, Ruko-
ruko dengan fungsi komersial di sepanjang Jl. Gatot Subroto, ruko-ruko dengan
fungsi hunian di sekitar Jl. Warigin dan Sekip, dan deretan showroom mobil di
(Shabak, 2015). Responden merasa tempat tersebut penting bagi dirinya (3,52)
dan merasa senang ketika berada di tempat tersebut (3,88) pada kawasan blok A.
perasaan dan aktivitas yang berkaitan dengan tempat yang akrab bagi mereka
sekalipun terdapat aspek negatif pada tempat tersebut (Osborn et al., 2020).
Sehingga jika seseorang sudah merasa senang dan akrab dengan suatu tempat
maka frekuensi kunjungan kembali dirinya ke tempat tersebut akan semakin besar
menginvestasikan waktu, energi, uang, dan sumber daya lainnya pada tempat
tersebut (Wang et al., 2022). Pada kawasan blok A, responden yang memiliki
pengalaman tempat yang kuat akan merasa bahwa tempat tersebut penting bagi
dirinya karena ia sudah akrab dan kenal dengan tempat tersebut, sekalipun dalam
tempat tersebut terdapat aspek negatif, seperti pada Istana Maimun yang saat ini
memprihatinkan, tetapi menurut peneliti kritik tersebut juga merupakan salah satu
responden merasa tempat tersebut penting (3,28) karena sebagian besar mereka
memiliki tujuan yang sama yakni pergi ke Carefour yang ada di Jl. Gatot Subroto,
lainnya dan responden merasa senang ketika berada di tempat tersebut (3,68).
“Untuk di beberapa kali saya tidak merasa senang bahkan saya merasa
was-was berada di Medan ini, apalagi saat sedang berkendara, karena pengendara
merasa tempat pada Blok A dan Blok B penting bagi mereka dan juga menjadi
bagian dari diri mereka. Namun, responden yang merasa sedih jika karakteristik
tempat tersebut hilang lebih tinggi pada kawasan Blok A dibanding kawasan Blok
B.
5.5 Komitmen
penduduk terhadap tempat tinggal mereka, serta kesadaran bersama, dan rasa
banyak di
tempat ini
Saya ingin
berkontribusi
dalam 3,63 3,86 3,74 3,60 3,73 3,66 3,70
perkembanga
n tempat ini
Rata-Rata 3,74 3,80 3,77 3,64 3,86 3,75 3,76
Berdasarkan tabel 5.8 responden yang ingin memiliki waktu lebih banyak
di tempat ini (3,82) mendapat nilai lebih tinggi dari rata-rata keseluruhan (3,76),
blok B (3,84) namun tetap terbilang tinggi dari rata-rata keseluruhan. Keinginan
untuk tetap tinggal dan berharap memiliki waktu lebih banyak di suatu tempat
bisa dicapai ketika seseorang merasa nyaman, aman dan bisa berkembang di
tempat itu. Seseorang akan nyaman jika penduduk lokal suatu kawasan bersikap
baik, ramah, peduli kepada orang yang datang, begitu juga sebaliknya. Dengan
tempat dan masyarakat kawasan tersebut oleh pengunjung (Ginting et al., 2019).
Pada kawasan Blok A, Oleh sebab itu, respon yang baik dari penduduk lokal akan
memberikan rasa nyaman dan perasaan ikut merasa bertanggung jawab atas
tempat ini (3,70), mendapat nilai lebih rendah dari rata-rata keseluruhan (3,76),
dengan perbandingan kawasan blok A lebih tinggi (3,74) dibanding kawasan blok
B (3,66). Komitmen terhadap suatu tempat ditujukan pada keinginan untuk tetap
depan (Ginting et al., 2019). Kualitas suatu tempat yang meningkat, serta
“Karena kawasan ini bisa dibilang juga kawasan wisata maka pastinya perlu
Maimun).
masing-masing kawasan memiliki jumlah rata-rata yang sama. Pada kawasan blok
A, responden ingin menghabiskan waktu lebih lama sebab kawasan ini memiliki
responden ingin menghabiskan waktu lebih lama karena pada kawasan ini
Berdasarkan hasil tabel 5.9, diketahui bahwa evaluasi pada Kota Medan
memiliki nilai tinggi (3,59) jika dilihat dari skala likert. Namun jika dibandingan
dengan elemen self-esteem yang lain, elemen evaluasi adalah salah satu yang
terendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat self-esteem ruang kota dalam aspek
(3,64), dan evaluasi pada Blok B juga di bawah rata-rata keseluruhan (3,55).
Namun demikian, evaluasi pada Blok A lebih unggul jika dibanding dengan Blok
B dan hasil observasi yang telah dilakukan juga mendukung hal tersebut. Ditinjau
dari kemudahan menemukan fasilitas toilet umum yang masih sangat kurang dan
Elemen kebanggaan pada Kota Medan tergolong tinggi (3,86) jika dilihat
dari skala likert. Dan jika dibandingan dengan elemen self-esteem yang lain,
elemen kebanggaan adalah yang tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
self-esteem ruang kota dalam aspek kebanggaan tinggi. Kebanggaan pada Blok A
unggul jika dibanding dengan Blok B selaras dengan hasil observasi yang telah
dilakukan. Ditinjau dari banyak terdapat bangunan heritage yang masih cukup
tidak ditemukan.
Selain itu, elemen keterikatan pada Kota Medan tergolong rendah (3,59)
jika dilihat dari skala likert. Dan jika dibandingan dengan elemen self-esteem
yang lain, elemen keterikatan adalah salah satu yang terendah. Hal ini
(3,44). Keterikatan pada Blok A lebih unggul jika dibanding dengan Blok B
namun kurang selaras dengan hasil observasi yang telah dilakukan. Kunjungan
seseorang dengan tempat yang mereka kenal meliputi pikiran, perasaan dan
aktivitas yang berkaitan dengan tempat yang akrab bagi mereka sekalipun terdapat
aspek negatif pada tempat tersebut (Osborn et al., 2020). Pada kawasan blok A,
responden yang memiliki pengalaman tempat yang kuat akan merasa bahwa
tempat tersebut penting bagi dirinya karena ia sudah akrab dan kenal dengan
tempat tersebut, sekalipun dalam tempat tersebut terdapat aspek negatif, seperti
pada Istana Maimun yang saat ini sedang dikritik oleh masyarakat karena
tersebut juga merupakan salah satu bentuk bahwa Istana Maimun penting bagi
mereka.
Elemen komitmen pada Kota Medan memiliki nilai tinggi (3,76) jika
dilihat dari skala likert. Dan jika dibandingan dengan elemen self-esteem yang
lain, elemen komitmen terbilang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat self-
esteem ruang kota dalam aspek komitmen tinggi. Komitmen pada Blok A berada
di atas rata-rata keseluruhan (3,77), dan komitmen pada Blok B juga di atas rata-
rata keseluruhan (3,75). Namun demikian, komitmen pada Blok A lebih unggul
jika dibanding dengan Blok B dan hasil observasi yang telah dilakukan juga
mendukung hal tersebut. Ditinjau dari responden ingin menghabiskan waktu lebih
lama sebab kawasan Blok A memiliki objek wisata berupa bangunan heritage
sedangkan pada kawasan blok B responden ingin menghabiskan waktu lebih lama
Dengan demikian, Blok A yang berada di pusat kota lebih unggul dalam
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
dalam membentuk identitas tempat Kota Medan. Penelitian ini memperoleh hasil
keterikatan, dan komitmen, dengan skala likert menunjukkan bahwa tingkat self-
esteem pada ruang Kota Medan sudah tinggi, Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, diketahui bahwa Kota Medan sudah baik dalam menjadi
kebanggaan masyarakat terhadap ruang kota Medan, baik masyarakat asli Medan
maupun pendatang. namun ada beberapa elemen yang perlu ditingkatkan untuk
masyarakat dan pengelola. Selain toilet umum, kemacetan dan kriminalitas (aksi
kejahatan) juga menjadi salah satu aspek negatif yang perlu diperbaiki agar
masalah tersebut dapat teratasi dengan baik. Sehingga hal tersebut diharapkan
Selain itu, pada aspek keterikatan responden lokal dan wisatawan juga
merasa sedih ketika tempat bersejarah di Kota Medan berkurang atau hancur
karena bagi mereka akan sulit untuk menemukan tempat dengan nilai budaya dan
sejarah yang tinggi seperti tempat tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan
ruang Kota Medan. dengan terjaganya bangunan bersejarah yang mereka kenal
pada ruang Kota Medan sehingga dapat membangun keterikatan kepada mereka.
Namun demikian, untuk aspek kebanggan yang mendapat nilai yang tinggi
luar kota) ke beberapa tempat di Kota Medan. Oleh karena itu, jika identitas
tempat di Kota Medan tidak ditingkatkan, maka perlahan-lahan Kota Medan akan
dan pihak terkait perlu bersinergi. Perlu strategi dan panduan yang jelas untuk
6.2 Saran
masyarakat dan pengelola. Selain toilet umum, kemacetan dan kriminalitas (aksi
kejahatan) juga menjadi salah satu aspek negatif yang perlu diperbaiki oleh
pemerintah kota Medan dan didukung dengan kesadaran masyarakat itu sendiri,
dengan cara tertib berlalu lintas agar masalah tersebut dapat teratasi dengan baik.
Selain itu, pada aspek keterikatan responden lokal dan wisatawan juga
merasa sedih ketika tempat bersejarah di Kota Medan berkurang atau hancur
karena bagi mereka akan sulit untuk menemukan tempat dengan nilai budaya dan
sejarah yang tinggi seperti tempat tersebut. Oleh karena itu, UU terkait
dan sanksi terhadap oknum yang nekat melakukan penghancuran bangunan cagar
budaya agar menimbulkan efek jera, sehingga bangunan cagar budaya yang ada
tetap dapat dinikmati dan menimbulkan keterikatan pada kita dan generasi
mendatang.
Namun demikian, untuk aspek kebanggan yang mendapat nilai yang tinggi
peneliti berpendapat bahwa Istana Maimun dapat ditingkatkan lagi dalam menarik
wisatawan untuk berkunjung dengan cara meniadakan kegiatan jual beli yang
berada di Istana kemudian menambah fasilitas berupa tour guide yang dapat
menjelaskan sejarah dan segala yang ada di dalam Istana Maimun tersebut.
di Kota Medan, seperti pada lokasi kajian yakni Blok A sebagai kawasan sejarah
sejarah kota Medan meliputi kebudayan Melayu, Kolonial, India dan Pechinan di
sepanjang jalan yang terdapat bangunan cagar budaya tersebut dan pada kawasan
yang mendukung aspek jual beli, seperti tempat khusus yang digunakan pedagang
agar tidak berjualan di atas trotoar lagi, sehingga trotoar bersih dan dapat
arsitektur yaitu menggali aspek self-esteem ruang kota dalam membentuk identitas
tempat kota Medan. Selain itu, pemerintah setempat juga diharapkan ikut
kota sehingga dapat memperkuat identitas tempat Kota Medan. Dan semua
elemen yang membentuk identitas tempat harus saling mendukung dan sama-
DAFTAR PUSTAKA
172-181.
Aal-Sakkaf, A., Zayed, T., & Bagachi, A. (2020, August). A review of definition
123 133.
https://doi.org/10.24198/jpsp.v3i1.22795
pp. 24–33.
Bolló, H. et al. (2018) „Pride and social status‟, Frontiers in Psychology, 9(OCT).
73-102.
Capitello, R., Sidali, K.L. and Schamel, G. (2021) „Wine Terroir Commitment in
https://doi.org/10.1177/1938965521993084.
https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2021.101558.
Dwyer, L., Chen, N. and Lee, J. (2019) „The role of place attachment in tourism
harga diri terhadap pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial pada
remaja. 9, 619–628.
Ginting, N., & Silitonga, S. (2012). Sejarah dan Citra Kawasan (Place Identity)
Studi Kasus: Jl. Brigjen. Katamso, Jl. Pemuda, Jl. A. Yani dan Lapangan
Ginting, N., & Rahman, N. V. (2016). Mamoon Palace heritage District in Medan,
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.177
Ginting, N., & Rahman, N. V. (2016). Preserve urban heritage district based on
77.
Ginting, N., & Veronica, S. (2016). Pariwisata Berbasis Masyarakat Pasar Buah
Ginting, N., Rahman, N. V., & Nasution, A. D. (2017). Increasing tourism in Karo
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/71124
Indonesia. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/71121
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/71113
643-656.
Krauss, S., Orth, U., & Robins, R. W. (2020). Family environment and self-
https://doi.org/10.1037/pspp0000263
Kristl, Z., Temeljotov Salaj, A., & Roumboutsos, A. (2020). Sustainability and
Facilities,38(9/10), 599-623.
20(3), 20-36.
Mercadante, E., Witkower, Z. and Tracy, J.L. (2021) „The psychological structure,
https://doi.org/10.1016/j.cobeha.2021.03.010.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.07.176
Moulay, A., Ujang, N., Maulan, S., & Ismail, S. (2018). Understanding the
behavioural tendencies, and the use of public place. City, Culture and
Nirmalasari, L., & Masusan, K. (2014). Self esteem, gender dan prestasi kerja
(study pada penyiar radio di kota Bandung). Journal Study and Management
https://doi.org/10.1177/0963721414547414
Orth, U., & Robins, R. W. (2014). The development of self-esteem. Current directions in
Osborn, M., Blom, S., Widdop Quinton, H., & Aguayo, C. (2020). De-imagining
230.
https://doi.org/10.20448/journal.522.2020.63.421.425.
Peng, J. and Strijker, D. (2020) „Identitas Tempat : Sudah Seberapa Jauh Kita
https://doi.org/10.3389/fpsyg.200.00294.
Segota, T., Chen, N., & Golija, T., (2022). The impact of self-congruity and
Shabak, M., Norouzi, N., Abdullah, A. M., & Khan, T. H. (2015). Children's
Sulistiyana, R. T., Hamid, D., & Azizah, D. F. (2015). Pengaruh fasilitas wisata
dan harga terhadap kepuasan konsumen (Studi pada Museum Satwa). Jurnal
Stylidis, D., Belhassen, Y., & Shani, A. (2017). Destination image, on-site
1653-1670. https://doi.org/10.1080/13683500.2015.1051011
Sznycer, D., Al-Shawaf, L., Bereby-Meyer, Y., Curry, O. S., De Smet, D., Ermer,
114(8), 1874-1879.
https://doi.org/10.1002/9781444367072.wbiee253
https://doi.org/10.1108/JPBM-10-2018-2065.
Tracy, J.L. et al. (2020) The evolution of pride and social hierarchy. 1st edn,
Ujang, N., & Zakariya, K. (2015). Place Attachment and the Value of Place in the
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.10.243
Vada, S., Prentice, C. and Hsiao, A. (2019) „The influence of tourism experience
https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2018.12.007.
https://doi.org/10.1016/j.paid.2021.110635
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2014.10.007
Tarik Wisata Kuta Lombok Tengah. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(1), 1-6
https://analisadaily.com/berita/arsip/2018/4/24/543768/kembalikan-identitas
budaya-kota-medan/
https://analisadaily.com/berita/baca/2020/10/20/1010896/kota-medan-terancam-
kehilangan-identitas/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan
LAMPIRAN
1. Wawancara
Daftar stakeholder yang menjadi informan kunci dalam wawancara penelitian.
Parameter Pertanyaan
2. KUESIONER
KUESIONER PENELITIAN
MENGGALI ASPEK SELF ESTEEM RUANG KOTA
DALAM MEMBENTUK IDENTITAS TEMPAT KOTA MEDAN
Dengan Hormat,
Saya berharap kuesioner ini dapat diisi dengan objektif. Setiap data yang
diperoleh akan dijamin kerahasiaannya. Atas ketersediaan dan kerja samanya saya
ucapkan terima kasih.
Atas ketersediaan dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.
I. Data responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. T. Pendidikan :
5. Status :
6. Pengunjung :
Berilah tanda centang (✓) pada jawaban yang sesuai dengan yang anda rasakan
tentang kenyamanan pada sirkulasi di Museum Simalungun.
1. Apakah anda pertama kali datang kesini?
□ Ya □ Tidak
2. Dengan siapa anda datang kesini?
Keterangan:
1: Sangat Tidak Setuju 3: Cukup Setuju 5: Sangat Setuju
2: Tidak Setuju 4: Setuju
Kebanggaan
1. Saya bangga dengan sejarah tempat 1 2 3 4 5
ini
2. Saya bangga dengan 1 2 3 4 5
simbol/karakter fisik dari tempat ini
3. Saya bangga dengan tempat ini 1 2 3 4 5
karena pernah berjaya pada
masanya
Keterikatan
1. Saya merasa menjadi bagian dari 1 2 3 4 5
tempat ini
2. Tempat ini sangat penting bagi saya 1 2 3 4 5
3. Saya merasa senang ketika berada 1 2 3 4 5
di tempat ini
4. Saya merasa sedih jika karakteristik 1 2 3 4 5
tempat ini hilang
Komitmen
1. Jika diizinkan, saya ingin memiliki 1 2 3 4 5
waktu lebih banyak di tempat ini
2. Saya ingin berkontribusi dalam 1 2 3 4 5
perkembangan tempat ini