Anda di halaman 1dari 124

MENGGALI ASPEK SELF-ESTEEM RUANG KOTA

DALAM MEMBENTUK IDENTITAS TEMPAT KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH

DINDA PUTRI WAHYUNI

180406042

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
MENGGALI ASPEK SELF-ESTEEM RUANG KOTA

DALAM MEMBENTUK IDENTITAS TEMPAT KOTA MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur Dalam

Departemen Arsitektur Pada Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DINDA PUTRI WAHYUNI

180406042

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2023

ii
PERNYATAAN

MENGGALI ASPEK SELF-ESTEEM RUANG KOTA

DALAM MEMBENTUK IDENTITAS TEMPAT KOTA MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 12 Juni 2023

Dinda Putri Wahyuni

180406042

iii
PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Menggali Aspek Self-Esteem Ruang Kota Dalam

Membentuk
Membentuk Identitas
Identitas Tempat
Tempat Kota
Kota Medan
Medan

Nama Mahasiswa : Dinda Putri Wahyuni


NIM : 180406042
Departemen : Arsitektur

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

Prof. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D., IPM.


Nip: 196201091987012001

Ketua Departemen Arsitektur

Dr. Wahyuni Zahrah, ST., MS


Nip: 197308192000042001

iv
Tanggal Lulus : 14 Juni 2023

Telah diuji pada

Tanggal : 14 Juni 2023

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Prof. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D., IPM.

Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Novrial, M.Eng.

2. Dr. Anthoni Veery Mardianta, S.T, M.T.

v
ABSTRAK

Setiap kota di Indonesia, mempunyai identitas yang mencirikan kota tersebut,

termasuk kota Medan. Namun, saat ini kota Medan dinilai akan kehilangan

identitasnya, sebab kini penanda atau identitas kota berupa gedung dan bangunan

bersejarah hilang secara perlahan. Dalam penelitian ini akan dikaji terkait aspek

self-esteem yang meliputi evaluasi, kebanggaan, keterikatan, dan komitmen

terhadap suatu kawasan di kota Medan. Dengan menggunakan metode campuran

(mix-method) berupa penyebaran kuesioner ke 100 responden dan wawancara

mendalam kepada 4 informan kunci, penelitian ini menghasilkan bahwa aspek

kebangaan dan komitmen lebih tinggi di banding aspek evaluasi dan keterikatan

terhadap dua kawasan ruang kota Medan.

Kata Kunci: identitas tempat, self-esteem, evaluasi, kebanggaan, keterikatan,

komitmen, kawasan, Medan.

vi
ABSTRACT

Every city in Indonesia has an identity that characterizes the city, including the

city of Medan. However, at this time the city of Medan is considered to be losing

its identity, because now the city's markers or identities in the form of historic

buildings and structures are slowly disappearing. In this research will be studied

related aspects of self-esteem which includes evaluation, pride, attachment, and

commitment to an area in the city of Medan. By using a mixed method (mix-

method) in the form of distributing questionnaires to 100 respondents and in-

depth interviews with 4 key informants, this study resulted that the aspects of

pride and commitment are higher than the aspects of evaluation and attachment to

the two spatial areas of the city of Medan.

Keywords: place identity, self-esteem, evaluation, pride, attachment, commitment

area, Medan

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan berkah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Menggali Aspek Self-Esteem

Ruang Kota Dalam Membentuk Identitas Tempat Kota Medan” ini tepat pada

waktunya. Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk

mememnuhi tugas mata kuliah RTA 4329-TGA Riset Arsitektur pada program

studi Arsitektur.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun

materil. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Prof. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM sebagai dosen pembimbing

yang sensantiasa selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Ir. Novrial M.Eng dan Bapak Dr. Anthoni Veery Mardianta, S.T,

M.T selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Wahyuni Zahrah, ST, MS sebagai Ketua Departemen Arsitektur


dan Bapak Mohammad Dolok Lubis, ST, M.Sc selaku Sekretaris

Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

viii
4. Segenap dosen dan tenaga kependidikan Program Studi Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis.

5. Kedua orang tua penulis, Bapak Muhammad Riza dan Ibu Sunarsih yang

telah mencurahkan kasih sayang, doa, nasihat, dan kesabaran serta

pengorbanan yang luar biasa dalam setiap langkah hidup penulis, yang

merupakan anugerah terbesar dalam hidup. Penulis berharap dapat

menjadi anak yang dapat dibanggakan.

6. Kedua adik penulis, Vidia Cempaka dan Sultan Alamsyah yang telah

memberi semangat serta doa yang tulus dalam tiap hari yang telah dilalui

oleh penulis. Penulis berharap dapat menjadi kakak yang dapat

diandalkan.

7. Sanak saudara yang telah ikut andil dalam memberikan bantuin moril

maupun materil sejak awal penulis berkuliah hingga saat ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

8. Iba Aprina Tambunan, sahabat seperjuangan yang telah membersamai

penulis dalam menghadapi pahit manis dunia perkuliahan, serta selalu

memberikan nasihat, motivasi dan dukungan dalam hari baik dan hari

buruk yang dilalui penulis.

9. Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa Arsitektur USU 2018, serta rekan-

rekan kelas TGA Riset Arsitektur yang membersamai hingga akhir dan

semua pihak yang ikut membantu dalam proses penulisan proposal ini.

ix
10. Serta teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas

doa, dorongan, dan semangat yang selalu tercurah selama ini.

11. Seluruh responden dan informan kunci yang telah memberikan waktu dan

informasi dalam penyelsaian skripsi ini.

12. Diri sendiri karena tidak pernah memutuskan untuk menyerah dan selalu

berjuang hingga akhir penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari proposal ini tidak luput dari berbagai kekurangan.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya proposal ini dapat

memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan

serta dapat dikembangkan lebih lanjut.

Medan, 12 Juni 2023

Dinda Putri Wahyuni


(180406042)

x
DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………..……………………………………...……vi

ABSTRACT…………………………………………………….………….….…vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………….……viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………..……xi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….……...xv

DAFTAR TABEL………………………………………………….…………..xvi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................3

1.5 Batasan Penelitian .............................................................................................3

1.6 Kerangka Berfikir .............................................................................................4

1.7 Sistematika Penulisan .......................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………….....7

2.1 Identitas Tempat (Place Identity).......................................................................7

2.2 Self-Esteem ........................................................................................................9

2.3 Evaluasi (Evaluation) ......................................................................................11

2.3.1 Penilaian Positif…….............................................................................12

2.3.2 Penilaian Negatif……............................................................................13

xi
2.4 Kebanggaan (Pride).........................................................................................14

2.4.1 Bangunan Bersejarah.............................................................................15

2.4.2 Simbol Fisik Suatu Tempat…................................................................17

2.4.3 Status…………………………………………………………………..17

2.5 Keterikatan (Attachment) ................................................................................18

2.5.1 Pengalaman Tempat………...................................................................21

2.5.2 Ikatan Afektif……….............................................................................22

2.5.3 Niat Berkunjung Kembali......................................................................23

2.6 Komitmen (Commitment) ...............................................................................24

2.6.1 Keinginan Untuk Tetap Tinggal............................................................25

2.6.2 Keinginan Untuk Mengembangkan Suatu Tempat................................26

2.6.3 Rasa Keterlibatan……………………………………………………...26

2.7 Self-Esteem pada Place Identity.......................................................................27

2.8 Kerangka Teori ………………………………………………………………29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..30

3.1 Pendekatan Jenis Penelitian ............................................................................30

3.2 Metode Penentuan Lokasi Penelitian ..............................................................31

3.3 Metode Penentuan Variabel Penelitian ...........................................................34

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………………...35

3.4.1 Populasi ……………………………………………………………….35

3.4.2 Sampel…………………………………………………………………36

3.5 Metode Pengumpulan Data .............................................................................37

xii
3.6 Metode Analisa Data .......................................................................................43

3.7 Skema Analisa Data………………………………………………………….45

BAB IV KAWASAN PENELITIAN..................................................................46

4.1 Lokasi Kawasan Kajian...................................................................................47

4.2 Blok A..............................................................................................................48

4.2.1 Jl. Sisingamangaraja………………………………….……………….49

4.2.2 Jl. Mesjid Raya………………………………………...……………...49

4.2.3 Jl. Brigjen Katamso…………………………………………………...50

4.2.4 Jl. Pemuda………………………………………………..……………51

4.2.5 Jl. Palang Merah………………………………………….…………...52

4.3 Blok B……………………………………………………………..…………52

4.3.1 Jl. Gatot Subroto (Gatsu)……………………………………...………53

4.3.2 Jl. Meranti…………………………………………………….……….54

4.3.3 Jl. Sekip……………………………………………………...………..55

4.3.4 Jl. Adam Malik……………………………………………….……….55

4.3.5 Jl. Waringin……………………………………………………...……56

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN…...………………………..………57

5.1 Profil Responden………………….…………………………………...….….57

5.2 Evaluasi………………….…………………………...………………………60

5.3 Kebanggaan………………….……………………...………………..............71

5.4 Keterikatan………………….……………………...………………...............76

5.5 Komitmen………………….……………………...………...………..............80

xiii
5.6 Hasil Temuan………………………………………………...………………82

BAB VI KESIMPULAN………………………………………..………………85

6.1 Kesimpulan………………………………………………………..…………85

6.2 Saran……..………………………………………………………..………….87

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….………..88

LAMPIRAN……………………………………………………………………..97

xiv
DAFTAR GAMBAR

1.1 Gambar Kerangka Berpikir………………………………………………...4

2.1 Gambar Kerangka Teori…………………………………………………..29

3.1 Gambar Peta Lokasi Penelitian…………………………………………...34

3.2 Gambar Skema Alur Penelitian…………………………………………...45

4.1 Gambar Peta Indonesia Dan Pulau Sumatera……………………………..46

4.2 Gambar Peta Kota Medan………………………………………………...46

4.3 Gambar Figure Ground Lokasi Blok A…………………………………...48

4.4 Gambar Jl. Sisingamangaraja……………………………………………..49

4.5 Gambar Jl. Mesjid Raya…………………………………………………..50

4.6 Gambar Jl. Brigjen Katamso……………………………………………...51

4.7 Gambar Jl. Pemuda……………………………………………………….51

4.8 Gambar Jl. Palang Merah…………………………………………………52

4.9 Gambar Figure Ground Lokasi Blok B…………………………………...53

4.10 Gambar Jl. Gatot Subroto………………………………………………..54

4.11 Gambar Jl. Meranti………………………………………………………54

4.12 Gambar Jl. Sekip………………………………………………………...55

4.13 Gambar Jl. H. Adam Malik……………………………………………...55

4.14 Gambar Jl. Jl. Waringin…………………………………………………56

xv
DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Aspek-Aspek Self-Esteem…………………………….……………10

2.2 Tabel Aspek Evaluasi……………………………………………………..11

2.3 Tabel Aspek Kebanggaan…………………………………………………15

2.4 Tabel Aspek Keterikatan………………………………………………….20

2.5 Tabel Aspek Komitmen…………………………………………………...25

3.1 Tabel Kriteria Pemilihan Lokasi………………………………………….32

3.2 Tabel Pemilihan Lokasi…………………………………………………...33

3.3 Tabel Penentuan Variabel Penelitian……………………………………...34

3.4 Tabel Metode Pengumpulan Data………………………………………...37

3.5 Tabel Daftar Data Observasi……………………………………………...39

3.6 Tabel Daftar Pertanyaan Wawancara……………………………………..40

3.7 Tabel Daftar Kuisioner……………………………………………………42

3.8 Tabel Skala Likert………………………………………………………...43

3.9 Tabel Skala Penilaian Self-Esteem……………………………………….44

5.1 Tabel Jenis Kelamin Responden………………………………………….57

5.2 Tabel Rentang Usia Responden……….………………………………….58

5.3 Tabel Tingkat Pendidikan Responden…………………………………….58

5.4 Tabel Jenis Responden……….……………………………..…………….59

5.5 Tabel Evaluasi pada Identitas Tempat….…………………..……………..60

5.6 Tabel Kebanggaan pada Identitas Tempat….…..…………..…………….70

xvi
5.7 Tabel Keterikatan pada Identitas Tempat….…..…………..……..……….73

5.8 Tabel Komitmen pada Identitas Tempat….…..………….....…………….74

5.9 Tabel Hasil Temuan…………………...….…..………….....…………….76

xvii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Identitas tempat (place identity) merupakan hal yang sangat penting dalam

sebuah kawasan. Yang mampu memetakan keberadaan suatu kawasan dalam

pikiran seseorang sehingga menghasilkan pengalaman ruang suatu kota (Ginting

& Silitonga, 2012). Identitas tempat itu sendiri menggambarkan suatu kota dengan

sangat kuat untuk membandingkan sekaligus menjadi pembeda antara satu kota

dengan kota yang lain (Peng & Strijker, 2020) yang dikaitkan atau dirasakan oleh

orang yang menetap di dalam maupun di luar tempat tersebut. Perbedaan antara

konsep-konsep ini tidak pernah disepakati dengan suara bulat dan masih dalam

diskusi hari ini. Hal lain yang mungkin juga menyebabkan pemahaman yang

kabur tentang identitas tempat adalah penggunaan wilayah dan tempat (Peng and

Strijker, 2020).

Dalam meningkatkan identitas tempat, perlu adanya self-esteem yang

tinggi pada masing-masing orang, sebab self-esteem terbentuk dari interaksi

lingkungan dimana lingkungan favorit suatu tempat dapat mendukung self-esteem

seseorang dan memberikan pengaruh terhadap lingkungan begitu juga sebaliknya

(Wardani, 2022). Karena seseorang yang memiliki self-esteem lebih tinggi akan

mengalami penerimaan sosial yang lebih banyak, memiliki perasaan yang lebih

positif secara personal, dan bertindak lebih hangat dibandingkan individu dengan

self-esteem yang lebih rendah (Cameron and Granger, 2019).

Universitas Sumatera Utara


2

Kajian terkait Self-Esteem itu sendiri tampaknya juga harus ada pada kota-

kota besar, tidak terkecuali pada Kota Medan. Berimplikasi pada keharusan

sebuah kota dalam menciptakan lingkungan yang layak huni menjadi agenda baru

untuk beberapa dekade mendatang (Moulay et al., 2018) guna berbenah diri dalam

menyiapkan berbagai aspek pendukung termasuk individu tiap warganya,

sehingga Medan dapat tumbuh menjadi kota yang begitu pesat.

Budaya dan potensi lokal sebagai sumber inspirasi kreatif perlu

dikembangkan, untuk mendorong rasa bangga masyarakat terhadap budayanya,

juga terhadap Kota Medan yang merupakan miniatur dari pariwisata dengan sejuta

keindahan panorama alam dan berbagai tempat bersejarah (Multajimah MA -

Analisadaily.com, Medan, 2018). Namun di masa depan, kota Medan

dikhawatirkan akan kehilangan identitasnya sebagai kota warisan budaya. Sebab,

bangunan maupun gedung bersejarah yang menjadi penanda atau identitas penting

kota Medan perlahan mulai menghilang (Analisadaily.com, Medan, 2020).

Untuk itu, peneliti ingin mengangkat topik ini dengan tujuan agar dapat

mengetahui seberapa baik tingkat self-esteem dari masyarakat kota Medan dalam

membentuk identitas kota.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah yang akan

dijawab dalam penelitian ini, yaitu :

Bagaimana tingkat self-esteem dalam membentuk identitas kota Medan?

Universitas Sumatera Utara


3

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat self-esteem dalam

membentuk identitas kota Medan.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

sebagai berikut:

1. Bagi perkembangan ilmu pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai pedoman kajian aspek place identity pada kota Medan.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi acuan dalam membuat

kebijakan penataan kembali kawasan di kota Medan

3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman tentang keterkaitan dan pentingnya self-esteem dalam

kawasan di kota Medan.

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi self-esteem, evaluasi, keterikatan, kebanggaan, dan

komitmen. pusat kota dan tengah kota.

Universitas Sumatera Utara


4

1.6 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

Identitas tempat itu sendiri memiliki beberapa aspek, salah satunya yaitu self esteem. Self-esteem
berperan penting dalam kehidupan setiap orang. Mereka yang memiliki self-esteem yang tinggi
akan memperoleh penerimaan sosial yang lebih banyak, memiliki perasaan yang lebih positif
secara personal, dan bertindak lebih hangat dibandingkan seseorang yang memiliki self-esteem
lebih rendah (Cameron and Granger, 2019).

Kajian terkait Self-Esteem itu sendiri tampaknya juga harus ada pada kota- kota besar, tidak
terkecuali pada Kota Medan. Berimplikasi pada keharusan sebuah kota dalam menciptakan
lingkungan yang layak huni menjadi agenda baru untuk beberapa dekade mendatang (Moulay et
al., 2018) guna berbenah diri dalam menyiapkan berbagai aspek pendukung termasuk individu
tiap warganya, sehingga Medan dapat tumbuh menjadi kota yang begitu pesat.

Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana tingkat


Bagaimana tingkat self-esteem dalam self-esteem dalam membentuk identitas
membentuk identitas kota Medan? kota Medan?

Metode Penelitian Kajian Literatur

Metode penelitian ini menggunakan 1. Place Identity


metode campuran (Mix Method). 2. Self-esteem
3. Evaluasi
4. Kebanggaan
5. Keterikatan
Analisis 6. Komitmen
Menganalisis aspek Self-Esteem yang
meliputi evaluasi, kebanggaan,
keterikatan, komitmen pada identitas Kota Kesimpulan dan Saran
Medan.

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Universitas Sumatera Utara


5

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dilakukan pada laporan ini adalah

pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, kawasan penelitian, analisa,

kesimpulan, daftar pustaka dan lampiran.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

batasan penelitian, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan pada penelitian ini

yaitu teori tentang place identity, self-esteem, evaluasi, keterikatan, kebanggaan,

dan komitmen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini seperti jenis penelitian, metode penentuan lokasi, variable penelitan,

serta metode pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB IV KAWASAN PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang lokasi penelitian yang terdapat di kota

Medan.

Universitas Sumatera Utara


6

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang inti dari penelitian yang terdiri dari analisa yang

dilakukan peneliti guna membahas place identity, self- esteem, evaluasi,

keterikatan, kebanggaan, dan komitmen terhadap kota Medan.

BAB VI KESIMPULAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian, rekomendasi, dan

saran untuk penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Melampirkan daftar referensi yang menjadi acuan dan literatur penelitian.

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Identitas Tempat

Identitas tempat berarti penggambaran yang kuat terhadap kota, baik

dalam bentuk fisik maupun sosial budaya yang membedakan suatu tempat dengan

tempat lainnya (Ginting and Silitonga, 2012). Tempat didefinisikan sebagai

setting yang telah diberi makna berdasarkan pengalaman, hubungan, emosi, dan

pikiran manusia (Wang and Xu, 2015). Dalam berbagai lingkup bidang ilmu,

konsep identitas tempat mengarah pada korelasi antara identitas dengan tempat

yang berfokus pada makna dan keterkaitan tempat bagi yang tinggal dan

menempati tempat tersebut. Sehingga dapat disimpulkan secara luas berdasarkan

literatur yang ada bahwa tempat adalah sebuah lingkup ruang yang memiliki arti

tersendiri bagi penghuni maupun penggunanya.

Hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik maupun sosial memicu

terciptanya identitas tempat. Melalui proses yang menunjukkan perilaku

seseorang, dapat menyebabkan seseorang terikat terhadap suatu tempat (Ernawati,

2014). Identitas tempat dianggap sebagai konstruksi multidimensi termasuk empat

dimensi layanan masyarakat, penampilan fisik, lingkungan sosial dan kegiatan

hiburan.

Salah satu teori identitas tempat adalah teori Breakwell (1986) yang lebih

dikembangkan kembali oleh Twigger-Ross dan Uzzel (1996). Teori tersebut

mengidentifikasi proses identitas yang dilihat sebagai produk sosial yang dinamis

Universitas Sumatera Utara


8

dari interaksi memori (Wang and Xu, 2015). Yang dibangun oleh empat aspek,

yaitu, kekhasan, kontinuitas, harga diri dan efikasi diri. Agar dapat menghasilkan

identitas tempat, keberadaan keempat aspek tersebut harus seimbang. Sebab, jika

salah satu aspek lebih tinggi dari yang lain maka identitas tempat tersebut tidak

akan kuat.

Aspek pertama dari identitas tempat adalah kekhasan (distinctiveness),

yang didefinisikan sebagai keinginan untuk mempertahankan rasa kekhasan

seseorang yang membedakan dari orang lain. Aspek selanjutnya yaitu kontinuitas

(continuity) yang berarti keinginan untuk menjaga kesinambungan konsep diri.

Dengan adanya kontinitas tersebut identitas tempat dapat dilanjutkan, dibentuk

kembali, dan dipertahankan (Ginting and Wahid, 2015). Aspek lainnya yaitu

harga diri (self-esteem), mengacu pada evaluasi diri yang dengannya seseorang

mengidentifikasi dirinya sendiri (Ginting and Rahman, 2016a). Harga diri

diciptakan sebagai akibat dari kebanggaan terhadap suatu tempat oleh persepsi

positif. Aspek terakhir adalah efikasi diri (self- efficacy), artinya sebagai

keyakinan akan kemampuan seseorang untuk bekerja dalam situasi sosial dan

lingkungan fisik (Twigger-ross and Uzzell, 1996).

Dalam pembahasan ini hanya fokus mengkaji satu aspek dari salah satu

aspek diatas, yakni self-esteem. Mengingat pentingnya self-esteem (harga diri),

untuk memahami bagaimana individu mengembangkan citra diri yang positif

(Krauss et.al., 2020) yang menjadi sebab-akibat pengalaman orang-orang dalam

kehidupan sosial dan hubungan romantis, di sekolah mereka dan kehidupan kerja,

dan bahkan dalam lingkup kesehatan (Orth and Robins, 2018).

Universitas Sumatera Utara


9

1.2 Self-Esteem

Self-esteem, merupakan prinsip yang mengacu pada evaluasi berupa

penilaian positif (Wang and Xu, 2015; Ginting and Rahman, 2016a) maupun

penilaian negatif terhadap diri sendiri atau kelompok pada suatu tempat dan

bagaimana tempat itu mempengaruhi perasaan mereka (Ginting and Rahman,

2016a ; Minev et al., 2018) bahkan suka atau tidak suka tentang dirinya sendiri

(Ozmutlu & Kara, 2020).

Jika self-esteem seseorang tinggi maka ia akan memiliki karakteristik

seperti merasa puas dan bangga akan dirinya, menerima pujian dan kritikan

sebagai masukan, dapat menerima kegagalan dan bangkit darinya, dan berbagai

hal postitif yang berkaitan dnegan pengembangan diri (Amir and Witriani, 2019).

Dengan kata lain, self-esteem yang tinggi mampu memotivasi seseorang untuk

bertahan terhadap berbagai ancaman dan tantangan dan cenderung lebih

berkomitmen dibandingkan dengan individu yang memiliki self-esteem rendah

(Bankole and Ajagun, 2014).

Self-esteem berbeda dari sekadar mengevaluasi suatu tempat secara positif,

hal ini menunjukkan bahwa seseorang memperoleh dorongan harga dirinya dari

kualitas tempat tersebut. Seseorang lebih suka tinggal di suatu tempat yang akan

menimbulkan kebanggaan karena karakteristik tempat yang berbeda (Ujang and

Zakariya, 2015). Bahkan, mereka akan menghindari tempat yang tidak

menciptakan harga diri mereka (Ginting and Rahman, 2016b). Misalnya, tinggal

di kota bersejarah menimbulkan rasa bangga. Bagi masyarakat yang tinggal di

sekitar kawasan maupun pendatang dari luar, kawasan bersejarah memiliki nilai

Universitas Sumatera Utara


10

histori yang tinggi yang memberikan kesan. Meski begitu, bukan berarti

pembangunan saat ini yang menghasilkan elemen kota yang baru tidak berperan

dalam pembentukan harga diri. Rasa bangga dan memiliki merupakan beberapa

faktor dalam menciptakan kualitas hidup masyarakat (Mohit, 2013). Oleh karena

itu, harga diri perlu dipertahankan karena pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Self-esteem dibagi menjadi empat elemen, yaitu evaluasi, kebanggaan,

keterikatan dan komitmen (Ginting, Rahman and Nasution, 2019). Masing-masing

elemen tersebut menjadi tolaks ukur terhadap tinggi rendahnya identitas suatu

tempat. Berikut adalah tabel aspek-aspek self-esteem pada identitas suatu tempat

berdasarkan pendapat para ahli:

Table 2.1 Aspek-Aspek Self-Esteem


No. Referensi Aspek Kesimpulan
1. Bankole and Ajagun,  Komitmen
2014

2. Wang and Xu, 2015;  Evaluasi


Minev et al, 2018
 Evaluasi,
3. Ujang and Zakariya,  Kebanggaan  Kebanggaan,
2015  Keterikatan  Keterikatan,
 Komitmen.
4. Ginting, Rahman and  Evaluasi
Nasution, 2019  Kebanggaan
 Keterikatan
 Komitmen
5. Mohit, 2013  Kebanggaan

Berdasarkan kajian teori dan pemaparan tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa

elemen pembentuk Self-Esteem terdiri atas evaluasi, kebanggaan, keterikatan dan

komitmen.

Universitas Sumatera Utara


11

2.3 Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kepuasan pengunjung terhadap tempat tersebut

(Sulistiyana et al. 2015). Evaluasi pada suatu tempat dapat bernilai positif maupun

bernilai negatif. Evaluasi positif atau negatif terhadap suatu tempat menunjukkan

layak atau tidaknya tempat tersebut untuk dikunjungi, sehingga dapat menjadikan

daerah tersebut lebih baik. Identitas suatu tempat mempengaruhi sikap seseorang

terhadap dampak suatu tempat sehingga menghasilkan penilaian positif dan

negatif (Wang and Xu, 2015). Dalam self-esteem, evaluasi mencakup keseluruhan

dari nilai seseorang, baik itu orientasi positif atau negatif yang dimulai sejak lahir

dan terus berubah berdasarkan pengalaman yang terus dialami oleh dirinya

(Minev et al., 2018).

Dan jika berbicara konteks kota, identitas suatu kota adalah hasil penilaian

atau evaluasi terhadap elemen kota yang berkaitan dengan individu serta

masyarakat, serta penilaian positif atau negatif terhadap suatu tempat dan

bagaimana tempat itu mempengaruhi perasaan mereka (Ginting et al., 2019).

Semakin disukai/positif dampak suatu tempat yang dirasakan oleh penduduk

setempat, semakin tinggi dukungan mereka terhadap pengembangan tempat

tersebut dan sebaliknya (Stylidis et al., 2017).

Tabel 2.2 Aspek Evaluasi


No. Referensi Elemen Kesimpulan
1. Wang and Xu (2015) ;  Penilaian Positif  Penilaian
Minev et al. (2018)  Penilaian Negatif Positif
2. Sulistiyana et al.,  Penilaian  Penilaian
(2015) Kepuasan Negatif

Universitas Sumatera Utara


12

Pengunjung
3. Stylidis et al., (2017)  Dampak Positif
 Dampak Negatif
4. Ginting et al., (2019)  Penilaian Positif
 Penilaian Negatif
 Pengaruh
Tempat

Berdasarkan tabel diatas, disimpulkan bahwa elemen evaluasi yang

diterapkan dapat disepakati yaitu penilaian positif dan negatif tentang suatu

tempat.

1.3.1 Penilaian Positif

Evaluasi positif terhadap suatu tempat menunjukkan layaknya tempat

tersebut untuk dikunjungi (Ginting et al., 2019). Melalui evaluasi positif,

menunjukkan bahwa seseorang mendapatkan dorongan harga dirinya dari kualitas

tempat tersebut (Wang and Xu, 2015). Salah satu cara sebuah tempat atau

bangunan mendapat citra yang positif yakni dengan dikomunikasikan dari mulut

ke mulut sehingga berdampak pada peningkatan dukungan pengembangan suatu

tempat (Stylidis et al., 2017).

Hubungan antara manusia dengan tempat sangat mempengaruhi evaluasi

penduduk terhadap tempat tersebut, dimana individu yang lebih kenal terhadap

tempat tersebut kemungkinan besar akan mengevaluasi tempat tersebut secara

lebih positif (Segota et Al., 2021).

Sebagai salah satu faktor dalam menilai suatu tempat, harga dapat

mempengaruhi persepsi responden dalam menentukan jenis pengalaman yang

mereka harapkan selama kunjungan mereka (Ginting et al., 2019). Toilet umum

juga berperan dalam menciptakan lingkungan yang nyaman (Ja'afar et al. 2012).

Universitas Sumatera Utara


13

Selain itu, kualitas pelayanan dan fasilitas, serta kepuasan terhadap kedua aspek

tersebut akan meningkatkan hubungan jangka panjang sehingga menimbulkan

rasa nyaman berada di tempat tersebut (Ginting et al., 2019). Oleh karena itu,

semakin positif potensi suatu tempat yang dirasakan, semakin banyak penduduk

bersedia untuk mendukung tempat tersebut.

Dengan demikian elemen penilaian positif yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah harga, kualitas pelayanan dan fasilitas, serta toilet umum.

1.3.2 Penilaian Negatif

Evaluasi negatif terhadap suatu tempat menunjukkan tidak layaknya

tempat tersebut untuk dikunjungi (Ginting et al., 2019). Semakin negatif dampak

pariwisata dirasakan oleh penduduk setempat, semakin rendah dukungan mereka

terhadap pengembangan pariwisata (Stylidis et al., 2017). Namun, jika penduduk

setempat kurang merasakan dampak negatif, niat mereka untuk mendukung

pengembangan potensi suatu tempat akan lebih kuat (Wang and Xu, 2015).

Dampak negatif terhadap budaya lokal dan atau jasa meningkatkan masalah sosial

seperti kejahatan, kemacetan dan lain sebagainya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin disukai/positif dampak

pariwisata dirasakan oleh penduduk setempat, semakin tinggi dukungan mereka

terhadap pengembangan pariwisata dan sebaliknya, semakin sedikit

menguntungkan dampak yang kurang mendukung untuk pengembangan

pariwisata penduduk setempat dengan kata lain bahwa pendatang baru tidak

terlalu menyadari hal-hal negatif dampak pariwisata.

Universitas Sumatera Utara


14

Dengan demikian elemen penilaian negatif yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah adanya kemacetan dan adanya aksi kejahatan.

2.4 Kebanggaan (Pride)

Kebanggaan adalah emosi sadar diri yang berhubungan dengan status

(Bolló et al., 2018). Salah satu emosi paling sentral yang membentuk perilaku

sosial manusia dan dinamika kelompok karena emosilah yang memotivasi orang

untuk melakukan apa yang diperlukan untuk maju, untuk mencapai status sosial

(Tracy et al., 2020). Orang yang merasa bangga akan, benar atau salah, percaya

bahwa apa yang dia banggakan "terhubung" dengannya dalam hal itu adalah objek

atau kualitas yang dia miliki, tindakan yang telah dia lakukan, atau kepemilikan

atau pencapaian seseorang untuk dengan siapa dia terkait, atau dari kelompok di

mana dia berasal (Taylor, 2013). Orang akan merasa bangga dengan tempat yang

memiliki ciri khas (Ujang dan Zakariya 2015).

Tempat dengan simbol-simbol yang terlihat juga dengan adanya

keberadaan bangunan bersejarah memberikan rasa bangga kepada masyarakat

karena menghadirkan kenangan masa lalu sehingga meningkatkan rasa bangga

dan memiliki tempat tersebut (Ginting et al., 2019). Namun, tidak adanya

kebanggaan memberi tahu diri bahwa ada sesuatu yang hilang, dan tindakan harus

diambil untuk mencapai kebanggaan dan memulihkan harga diri (Tracy et al.,

2020).

Namun dalam tulisan lain dikatakan bahwa, kebanggaan adalah emosi

yang unik dengan struktur segi ganda. Dimana kebanggaan merupakan emosi

positif yang terjadi sebagai respons terhadap kesuksesan dan terdiri dari dua segi

Universitas Sumatera Utara


15

yang berbeda: kebanggaan otentik, yang dicirikan oleh perasaan pencapaian dan

kepercayaan diri; dan kebanggaan hubristik, yang dicirikan oleh perasaan arogansi

dan keangkuhan (Mercadante, Witkower and Tracy, 2021).

Tabel 2.3 Aspek Kebanggaan


No. Referensi Elemen Kesimpulan
1. (Mercadante et al.,  Kebanggaan otentik  Bangunan
2021) (pencapaian diri) bersejarah
 Kebanggaan hubristik  Simbol fisik
(arogansi dan suatu tempat
keangkuhan).  Status
2. Ginting et al., (2019)  Bangunan bersejarah
 Simbol fisik suatu
tempat
3. Bollo et al., (2018)  Status

4. Tracy et al., (2020)  Status sosial

5. Ujang dan Zakariya  Ciri khas


(2015)

Berdasarkan tabel diatas, disimpulkan bahwa elemen kebanggaan yang

diterapkan dapat disepakati yaitu bangunan bersejarah dan simbol fisik suatu

tempat.

1.4.1 Bangunan Bersejarah

Tempat yang didalamnya memiliki peninggalan atau benda bersejarah

seperti tempat kelahiran, kematian, dan makam tokoh bahkan peristiwa penting

yang pernah terjadi di masa lampau, maka tempat tersebut dikatakan memiliki

nilai sejarah. Keberadaan bangunan bersejarah dalam aspek tata guna lahan

merupakan satu-satunya elemen yang merepresentasikan identitas tempat di

Universitas Sumatera Utara


16

kawasan tersebut. Bangunan bersejarah dapat membawa citra positif kawasan dan

menciptakan keberlanjutan dengan menunjukkan aktivitas manusia di masa

lampau (Ginting & Wahid, 2015). Bangunan bersejarah juga menumbuhkan harga

diri masyarakat karena menggambarkan kejayaan di masa lalu. Keunikan

bangunan bersejarah terdapat pada gaya arsitekturnya yang khas (Ginting et al.,

2017), namun keberadaan bangunan bersejarah juga menciptakan keunikan

sehingga harus dijaga dan dipupuk kelestariannya demi kebanggaan masyarakat

lokal maupun wisatawan (Ginting et al., 2018) Bangunan bersejarah menjadi saksi

pertumbuhan suatu kawasan seiring banyak bangunan lain disekitarnyanya yang

telah diubah dengan berbagai fungsi baru.

Bangunan bersejarah merupakan bangunan yang terkait dengan peristiwa

masa lalu atau orang-orang penting atau memiliki ciri fisik desain yang khas yang

mewakili karya seorang master (Al-Sakkaf et al., 2020). Elemen kunci dari

bangunan bersejarah adalah kualitas desain, yang merupakan alasan utama dari

status terdaftar mereka (Kristl et al., 2020).

Sejarah lokal yang terikat pada situs-situs bersejarah umumnya diwariskan

secara lisan dari generasi ke generasi yang disebabkan oleh keterbatasan sumber.

Keberadaan bangunan bersejarah memberikan rasa bangga kepada masyarakat

karena kenangan masa lalu yang meningkatkan rasa bangga dan memiliki tempat

tersebut (Ginting et al., 2019).

Dengan demikian, elemen bangunan bersejarah yang akan diteliti adalah

gaya arsitektur yang khas.

1.4.2 Simbol Fisik Suatu Tempat

Universitas Sumatera Utara


17

Simbol merupakan media komunikasi dalam bentuk sebuah tanda, sebuah

kata, atau bahkan sebuah benda, yang digunakan untuk mengenali arti yang sudah

dipahami (Wardani, 2010). Manusia memberi makna pada simbol yang berupa

objek, bentuk-bentuk tertulis dan bunyi untuk dipahami artinya (Hendro, 2020).

Jika dikaitkan dengan suatu tempat, identitas simbolik pada suatu tempat

dapat berupa nama, warna dan tradisi masyarakat lokal atau budaya tempat

tersebut (Yudari, 2019). Kebudayaan seringkali dipahami sebagai serangkaian

simbol, yang bertujuan sebagai media manusia berinteraksi dengan lingkungan

fisik maupun lingkungan simbolisnya (Hendro, 2020). Simbol fisik dari suatu

tempat wajib ditingkatkan, karena dengan adanya simbol atau ciri fisik suatu

tempat dapat membedakan tempat dari tempat lain (Ginting et al., 2019).

Dengan demikian elemen simbol yang akan diteliti adalah nama, warna,

bentuk tertulis.

1.4.3 Status

Kebanggaan mungkin lebih dari sekedar mesin emosional yang

mendorong individu untuk mengejar tujuan terkait status mereka. Pencapaian

tujuan yang sukses memunculkan perasaan bangga (Tracy et al., 2020), dan

perasaan menyenangkan ini dapat berfungsi sebagai hadiah psikologis untuk

berhasil mendapatkan status sosial. Dengan prestasi individu meningkatkan status

sosial seseorang (Mercadante et al., 2021). Hubungan antara emosi dan status

sosial dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa orang-orang tertentu naik

dalam hierarki sosial sementara yang lain tidak, dan menjelaskan perilaku mereka

setelah status tersebut telah tercapai (Mercadante et al., 2021).

Universitas Sumatera Utara


18

Dalam kata lain, kebanggaan dapat menjadi sebab dan akibat dari

peningkatan status sosial, dan dengan cara yang sama, pencapaian status sosial

dapat menjadi penyebab dan akibat dari kebanggaan (Mercadante et al., 2021).

Dengan demikian, kecenderungan untuk merasa bangga setelah sukses mungkin

merupakan adaptasi yang berkembang yang memotivasi individu untuk berjuang

demi status sosial yang lebih tinggi (Sznycer et al., 2017; Tracy et al., 2020).

Terdapat dua jenis status yang memiliki peran berbeda yakni status

subyektif dan obyektif, dimana status sosial subyektif berarti persepsi individu

tentang posisi mereka dalam hierarki sosial yang didasarkan pada rasa hormat,

kekaguman, dan pengaruh yang dirasakan. Sedangkan status sosial objektif terdiri

dari ukuran indikator status seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan, kekayaan

finansial, barang rumah tangga, jenis tempat tinggal, dan jenis mobil, dll. Oleh

karena itu, status objektif yang dirasakan didasarkan pada kepemilikan, sumber

daya yang nyata, dan latar belakang pendidikan yang tidak selalu melibatkan rasa

hormat, kekaguman, dan pengaruh yang dirasakan (Bollo et al., 2018).

Dengan demikian elemen status yang akan diteliti adalah prestasi atau

pencapaian.

2.5 Keterikatan (Attachment)

Keterikatan terhadap suatu tempat terjadi ketika pengalaman mereka

berkesan, memuaskan dan meningkatkan tujuan dan makna hidup mereka (Vada

et al., 2019). Keterikatan tempat dapat tercermin secara emosional melalui

karakteristik fisik dan budaya masyarakat di suatu tempat (Ujang and Zakariya,

2015).

Universitas Sumatera Utara


19

Keterikatan tempat memainkan peran penting dalam suatu tempat karena

mempengaruhi niat berkunjung kembali (Vada et al., 2019). Misalnya, ketika

seseorang mengalami tingkat kepuasan yang tinggi di suatu tempat, mereka

menjadi terikat dan lebih mungkin untuk mengunjungi kembali tempat tersebut di

masa depan. Faktor keterikatan lainnya, yaitu keterikatan fungsional dan

emosional, juga memegang peran penting dalam membentuk identitas tempat

(Ginting et al., 2017).

Keterikatan tempat menggaris bawahi sikap afektif yang harus dimiliki

orang terhadap lingkungan (Dwyer, Chen and Lee, 2019). Dimana pendekatan

berbasis tempat menekankan bahwa pengalaman tempat tidak hanya fisik tetapi

juga persepsi dan psikologis pengguna (publik), pengalaman dan persepsi mereka

adalah kunci dalam memahami keterikatan tempat dan nilai-nilai tempat.

Keterikatan tempat akan berkontribusi pada pelestarian identitas tempat lokal dan

kelangsungan identitas pribadi dan budaya (Ujang and Zakariya, 2015).

Keterikatan tempat mencakup tiga dimensi utama yakni dimensi

pribadi/budaya yang berfokus pada siapa yang dilekatkan dan bagaimana tempat

menjadi signifikan melalui pengalaman individu dan makna yang ditentukan

secara kolektif; dimensi tempat yang berfokus pada apa yang melekat pada orang

tersebut, termasuk berbagai fitur fisik (misalnya, alam, buatan) dan sosial

(misalnya, peluang untuk berinteraksi) dari tempat tersebut; dan dimensi proses

psikologis yang berfokus pada bagaimana keterikatan mencakup perilaku tertentu

(misalnya, menjaga kedekatan dengan suatu tempat), ikatan afektif (misalnya,

Universitas Sumatera Utara


20

kebanggaan, cinta), dan kognisi (misalnya, pengetahuan, kenangan) (Cole et al.,

2021).

Tabel 2.4 Aspek Keterikatan


No. Referensi Elemen Kesimpulan
1. Cole et al.  Dimensi pribadi  Pengalaman
(2021) (pengalaman tempat
individu)  Ikatan afektif
 Dimensi tempat  Niat
(fisik, alam, sosial) berkunjung
 Dimensi Psikologis kembali
(ikatan afektif,
kognisi)
2. Ujang and  Pengalaman tempat
Zakariya (2015)  Persepsi psikologis
pengguna
 Mempertahankan
daya tarik
 Mempertahankan
makna tempat
3. Dwyer et al.(  Ikatan afektif
2019) (emosional)
4. Vada et al.  Niat berkunjung
(2019) kembali
 Pengalaman
berkesan dan
memuaskan
5. Ginting et al.,  Ikatan fungsional
(2017)  Ikatan emosional

Universitas Sumatera Utara


21

Berdasarkan tabel diatas, disimpulkan bahwa elemen keterikatan yang

diterapkan dapat disepakati yaitu pengalaman tempat, ikatan afektif, serta niat

berkunjung kembali.

2.5.1 Pengalaman Tempat

Pengalaman tempat secara positif mempengaruhi niat perilaku seseorang

(Dwyer et al., 2019). Yang dapat mempengaruhi orang lain dalam melakukan

perjalanan, perilaku pada tempat tujuan maupun tingkat kepuasan dan ingatan

tentang tempat tersebut. Pengalaman yang melibatkan ingatan positif yang

diperoleh seseorang setelah mengalami kegiatan yang meninggalkan kesan yang

bermakna. Hasil penting dari pengalaman tempat adalah daya ingat (Vada et al.,

2019).

Penampilan fisik memainkan peran penting dalam mempengaruhi rasa

tempat (Karsono and Wahid, 2015). Pengalaman tempat yang kuat dapat

mendorong mereka untuk menginvestasikan waktu, energi, uang, dan sumber

daya lainnya, dan mengarah pada perilaku positif seperti komunikasi dari mulut

ke mulut dan pembelian berulang (Wang et al., 2022).

Pada suatu tempat, pengalaman tertentu yang diingat oleh seseorang

mampu membangkitkan emosi mereka (Ujang and Zakariya, 2015), karena telah

meninggalkan kenangan tentang pengalaman saat dan setelah mengunjungi suatu

tempat tersebut. Pengaruh pengalaman dari ikatan orang-tempat berkontribusi

pada pembentukan ikatan dan dapat menjadi hasil yang bermanfaat dari ikatan

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


22

Pengalaman tempat lebih mungkin terjadi pada tempat-tempat dengan

tampilan fisik yang mendukung pengurangan stres dan pemulihan mental yang

membangkitkan ingatan yang positif akan peristiwa dan orang-orang di masa lalu

(Cole et al., 2021). Pengalaman yang berlangsung di suatu tempat, baik positif

maupun negatif, menciptakan momen penting, dan perasaan aman menghasilkan

makna tempat (Harris, 2021).

Dengan demikian, elemen yang akan diteliti dalam pengalaman tempat

adalah penampilan fisik tempat, ingatan positif dan kesan yang bermakna.

2.5.2 Ikatan Afektif

Ikatan afektif berhubungan dengan yang dirasakan individu terhadap suatu

objek yang meliputi emosi seperti perasaan, sikap, apresiasi, motivasi dan nilai

(Sukanti, 2011). Yang menyatakan bahwa ikatan afektif adalah fungsi dari ikatan

kognitif dan motivasi melakukan perjalanan. Dalam meningkatkan reaksi

emosional dan psikologis dari orang-orang dapat dicapai jika penataan kawasan

mencerminkan unsur-unsur identitas tempat yang menjadi daya tarik kawasan

(Ginting et al., 2018).

Selain itu, orang yang merasa menyatu dengan daya tarik suatu tempat akan

merasa sedih jika ciri khas tempat tersebut hilang (Ginting et al., 2019). Ikatan

emosional seseorang dengan setting fisik sebagai keterikatan afektif, meliputi

hubungan antara motivasi seseorang mengunjungi tempat tersebut (Dwyer et al.,

2019). Dimensi proses psikologis yang berfokus pada bagaimana keterikatan

mencakup perilaku tertentu (misalnya menjaga kedekatan dengan suatu tempat),

Universitas Sumatera Utara


23

terdiri atas ikatan afektif misalnya, kebanggaan, cinta, dan kognisi misalnya,

pengetahuan, ingatan (Cole et al., 2021).

Dari perspektif emosional, identitas tempat mencerminkan hubungan antara

identitas pendatang dan lingkungan fisik lokal. Artinya , atribut fisik atau

simbolik suatu tempat dapat merangsang identifikasi pendatang dengan

pengalaman aktivitas kunjungannya (Wang et al., 2022).

Dengan demikian, elemen yang akan diteliti dalam ikatan afektif adalah

emosi seseorang terhadap tempat.

2.5.3 Niat Berkunjung Kembali

Niat adalah motivasi seseorang dalam melakukan suatu perbuatan (Setyo,

2015). Niat berkunjung kembali dapat diartikan sebagai keinginan seseorang yang

diperoleh dari pengalaman masa lalunya untuk datang lagi di masa yang akan

datang. Niat kunjungan berulang terhadap suatu tempat dipengaruhi oleh

keterikatan tempat tersebut (Vada et al., 2019).

Kepuasan seseorang terhadap suatu tempat secara positif menghasilkan

kunjungan berulang (Abou-Shouk et al., 2018). Kepuasan akan kunjungan

sebelumnya akan menciptakan kunjungan baru di waktu yang akan datang yang

juga akan menceritakan hal positif terkait tempat tersebut kepada orang lain

sehingga secara tidak langsung ia sudah merekomendasikan tempat tersebut.

Frekuensi kunjungan seseorang dengan tempat yang mereka kenal meliputi

pikiran, perasaan dan aktivitas yang berkaitan dengan tempat yang mereka kenal

Universitas Sumatera Utara


24

dimana makna yang dimiliki tempat akrab bagi mereka sekalipun terdapat aspek

negatif pada tempat tersebut (Osborn et al., 2020).

Dapat disimpulkan secara umum, semakin nyaman dan puas terhadap

suatu tempat maka semakin lama masyarakat ingin menghabiskan waktu di

kawasan tersebut dan semakin menumbuhkan rasa memiliki terhadap tempat

tersebut meningkat. Dimana rasa memiliki merupakan faktor penting dalam

mengembangkan loyalitas warga (Capitello et al., 2021).

Dengan demikian, elemen yang akan diteliti dalam niat berkunjung

kembali adalah kepuasan terhadap suatu tempat dan kenal terhadap tempat

tersebut.

2.6 Komitmen (Commitment)

Komitmen mengacu pada keinginan untuk mempertahankan hubungan

pribadi yang bermakna dengan suatu objek yang mencakup kesediaan yang tulus

untuk mendukung objek tersebut (Konu et al., 2020). Komitmen terhadap suatu

tempat ditujukan pada keinginan untuk tetap tinggal serta perhatian seseorang

terhadap perkembangan suatu tempat di masa depan (Ginting et al., 2019).

Komitmen juga dapat diartikan sebagai keterikatan yang ditunjukkan

penduduk terhadap tempat tinggal mereka, serta kesadaran bersama, dan rasa

keterlibatan dengan komunitas dan masyarakat setempat (Capitello et al., 2021)

dalam mengembangkan rasa kepemilikan dan teritorialitas yang mencerminkan

identitas diri dan kelompok.

Universitas Sumatera Utara


25

Individu dengan harga diri tinggi cenderung lebih berkomitmen daripada

individu dengan harga diri rendah (Bankole and Ajagun, 2014). Dalam strategi

pemasaran tempat, komitmen harus dipertimbangkan sebagai karakteristik penting

dalam membangun hubungan individu-tempat jangka panjang dan sebagai sumber

daya saing kota (Tournois and Rollero, 2020). Sehingga masyarakat akan merasa

bahwa kota tempat huniannya penting bagi masa depannya dan menumbuhkan

komitmen untuk tetap menetap di kota tersebut (Ernawati, 2014).

Tabel 2.5 Komitmen


No. Referensi Elemen Kesimpulan
1. (Konu et al., 2020).  Kesediaan yang tulus  Keinginan untuk
untuk mendukung tetap tinggal
objek  Keinginan untuk
mengembangkan
2. Capitello et al,.  Kesadaran bersama
suatu tempat
(2021)  Rasa keterlibatan  Rasa keterlibatan
dengan komunitas dan
masyarakat setempat
3. Tournois & Rollero  Kualitas hubungan
(2020) personal dengan
lingkungan sosial
maupun lingkungan
fisik
 Kualitas lingkungan
fisik kota tempat
hunian
4. Ginting et al., 2019  Keinginan untuk tetap
tinggal
 Perhatian terhadap
perkembangan suatu
tempat

Universitas Sumatera Utara


26

Berdasarkan tabel diatas, disimpulkan bahwa elemen komitmen yang

diterapkan dapat disepakati yaitu keinginan untuk tetap tinggal, keinginan untuk

mengembangkan suatu tempat dan rasa keterlibatan.

2.6.1 Keinginan Untuk Tetap Tinggal

Keinginan untuk tetap tinggal bisa dicapai ketika seseorang merasa

nyaman, aman dan bisa berkembang di tempat itu. Seseorang akan nyaman jika

penduduk lokal suatu kawasan bersikap baik, ramah, peduli kepada orang yang

datang, begitu juga sebaliknya. Dengan adanya rasa ketidaknyamanan tersebut

nantinya dapat berdampak pada ikatan emosional, loyalitas pengunjung yang

berakibat pemberian label buruk pada tempat dan masyarakat kawsan tersebut

oleh pengunjung (Ginting et al., 2019). Oleh sebab itu, respon yang baik dari

penduduk lokal akan memberikan rasa nyaman dan perasaan ikut merasa

bertanggung jawab atas kebersihan dan aspek pendukung lainnya (Simon et al.,

2021).

Dengan demikian, elemen yang akan diteliti pada aspek keinginan untuk

tetap tinggal yaitu kenyamanan dan sikap ramah masyarakat lokal.

2.6.2 Keinginan untuk mengembangkan suatu tempat

Kualitas suatu tempat yang meningkat, serta komitmen pengunjung

terhadap tempat tertentu, akan memotivasi mereka untuk lebih sering

mengunjungi tempat tersebut dan akibatnya membuat masyarakat lokal lebih

nyaman untuk tinggal di sana. Hal ini pada akhirnya akan menumbuhkan

keinginan untuk mengembangkan pariwisata (Ginting et al., 2019). Keinginan

Universitas Sumatera Utara


27

untuk mengembangkan suatu tempat tidak terlepas dari rasa memiliki terhadap

tempat tersebut.

Dengan demikian, elemen yang akan diteliti dalam keinginan

mengembangkan suatu tempat yaitu kualitas tempat.

2.6.2 Rasa keterlibatan

Rasa keterlibatan membantu seseorang membangun hubungan emosional

terhadap suatu tempat. Sesorang yang mengikuti kunjungan ke daerah tujuan

seperti pedesaan pada umumnya lebih cenderung memiliki identifikasi emosional

dengan daerah tujuan dan ketergantungan terhadap fungsi tempat yang pada

akhirnya membentuk loyalitas terhadap daerah tujuan tersebut (Wang et al.,

2022). Terdapat tiga jenis keterlibatan yang harus dilaksanakan yakni

meningkatkan loyalitas penduduk melalui pengalaman yang bersifat sosial,

memperkuat identifikasi warga melalui komunikasi pesan yang menghubungkan

kualitas produk dengan karakteristik tempat dan pengetahuan konsumen, baik dari

perspektif kognitif dan emosional, mempromosikan kualitas produk lokal sebagai

bagian integral dari kualitas hidup (Capitello et al., 2020).

Keterlibatan berpengaruh terhadap sikap individu dan pengambilan

keputusan, dimana individu mengenali pentingnya sesuatu terhadap kebutuhan,

nilai, dan minat mereka sendiri, kemudian memberikan perhatian yang berbeda

terhadap hal-hal tersebut. Dengan kata lain, keterlibatan dapat diartikan sebagai

sejauh mana minat seseorang terhadap suatu kegiatan dan tanggapan emosional

mereka yang timbul dari kegiatan tersebut. Keterlibatan seseorang dapat berupa

daya tarik, ekspresi diri, dan sentralitas gaya hidup (Wang et al., 2022).

Universitas Sumatera Utara


28

Dengan demikian, elemen yang akan diteliti dalam rasa keterlibatan adalah

daya tarik dan ekspresi diri.

2.7 Self-Esteem pada Identitas Tempat

Self-esteem pada identitas tempat merupakan prinsip yang mengacu pada

penilaian positif maupun penilaian negatif terhadap diri sendiri atau kelompok di

suatu tempat dan bagaimana tempat itu mempengaruhi perasaan mereka bahkan

suka atau tidak suka tentang dirinya sendiri. Self-esteem terdiri dari 4 (empat)

elemen yakni evaluasi, kebanggaan, keterikatan, dan komitmen.

Dimana keempat elemen tersebut saling terkait untuk membentuk self-

esteem dalam meningkatkan identitas tempat di sebuah kawasan. Elemen evaluasi

menekankan penilaian positif dan negatif tentang suatu tempat. Elemen

kebanggaan membahas tentang bangunan bersejarah, simbol fisik dari suatu

tempat dan status suatu tempat. Sedangkan elemen keterikatan berisi tentang

pengalaman tempat, ikatan afektif, serta niat berkunjung kembali pada suatu

tempat. Dan terakhir yaitu elemen komitmen terdiri dari keinginan untuk tetap

tinggal, keinginan untuk mengembangkan suatu tempat dan rasa keterlibatan..

Berdasarkan kajian teori tersebut jika dikomparasikan kedalam place

identity maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat self-esteem suatu

tempat maka semakin memperkuat place identity tempat tersebut.

Universitas Sumatera Utara


29

2.8 Kerangka Teori

Harga

Kualitas pelayanan dan


Penilaian positif
fasilitas

Toilet umum
Evaluasi
Tempat yang tidak
layak

Penilaian negatif Adanya kemacetan

Adanya aksi kejahatan

Gaya arsitektur yang


Bangunan bersejarah
khas

Simbol fisik suatu Nama, Warna, Bentuk


Kebanggaan
tempat tertulis

Prestasi atau
Status
pencapaian

Penampilan fisik
tempat

Self-Esteem
Pengalaman tempat Ingatan positif

Kesan yang bermakna

Keterikatan Emosi seseorang


Ikatan afektif
terhadap tempat

Kepuasan terhadap
suatu tempat
Niat berkunjung
kembali
Kenal terhadap tempat
tersebut

Kenyamanan
Keinginan untuk tetap
tinggal
Sikap ramah
masyarakat lokal

Keinginan untuk
Komitmen mengembangkan suatu Kualitas tempat
tempat

Daya tarik
Rasa keterlibatan
Ekspresi diri

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara


30

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian adalah rangkaian kegiatan atau cara dalam suatu

penelitian yang dimulai dari perumusan masalah sampai membuat suatu

kesimpulan.

Dalam metode penelitian, jenis penelitian terbagi menjadi tiga yaitu

metode kualitatif, metode kuantitatif dan metode campuran (mix-method). Pada

penelitian sejenis yakni Aspects Of Self-Esteem In The Tourism Development In

Karo Regency, North Sumatera, Indonesia (Ginting et al., 2019) menggunakan

metode campuran (mix-method).

Pada penelitian tersebut menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif

dengan mengumpulkan persepsi responden tentang aspek harga diri. Metode

pertama melibatkan delapan wawancara mendalam yang ditujukan kepada

pemangku kepentingan pariwisata, seperti agen perjalanan, akademisi, tokoh

masyarakat, pemerintah, dan responden yang secara langsung atau tidak langsung

bergerak di bidang pariwisata. Sedangkan observasi lapangan difokuskan pada

data fisik seperti karakteristik fisik, aktivitas masyarakat, bangunan tradisional,

fasilitas, dan intensitas pejalan kaki.

Metode penelitian kedua melibatkan penyebaran kuesioner kepada 360

responden, baik penduduk lokal maupun wisatawan, dan setiap kuesioner

mencantumkan informasi tentang profil responden (usia, jenis kelamin, status,

pendidikan, pekerjaan, pekerjaan, dan kebangsaan), aktivitas pariwisata mereka

Universitas Sumatera Utara


31

(tujuan, niat, frekuensi kunjungan, dan durasi), acara atau kegiatan pariwisata

lokal, dan persepsi mereka tentang aspek harga diri (evaluasi, kebanggaan,

keterikatan, dan komitmen).

Penelitian sejenis yang kedua yaitu Naive beliefs about the self-esteem's

importance (Jhonston et al., 2021) juga menggunakan metode campuran (mix-

method).

Metode kualitatif dilakukan dengan enam sampel yang semuanya adalah

mahasiswa psikologi pengantar yang kuliah di Universitas Kanada. Kelompok ini

dipilih untuk penelitian ini karena masa dewasa muda melibatkan transisi dari

harga diri abstrak masa kanak-kanak ke harga diri yang lebih canggih yang

dibangun di atas umpan balik dan penilaian diri. Juga, budaya Kanada adalah

salah satu yang berfokus pada memaksimalkan harga diri, namun Kanada berisi

orang-orang dari berbagai negara dan latar belakang budaya yang berbeda-beda.

Lebih jauh lagi, mahasiswa psikologi mungkin memiliki pandangan yang lebih

jelas tentang diri sendiri.

Dengan demikian, dalam penelitian ini jenis penelitian yang akan

dilakukan adalah menggunakan metode campuran (mix-method) yakni dengan

mengumpulkan persepsi responden tentang aspek harga diri.

3.2 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Dalam menentukan lokasi penelitian harus memiliki lokasi spesifik dan

dapat diidentifikasi yang ditentukan oleh batas-batas nyata atau imajiner (Venter,

2016). Pada penelitian sejenis, penelitiannya dilakukan di Kota atau Kabupaten

Universitas Sumatera Utara


32

yang kaya dengan alam dan warisan budayanya (Ginting et al., 2018), juga objek

wisatanya namun tidak terawat dengan baik (Ginting et al., 2019). Merupakan

kota dengan daya tarik wisata dengan populasi padat penduduk (Wang and Xu,

2015). Memiliki bentuk fisik baik yang alami maupun yang dibangun yakni

budaya dan bangunan itu sendiri serta mereka melampirkan makna melalui proses

sosial dan interaksi sosial (Venter, 2016).

Tabel 3.1 Tabel Kriteria Pemilihan Lokasi

Referensi Kriteria Pemilihan


No. Kesimpulan
Lokasi

 Terletak di kota
 Memiliki daya Tarik
1. Wang and Xu (2015)
wisata
 Terletak di
 Padat penduduk
kota/kabupaten

 Memiliki bangunan (pusat dan tengah)


 Memiliki budaya  Memiliki budaya
2. Venter (2016)
 Terdapat interaksi  Padat penduduk
sosial
 Terdapat interaksi
 Terletak di sosial
kota/kabupaten  Memiliki daya Tarik
 Memiliki kekayaan
3. Ginting et al., (2018)
alam
 Memiliki kekayaan
budaya

Berdasarkan penjelasan diatas dapat di tarik kesimpulan terkait kriteria

pemilihan lokasi, berikut beberapa tempat yang memenuhi kriteria diatas.

Universitas Sumatera Utara


33

Tabel 3.2 Tabel Pemilihan Lokasi

Blok A Blok B
Koridor Jalan Koridor Jalan

SM Raja (Yuki)

Gatot Subroto
Palang Merah
Kriteria Pemilihan

Masjid Raya

Adam Malik
B. Katamso

Waringin
Amaliun

Pemuda

Meranti
Lokasi

Sekip
1. Terletak di pusat
kota/kabupaten
2. Terletak di tengah
kota/kabupaten

Universitas Sumatera Utara


34

3.
Padat penduduk
4.
Memiliki daya tarik
5.
Memiliki budaya
6. Terdapat interaksi
sosial
Dengan demikian, berdasarkan kriteria pemilihan lokasi diatas, peneliti

memilih lokasi yang terbagi menjadi dua blok. Blok A terdiri dari koridor Jl.

Amaliun - Jl. SM Raja (Yuki) – Jl. Mesjid Raya – Jl. Brigjen Katamso – Jl.

Pemuda – Jl. Palang Merah.

Sedangkan Blok B terdiri atas koridor Jl. Gatoto Subroto – Jl. Meranti – Jl.

Sekip – Jl. Waringin - Jl. Adam Malik.

Universitas Sumatera Utara


35

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

3.3 Metode Penentuan Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang memiliki nilai yang berbeda-beda

atau bervariasi. Nilai dari variabel dapat bersifat kuantitaif atau kualitatif

(Sinulingga, 2019).

Tabel 3.3 Tabel Penentuan Variabel Penelitian

Variabel Self Esteem Indikator Parameter


Harga makanan dan
minuman
Penilaian positif Harga tiket masuk
Kualitas pelayanan dan
fasilitas
Evaluasi
Adanya toilet umum
Adanya kemacetan
Penilaian negatif
Adanya aksi kejahatan.
Bangunan bersejarah Gaya arsitektur yang khas
Nama
Kebanggaan Simbol Warna
Bentuk tertulis
Status Prestasi atau pencapaian

Penampilan fisik tempat


Keterikatan Pengalaman tempat Ingatan positif
Kesan yang bermakna

Universitas Sumatera Utara


36

Emosi seseorang terhadap


Ikatan afektif
tempat
Kepuasan terhadap
Niat berkunjung tempat
Kembali Kenal terhadap tempat
tersebut
Rasa nyaman karena
Keinginan untuk
sikap ramah masyarakat
tetap tinggal
lokal
Keinginan
Komitmen mengembangkan Kualitas tempat.
suatu tempat
Daya Tarik
Rasa keterlibatan
Ekspresi diri

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh elemen atau unsur yang akan diamati atau

diteliti (Azuar et al, 2014). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah

masyarakat Kota Medan yang berada di dua kawasan yakni kawasan blok A dan

blok B. Pada kawasan blok A sejak bulan April 2022 mencakup penduduk

sejumlah 8.964 jiwa, sedangkan kawasan blok B sejak bulan Mei 2022 mencapai

9.283 jiwa. Sehingga secara keseluruhan populasi dalam penelitian ini mencapai

18.247 jiwa.

3.4.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik secara acak sehingga setiap

elemen dari populasi memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk terpilih

sebagai sampel (Sinulingga, 2019). Metode pemilihan sampel yang digunakan

Universitas Sumatera Utara


37

adalah purposive sampling, dengan kriteria tertentu pada sampel yang akan

diteliti.

Untuk menghitung jumlah sampel yang akan diteliti, digunakan rumus Taro

Ya Mane dengan ketelitian 10% dan kepercayaan 90%, yaitu sebagai berikut :

𝑁
𝑛
2
𝑁𝑑 1
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
d : Ketelitian (digunakan 10%)
Dengan menggunakan data yang ada maka diperoleh jumlah sampel sebagai

berikut:

𝑛
01 2 1

𝑛
183 47
𝑛 99 45491763 100

Dengan demikian, jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini

adalah sebanyak 100 responden.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data, data penelitian terbagi menjadi dua,

yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Universitas Sumatera Utara


38

Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti, melalui tiga

cara, yaitu observasi, wawancara, dan kuesioner. Observasi difokuskan pada data

fisik seperti karakteristik fisik, aktivitas masyarakat, bangunan dengan ciri khas

tertentu, fasilitas, dan intensitas pejalan kaki. Wawancara mendalam ditujukan

kepada pemangku kepentingan di koridor tersebut, seperti akademisi, tokoh

masyarakat, pemerintah. Dan pembagian kuisioner dibagikan kepada responden

yang ada di lokasi penelitian.

Tabel 3.4 Metode Pengumpulan Data

Variabel Metode
Indikator Parameter
Self Esteem O W K
Harga makanan dan
  
minuman

Harga tiket masuk   


Penilaian Kualitas pelayanan dan
positif   
fasilitas
Evaluasi Adanya toilet umum   

Adanya kemacetan   

Adanya aksi kejahatan   


Bangunan
Gaya arsitektur yang khas   
Bersejarah
Nama   
Kebanggaan Simbol Warna   
Bentuk tertulis   
Status Prestasi atau pencapaian -  
Penampilan fisik tempat   
Keterikatan Pengalaman
Ingatan positif -  
tempat
Kesan yang bermakna -  

Universitas Sumatera Utara


39

Ikatan Emosi seseorang terhadap


-  
afektif tempat
Niat Kepuasan terhadap tempat -  
berkunjung
Kembali Kenal terhadap tempat -  
Keinginan
Rasa nyaman karena sikap
untuk tetap -  
ramah masyarakat lokal
tinggal
Keinginan
Komitmen mengembang
Kualitas tempat   
kan suatu
tempat
Rasa Daya tarik -  
keterlibatan Ekspresi diri  
Keterangan:

O : Observasi

W : Wawancara

K : Kuesioner

1.) Observasi

Pengumpulan data dengan observasi tidak membutuhkan responden tetapi

dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek (Sinulingga, 2019).

Observasi dilakukan secara partisiatif, yakni peneliti turut berpartisipasi dalam

kegiatan orang-orang yang merupakan sumber data penelitian sehingga data yang

diperoleh lebih akurat dan lengkap.

Data fisik tersebut meliputi foto-foto yang digunakan dengan tujuan untuk

merekam bukti-bukti fisik dan hal lainnya yang membutuhkan bukti-bukti. Hal ini

diperlukan untuk mendukung hasil observasi sehingga data hasil penelitian lebih

kredibel.

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 3.5 Daftar Data Observasi

Variabel Self
Indikator Parameter Data Observasi
Esteem
Harga makanan dan Daftar menu/harga
minuman
Harga tiket masuk Tiket masuk/karcis

Penilaian positif Kualitas pelayanan -Tong sampah


Evaluasi dan fasilitas -Sarana
transportasi publik
-Servis
Adanya toilet umum Toilet pria dan
wanita
Penilaian negatif Adanya kemacetan Arus lalu lintas
Bangunan Gaya arsitektur yang Fasad dan interior
bersejarah khas bangunan
Nama Nama dari
bangunan
Kebanggaan Warna Warna cat
Simbol bangunan dan
ornamennya
Bentuk tertulis Lambang ornamen
bangunan

2.) Wawancara

Wawancara adalah data kualitatif yang melengkapi data kuantitatif

(kuesioner). Wawancara dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang tidak

muncul dalam kuesioner. Penelitian ini menggunakan wawancara dengan

pertanyaan yang terstruktur. Pertanyaan tersebut difokuskan pada faktor-faktor

yang sesuai dengan masalah penelitian. Dengan adanya wawancara yang

Universitas Sumatera Utara


41

terstruktur memungkinkan peneliti untuk mendapat variabel baru yang mungkin

tidak terpikirkan oleh peneliti (Sinulingga, 2012).

Kriteria dalam memilih sampel responden wawancara yaitu, mengenal

pasti pihak berkepentingan atau stakeholders di Kota Medan (pemerintah, tokoh

masyarakat, akademisi, dan lain-lain) dan responden yang secara langsung atau

tidak langsung bergerak di bidang budaya dan pariwisata. (Ginting et. Al., 2019).

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan 4

informan kunci. Dengan daftar wawancara pada table 3.6.

Tabel 3.6 Daftar Pertanyaan Wawancara

Parameter Pertanyaan

Harga makanan dan minuman Bagamana pendapat anda tentang fasilitas di


tempat ini? Bagaimana pelayanannya?
Kualitas pelayanan dan fasilitas Apakah terdapat toilet umum? Dan Apakah
harga makanan dan minuman di tempat ini
Adanya toilet umum terjangkau?

Adanya kemacetan Dan untuk daerah sekitar sini apakah sering


terjadi kemacetan?
Lalu apakah pernah/sering terjadi aksi
Adanya aksi kejahatan kejahatan di tempat ini?

Menurut anda, bangaimana gaya arsitektur


Gaya arsitektur yang khas dari bangunan di tempat ini? apakah
memiliki ciri khas tertentu? seperti nama,
warna, dan tulisan berbentuk yang
Nama, Warna, Bentuk tertulis mengartikan sesuatu?
Sepengetahuan anda, apakah tempat ini
Prestasi atau pencapaian pernah meraih kejayaan atau mendapat
penghargaan pada masanya?
Penampilan fisik tempat Bagaimana menurut anda tentang tampilan

Universitas Sumatera Utara


42

Ingatan positif fisik tempat ini? Apakah anda merasa perlu


mengingat tempat ini? Dan apakah tempat
Kesan yang bermakna ini memberikan kesan yang bermakna
kepada anda?
Emosi seseorang terhadap Bagaimana perasaan anda ketika berada di
tempat tempat ini?
Kepuasan terhadap tempat Apakah anda merasa puas berada di tempat
ini? Dan apakah sebelumnya anda kenal
Kenal terhadap tempat dengan tempat ini?
Rasa nyaman karena sikap Bagaimana sikap masyarakat lokal tempat
ramah masyarakat lokal ini? Apakah membuat anda nyaman?
Bagaimana kualitas tempat ini? Apakah
Kualitas tempat perlu dilakukan pengembangan di masa
depan?
Daya tarik Menurut anda, daya tarik apa yang terdapat
di tempat ini? dan bagaimana tanggapan
Ekspresi diri anda mengenai tempat ini?

3.) Kuesioner

Kuesioner dilakukan dengan cara memberi lembaran yang berisi

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiono,

2012). Pengumpulan data dengan membagikan lembar kuisioner kepada

responden yang berada di lokasi penelitian.

Kuesioner bersangkutan dengan self-esteem di kota Medan. Berdasarkan

tinjauan pustaka, variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu tempat

adalah self-esteem. Variabel tersebut dipecah lagi menjadi beberapa indikator dan

parameter yang bertujuan untuk menghasilkan beberapa pernyataan kepada

responden untuk dijawab.

Tabel 3.7 Daftar Kuisioner

Universitas Sumatera Utara


43

No. Pertanyaan STS TS N S SS


Evaluasi
1. Biaya makan/minum di tempat ini 1 2 3 4 5
terjangkau
2. Saya mudah menemukan 1 2 3 4 5
restoran/tempat makan
3. Saya mudah mencari transportasi 1 2 3 4 5
umum
4. Saya mudah mencari pusat 1 2 3 4 5
informasi
5. Saya mudah menemukan toilet 1 2 3 4 5
umum
6. Kawasan ini sering terjadi 1 2 3 4 5
kemacetan
7. Kawasan ini sering terjadi aksi 1 2 3 4 5
kejahatan
Kebanggaan
1. Saya bangga dengan sejarah tempat 1 2 3 4 5
ini
2. Saya bangga dengan 1 2 3 4 5
simbol/karakter fisik dari tempat ini
3. Saya bangga dengan tempat ini 1 2 3 4 5
karena pernah berjaya pada
masanya
Keterikatan
1. Saya merasa menjadi bagian dari 1 2 3 4 5
tempat ini
2. Tempat ini sangat penting bagi saya 1 2 3 4 5
3. Saya merasa senang ketika berada 1 2 3 4 5
di tempat ini
4. Saya merasa sedih jika karakteristik 1 2 3 4 5
tempat ini hilang
Komitmen
1. Jika diizinkan, saya ingin memiliki 1 2 3 4 5
waktu lebih banyak di tempat ini
2. Saya ingin berkontribusi dalam 1 2 3 4 5
perkembangan tempat ini

Universitas Sumatera Utara


44

Jawaban dari setiap pertanyaan diukur menggunakan skala likert dengan

skala pengukuran skor sebagai berikut:

Tabel 3.8 Skala Likert


No. Alternatif Jawaban Skor
1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Cukup Setuju 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1

3.6 Metoda Analisa Data

Metode analisa yang digunakan pada penelitian ini yakni menggunakan

metode campuran (mix-method) dengan menggabungkan metode pengumpulan

data secara kuantitatif dan kualititatif. Adapun data yang diperoleh secara

kuantitatif merupakan data dari hasil penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh

melalui penyebaran kuesioner kepada 100 responden yang kemudian data hasil

penyebaran kuesioner akan diakumulasikan dengan menggunakan aplikasi SPSS

dengan tujuan untuk memperoleh data hasil nilai rata-rata yang objektif. Adapun

agar dapat dilakukan pengukuran terhadap hasil nilai rata-rata dari instrument

penelitian, maka diperlukan parameter untuk mengukurnya. Adapun dalam

penelitian ini, yang dilakukan pengukuran adalah variabel penelitian, yaitu self-

esteem. Adapun untuk mengukur self-esteem pada lokasi kajian berdasarkan data

yang diperoleh, digunakan skala penilaian untuk mengidentifikasi self-esteem

pada lokasi kajian. Adapun perhitungan terhadap self-esteem (Tabel 3.8)

Universitas Sumatera Utara


45

berdasarkan data yang diperoleh dari nilai rata-rata dan standar deviasi (Marisa &

Yusof, 2020).

Tabel 3.9 Skala Penilaian Self Esteem

Self-Esteem Nilai Total Rata-Rata


Self-esteem sangat rendah 1 ≤ x < 1.8
Self-esteem rendah 1.8 ≤ x < 2.6
Self-esteem sedang 2.6 ≤ x < 3.4
Self-esteem tinggi 3.4 ≤ x < 4.2
Self-esteem sangat tinggi 4.2 ≤ x ≤ 5

Data yang diperoleh secara kualitatif adalah data yang bersumber dari

studi pustaka, observasi lapangan dan wawancara terhadap beberapa informan

kunci. Kedua metode tersebut kemudian dihubungkan satu sama lain. Dimana

data kuantitatif berupa data hasil penyebaran kuisioner dihubungkan dengan data

hasil observasi dan wawancara sehingga akan memperkuat hasil analisis (Ginting

& Veronica, 2016). Setelah data tersebut diperoleh, maka selanjutnya diolah dan

dianalisa. Hasil analisa bertujuan untuk memperoleh tujuan penelitian, yaitu

mengkaji dan menemukan elemen-elemen yang membentuk self-esteem di tempat

tersebut.

3.7 Skema Alur Penelitian

Universitas Sumatera Utara


46

Rumusan Masalah dan


Penentuan Lokasi
Tujuan

Pengumpulan Data
- Data Primer (Observasi,
Kuisioner, Wawancara) Pengolahan Data
- Data Sekunder (Studi
Literatur)

Hasil Pembahasan Kesimpulan

Gambar 3.2 Skema Alur Penelitian

Universitas Sumatera Utara


47

BAB IV

KAWASAN PENELITIAN

4.1 Lokasi Kawasan Kajian

Gambar 4.1 Peta Indonesia dan Pulau Sumatera

Sumber: Google

Blok A

Blok B
Gambar 4.2 Peta Kota Medan
Sumber: Google

Universitas Sumatera Utara


48

Lokasi kawasan ini terletak di Kota Medan, Sematera Utara, Indonesia.

Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang menempati posisi

ke-4 kota terbesar di Indonesia. Dengan luas wilayah yang relatif kecil Medan

memiliki jumlah penduduk yang relatif besar dengan luas 26.510 hektare

(265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatra Utara. Secara geografis

kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35'–98° 44' Bujur

Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada

pada ketinggian 2,5–37,5 meter di atas permukaan laut (sumber: Wikipedia).

Secara administratif Kota Medan memiliki batas-batas wilayah, di sisi utara

berbatasan dengan Selat Malaka, di sisi timur, selatan, dan barat berbatasan

dengan Kabupaten Deli Serdang.

Sejarah kelahiran Kota Medan diawali dari sebuah perkampungan di

pertemuan antara Sungai Deli dan Sungai Babura. Kemudian beralih menjadi

pusat pemerintahan Kesultanan Deli, Kerajaan Melayu. Seiring berjalannya

waktu, di tahun 1909 oleh Pemerintah Hindia Belanda Medan akhirnya berubah

status menjadi kota. Perubahan status ini juga yang mengubah Medan yang

awalanya pusat pemerintahan Kesultanan Deli menjadi pusat pemerintahan

Karesidenan Sumatera Timur. Pada masa kolonial, Pemerintah Belanda membuka

perusahaan perkebunan secara massif di kota ini sehingga Medan menjadi kota di

luar Pulau Jawa yang begitu penting.

Dan sejak dibukanya perkebunan-perkebunan di Sumatera Utara, mulai

berdatangan kuli kontrak baik dari China, India, maupun Jawa. Dan hingga saat

ini di Kota Medan dikenal sebagai kota yang multietnis.

Universitas Sumatera Utara


49

4.2 Blok A
Blok A merupakan kawasan yang terletak di pusat kota Medan dengan

cakupan seluas 1,3 km². Di sisi selatan terdiri dari koridor Jl. SM Raja (Gambar

4.3e), di sisi barat terdiri dari koridor Jl. Mesjid Raya (Gambar 4.3d) – Jl. Brigjen

Katamso (Gambar 4.3c), dan di sisi utara terdiri dari koridor Jl. Pemuda (Gambar

4.3b) – Jl. Palang Merah (Gambar 4.3a). Pada kawasan Blok A terdapat berbagai

jenis bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda, seperti bangunan bersejarah,

permukiman penduduk, kantor pemerintahan, hotel dan area komersial lainnya.

a. Jl. Palang Merah b. Jl. Pemuda c. Jl. Brigjen Katamso

a.
b.

c.
d. e.

d. Jl. Mesjid Raya e. Jl. Sisingamangaraja


Gambar 4.3 Figure Ground Lokasi Blok A

Universitas Sumatera Utara


50

4.2.1 Jl. Sisingamangaraja (SM Raja)

Jalan Sisingamangaraja merupakan jalan yang terbentang melintasi

berbagai kecamatan di kota Medan, mulai dari kecamatan Medan Amplas hingga

Medan Kota. Pada koridor jalan Sisingamangaraja yang diambil dalam penelitian

ini terdapat beberapa aspek yang termasuk kedalam elemen self-esteem seperti

tempat menjual makanan (Gambar 4.4a), bangunan bersejarah (Gambar 4.4b),

adanya transportasi umum (Gambar 4.4c) dan adanya kemacetan (Gambar 4.4d).

a.
a. Toko Bolu b. Masjid Raya Al-
b.
Meranti
c.
d.

c. Transportasi Umum d. Lampu Merah di


depan Yuki Simpang
Raya

Gambar 4.4 Jl. Sisingamangaraja

Universitas Sumatera Utara


51

4.2.2 Jl. Mesjid Raya

Jalan Mesjid Raya merupakan jalan terpendek yang diambil dalam kajian

penelitian ini, namun demikian jalan ini menjadi jalan dengan nilai sejarah yang

tinggi, sebab jalan ini merupakan penghubung tiga peninggalan Kesultanan Deli

yakni Masjid Raya Al-Mashun, Kolam Sri Deli dan Istana Maimun.

Disepanjang jalan ini terdapat bangunan bersejarah (Gambar 4.5b dan

Gambar 4.5c), dan beberapa stan yang menjual makanan (Gambar 4.5a).

a. Daftar menu b. Taman Sri Deli

b.
a.
c.

c. Mesjid Raya Al-Mashun

Gambar 4.5 Jl. Mesjid Raya

4.2.3 Jl. Brigjen Katamso

Area kawasan disepanjang jalan Brigjen Katamso didominasi oleh ruko-

ruko dengan fungsi komersil dan juga beberapa kantor, bank, dan lainnya.

Universitas Sumatera Utara


52

Selain itu juga terdapat beberapa aspek yang termasuk kedalam elemen

self-esteem seperti transportasi umum (Gambar 4.6a), adanya kemacetan (Gambar

4.6b), harga makanan dan minuman (Gambar 4.6c) dan adanya stand penjual

makanan atau minuman (Gambar

4.6d).

jn
a. b.

b. Kemacetan pada lampu


a. Transportasi Umum
merah di perempatan Jl.
di Perempatan Kantor
Brigjen Katamso-Jl.
Waspada
Pemuda

c. d.

Gambar 4.6 Jl. Brigjen Katamso


c. Daftar harga pada d. Stand makanan yang ada
kawasan Istana Maimun di kawasan Istana Maimun

4.2.4 Jl. Pemuda

Jalan ini berada diantara Jl. Brigjen Katamso dan Jl. Ahmad Yani. Di

sepanjang jalan ini dipenuhi oleh berbagai bangunan dengan fungsi yang

beragam, seperti restoran (Gambar 4.7c), bangunan bersejarah (Gambar 4.7a),

daftar harga makanan dan minuman (Gambar 4.7d) dan gereja katedral (Gambar

4.7b)..

Universitas Sumatera Utara


53

a. b.

a. Gedung BKS PPS c. d. b. Gereja Katedral

c. Restoran Miramar Gambar 4. 7 Jl. Pemuda d. Daftar harga di restoran


Miramar

4.2.5 Jl. Palang Merah

Sepanjang ruas jalan ini, terdapat beberapa bangunan bersejarah seperti

Gedung BKS PPS dan Gedung PMI, bahkan pada Jl. Palang Merah ini juga

terdapat makam keramat Datuk Darah Putih (Gambar 4.8b) yang telah berusia 500

tahun, tempat jual makanan atau minuman (Gambar 4.8a), dan bangunan

bersejarah yakni gedung PMI (Gambar 4.8c).

a. Coffe Box b. Makam Datuk Darah c. Gedung Bersejarah


Putih (PMI)

c.
a. b.

Universitas Sumatera Utara


54

4.3 Blok B Gambar 4.8 Jl. Palang Merah

Blok B merupakan kawasan yang terletak di tengah kota Medan dengan

cakupan seluas 0,991 km². Di sisi timur terdiri dari koridor Jl. Adam Malik

(Gambar 4.9d), di sisi selatan terdiri dari koridor Jl. Gatot Subroto (Gambar 4.9c)

– Jl. Waringin (Gambar 4.9e), di sisi barat terdiri dari koridor Jl. Meranti (Gambar

4.9b) dan Jl. Sekip (Gambar 4.9a). Kawasan blok B ini merupakan kawasan pusat

bisnis, perdagangan, jasa dan hiburan, hotel serta perkantoran dan pemukiman

yang dihuni oleh penduduk keturunan Etnis Tionghoa, Pribumi dan India.

a. Jl. Sekip

d. Jl. H. Adam Malik


d.

a.

b. Jl. Meranti e.
b.

c. e. Jl. Waringin

c. Jl. Gatot Subroto

Gambar 4.9 Figure Ground Lokasi Blok B

Universitas Sumatera Utara


55

4.3.1 Jl. Gatot Subroto

Jalan Gatot Subroto biasa di kenal dengan nama Gatsu, di sepanjang ruas

jalan ini terdapat berbagai bangunan dengan fungsi yang berbeda, namun di

dominasi oleh area komersial seperti Plaza Medan Fair (Gambar 4.10b), ruko-

ruko di sisi jalan (Gambar 4.10c) ini didominasi dengan fungsi pertokoan mulai

dari pakaian, makanan hingga elektronik. Dan pada ruas jalan ini banyak

ditemukan transportasi umu (Gambar 4.10a).

c. Pertokoan yang
dialihfungsikan menjadi
rumah makan (kiri) dan
daftar menu pada salah
c. satu rumah makan
a. (kanan)
b.
a. Transportasi umum

b. Carrefour

Gambar 4.10 Jl. Gatot Subroto

4.3.2 Jl. Meranti

Jalan Meranti terletak di belakang Plaza Medan Fair, dengan panjang jalan

yang lumayan singkat jalan ini di penuhi oleh pemukiman penduduk yang

berbentuk ruko dan perumahan (Gambar 4.11a), selain itu di jalan ini juga

terdapat warung makanan khas Malaysia (Gambar 4.11b).

Universitas Sumatera Utara


56

a. b.
a. Pemukiman b. Warung Makan Khas
sekaligus pasar Malaysia
tradisional

Gambar 4.11 Jl. Meranti

4.3.3 Jl. Sekip

Jalan Sekip terletak diantara Jl. Gatot Subroto dan Jl. Gereja, pada

kawasan ini terdapat beberapa elemen self-esteem diantaranya tempat jualan

makan atau minum (Gambar 4.12a dan Gambar 4.12b).

a. Rumah Durian
a.

b.

b. Foodcourt Sekip
Gambar 4.12 Jl. Sekip

4.3.4 Jl. H. Adam Malik

Universitas Sumatera Utara


57

Di sepanjang jalan Adam Malik banyak terdapat beberapa elemen self-

esteem yang terdapat pada kawasan ini seperti adanya kemacetan (Gambar 4.13a),

adanya tempat makan (Gambar 4.13b) dan adanya daftar harga (Gambar 4.13c).

b. c.

b. K3 Mart

a. Kemacetan di lampu
merah Jl. H. Adam Malik-
Jl. Gatot Subroto
a. c. Harga makanan di K3
Mart
Gambar 4.13 Jl. H. Adam Malik

4.3.5 Jl. Waringin

Jalan Waringin berada diantara Gatot Subroto dan jalan Sikambing. Area

jalan ini di penuhi oleh tempat jual makan atau

minum (Gambar 4.14a) dan ruko-ruko rumah

warga (Gambar 4.14b).

b.

a. Elixir Caffe b. Ruko-ruko


a. pemukiman warga

Universitas Sumatera Utara


58

Gambar 4.14 Jl. Waringin

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Profil Responden

Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni kawasan blok A dan kawasan

Blok B dengan melibatkan pengelola, masyarakat lokal, dan pengunjung. Total

keseluruhan 100 responden dengan 50 responden di blok A, dan 50 responden di

blok B. Responden terdiri dari pria dan wanita dengan rentang usia 18-24, 25-49,

dan 50-65 tahun. Dengan tingkat pendidikan mulai dari SMA hingga S3. Dan

responden meliputi masyarakat yang berasal dari Medan maupun luar Medan.

Tabel 5.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Blok A Blok B

Laki-laki 52,9% 28%

Perempuan 47,1% 72%

Dari 2 lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1 bahwa responden

berdasarkan jenis kelamin di blok A dominan dikunjungi oleh laki-laki dengan

persentase 52,9% sedangkan perempuan sebesar 47,1%, hal ini disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara


59

kawasan blok A yang terletak di pusat kota merupakan kawasan industri atau

perkantoran sehingga sedikit didominasi oleh laki-laki.. Pada umumnya,

perempuan memiliki self-esteem yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki

(Erawati et al., 2021). Sedangkan pada kawasan blok B menunjukkan persentase

jenis kelamin yang cukup besar perbedaannya yaitu laki-laki 28% dan perempuan

72%, perbandingan presentase yang cukup besar di blok B disebabkan oleh

adanya pusat perbelanjaan berupa Plaza Medan Fair yang menjadi tujuan sebagian

besar kaum perempuan.

Tabel 5.2 Rentang Usia

Rentang Usia Blok A Blok B

18-24 84,3% 64%

25-49 15,7% 36%

50-65 0% 0%

Dari 2 lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 5.2 bahwa responden

berdasarkan rentang usia di blok A dominan dikunjungi oleh responden dengan

rentang 18-24 tahun sebesar 84,3% dan responden dengan rentang tahun 25-49

sebesar 15,7% sedangkan rentang tahun 50-65 adalah sebesar 0%. Dan pada blok

B menunjukkan rentang usia dominan dikunjungi oleh responden dengan rentang

18-24 sebesar 64%, dan responden dengan rentang tahun 25-49 sebesar 36%

sedangkan rentang tahun 50-65 adalah sebesar 0%. Karena pada usia diatas 60

tahun mulai tahap penurunan pada fisik dan terhadap sekitarnya (Harahap, 2019).

Tabel 5.3 Tingkat Pendidikan

Universitas Sumatera Utara


60

Tingkat Pendidikan Blok A Blok B

SMA 72,5% 24%

S1 23,5% 70%

S2-S3 3,9% 6%

Berdasarkan pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden berdasarkan

tingkat pendidikan di blok A dominan dikunjungi oleh responden dengan tingkat

pendidikan SMA yakni sebesar 72,5%, S1 sebesar 23,5% dan S2-S3 sebesar

3,9%. Dan pada blok B menunjukkan tingkat pendidikan dominan dikunjungi oleh

responden dengan rentang tingkat pendidikan S1 sebesar 70%, dan SMA sebesar

24% dan S2-S3 hanya sebesar 6% saja.

Tabel 5.4 Asal Responden

Asal Responden Blok A Blok B

Dari Medan 45,1% 44,9%

Luar Medan 54,9% 55,1%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berasal dari

Medan pada kawasan blok A sebesar 45,1% dan pada blok B sebessar 44,9%.

Sedangkan responden yang berasal dari luar Medan pada kawasan blok A sebesar

54,9% dan pada blok B sebesar 55,1 %. Perbandingan yang hampir sama antara

blok A dan blok B yakni responden dari luar Medan lebih banyak dibanding dari

Medan disebabkan oleh kebanyakan responden merupakan mahasiswa maupun

pekerja yang berasal dari kota maupun kabupaten di Sumatera Utara. Tempat

kelahiran dan lama tinggal di kota tempat hunian seseorang mempengaruhi pembentukan

Universitas Sumatera Utara


61

identitas suatu tempat di perkotaan, baik identitas tempat dalam konteks lingkungan

sosial maupun lingkungan fisik (Ernawati, 2014).

5.2 Evaluasi

Pertanyaan Blok A Jumlah Blok B Jumlah Total


Kuesioner A B Rata-
rata

Hasil evaluasi terhadap elemen suatu kota berkaitan dengan individu serta

masyarakat, serta penilaian positif atau negatif terhadap suatu tempat dan

bagaimana tempat itu mempengaruhi perasaan mereka (Ginting et al., 2019).

Tabel 5.5 Evaluasi

Universitas Sumatera Utara


62

Asli Luar Asli Luar


Medan Medan Medan Medan
Biaya
makan/minum di
3,63 3,58 3,60 3,56 3,69 3,62 3,61
tempat ini
terjangkau
Saya mudah
menemukan
3,90 3,93 3,91 3,95 4,23 4,09 4,00
restoran/tempat
makan
Saya mudah
mencari transportasi 4,28 4,30 4,29 4,21 4,38 4,29 4,29
umum
Saya mudah
mencari pusat 3,72 3,72 3,72 3,47 3,50 3,48 3,60
informasi
Saya mudah
menemukan toilet 3,50 3,58 3,54 3,13 3,00 3,06 3,30
umum
Menurut saya,
kawasan ini sering 3,56 3,45 3,50 3,53 3,43 3,48 3,49
terjadi kemacetan
Menurut saya,
kawasan ini sering
2,96 2,87 2,91 2,89 2,88 2,88 2,89
terjadi aksi
kejahatan
Rata-rata 3,65 3,63 3,64 3,53 3,58 3,55 3,59
Berdasarkan tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa penilaian tertinggi

responden terkait evaluasi Kota Medan adalah kemudahan mencari transportasi

umum menunjukkan hasil yang sangat tinggi (4,29) melampaui nilai rata-rata

keseluruhan (3,59), dengan yang sama antara kedua kawasan yakni kawasan blok

A sebesar (4,29) (Gambar 5.1) dan kawasan blok B juga sebesar (4,29) (Gambar

Universitas Sumatera Utara


63

5.2). Sarana transportasi umum harus ditingkatkan karena transportasi umum

merupakan salah satu hal yang esensial untuk mengembangkan pariwisata (Amir

et al., 2015). Transportasi dikatakan efektif apabila secara tertib, teratur, lancar,

cepat, aman, nyaman dan ekonomis memenuhi kapasitas angkutnya dan

terintegrasi dengan moda transportasi lainnya (Ariesandi et al., 2020). Dengan

adanya keberadaan transportasi umum pada suatu kawasan, maka akan membantu

kelancaran arus lalu lintas.

Gambar 5.1 Transportasi umum yang ada di blok A

Universitas Sumatera Utara


64

Gambar 5.2 Transportasi umum yang ada di blok B

Hal ini didukung oleh hasil pernyataan Seklur Kelurahan Sekip,

“…untuk transportasi umum dikawasan ini sangat mudah ditemukan, ada

angkot, bus metro deli, bahkan bus damri juga melintasi kawasan ini….”

Seperti yang dapat dilihat pada gambar 5.1 dan 5.2, kedua kawasan

tersebut di lalui berbagai macam transportasi umum, mulai dari angkot, bus metro

deli, hingga ojek online baik mobil maupun motor. Sehingga pengunjung yang

datang ke dua kawasan ini mudah dalam mencari transportasi umum tersebut.

Sedangkan untuk pernyataan dengan nilai rata-rata terendah terdapat pada

adanya aksi kejahatan yang tergolong sedang (2,89) namun lebih rendah dari rata-

rata keseluruhan (3,59), dengan perbandingan kawasan blok A lebih tinggi (2,91)

dibanding kawasan blok B (2,88). Kejahatan merupakan suatu konsepsi yang

bersifat abstrak, tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, kecuali akibatnya saja

(Rohman, 2016). Terjadinya peningkatan kepadatan penduduk dapat

mengakibatkan menambah jumlah pengangguran dan didukung dengan angka

kemiskinan yang semakin tinggi mengakibatkan banyak timbul kejahatan-

Universitas Sumatera Utara


65

kejahatan (Busyro, 2019). Namun selain itu, kesadaran masyarakat dalam

menutup peluang terjadinya aksi kejahatan juga penting, sehingga dapat

membantu menekan angka kriminalitas di kota Medan. Dan untuk data observasi

yang di ambil peneliti ketika melakukan survey, peneliti tidak dapat menemukan

adanya aksi kejahatan pada kedua kawasan tersebut sehingga dapat dikatakan

bahwa aksi kejahatan di kota Medan tergolong rendah.

Hal ini didukung oleh hasil pernyataan Sekcam Kecamatan Medan

Maimun,

“Dan untuk tingkat kejahatan di kawasan ini relatif rendah.”

Selain mudahnya mencari transportasi umum dan adanya aksi kejahatan,

penilaian positif terkait biaya harga makan/minum yang terjangkau pada kawasan

blok A mendapat nilai rata-rata yang tinggi (3,60) dengan perbandingan persepsi

responden asli Medan (3,63) dan responden luar Medan (3,58) (Gambar 5.3).

Sedangkan pada kawasan blok B mendapat nilai rata-rata yang sedikit

lebih tinggi dibanding kawasan blok A (3,62) dengan perbandingan persepsi

responden asli Medan (3,56) dan responden luar Medan (3,69) (Gambar 5.4).

Universitas Sumatera Utara


66

Gambar 5.3 Daftar menu yang ada di blok A

Berdasarkan kuesioner yang telah dilakukan oleh para reponden

Universitas Sumatera Utara


67

menunjukkan bahwa harga makanan dan minuman pada kedua kawasan tergolong

murah, namun di beberapa tempat di masing -masing kawasan juga terdapat harga

Gambar 5.4 Daftar menu yang ada di blok B

makanan dan minuman yang tidak masuk ke dalam kategori terjangkau, meskipun

begitu masih lebih banyak jumlah tempat makan dengan daftar harga yang

terjangkau. Faktor kualitas produk, harga dan lokasi menjadi salah satu faktor

dalam meningkatkan kepuasan yang diperoleh oleh konsumen setelah melakukan

pembelian (Bailia et al., 2014). Beberapa tempat makan yang mencantumkan

harga terjangkau artinya menargetkan konsumen menengah kebawah, sedangkan

tempat makan yang mencantumkan harga cukup tinggi artinya menargetkan

konsumen menengah ke atas.

Universitas Sumatera Utara


68

Hal ini didukung oleh hasil pernyataan Pengelola Yayasan Istana Maimun.

“…kalau untuk harga makanan dan minuman di daerah sini tergolong

murah karena target pasarnya adalah orang-orang yang datang kesini, karena jika

harganya murah maka mereka tidak kapok untuk datang lagi…”

Pernyataan serupa juga diutarakan oleh Seklur Kelurahan Sekip.

“…untuk harga makanan di kawasan ini tergolong murah,”

Selain itu, pada kedua kawasan yakni blok A dan blok B mudah

ditemukan restoran/tempat makan, pada kawasan blok A (3,91) (Gambar 5.5) dan

blok B (4,09) (Gambar 5.6), seseorang cenderung membeli produk yang memiliki

kualitas produk yang baik, harga terjangkau, dan lokasinya yang strategis serta

dekat dengan pusat perbelanjaan yang mudah dijangkau (Bailia et al., 2014). Dan

hal ini dapat dilihat dari kualitas dan fasilitas yang didapat berdasarkan tempat

dengan target pasar yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara


69

Gambar 5.5 Tempat makan/restoran yang ada di blok A

Universitas Sumatera Utara


70

Gambar 5.6 Tempat makan/resto yang ada di blok B

Universitas Sumatera Utara


71

Hal ini diperkuat oleh hasil pernyataan Seklur Kelurahan Sekip,

“…kalau untuk kawasan blok B ini memang terkenal dengan kulinernya,

seperti Bolu Meranti, manisan Jambu, dan juga masih banyak lagi…”

Dalam mencari toilet umum pada kawasan blok A (3,56) dan kawasan

blok B (3,06) setelah dilakukan observasi tidak ditemukan toilet umum yang

berada di luar. Padahal eksistensi toilet merupakan bagian penting kebutuhan

manusia untuk tidak hanya sekadar buang hajat (Widyanti et al., 2020). Di

wilayah studi, toilet umum di kedua kawasan tidak tersedia sehingga menyulitkan

pengunjung baik dari kota Medan maupun luar Medan untuk menemukannya.

Ketiadaan toilet umum di ruas jalan sekitar kawasan disebabkan oleh lokasi

kawasan yang berada di area permukiman sehingga masing-masing bangunan

tentunya memiliki toilet. Padahal, kualitas pelayanan dan fasilitas, serta kepuasan

terhadap aspek tersebut akan meningkatkan hubungan jangka panjang dengan

pengunjung dan membuat mereka nyaman berada di kawasan tersebut. Oleh

karena itu, peningkatan fasilitas lebih lanjut diperlukan.

Hal ini didukung oleh hasil pernyataan Seklur Kelurahan Sekip,

"Kalau untuk toilet umum, karena kawasan kita terdiri atas pemukiman

penduduk maka tidak ada toilet umum yang tersebar, karena masing-masing

rumah tentunya memiliki toilet. Namun jika ada acara atau event tertentu yang

diadakan pemerintah atau dinas lain yang sifatnya outdoor maka kami akan

menyediakan fasilitas toilet umum tersebut.”

Universitas Sumatera Utara


72

Namun demikian, pengadaan fasilitas toilet umum ini seharusnya tetap

dilakukan oleh pemerintah sebab ini termasuk kedalam fasilitas sarana dan

prasarana yang mampu mempertahankan maupun meningkatkan kualitas daya

tarik suatu kota.

Selain penilaian positif yang telah dipaparkan sebelumnya, penilaian

negatif yang juga terdapat pada dua kawasan tersebut termasuk kedalam tingkatan

sedang. Pada kawasan blok A sering terjadi kemacetan (3,50) (Gambar 5.7).

Kemacetan mulai terjadi jika arus lalu lintas mendekati besaran kapasitas jalan.

Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan

sangat berdekatan. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau

bergerak sangat lambat (Siregar et al., 2017). Untuk kawasan Medan, kemacetan

seringkali disebabkan oleh perilaku pengendara sepeda motor, becak, mobil yang

melanggar rambu lalu lintas, berhenti di daerah rambu larangan, berjalan dan

parkir di trotoar.

Hal ini didukung oleh hasil pernyataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Sumatera Utara.

“Kalau saya pribadi, saya merasa was-was berada di Medan ini, apalagi

saat sedang berkendara, karena pengendara di Medan ini rata-rata tidak beretika,

ugal-ugalan, bahkan ketika berhenti di lampu merah saja bisa semerawut, baik itu

di kawasan Medan Maimun maupun kawasan Sekip, dan menurut saya hal ini

terjadi sebab budaya berlalu lintas kita yang masih sangat rendah.”

Diperkuat juga oleh pernyataan Sekcam Kecamatan Medan Maimun

Universitas Sumatera Utara


73

“Kemacetan biasanya terjadi akibat padatnya lalu lintas kendaraan di

persimpangan lampu merah pada jam sibuk.”

Sedangkan pada kawasan blok B kawasan yang sering terjadi kemacetan

(3,48), dan sering terjadi aksi kejahatan (2,88). Sehingga evaluasi berupa

penilaian negatif pada kawasan blok B (Gambar 5.8) lebih besar dibanding

dengan kawasan pada blok A (Gambar 5.7).

Gambar 5.7 Kemacetan arus lalu lintas yang ada di blok A

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.8 Kemacetan arus lalu lintas yang ada di blok B


74

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

elemen evaluasi yang ditinjau dari kemudahan menemukan fasilitas toilet umum

masih sangat kurang. Dan kemacetan di Kota Medan masih tergolong tinggi

karena kesadaran berlalu lintas warga Kota Medan yang masih rendah.

Namun demikian fasilitas transportasi umum di Kota Medan tergolong

sangat baik. Dengan adanya angkutan kota (angkot) yang tersebar sesuai jalurnya

masing-masing, juga terdapat bus Metro Deli yang menjadi alternatif baru bagi

warga Kota Medan sebagai sarana transportasi pulang-pergi, sehingga

mengurangi penggunaaan kendaraan pribadi yang menjadi salah satu penyebab

adanya kemacetan.

Selain itu, harga makanan yang terjangkau dan mudahnya menemukan

tempat makan atau minum juga mempengaruhi frekuensi datangnya pengunjung

Universitas Sumatera Utara


75

Blok A Blok B Total


Pernyataan Jumlah Jumlah
Asli Luar Asli Luar Rata-
Kuesioner A B
Medan Medan Medan Medan rata

ke tempat tersebut. Serta intensitas terjadinya aksi kejahatan juga mempengaruh

persepsi masyarakat tentang kawasan tersebut.

5.3 Kebanggaan

Orang akan merasa bangga dengan tempat yang memiliki ciri khas (Ujang

dan Zakariya 2015). Tempat dengan simbol-simbol yang terlihat juga dengan

adanya keberadaan bangunan bersejarah memberikan rasa bangga kepada

masyarakat karena menghadirkan kenangan masa lalu sehingga meningkatkan

rasa bangga dan memiliki tempat tersebut (Ginting et al., 2019).

Universitas Sumatera Utara


76

Saya bangga
dengan sejarah 4,27 4,13 4,20 3,39 3,26 3,32 3,76
tempat ini
Saya bangga
dengan
simbol/karakter 4,31 4,27 4,29 3,52 3,38 3,45 3,87
fisik dari
tempat ini
Saya bangga
dengan tempat
ini karena 4,40 4,31 4,35 3,60 3,53 3,56 3,95
pernah berjaya
pada masanya

Rata-rata 4,32 4,23 4,28 3,50 3,39 3,44 3,86

Tabel 5.6 Kebanggaan

Berdasarkan tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa penilaian tertinggi

responden terhadap kedua kawasan terdapat pada pernyataan bangga dengan suatu

tempat karena pernah berjaya pada masanya terbilang tinggi (3,95) dan melewati

rata-rata keseluruhan (3,86), dengan kawasan blok A sangat tinggi (4,35) (gambar

5.9) dibanding kawasan blok B (3,56) (Gambar 5.10).

Bangunan bersejarah juga menumbuhkan harga diri masyarakat karena

menggambarkan kejayaan di masa lalu. Keunikan bangunan bersejarah terdapat

pada gaya arsitekturnya yang khas (Ginting et al., 2017). Seseorang tentu akan

merasa bangga jika daerah tempat tinggalnya maupun tempat yang ia kunjungi

tersebut merupakan bangunan bersejarah yang pernah meraih kejayaan dan

memiliki reputasi baik di luar daerah maupun luar negara. Pada lokasi penelitian,

responden menilai bahwa kawasan yang ada di blok A lebih memberikan rasa

Universitas Sumatera Utara


77

bangga terhadap mereka karena pernah memiliki masa kejayaan seperti Istana

Maimun dan lainnya (gambar 5.9), dengan perbandingan pengunjung asli Medan

(4,40) dan pengunjung luar Medan (4,31).

Sedangkan untuk pernyataan bahwa responden bangga dengan sejarah

Gambar 5.9 Gaya arsitektur yang khas yang ada di blok A

tempat ini mendapat


Gambarnilai rata-rata
5.10 Gaya terendah
arsitektur dibanding
yang khas pernyataan
yang ada di blok B yang lainnya

Universitas Sumatera Utara


78

(3,76) dari rata-rata keseluruhan (3,86), dengan kawasan blok A lebih tinggi

(4,20) dibanding kawasan blok B (3,32).

Hal ini didukung oleh hasil pernyataan Pengelola Yayasan Istana Maimun,

“Untuk fasad bangunannya, bisa dilihat dari depan menampilkan

kemegahan Istana Maimun ini,”

Begitu juga seperti yang telah dipaparkan oleh Seklur Kelurahan Sekip,

“Kalau untuk bangunan bersejarah di kawasan ini (blok B) tidak ada.”

Simbol fisik dari suatu tempat wajib ditingkatkan, karena dengan adanya

simbol atau ciri fisik suatu tempat dapat membedakan tempat dari tempat lain

(Ginting et al., 2019). Kebanggaan terhadap simbol/karakter fisik dari tempat ini

pada kawasan blok A mendapat nilai rata-rata yang sangat tinggi sebesar (4,29),

hal ini dapat dilihat pada bangunan di kawasan ini dengan arsitektur yang

memiliki ciri khas seperti pada gambar 5.9. Namun pada kawasan blok B

mendapat nilai rata-rata yang lebih rendah dibanding dengan kawasan blok A

yakni sebesar (3,45) hal ini dapat dilihat pada gambar 5.10.

Hal ini didukung oleh hasil pernyataan wawancara berikut,

“Kalau untuk ciri khas arsitektur dari bangunan istana Maimun ini bisa

dibilang hanya satu-satunya, karena tidak di temukan di daerah bahkan negara lain

dengan bentuk dan warna yang sama persis.” (Narasumber Utama: Pengelola

Yayasan Istana Maimun).

Universitas Sumatera Utara


79

Selain itu, kebanggaan dengan kawasan ini karena pernah berjaya pada

masanya pada blok A mendapat nilai rata-rata yang sangat tinggi sebesar (4,35),

sedangkan pada blok B mendapat nilai rata-rata yang cukup tinggi yakni sebesar

(3,44).

Aspek kebanggaan ini diperkuat oleh data tambahan berupa ulasan

masyarakat yang pernah berkunjung ke kawasan penelitian, dengan menganalisa

rasa bangga pengunjung terhadap kawasan penelitian, yang ditunjukkan dengan

cara mengunggah foto diri mereka ketika sedang berada di lokasi kawasan kajian

ke sosial media.

Gambar 5.11ulasan
Berdasarkan Ulasan tersebut,
masyarakatdapat
tentangdisimpulkan
bangunan bersejarah
bahwadimasyarakat
blok A merasa
Sumber: Google Maps
bangga terhadap tempat yang mereka datangi sehingga membuat mereka ingin

mengabadikan momen tersebut sekaligus membagikannya kepada semua orang

melalui foto yang diambil.

Universitas Sumatera Utara


80

Dengan demikian, kebanggaan responden terhadap kawasan blok A juga

jauh lebih tinggi jika dibanding dengan kawasan blok B, perasaan bangga tersebut

diukur dengan ada tidaknya bangunan yang memiliki ciri khas tertentu di suatu

kawasan, adanya simbol atau karakteristik tempat, juga adanya prestasi tentang

kejayaan tempat tersebut pada masanya. Dan hal ini membuat blok A mendapat

nilai yang tinggi sebab pada kawasan blok A ini masih banyak terdapat bangunan

heritage yang masih cukup terjaga, sedangkan pada kawasan blok B tidak

ditemukan.

5.4 Keterikatan

Keterikatan tempat menggaris bawahi sikap afektif yang harus dimiliki

orang terhadap lingkungan (Dwyer, Chen and Lee, 2019). Keterikatan tempat

akan berkontribusi pada pelestarian identitas tempat lokal dan kelangsungan

identitas pribadi dan budaya (Ujang and Zakariya, 2015).

Tabel 5.7 Keterikatan


Blok A Blok B Total
Pertanyaan Jumlah Jumlah
Asli Luar Asli Luar Rata-
Kuesioner A B
Medan Medan Medan Medan rata
Saya merasa
menjadi
3,36 3,27 3,31 3,17 3,19 3,18 3,24
bagian dari
tempat ini
Tempat ini
sangat penting 3,63 3,41 3,52 3,26 3,30 3,28 3,40
bagi saya
Saya merasa 3,77 4,00 3,88 3,52 3,84 3,68 3,78

Universitas Sumatera Utara


81

senang ketika
berada di
tempat ini
Saya merasa
sedih jika
karakteristik 4,27 4,24 4,25 3,69 3,61 3,65 3,95
tempat ini
hilang
Rata-rata 3,75 3,73 3,74 3,41 3,48 3,44 3,59

Berdasarkan tabel 5.7 dapat disimpulkan bahwa responden merasa sedih

jika karakteristik tempat ini hilang terbilang tinggi (3,95) diatas rata-rata

keseluruhan (3,59), dengan kawasan blok A lebih tinggi (4,25) dibanding kawasan

blok B (3,65). Tempat yang menjadi objek penelitian pada kawasan blok A

merupakan bangunan cagar budaya yang memiliki sejarah, sehingga orang yang

merasa menyatu dengan daya tarik suatu tempat akan merasa sedih jika ciri khas

tempat tersebut hilang (Ginting et al., 2019). Meskipun secara fisik bangunan

cagar budaya bukanlah milik pribadi para pengunjung, namun pengunjung yang

merasa terikat dengan tempat tersebut akan merasa kehilangan bila karakter

bangunan tersebut rusak atau hilang. Sedangkan pada kawasan blok B memiliki

karakteristik yang kurang menonjol karena di dominasi oleh ruko-ruko sehingga

nilai yang diberikan responden lebih rendah dibanding dengan kawasan blok A.

Sedangkan hasil yang lebih rendah dari rata-rata keseluruhan (3,59), pada

tabel 5.7 adalah ketika responden yang merasa menjadi bagian dari tempat ini

(3,24), dengan kawasan blok A lebih tinggi (3,31) dibanding kawasan blok B

Universitas Sumatera Utara


82

(3,18). Pada suatu tempat, pengalaman tertentu yang diingat oleh seseorang

mampu membangkitkan emosi mereka (Ujang and Zakariya, 2015) yang membuat

seseorang merasa menjadi bagian dari tempat tersebut. Pada kawasan blok A

pengalaman tertentu yang dimiliki responden terdiri atas kunjungan mereka ke

beberapa tempat seperti Istana Maimun, Masjid Raya, Taman Sri Deli, Gereja

Katedral, Gedung BKS PPS, dan beberapa tempat lainnya. Kunjungan responden

ke tempat-tempat tersebut memiliki kesan yang berbeda-beda sehingga

menghasilkan rasa memiliki dan menjadi bagian dari tempat yang berbeda-beda

pula. Demikian juga dengan kawasan blok B yang terdiri atas Carefour, Ruko-

ruko dengan fungsi komersial di sepanjang Jl. Gatot Subroto, ruko-ruko dengan

fungsi hunian di sekitar Jl. Warigin dan Sekip, dan deretan showroom mobil di

sepanjang Jl. H. Adam Malik.

Keterikatan tempat sangat penting untuk membuat tempat menjadi sukses

(Shabak, 2015). Responden merasa tempat tersebut penting bagi dirinya (3,52)

dan merasa senang ketika berada di tempat tersebut (3,88) pada kawasan blok A.

Kunjungan seseorang dengan tempat yang mereka kenal meliputi pikiran,

perasaan dan aktivitas yang berkaitan dengan tempat yang akrab bagi mereka

sekalipun terdapat aspek negatif pada tempat tersebut (Osborn et al., 2020).

Sehingga jika seseorang sudah merasa senang dan akrab dengan suatu tempat

maka frekuensi kunjungan kembali dirinya ke tempat tersebut akan semakin besar

dan pengalaman tempat yang kuat dapat mendorong mereka untuk

menginvestasikan waktu, energi, uang, dan sumber daya lainnya pada tempat

tersebut (Wang et al., 2022). Pada kawasan blok A, responden yang memiliki

Universitas Sumatera Utara


83

pengalaman tempat yang kuat akan merasa bahwa tempat tersebut penting bagi

dirinya karena ia sudah akrab dan kenal dengan tempat tersebut, sekalipun dalam

tempat tersebut terdapat aspek negatif, seperti pada Istana Maimun yang saat ini

sedang dikritik oleh masyarakat karena kondisinya yang kini semakin

memprihatinkan, tetapi menurut peneliti kritik tersebut juga merupakan salah satu

bentuk bahwa Istana Maimun penting bagi mereka.

Sedangkan pada kawasan Blok B yang didominasi oleh bangunan ruko,

responden merasa tempat tersebut penting (3,28) karena sebagian besar mereka

memiliki tujuan yang sama yakni pergi ke Carefour yang ada di Jl. Gatot Subroto,

dengan tujuan yang berbeda seperti berbelanja, bekerja, makan/minum dan

lainnya dan responden merasa senang ketika berada di tempat tersebut (3,68).

Hal ini sedikit berbeda dengan hasil pernyataan wawancara berikut,

“Untuk di beberapa kali saya tidak merasa senang bahkan saya merasa

was-was berada di Medan ini, apalagi saat sedang berkendara, karena pengendara

di Medan ini rata-rata tidak beretika, ugal-ugalan,.” (Narasumbaer Utama: Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara).

Berdasarkan analisa diatas, dapat dilihat bahwa elemen keterikatan pada

masing-masing kawasan memiliki nilai rata-rata yang hampir sama. Responden

merasa tempat pada Blok A dan Blok B penting bagi mereka dan juga menjadi

bagian dari diri mereka. Namun, responden yang merasa sedih jika karakteristik

tempat tersebut hilang lebih tinggi pada kawasan Blok A dibanding kawasan Blok

B.

Universitas Sumatera Utara


84

5.5 Komitmen

Komitmen juga dapat diartikan sebagai keterikatan yang ditunjukkan

penduduk terhadap tempat tinggal mereka, serta kesadaran bersama, dan rasa

keterlibatan dengan komunitas dan masyarakat setempat (Capitello, Sidali and

Schamel, 2021) dalam mengembangkan rasa kepemilikan dan teritorialitas yang

mencerminkan identitas diri dan kelompok

Tabel 5.8 Komitmen


Blok A Blok B Tota
Pertanyaan Asli Luar Jumla Asli Luar Jumla l
Kuesioner Meda Meda h Meda Meda h Rata
n n n n -rata
Jika
diizinkan,
saya ingin
memiliki 3,86 3,75 3,80 3,69 4,00 3,84 3,82
waktu lebih
Komitmen

banyak di
tempat ini
Saya ingin
berkontribusi
dalam 3,63 3,86 3,74 3,60 3,73 3,66 3,70
perkembanga
n tempat ini
Rata-Rata 3,74 3,80 3,77 3,64 3,86 3,75 3,76

Berdasarkan tabel 5.8 responden yang ingin memiliki waktu lebih banyak

di tempat ini (3,82) mendapat nilai lebih tinggi dari rata-rata keseluruhan (3,76),

Universitas Sumatera Utara


85

dengan perbandingan kawasan blok A lebih rendah (3,80) dibanding kawasan

blok B (3,84) namun tetap terbilang tinggi dari rata-rata keseluruhan. Keinginan

untuk tetap tinggal dan berharap memiliki waktu lebih banyak di suatu tempat

bisa dicapai ketika seseorang merasa nyaman, aman dan bisa berkembang di

tempat itu. Seseorang akan nyaman jika penduduk lokal suatu kawasan bersikap

baik, ramah, peduli kepada orang yang datang, begitu juga sebaliknya. Dengan

adanya rasa ketidaknyamanan tersebut nantinya dapat berdampak pada ikatan

emosional, loyalitas pengunjung yang berakibat pemberian label buruk pada

tempat dan masyarakat kawasan tersebut oleh pengunjung (Ginting et al., 2019).

Pada kawasan Blok A, Oleh sebab itu, respon yang baik dari penduduk lokal akan

memberikan rasa nyaman dan perasaan ikut merasa bertanggung jawab atas

kebersihan dan aspek pendukung lainnya (Simon et al., 2021).

Sedangkan responden yang ingin berkontribusi dalam perkembangan

tempat ini (3,70), mendapat nilai lebih rendah dari rata-rata keseluruhan (3,76),

dengan perbandingan kawasan blok A lebih tinggi (3,74) dibanding kawasan blok

B (3,66). Komitmen terhadap suatu tempat ditujukan pada keinginan untuk tetap

tinggal serta perhatian seseorang terhadap perkembangan suatu tempat di masa

depan (Ginting et al., 2019). Kualitas suatu tempat yang meningkat, serta

komitmen pengunjung terhadap tempat tertentu, akan memotivasi mereka untuk

lebih sering mengunjungi tempat tersebut dan akibatnya membuat masyarakat

lokal lebih nyaman untuk tinggal di sana.

Hal ini didukung oleh hasil pernyataan wawancara berikut.

Universitas Sumatera Utara


86

“Karena kawasan ini bisa dibilang juga kawasan wisata maka pastinya perlu

dilakukan pengembangan, karena selain menjaga bangunan-bangunan cagar

budaya hal ini juga berpengaruh terhadap pendapatan ekonomi masyarakat

sekitar, khususnya UMKM.” (Narasumber Utama: Sekcam Kecamatan Medan

Maimun).

Berdasarkan analisa diatas, dapat dlihat bahwa elemen komitmen pada

masing-masing kawasan memiliki jumlah rata-rata yang sama. Pada kawasan blok

A, responden ingin menghabiskan waktu lebih lama sebab kawasan ini memiliki

objek wisata berupa bangunan heritage sedangkan pada kawasan blok B

responden ingin menghabiskan waktu lebih lama karena pada kawasan ini

terdapat pusat perbelanjaan modern. Dan responden juga ingin berkontribusi

dalam perkembangan kawasan blok A lebih tinggi demi kelangsungan

terpeliharanya bangunan cagar budaya, sedangkan pada kawasan blok B agar

dapat lebih ditingkatkan dengan penambahan bangunan ataupun renovasi menjadi

bangunan yang lebih baik lagi.

5.6 Hasil Temuan

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan seperti

pada tabel berikut.

Tabel 5.9 Hasil Temuan


Nilai Rata-rata Jumlah
Elemen Self-Esteem
Blok A Blok B
Evaluasi 3,64 3,55 3,59
Kebanggaan 4,28 3,44 3,86

Universitas Sumatera Utara


87

Keterikatan 3,74 3,44 3,59


Komitmen 3,77 3,75 3,76
Rata-Rata 3,85 3,54 3,70

Berdasarkan hasil tabel 5.9, diketahui bahwa evaluasi pada Kota Medan

memiliki nilai tinggi (3,59) jika dilihat dari skala likert. Namun jika dibandingan

dengan elemen self-esteem yang lain, elemen evaluasi adalah salah satu yang

terendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat self-esteem ruang kota dalam aspek

evaluasi rendah. Evaluasi pada Blok A berada di bawah rata-rata keseluruhan

(3,64), dan evaluasi pada Blok B juga di bawah rata-rata keseluruhan (3,55).

Namun demikian, evaluasi pada Blok A lebih unggul jika dibanding dengan Blok

B dan hasil observasi yang telah dilakukan juga mendukung hal tersebut. Ditinjau

dari kemudahan menemukan fasilitas toilet umum yang masih sangat kurang dan

tingginya kemacetan serta adanya aksi kejahatan.

Elemen kebanggaan pada Kota Medan tergolong tinggi (3,86) jika dilihat

dari skala likert. Dan jika dibandingan dengan elemen self-esteem yang lain,

elemen kebanggaan adalah yang tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

self-esteem ruang kota dalam aspek kebanggaan tinggi. Kebanggaan pada Blok A

berada di atas rata-rata keseluruhan (4,28), namun kebanggaan pada Blok B

berada di bawah rata-rata keseluruhan (3,44). Kebanggaan pada Blok A lebih

unggul jika dibanding dengan Blok B selaras dengan hasil observasi yang telah

dilakukan. Ditinjau dari banyak terdapat bangunan heritage yang masih cukup

Universitas Sumatera Utara


88

terjaga dengan karakteristiknya masing-masing, sedangkan pada kawasan blok B

tidak ditemukan.

Selain itu, elemen keterikatan pada Kota Medan tergolong rendah (3,59)

jika dilihat dari skala likert. Dan jika dibandingan dengan elemen self-esteem

yang lain, elemen keterikatan adalah salah satu yang terendah. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat self-esteem ruang kota dalam aspek keterikatan

rendah. Namun keterikatan pada Blok A berada di atas rata-rata keseluruhan

(3,74), sedangkan keterikatan pada Blok B berada di bawah rata-rata keseluruhan

(3,44). Keterikatan pada Blok A lebih unggul jika dibanding dengan Blok B

namun kurang selaras dengan hasil observasi yang telah dilakukan. Kunjungan

seseorang dengan tempat yang mereka kenal meliputi pikiran, perasaan dan

aktivitas yang berkaitan dengan tempat yang akrab bagi mereka sekalipun terdapat

aspek negatif pada tempat tersebut (Osborn et al., 2020). Pada kawasan blok A,

responden yang memiliki pengalaman tempat yang kuat akan merasa bahwa

tempat tersebut penting bagi dirinya karena ia sudah akrab dan kenal dengan

tempat tersebut, sekalipun dalam tempat tersebut terdapat aspek negatif, seperti

pada Istana Maimun yang saat ini sedang dikritik oleh masyarakat karena

kondisinya yang kini semakin memprihatinkan, tetapi menurut peneliti kritik

tersebut juga merupakan salah satu bentuk bahwa Istana Maimun penting bagi

mereka.

Elemen komitmen pada Kota Medan memiliki nilai tinggi (3,76) jika

dilihat dari skala likert. Dan jika dibandingan dengan elemen self-esteem yang

lain, elemen komitmen terbilang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat self-

Universitas Sumatera Utara


89

esteem ruang kota dalam aspek komitmen tinggi. Komitmen pada Blok A berada

di atas rata-rata keseluruhan (3,77), dan komitmen pada Blok B juga di atas rata-

rata keseluruhan (3,75). Namun demikian, komitmen pada Blok A lebih unggul

jika dibanding dengan Blok B dan hasil observasi yang telah dilakukan juga

mendukung hal tersebut. Ditinjau dari responden ingin menghabiskan waktu lebih

lama sebab kawasan Blok A memiliki objek wisata berupa bangunan heritage

sedangkan pada kawasan blok B responden ingin menghabiskan waktu lebih lama

karena pada kawasan ini terdapat pusat perbelanjaan modern.

Dengan demikian, Blok A yang berada di pusat kota lebih unggul dalam

semua aspek self-esteem dibandingkan dengan Blok B yang berada di tengah

kota. Sehingga secara keseluruhan self-esteem ruang kota dalam membentuk

identitas tempat kota medan terbilang tinggi.

Universitas Sumatera Utara


90

BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat self-esteem ruang kota

dalam membentuk identitas tempat Kota Medan. Penelitian ini memperoleh hasil

dari keempat elemen self-esteem yang berbeda, yakni evaluasi, kebanggaan,

keterikatan, dan komitmen, dengan skala likert menunjukkan bahwa tingkat self-

esteem pada ruang Kota Medan sudah tinggi, Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, diketahui bahwa Kota Medan sudah baik dalam menjadi

kebanggaan masyarakat terhadap ruang kota Medan, baik masyarakat asli Medan

maupun pendatang. namun ada beberapa elemen yang perlu ditingkatkan untuk

memperkuat identitas tempat Kota Medan yakni elemen evaluasi (dalam

pengadaan toilet umum, kemacetan dan kriminalitasnya) serta elemen keterikatan

(dalam hal pengenalan terhadap tempat).

Toilet umum yang telah tersedia di beberapa tempat wisata perlu

ditingkatkan kebersihannya serta pemeliharaannya oleh pengunjung atau

masyarakat dan pengelola. Selain toilet umum, kemacetan dan kriminalitas (aksi

kejahatan) juga menjadi salah satu aspek negatif yang perlu diperbaiki agar

masalah tersebut dapat teratasi dengan baik. Sehingga hal tersebut diharapkan

dapat lebih memperkuat identitas Kota Medan secara positif.

Selain itu, pada aspek keterikatan responden lokal dan wisatawan juga

merasa sedih ketika tempat bersejarah di Kota Medan berkurang atau hancur

Universitas Sumatera Utara


91

karena bagi mereka akan sulit untuk menemukan tempat dengan nilai budaya dan

sejarah yang tinggi seperti tempat tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan

bagaimana respon masyarakat terhadap bagaimana keterikatan mereka terhadap

ruang Kota Medan. dengan terjaganya bangunan bersejarah yang mereka kenal

pada ruang Kota Medan sehingga dapat membangun keterikatan kepada mereka.

Namun demikian, untuk aspek kebanggan yang mendapat nilai yang tinggi

dari responden juga harus ditingkatkan pemeliharaannya, sedangkan pada aspek

komitmen, diharapkan adanya peningkatan fasilitas di Kota Medan,

Dengan demikian, temuan secara keseluruhan belum memuaskan. Aspek

self-esteem yang lemah mempengaruhi kunjungan pengunjung (dalam kota dan

luar kota) ke beberapa tempat di Kota Medan. Oleh karena itu, jika identitas

tempat di Kota Medan tidak ditingkatkan, maka perlahan-lahan Kota Medan akan

kehilangan identitasnya. Untuk meningkatkannya, masyarakat, pemerintah kota

dan pihak terkait perlu bersinergi. Perlu strategi dan panduan yang jelas untuk

memberikan perbaikan yang detail dan komprehensif.

6.2 Saran

Toilet umum yang telah tersedia di beberapa tempat wisata perlu

ditingkatkan kebersihannya serta pemeliharaannya oleh pengunjung atau

masyarakat dan pengelola. Selain toilet umum, kemacetan dan kriminalitas (aksi

kejahatan) juga menjadi salah satu aspek negatif yang perlu diperbaiki oleh

pemerintah kota Medan dan didukung dengan kesadaran masyarakat itu sendiri,

dengan cara tertib berlalu lintas agar masalah tersebut dapat teratasi dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


92

Selain itu, pada aspek keterikatan responden lokal dan wisatawan juga

merasa sedih ketika tempat bersejarah di Kota Medan berkurang atau hancur

karena bagi mereka akan sulit untuk menemukan tempat dengan nilai budaya dan

sejarah yang tinggi seperti tempat tersebut. Oleh karena itu, UU terkait

pemeliharaan bangunan cagar budaya perlu dipertegas lagi, terkait pemeliharan

dan sanksi terhadap oknum yang nekat melakukan penghancuran bangunan cagar

budaya agar menimbulkan efek jera, sehingga bangunan cagar budaya yang ada

tetap dapat dinikmati dan menimbulkan keterikatan pada kita dan generasi

mendatang.

Namun demikian, untuk aspek kebanggan yang mendapat nilai yang tinggi

dari responden juga harus ditingkatkan pemeliharaannya, terkhusus untuk

bangunan Istana Maimun yang saat ini kondisinya memprihatinkan namun

peneliti berpendapat bahwa Istana Maimun dapat ditingkatkan lagi dalam menarik

wisatawan untuk berkunjung dengan cara meniadakan kegiatan jual beli yang

berada di Istana kemudian menambah fasilitas berupa tour guide yang dapat

menjelaskan sejarah dan segala yang ada di dalam Istana Maimun tersebut.

Sedangkan pada aspek komitmen, diharapkan adanya peningkatan fasilitas

di Kota Medan, seperti pada lokasi kajian yakni Blok A sebagai kawasan sejarah

dengan melakukan pengecatan dan penambahan ornamen yang berkaitan dengan

sejarah kota Medan meliputi kebudayan Melayu, Kolonial, India dan Pechinan di

sepanjang jalan yang terdapat bangunan cagar budaya tersebut dan pada kawasan

Blok B sebagai kawasan perbelanjaan dengan menambahkan fasilitas modern

yang mendukung aspek jual beli, seperti tempat khusus yang digunakan pedagang

Universitas Sumatera Utara


93

agar tidak berjualan di atas trotoar lagi, sehingga trotoar bersih dan dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi di bidang ilmu

arsitektur yaitu menggali aspek self-esteem ruang kota dalam membentuk identitas

tempat kota Medan. Selain itu, pemerintah setempat juga diharapkan ikut

berkonstribusi untuk meningkatkan aspek self-esteem masyarakat terhadap ruang

kota sehingga dapat memperkuat identitas tempat Kota Medan. Dan semua

elemen yang membentuk identitas tempat harus saling mendukung dan sama-

sama berperan dalam mempertahankannya, sehingga dapat menjadi daya tarik

kota itu sendiri Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat meneliti

bagaimana meningkatkan aspek evaluasi self-esteem ruang kota di Kota Medan

untuk melengkapi dan melanjutkan penelitian saat ini.

Universitas Sumatera Utara


94

DAFTAR PUSTAKA

Abou-Shouk, M. A., Zoair, N., El-Barbary, M. N., & Hewedi, M. M. (2018).

Sense of place relationship with tourist satisfaction intentional revisit:

Evidence from Egypt. International Journal of Tourism Research, 20(2),

172-181.

Aal-Sakkaf, A., Zayed, T., & Bagachi, A. (2020, August). A review of definition

and classification of heritage buildings and framework for their evaluation.

In Proceedings of the 2nd International Conference on New Horizons in

Green Civil Engineering (NHICE-02), Victoria, BC, Canada (pp. 24-26).

Amir, A. F., Ismail, M. N. I., & See, T. P. (2015). Sustainable Tourist

Environment: Perception of International Women Travelers on Safety and

Security in Kuala Lumpur. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 168,

123 133.

Amir, N. B. (2019). Gambaran self-esteem berdasarkan tingkat communication

apprehesion pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Padjadjaran. Journal of Psychological Science and Profession, 3(1), 6-11.

https://doi.org/10.24198/jpsp.v3i1.22795

Ariesandi, J. A., Resita, R., & Salsbabila, Z. (2020). Kebijakan Transportasi

Umum (Angkot) Untuk Menanggulangi Kemacetan Jalan. Jurnal

Kebijakan Publik, 11(2), 77-82.

Universitas Sumatera Utara


95

Bailia, J. F., Soegoto, A. S., & Loindong, S. S. R. (2014). Pengaruh kualitas

produk, harga dan lokasi terhadap kepuasan konsumen pada warung-

warung makan lamongan di kota Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset

Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 2(3).

Bankole, E.T. and Ajagun, O.V. (2014) „Psychological Contract and

Organizational Based Self Esteem as Antecedents of Organizational

Commitment among Government Workers in Ekiti State , Nigeria‟, 1(2),

pp. 24–33.

Bolló, H. et al. (2018) „Pride and social status‟, Frontiers in Psychology, 9(OCT).

Available at: https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.01979.

Busyro, M. (2019). Tinjauan Kriminologis Terhadap Preman yang Melakukan

Kejahatan (Studi Kasus Polsek Batangtoru). Doktrina: Journal of

Law, 2(2), 99-116.

Cameron, J. J., & Granger, S. (2019). Does self-esteem have an interpersonal

imprint beyond self-reports? A meta-analysis of self-esteem and objective

interpersonal indicators. Personality and Social Psychology Review, 23(1),

73-102.

Capitello, R., Sidali, K.L. and Schamel, G. (2021) „Wine Terroir Commitment in

the Development of a Wine Destination‟, Cornell Hospitality Quarterly,

62(3), pp. 313–323. Available at:

https://doi.org/10.1177/1938965521993084.

Cole, L.B., Coleman, S. and Scannell, L. (2021) „Place attachment in green

Universitas Sumatera Utara


96

buildings: Making the connections‟, Journal of Environmental Psychology,

74(February 2020), p. 101558. Available at:

https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2021.101558.

Dwyer, L., Chen, N. and Lee, J. (2019) „The role of place attachment in tourism

research‟, Journal of Travel and Tourism Marketing, 36(5), pp. 645–652.

Available at: https://doi.org/10.1080/10548408.2019.1612824.

Erawati, N. P. W., Devi, N. L. P. S., & Puspita, L. M. (2021). Hubungan antara

harga diri terhadap pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial pada

remaja. 9, 619–628.

Ernawati, J. (2014). Hubungan aspek residensial dengan place identity dalam

skala urban. Journal of Environmental Engineering and Sustainable

Technology, 1(1), 21-32. http://dx.doi.org/10.21776/ub.jeest.2014.001.01.4

Ginting, N., & Silitonga, S. (2012). Sejarah dan Citra Kawasan (Place Identity)

Studi Kasus: Jl. Brigjen. Katamso, Jl. Pemuda, Jl. A. Yani dan Lapangan

Merdeka Medan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/71147

Ginting, N., & Rahman, N. V. (2016). Mamoon Palace heritage District in Medan,

Indonesia: What we preserve and why we preserve?. Procedia-Social and

Behavioral Sciences, 222, 332-341.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.177

Ginting, N., & Rahman, N. V. (2016). Preserve urban heritage district based on

place identity. Asian Journal of Environment-Behaviour Studies, 1(1), 67-

77.

Ginting, N., & Veronica, S. (2016). Pariwisata Berbasis Masyarakat Pasar Buah

Universitas Sumatera Utara


97

Berastagi. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI, 100, 035.

Ginting, N., Rahman, N. V., & Nasution, A. D. (2017). Increasing tourism in Karo

District, Indonesia based on place identity. Environment-Behaviour

Proceedings Journal, 2(5), 177-184.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/71124

Ginting, N., Rahman, N. V., & Nasution, A. D. (2018). Distinctiveness,

Continuity, Self-Esteem, & Self-Efficacy in Tourism of Karo Regency,

Indonesia. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/71121

Ginting, N., Rahman, N. V., & Nasution, A. D. (2019). Aspects of self-esteem in

the tourism development in Karo regency, North Sumatera,

Indonesia. Journal of Urban & Regional Analysis, 11(2).

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/71113

Harahap, S. S. (2019). Hubungan usia, tingkat pendidikan, kemampuan bekerja

dan masa bekerja terhadap kinerja pegawai dengan menggunakan metode

Pearson Correlation. Jurnal Teknovasi, 6(2), 12-26.

Hendro, E. P. (2020). Simbol: Arti, Fungsi, dan Implikasi Metodologisnya.

Endogami: Jurnal Kajian Antropologi, 3(2), 158-165.

Ja'afar, NH, Sulaiman, AB, Syamsuddin, S. (2012). Kontribusi fitur lanskap di

jalan-jalan tradisional di Malaysia. Procedia-Sosial dan Ilmu Perilaku, 50,

643-656.

Karsono, B., & Wahid, J. (2015). Attributes and characteristics of place

attachment. In Applied Mechanics and Materials (Vol.747, pp. 132-135).

Trans Tech Publications Ltd.

Universitas Sumatera Utara


98

Krauss, S., Orth, U., & Robins, R. W. (2020). Family environment and self-

esteem development: A longitudinal study from age 10 to 16. Journal of

personality and social psychology, 119(2), 457.

https://doi.org/10.1037/pspp0000263

Kristl, Z., Temeljotov Salaj, A., & Roumboutsos, A. (2020). Sustainability and

universal design aspects in heritage building refurbishment.

Facilities,38(9/10), 599-623.

Konu, H. et al. (2020) „Investigating emotional commitment towards a region and

a hotel brand‟, International Journal of Hospitality Management, 87(May

2019), p. 102467. Available at: https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2020.102467.

Marisa, A., & Yusof, N. A. (2020). Factors influencing the performance of

architects in construction projects. onstruction Economics and Building,

20(3), 20-36.

Mercadante, E., Witkower, Z. and Tracy, J.L. (2021) „The psychological structure,

social consequences, function, and expression of pride experiences‟,

Current Opinion in Behavioral Sciences, 39, pp. 130–135. Available at:

https://doi.org/10.1016/j.cobeha.2021.03.010.

Minev, M. et al. (2018) „Self-esteem in adolescents‟, Trakia Journal of Science,

16(2), pp. 114–118. Available at: https://doi.org/10.15547/tjs.2018.02.007.

Mohit, M. A. (2013). Quality of life in natural and built environment–an

introductory analysis. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 101, 33-43.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.07.176

Moulay, A., Ujang, N., Maulan, S., & Ismail, S. (2018). Understanding the

Universitas Sumatera Utara


99

process of parks‟ attachment: Interrelation between place attachment,

behavioural tendencies, and the use of public place. City, Culture and

Society, 14, 28-36.

Nirmalasari, L., & Masusan, K. (2014). Self esteem, gender dan prestasi kerja

(study pada penyiar radio di kota Bandung). Journal Study and Management

Research, 11(2), 18-27.), 381-387.

https://doi.org/10.1177/0963721414547414

Orth, U., & Robins, R. W. (2014). The development of self-esteem. Current directions in

psychological science, 23(5), 381-387. https://doi.org/10.1177/0963721414547414

Osborn, M., Blom, S., Widdop Quinton, H., & Aguayo, C. (2020). De-imagining

and reinvigorating learning with/in/as/for community, through self, other

and place. Touchstones for deterritorializing socioecological learning: the

antrhopocene, posthumanism and common worlds as creative milieux, 189-

230.

Ozmutlu, I. and Kara, E. (2020) „Investigation of Self-Esteem Levels of the

Candidates Participated in Special Talent Exam‟, Asian Journal of

Education and Training, 6(3), pp. 421–425. Available at:

https://doi.org/10.20448/journal.522.2020.63.421.425.

Peng, J. and Strijker, D. (2020) „Identitas Tempat : Sudah Seberapa Jauh Kita

Menggali Maknanya ?‟, (1978), pp. 1–19. Available at:

https://doi.org/10.3389/fpsyg.200.00294.

Rohman, A. (2016). Upaya menekan angka kriminalitas dalam meretas kejahatan

yang terjadi pada masyarakat. Perspektif, 21(2), 125-134.

Universitas Sumatera Utara


100

Segota, T., Chen, N., & Golija, T., (2022). The impact of self-congruity and

evaluation of the place on WOM: Prespectives of tourism destination

residents. Journal of Travel Research, 61.(4), 800-817.

Shabak, M., Norouzi, N., Abdullah, A. M., & Khan, T. H. (2015). Children's

sense of attachment to the residential common open space. Procedia-Social

and Behavioral Sciences, 201, 39-48.

Sinulingga, Sukaria. (2019). Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sulistiyana, R. T., Hamid, D., & Azizah, D. F. (2015). Pengaruh fasilitas wisata

dan harga terhadap kepuasan konsumen (Studi pada Museum Satwa). Jurnal

Administrasi Bisnis, 25(2).

Stylidis, D., Belhassen, Y., & Shani, A. (2017). Destination image, on-site

experience and behavioural intentions: Path analytic validation of a

marketing model on domestic tourists. Current Issues in Tourism, 20(15),

1653-1670. https://doi.org/10.1080/13683500.2015.1051011

Sznycer, D., Al-Shawaf, L., Bereby-Meyer, Y., Curry, O. S., De Smet, D., Ermer,

E., …& Tooby, J. (2017). Cross-cultural regulatiries in the cognitive

architecture of pride. Proceedings of the National Academy of Sciences,

114(8), 1874-1879.

Taylor, G. (2013). Pride. International Encyclopedia of Ethics.

https://doi.org/10.1002/9781444367072.wbiee253

Universitas Sumatera Utara


101

Tournois, L. and Rollero, C. (2020) „What determines residents‟ commitment to a

post-communist city? A moderated mediation analysis‟, Journal of Product

and Brand Management, 29(1), pp. 52–68. Available at:

https://doi.org/10.1108/JPBM-10-2018-2065.

Tracy, J.L. et al. (2020) The evolution of pride and social hierarchy. 1st edn,

Advances in Experimental Social Psychology. 1st edn. Elsevier Inc.

Available at: https://doi.org/10.1016/bs.aesp.2020.04.002.

Ujang, N., & Zakariya, K. (2015). Place Attachment and the Value of Place in the

Life of the Users. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 168, 373-380.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.10.243

Vada, S., Prentice, C. and Hsiao, A. (2019) „The influence of tourism experience

and well-being on place attachment‟, Journal of Retailing and Consumer

Services, 47(December 2018), pp. 322–330. Available at:

https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2018.12.007.

Vaughan-Johnston, T. I., & Jacobson, J. A. (2021). Naïve beliefs about self-

esteem's importance. Personality and Individual Differences, 173, 110635.

https://doi.org/10.1016/j.paid.2021.110635

Venter, W. M. (2016). People and Pride: A Qualitative Study of Place Attachment

and Professional Placemakers. University of South Florida.

Wang, S., & Xu, H. (2015). Influence of place-based senses of distinctiveness,

continuity, self-esteem and self-efficacy on residents' attitudes toward

Universitas Sumatera Utara


102

tourism. Tourism Management, 47, 241-250.

https://doi.org/10.1016/j.tourman.2014.10.007

Wang. S., & Mirehie, M. (2022). Community perception of tourism impacts. in

Handbook of Tourism Impacts (pp. 60-74). Edward Elgar Publishing.

Widyanti, N. L. S., Anggreni, M. A., Sumardiana, I. N. J., Yasti, H., &

Kurniansah, R. (2020). Manajemen Pengelolaan Toilet Umum Di Daya

Tarik Wisata Kuta Lombok Tengah. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(1), 1-6

Yudari, A. K. S. (2019). Perapen SimbolPenguat Identitas Warga Pande di Bali.

Dhamasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan, 19(1), 1-8.

https://analisadaily.com/berita/arsip/2018/4/24/543768/kembalikan-identitas

budaya-kota-medan/

https://analisadaily.com/berita/baca/2020/10/20/1010896/kota-medan-terancam-

kehilangan-identitas/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan

Universitas Sumatera Utara


103

LAMPIRAN

1. Wawancara
Daftar stakeholder yang menjadi informan kunci dalam wawancara penelitian.

No. Nama Jabatan Kontak


Ketua Pengelola
Bapak Ir. T.
1. Yayasan Istana 081260862930
Reivan
Maimun
2. Bapak Muchlis Disbudparekrafsu 08126376711
Sekcam Medan
3. Bapak Firza 0811618181
Maimun
Bapak Hafizal
4. Seklur Sekip kelurahansekip@gmail.com
Darus SH

Daftar pertanyaan wawancara

Parameter Pertanyaan

Harga makanan dan minuman Bagamana pendapat anda tentang fasilitas di


tempat ini? Bagaimana pelayanannya?
Kualitas pelayanan dan fasilitas Apakah terdapat toilet umum? Dan Apakah
harga makanan dan minuman di tempat ini
Adanya toilet umum terjangkau?

Adanya kemacetan Dan untuk daerah sekitar sini apakah sering


terjadi kemacetan?
Lalu apakah pernah/sering terjadi aksi
Adanya aksi kejahatan kejahatan di tempat ini?

Menurut anda, bangaimana gaya arsitektur


Gaya arsitektur yang khas dari bangunan di tempat ini? apakah
memiliki ciri khas tertentu? seperti nama,
warna, dan tulisan berbentuk yang
Nama, Warna, Bentuk tertulis mengartikan sesuatu?
Sepengetahuan anda, apakah tempat ini
Prestasi atau pencapaian pernah meraih kejayaan atau mendapat
penghargaan pada masanya?

Universitas Sumatera Utara


104

Penampilan fisik tempat Bagaimana menurut anda tentang tampilan


fisik tempat ini? Apakah anda merasa perlu
Ingatan positif mengingat tempat ini? Dan apakah tempat
ini memberikan kesan yang bermakna
Kesan yang bermakna
kepada anda?
Emosi seseorang terhadap Bagaimana perasaan anda ketika berada di
tempat tempat ini?
Kepuasan terhadap tempat Apakah anda merasa puas berada di tempat
ini? Dan apakah sebelumnya anda kenal
Kenal terhadap tempat dengan tempat ini?
Rasa nyaman karena sikap Bagaimana sikap masyarakat lokal tempat
ramah masyarakat lokal ini? Apakah membuat anda nyaman?
Bagaimana kualitas tempat ini? Apakah
Kualitas tempat perlu dilakukan pengembangan di masa
depan?
Daya tarik Menurut anda, daya tarik apa yang terdapat
di tempat ini? dan bagaimana tanggapan
Ekspresi diri anda mengenai tempat ini?

Universitas Sumatera Utara


105

2. KUESIONER

KUESIONER PENELITIAN
MENGGALI ASPEK SELF ESTEEM RUANG KOTA
DALAM MEMBENTUK IDENTITAS TEMPAT KOTA MEDAN

Dengan Hormat,

Saya Dinda Putri Wahyuni Mahasiswi Arsitektur Fakultas Teknik


Universitas Sumatera Utara meminta ketersediaan Bapak/Ibu dan Saudara/i
meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner penelitian ini sesuai petunjuk
yang tersedia. Adapun kuesioner ini bertujuan untuk melengkapi data penelitian
saya mengenai aspek self-esteem ruang kota dalam membentuk identitas tempat
kota medan.

Saya berharap kuesioner ini dapat diisi dengan objektif. Setiap data yang
diperoleh akan dijamin kerahasiaannya. Atas ketersediaan dan kerja samanya saya
ucapkan terima kasih.
Atas ketersediaan dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

I. Data responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. T. Pendidikan :
5. Status :
6. Pengunjung :

II. Petunjuk pengisisan:

Berilah tanda centang (✓) pada jawaban yang sesuai dengan yang anda rasakan
tentang kenyamanan pada sirkulasi di Museum Simalungun.
1. Apakah anda pertama kali datang kesini?
□ Ya □ Tidak
2. Dengan siapa anda datang kesini?

Universitas Sumatera Utara


106

□ Sendiri □ Teman □ Keluarga □ Rombongan


3. Apa alasan anda mengunjungi tempat ini?
□ Berjalan-jalan □ Berbisnis
□ Mengunjungi wisata alam □ Mengunjungi teman/keluarga
□ Mengunjungi wisata budaya □ Lain-lain
4. Aktivitas apa saja yang anda lakukan di tempat ini?
□ Berjalan-jalan □ Mengunjungi kawasan wisata budaya
□ Belanja □ Melihat aktivitas budaya
□ Makan/Minum □ Lain-lain
5. Menurut anda, aktivitas apa yang paling menarik di tempat ini?
□ Aktivitas budaya □ Perayaan khusus (expo dan pameran)
□ Aktivitas rekreasi (hiburan) □ Perayaan tahunan (upacara, ramadhan fair)
□ Aktivitas kuliner (makan/minum) □ Lain-lain

Keterangan:
1: Sangat Tidak Setuju 3: Cukup Setuju 5: Sangat Setuju
2: Tidak Setuju 4: Setuju

No. Pertanyaan STS TS N S SS


Evaluasi
1. Biaya makan/minum di tempat ini 1 2 3 4 5
terjangkau
2. Saya mudah menemukan 1 2 3 4 5
restoran/tempat makan
3. Saya mudah mencari transportasi 1 2 3 4 5
umum
4. Saya mudah mencari pusat 1 2 3 4 5
informasi
5. Saya mudah menemukan toilet 1 2 3 4 5
umum
6. Kawasan ini sering terjadi 1 2 3 4 5
kemacetan
7. Kawasan ini sering terjadi aksi 1 2 3 4 5
kejahatan

Universitas Sumatera Utara


107

Kebanggaan
1. Saya bangga dengan sejarah tempat 1 2 3 4 5
ini
2. Saya bangga dengan 1 2 3 4 5
simbol/karakter fisik dari tempat ini
3. Saya bangga dengan tempat ini 1 2 3 4 5
karena pernah berjaya pada
masanya
Keterikatan
1. Saya merasa menjadi bagian dari 1 2 3 4 5
tempat ini
2. Tempat ini sangat penting bagi saya 1 2 3 4 5
3. Saya merasa senang ketika berada 1 2 3 4 5
di tempat ini
4. Saya merasa sedih jika karakteristik 1 2 3 4 5
tempat ini hilang
Komitmen
1. Jika diizinkan, saya ingin memiliki 1 2 3 4 5
waktu lebih banyak di tempat ini
2. Saya ingin berkontribusi dalam 1 2 3 4 5
perkembangan tempat ini

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai