di Kota Palembang
Disusun Oleh :
Zakiatul Zahara
210910201191
Dosen Pengampu :
195805101987022001
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongannya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang senantiasa kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Manajemen
Publik dengan judul “Penyediaan dan Pemeliharaan Halte Bus sebagai Barang
Publik di Kota Palembang.”
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
akses para pengguna bus. Halte merupakan salah satu fasilitas transportasi
dan barang publik yang disediakan pemerintah sebagai pendukung dalam
mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien.
Menurut Setijowarno (2000), definisi dari tempat henti atau halte adalah
lokasi di mana penumpang dapat naik dan turun dari angkutan umum dan
lokasi dimana angkutan umum dapat berhenti untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang, sesuai dengan pengaturan operasional ataupun
menurunkan penumpang. Sedangkan berdasarkan Dirjen Bina Marga, tempat
henti adalah bagian dari perkerasan jalan tertentu yang digunakan untuk
pemberhentian sementara bus, angkutan penumpang umum lainnya pada
waktu menaikkan dan menurunkan penumpang. Berdasarkan Keputusan
Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1996), tempat pemberhentian
kendaraan penumpang umum (halte) merupakan salah satu bentuk fungsi
pelayanan umum perkotaan yang disediakan oleh pemerintah, yang bertujuan
untuk :
2
terminal tetapi juga Trans Musi memiliki tempat pemberhentian yang lain
yakni halte. Saat ini tersedianya halte Trans Musi di Kota Palembang
sebanyak 251 halte yang tersebar di berbagai sembilan koridor.
Tabel 1.1
Halte Trans Musi
Halte yang
No Rute Trans Musi Koridor Jarak
Tersedia
1
Alang-Alang Lebar – Ampera Koridor 1 60 14 km
2
Sako – PIM Mall Koridor 2 60 17 km
3
Plaju – Masjid Agung Koridor 3 49 14 km
4
Jakabaring – Karya Jaya Koridor 4 20 14 km
8
Kenten Laut – Masjid Agung Koridor 8 14 12 km
3
sopir bus angkutan menaik turunkan penumpang tidak pada tempat yang
semestinya dan sering juga mereka berhenti (ngetem) di halte sehingga halte
tersebut menjadi padat. Di lain pihak, banyak pula halte dengan fasilitas
lengkap tetapi tidak berfungsi karena kondisinya yang sudah rusak parah dan
posisinya yang jauh dari pusat aktivitas sehingga tidak digunakan oleh para
calon penumpang hal inilah yang menjadi permasalahan. Perhentian angkutan
umum diperlukan keberadaanya di sepanjang rute angkutan umum dan
angkutan umum harus melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang agar perpindahan penumpang
menjadi lebih mudah dan gangguan terhadap lalu lintas dapat diminimalkan,
oleh sebab itu tempat perhentian angkutan umum harus diatur penempatannya
agar sesuai dengan kebutuhan.
4
2. Untuk mengetahui karakteristik dari halte bus di Kota Palembang.
3. Untuk mengetahui manajemen penyediaan dan pemeliharaan halte bus di
Kota Palembang.
4. Untuk mengetahui orang yang seharusnya sebagai pengguna halte bus dan
kenyataan di lapangan.
5. Untuk mengetahui persyaratan pengguna halte bus di Kota Palembang.
6. Untuk mengetahui faktor pendukung maupun penghambat dalam
penyediaan dan pemeliharaan halte bus di Kota Palembang.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Masalah yang Dihadapi dalam Penyediaan Halte Bus di Kota Palembang
BRT atau Bus Rapid Transit merupakan bus dengan kualitas tinggi yang
berbasis sistem transit yang cepat, nyaman, dan biaya murah untuk mobilitas
perkotaan (Saputra, 2010). Sarana pendukung pelayanan bus Trans Musi
yaitu halte. Halte tersebut merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
6
sistem pengadaan bus Trans Musi karena bentuk halte yang dibangun harus
sesuai dengan karakteristik bus. Dalam penyediaan halte, bus Trans Musi
memang dikelola oleh PT. Sarana Pembangunan Palembang Jaya akan tetapi
halte dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Palembang khususnya di Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelola Angkutan Umum Massal.
Pegawai di UPTD Pengelola Angkutan Umum Massal ini bertugas untuk
mengelola Halte Trans Musi yang dilihat dari berbagai aspek yakni kegiatan
perbaikan, perawatan serta pemeliharaan kebersihan prasarana (Halte) BRT
Trans Musi. Oleh karena itu, pengelolaan Halte Trans Musi ini dianggap
penting demi keamanan dan kenyamanan para pengguna halte.
Tabel 2.1
Tersedianya Halte pada Setiap Kabupaten/Kota yang Telah Dilayani
Angkutan Umum dalam Trayek
Rasio
No Tahun Kegiatan Target (%) Realisasi (%)
Capaian (%)
4 2016 89 84 94,38
7
Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek pada 6 tahun terakhir
yaitu tahun 2013: 106,55%, Tahun 2014: 103,53%,Tahun 2015:
99,40%,Tahun 2016: 94,38%, Tahun 2017: 85,71% dan Tahun 2018: 81,50%.
Tidak tercapainya indikator ini dikarenakan terbatasnya anggaran pengadaan
dan pemeliharaan halte. Dalam menghadapi penyediaan dan pemeliharaan
halte, pemerintah Kota Palembang pada tahun 2021 ini memprogramkan
perbaikan secara bertahap sejumlah halte bus yang mengalami kerusakan
parah sebagai upaya peningkatan fasilitas publik. Hal ini dilakukan secara
bertahap karena keterbatasan dana sehingga yang menjadi prioritas adalah
pembangunan kembali halte yang rusak berat dan tidak layak untuk
digunakan masyarakat saat menunggu memanfaatkan pelayanan jasa
angkutan umum. Halte yang mengalami kerusakan berat sekarang ini sedang
dilakukan pendataan untuk dimasukkan dalam program perbaikan prioritas.
Dalam melakukan perbaikan dilakukan secara bertahap sesuai dengan
anggaran dana yang tersedia, namun tidak menutup kemungkinan
perbaikannya bisa dilakukan pihak ketiga. Jika ada pihak perusahaan atau
lainnya yang ingin berpartisipasi memperbaiki halte bus, pemerintah Kota
Palembang menyambut baik dan akan memberikan kesempatan membuat
desainnya serta memasang logo perusahaan atau pihak yang melakukan
perbaikan. Dalam pembangunan maupun perbaikan halte dilakukan dengan
dana APBD yang tentunya akan membutuhkan waktu lama dan menyedot
anggaran yang cukup besar sehingga hal ini dapat menjadi tantangan
tersendiri bagi pemerintah daerah Kota Palembang dalam melakukan
pembangunan fasilitas transportasi.
8
2. Walaupun penyedia barang menginginkan, setiap anggota masyarakat
tidak dapat dibatasi/dilarang untuk mengkonsumsi barang publik atau
kegiatan pembatasan tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Sifat barang
publik seperti ini disebut non exclusion.
3. Walaupun setiap orang mengkonsumsi jumlah yang sama atas barang
publik, tidak ada persyaratan bahwa konsumsi ini dinilai atau dihargai
oleh semua orang.
9
2. fasilitas pengatur suhu ruangan dan/atau ventilasi udara; dan
3. fasilitas kebersihan;
4. luas lantai per orang;
5. fasilitas kemudahan naik/turun penumpang.
10
Karakteristik dari halte di Kota Palembang dapat dilihat dari gambar 2.1 yang
dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Berada di sepanjang rute angkutan umum/bus.
2. Diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau permukiman.
3. Dibangun di area terbuka.
4. Digunakan masyarakat tanpa persaingan.
5. Tidak ada kekhususan pengguna.
Fasilitas utama Halte yaitu :
1. Identitas halte berupa nama dan/ atau nomor.
2. Tempat duduk.
3. Atap untuk melindungi penumpang dari hujan atau panas.
11
Perencanaan halte terutama mengenai masalah pedestrian, dalam hal ini
berkaitan dengan sirkulasi pedestrian, sirkulasi penumpang dari dan ke
angkutan umum.
4. Aspek ekonomi
Aspek ini sangat berperan dalam perencanaan halte. Aspek ini membahas
bagaimana mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk suatu
kepentingan fungsional secara efisien dan efektif.
12
tersebut, namun kenyataan yang mengkhawatirkan adalah keadaan halte di
kota Palembang jauh dari kata keadaan yang baik sehingga tidak sedikit
pandangan masyarakat terhadap halte terkesan buruk. Keadaan tersebut tentu
mengakibatkan tingkat pengguna transportasi umum akan minim.
Gambar 2.2
Halte Pasar Cinde
13
yang nantinya ditimbulkan. Hadirnya bus Trans Musi membuat pemerintah
harus membangun halte ditempat-tempat tertentu, tapi kenyataannya halte
yang dibangun belum berfungsi secara maksimal malah disalahgunakan
sampai ada yang rusak. Ironisnya lagi halte yang sudah dibangun, tidak
difungsikan dengan semestinya.
14
terciptanya keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan halte
sebagai fasilitas publik.
15
e. Tidak terdapat tempat sampah yang sangat diperlukan dalam menjaga
kebersihan di sekitar halte.
f. Tidak terdapat fasilitas akses menuju halte berupa kemiringan lantai
dan tekstur khusus yang memberikan kemudahan bagi pengguna jasa
yang menggunakan kursi roda, penyandang cacat, manusia usia lanjut,
dan wanita hamil.
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Halte merupakan salah satu fasilitas transportasi yang disediakan oleh
pemerintah sebagai pendukung dalam mewujudkan sistem trasportasi yang
efektif dan efesien. Halte merupakan barang publik yang disediakan oleh
pemerintah. Secara umum halte sebagai sesuatu yang dapat dinikmati atau
dibutuhkan oleh semua orang. Halte merupakan barang publik yang tidak
dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Dalam penyediaan dan
pemeliharaan halte sebagai barang publik disediakan oleh instansi pemerintah
dengan menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah ditujukan
untuk mendukung program dan tugas pemerintah daerah khususnya di Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelola Angkutan Umum Massal Kota
Palembang. Adapun dalam pemeliharaan halte dilakukan demi meningkatkan
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik dan agar terciptanya
keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan halte sebagai fasilitas
publik. Keberadaan halte merupakan salah satu bagian fasilitas umum yang
menunjang minat masyarakat dalam menggunakan transportasi umum demi
mengurangi kepadatan kenderaan pribadi dijalan umum khususnya di jalan
perkotaan yang penduduknya sangat padat.
3.2 Saran
Untuk menciptakan rasa optimal terhadap penyediaan maupun
pemeliharaan halte dibutuhkan solusi agar penyediaan barang publik (halte)
menjadi baik di masyarakat dengan melibatkan peran aktif dari pihak
pemerintah maupun lapisan masyarakat sebagai pengguna halte untuk
mempertahankan kerapihan,kebersihan dan kenyamanan dalam menggunakan
17
fasilitas halte sebagai barang publik. Adapun solusinya dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Perlu adanya perhatian khusus terhadap halte bus sebagai alat transportasi
vital bagi calon penumpang khususnya di Kota Palembang.
2. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelola Angkutan Umum Massal
Kota Palembang berkoordinasi dengan PT. Sarana Pembangunan
Palembang Jaya (PT.SP2J) untuk melakukan pembangunan ataupun
perbaikan yang perlu dilakukan yaitu dari segi kebersihan, keamanan,
kenyamanan, dan fasilitas halte bus.
3. Dari segi kebersihan perlu adanya penambahan fasilitas tempat sampah
yang memadai guna menjaga kebersihan halte bus. Kegunaan dari tempat
sampah disini adalah untuk memberikan suasana rapi dan indah serta
nyaman untuk dipandang, memberikan kemudahan bagi para pengguna
angkutan umum untuk menjaga kebersihan serta menumbuhkan kesadaran
diri penumpang dalam menciptakan lingkungan yang bersih.
4. Perlu dilakukan perluasan halte agar calon penumpang tidak banyak
berdesakan dan mengurangi kemungkinan kriminalitas di halte bus.
Kebutuhan perluasan halte bertujuan untuk membatasi kuota dari
penumpang bis yang ingin naik. Namun untuk itu dalam mengatasi
penumpukan penumpang di halte, perlu perluasan ruang tunggu di halte
tersebut. Perluasan halte sendiri dapat memberikan kenyamanan bagi
kaum difabel atau penyandang cacat dimana mereka membutuhkan ruang
gerak yang lebih luas dalam bergerak.
5. Untuk mengurangi tindakan kriminal di halte bus juga dapat dilakukan
dengan menambahkan fasilitas CCTV agar segala kegiatan di halte dapat
terekam sehingga dapat mengurangi kriminalitas dan dengan mudah dapat
mengidentifikasi perilaku kriminal jika terjadi kriminalitas di halte bus.
18
DAFTAR PUSTAKA
19