Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN PUBLIK

Penyediaan dan Pemeliharaan Halte Bus sebagai Barang Publik

di Kota Palembang

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Publik Kelas B1

Disusun Oleh :

Zakiatul Zahara

210910201191

Dosen Pengampu :

Dr. Anastasia Murdyastuti, M.Si

195805101987022001

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongannya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang senantiasa kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Manajemen
Publik dengan judul “Penyediaan dan Pemeliharaan Halte Bus sebagai Barang
Publik di Kota Palembang.”

Makalah ini saya buat untuk menambah wawasan pembaca tentang


penyediaan dan pemeliharaan halte bus sebagai barang publik di Kota Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Anastasia Murdyastuti, M.Si
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca apabila
terdapat kesalahan yang tidak disengaja pada makalah ini. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Palembang, 13 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................6
2.1 Masalah yang Dihadapi dalam Penyediaan Halte Bus
di Kota Palembang ................................................................................6
2.2 Karakteristik dari Halte Bus di Kota Palembang ..................................8
2.3 Manajemen Penyediaan dan Pemeliharaan Halte Bus
di Kota Palembang ..............................................................................11
2.4 Pengguna Halte Bus dan Kenyataan di Lapangan ...............................12
2.5 Persyaratan Pengguna Halte Bus di Kota Palembang .........................14
2.6 Faktor Pendukung maupun Penghambat dalam Penyediaan
dan Pemeliharaan Halte Bus di Kota Palembang ................................14
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 17
3.2 Saran .....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu unsur pendukung dalam kegiatan pembangunan sebuah negara
adalah kegiatan pengadaan atau penyediaan barang publik. Dalam suatu
organisasi yang menyediakan barang publik diperlukan manajemen publik
untuk mengatur proses penyelenggaraan organisasi hingga tercapainya tujuan
dari organisasi tersebut. Menurut Ott, Hyde, dan Shafritzs (1990), secara
spesifik manajemen publik memfokuskan pada bagaimana organisasi publik
mengimplementasikan kebijakan publik. Perencanaan, pengorganisasian, dan
pengontrolan merupakan perangkat utama yang dilakukan oleh manajer
publik dalam rangka menyelenggarakan pelayanan publik. Pada instansi
pemerintah khususnya menyangkut soal barang publik, diperlukan
manajemen yang efektif dan efisien dalam proses penyelenggaraan pelayanan
agar tercapainya tujuan dari pelayanan itu sendiri yaitu kepuasan masyarakat.
Transportasi merupakan bagian dari infrastruktur yang sangat penting
dalam mendukung aktivitas masyarakat, pengembangan ekonomi dan
wilayah. Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dimaksudkan untuk
meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan sumberdaya lainnya yang
dapat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Dengan
adanya infrastruktur transportasi yang semakin baik diharapkan dapat
menghilangkan isolasi dan memberikan stimulan ke arah perkembangan
disemua bidang kehidupan, baik perdagangan, industri maupun sektor
lainnya. Berkaitan dengan transportasi, tentu disetiap kota yang sedang
berkembang mempunyai angkutan umum. Salah satu angkutan umum, dapat
berupa transportasi bus sebagai sarana pelayanan publik untuk memudahkan
para pengguna berpergian. Dengan adanya bus tentu harus ada tempat untuk
menunggu bagi para calon penumpang, yaitu halte sebagai tempat untuk
menaikan dan menurunkan para penumpang agar lebih dirasa nyaman sebagai

1
akses para pengguna bus. Halte merupakan salah satu fasilitas transportasi
dan barang publik yang disediakan pemerintah sebagai pendukung dalam
mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien.
Menurut Setijowarno (2000), definisi dari tempat henti atau halte adalah
lokasi di mana penumpang dapat naik dan turun dari angkutan umum dan
lokasi dimana angkutan umum dapat berhenti untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang, sesuai dengan pengaturan operasional ataupun
menurunkan penumpang. Sedangkan berdasarkan Dirjen Bina Marga, tempat
henti adalah bagian dari perkerasan jalan tertentu yang digunakan untuk
pemberhentian sementara bus, angkutan penumpang umum lainnya pada
waktu menaikkan dan menurunkan penumpang. Berdasarkan Keputusan
Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1996), tempat pemberhentian
kendaraan penumpang umum (halte) merupakan salah satu bentuk fungsi
pelayanan umum perkotaan yang disediakan oleh pemerintah, yang bertujuan
untuk :

1. Menjamin kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas.


2. Menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum.
3. Menjamin kepastian keselamatan untuk menaikkan dan/atau
menurunkan penumpang.
4. Memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan moda
angkutan umum.

Kota Palembang merupakan kota yang mempunyai perkembangan yang


tak kalah cepatnya dengan kota-kota besar lain di Indonesia. Salah satunya
adalah terwujudnya sarana angkutan umum yang sangat memadai bagi
masyarakat kota Palembang. Angkutan yang dimaksud adalah Bus Rapid
Transit Trans Musi (BRT Trans Musi) Palembang. BRT Trans Musi ini
dikelola oleh PT. Sarana Pembangunan Palembang Jaya (PT.SP2J) yang
merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kota Palembang. Sistem transportasi
Trans Musi menghubungkan moda transportasi lainnya berupa terminal bus
dan terminal bus air. Tidak hanya memiliki tempat pemberhentian berupa

2
terminal tetapi juga Trans Musi memiliki tempat pemberhentian yang lain
yakni halte. Saat ini tersedianya halte Trans Musi di Kota Palembang
sebanyak 251 halte yang tersebar di berbagai sembilan koridor.
Tabel 1.1
Halte Trans Musi
Halte yang
No Rute Trans Musi Koridor Jarak
Tersedia

1
Alang-Alang Lebar – Ampera Koridor 1 60 14 km

2
Sako – PIM Mall Koridor 2 60 17 km

3
Plaju – Masjid Agung Koridor 3 49 14 km

4
Jakabaring – Karya Jaya Koridor 4 20 14 km

5 Bandara Udara – Jalan


Koridor 5 19 6 km
Tembus AAL
6 Alang-Alang Lebar – Karya
Koridor 6 7 23 km
Jaya
7
Pusri – PS Mall Koridor 7 21 13 km

8
Kenten Laut – Masjid Agung Koridor 8 14 12 km

9 Alang-Alang Lebar – OPI


Koridor 9 1 19 km
Mall
Jumlah 251

Sumber : UPTD Pengelola Angkutan Umum Kota Palembang

Pengaturan prasarana (halte) harus sesuai dengan kebutuhan. Namun


pada kenyataannya, banyak juga tempat perhentian atau halte yang tidak
dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat umum karena
penempatannya yang tidak sesuai. Seperti misalnya, karena lokasi yang jauh
dari aktifitas umum, sehingga menyebabkan penumpang mencari tempat
menunggu yang relatif dekat dengan pusat aktifitasnya. Hal ini menyebabkan

3
sopir bus angkutan menaik turunkan penumpang tidak pada tempat yang
semestinya dan sering juga mereka berhenti (ngetem) di halte sehingga halte
tersebut menjadi padat. Di lain pihak, banyak pula halte dengan fasilitas
lengkap tetapi tidak berfungsi karena kondisinya yang sudah rusak parah dan
posisinya yang jauh dari pusat aktivitas sehingga tidak digunakan oleh para
calon penumpang hal inilah yang menjadi permasalahan. Perhentian angkutan
umum diperlukan keberadaanya di sepanjang rute angkutan umum dan
angkutan umum harus melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang agar perpindahan penumpang
menjadi lebih mudah dan gangguan terhadap lalu lintas dapat diminimalkan,
oleh sebab itu tempat perhentian angkutan umum harus diatur penempatannya
agar sesuai dengan kebutuhan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Apa saja masalah yang dihadapi dalam penyediaan halte bus di Kota
Palembang?
2. Apa saja karakteristik dari halte bus di Kota Palembang?
3. Bagaimana manajemen penyediaan dan pemeliharaan halte bus di Kota
Palembang?
4. Siapa seharusnya pengguna halte bus dan seperti apa kenyataannya di
lapangan ?
5. Apa saja persyaratan pengguna halte bus di Kota Palembang?
6. Apa faktor pendukung maupun penghambat dalam penyediaan dan
pemeliharaan halte bus di Kota Palembang ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam penyediaan halte bus di


Kota Palembang.

4
2. Untuk mengetahui karakteristik dari halte bus di Kota Palembang.
3. Untuk mengetahui manajemen penyediaan dan pemeliharaan halte bus di
Kota Palembang.
4. Untuk mengetahui orang yang seharusnya sebagai pengguna halte bus dan
kenyataan di lapangan.
5. Untuk mengetahui persyaratan pengguna halte bus di Kota Palembang.
6. Untuk mengetahui faktor pendukung maupun penghambat dalam
penyediaan dan pemeliharaan halte bus di Kota Palembang.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Secara teoritis, diharapkan dapat berguna sebagai suatu karya ilmiah yang
dapat memacu perkembangan ilmu manajemen publik.
2. Secara praktis, diharapkan dapat menjadi informasi, masukan, serta bahan
untuk evaluasi Dinas Perhubungan khususnya Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Pengelola Angkutan Umum Massal Kota Palembang
dalam penyediaan dan pemeliharaan halte di Kota Palembang.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

Pemerintah sebagai pemberi pelayanan mempunyai peranan penting untuk


memenuhi kebutuhan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah yang mendapat
kepercayaan atau legitimasi dari masyarakat dalam melaksanakan proses
pelayanan public haruslah benar-benar dapat memenuhi kebutuhan
masyarakatnya, tanpa membeda-bedakan suku, agama, golongan, ras dan lainnya.
Salah satu pelayanan publik yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia
adalah pelayanan transportasi umum. Pembangunan transportasi di Indonesia
berpedoman pada sistem transportasi nasional, hal tersebut yang telah
disampaikan oleh Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tepatnya Pasal 139 ayat 3
yang menyatakan bahwa pemerintah daerah kabupaten kota wajib menjamin
tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan /atau barang dalam
wilayah kabupaten/atau kota.
Salah satu penunjang terbentuknya pelayanan transportasi umum maka
diperlukan sebuah fasilitas umum lain dalam hal ini adalah halte. Halte
merupakan salah satu fasilitas transportasi yang disediakan oleh pemerintah
sebagai pendukung dalam mewujudkan sistem trasportasi yang efektif dan
efesien. Halte merupakan barang publik yang disediakan oleh pemerintah. Secara
umum barang publik biasa dipahami sebagai sesuatu yang dapat dinikmati atau
dibutuhkan oleh semua orang. Suatu barang publik merupakan barang-barang
yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan
seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya.

2.1 Masalah yang Dihadapi dalam Penyediaan Halte Bus di Kota Palembang
BRT atau Bus Rapid Transit merupakan bus dengan kualitas tinggi yang
berbasis sistem transit yang cepat, nyaman, dan biaya murah untuk mobilitas
perkotaan (Saputra, 2010). Sarana pendukung pelayanan bus Trans Musi
yaitu halte. Halte tersebut merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

6
sistem pengadaan bus Trans Musi karena bentuk halte yang dibangun harus
sesuai dengan karakteristik bus. Dalam penyediaan halte, bus Trans Musi
memang dikelola oleh PT. Sarana Pembangunan Palembang Jaya akan tetapi
halte dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Palembang khususnya di Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelola Angkutan Umum Massal.
Pegawai di UPTD Pengelola Angkutan Umum Massal ini bertugas untuk
mengelola Halte Trans Musi yang dilihat dari berbagai aspek yakni kegiatan
perbaikan, perawatan serta pemeliharaan kebersihan prasarana (Halte) BRT
Trans Musi. Oleh karena itu, pengelolaan Halte Trans Musi ini dianggap
penting demi keamanan dan kenyamanan para pengguna halte.

Tabel 2.1
Tersedianya Halte pada Setiap Kabupaten/Kota yang Telah Dilayani
Angkutan Umum dalam Trayek
Rasio
No Tahun Kegiatan Target (%) Realisasi (%)
Capaian (%)

1 2013 72,5 77,25 106,55

2 2014 78 80,75 103,53

3 2015 83,5 83 99,40

4 2016 89 84 94,38

5 2017 94,5 81 85,71

6 2018 100 81,50 81,50

Sumber : Rencana Strategis Dinas Perhubungan Kota Palembang

Dalam penyediaan halte bus, ketersediaan halte pada setiap kabupaten/kota


yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek adalah perbandingan
tersedianya halte pada Kota Palembang dengan total kebutuhan halte pada
Kota Palembang. Rasio Capaian Tersedianya halte pada setiap kabupaten/

7
Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek pada 6 tahun terakhir
yaitu tahun 2013: 106,55%, Tahun 2014: 103,53%,Tahun 2015:
99,40%,Tahun 2016: 94,38%, Tahun 2017: 85,71% dan Tahun 2018: 81,50%.
Tidak tercapainya indikator ini dikarenakan terbatasnya anggaran pengadaan
dan pemeliharaan halte. Dalam menghadapi penyediaan dan pemeliharaan
halte, pemerintah Kota Palembang pada tahun 2021 ini memprogramkan
perbaikan secara bertahap sejumlah halte bus yang mengalami kerusakan
parah sebagai upaya peningkatan fasilitas publik. Hal ini dilakukan secara
bertahap karena keterbatasan dana sehingga yang menjadi prioritas adalah
pembangunan kembali halte yang rusak berat dan tidak layak untuk
digunakan masyarakat saat menunggu memanfaatkan pelayanan jasa
angkutan umum. Halte yang mengalami kerusakan berat sekarang ini sedang
dilakukan pendataan untuk dimasukkan dalam program perbaikan prioritas.
Dalam melakukan perbaikan dilakukan secara bertahap sesuai dengan
anggaran dana yang tersedia, namun tidak menutup kemungkinan
perbaikannya bisa dilakukan pihak ketiga. Jika ada pihak perusahaan atau
lainnya yang ingin berpartisipasi memperbaiki halte bus, pemerintah Kota
Palembang menyambut baik dan akan memberikan kesempatan membuat
desainnya serta memasang logo perusahaan atau pihak yang melakukan
perbaikan. Dalam pembangunan maupun perbaikan halte dilakukan dengan
dana APBD yang tentunya akan membutuhkan waktu lama dan menyedot
anggaran yang cukup besar sehingga hal ini dapat menjadi tantangan
tersendiri bagi pemerintah daerah Kota Palembang dalam melakukan
pembangunan fasilitas transportasi.

2.2 Karakteristik dari Halte Bus di Kota Palembang


Secara umum, suatu barang publik mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Konsumsi atas barang publik oleh seseorang tidak mempengaruhi
penawaran barang publik tersebut untuk dikonsumsi oleh orang lain, atau
suatu barang dapat dikonsumsi oleh beberapa orang secara bersama-
sama. Sifat barang publik seperti ini disebut non rival consumption.

8
2. Walaupun penyedia barang menginginkan, setiap anggota masyarakat
tidak dapat dibatasi/dilarang untuk mengkonsumsi barang publik atau
kegiatan pembatasan tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Sifat barang
publik seperti ini disebut non exclusion.
3. Walaupun setiap orang mengkonsumsi jumlah yang sama atas barang
publik, tidak ada persyaratan bahwa konsumsi ini dinilai atau dihargai
oleh semua orang.

Peraturan yang berkaitan dengan halte serta menjadi pedoman


kelengkapan halte yang baik ialah berdasarkan Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan pada Pasal 4 ayat (1 dan
2) huruf a dan Pasal 6 ayat (1 dan 2) huruf a menjelaskan bahwa:
Pasal 4
1. Keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) huruf a
merupakan standar minimal yang harus dipenuhi untuk terbebasnya
Pengguna Jasa dari gangguan perbuatan melawan hukum dan/atau rasa
takut.
2. Keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Keamanan di halte dan fasilitas pendukung halte, meliputi :
1. Lampu penerangan;
2. petugas keamanan; dan
3. informasi gangguan keamanan.
Pasal 6
1. Kenyamanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (4) huruf c
merupakan standar minimal yang harus dipenuhi untuk memberikan suatu
kondisi nyaman, bersih, indah dan sejuk yang dapat dinikmati Pengguna
Jasa.
2. Kenyamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Kenyamanan di halte dan fasilitas pendukung halte, meliputi :
1. Lampu penerangan;

9
2. fasilitas pengatur suhu ruangan dan/atau ventilasi udara; dan
3. fasilitas kebersihan;
4. luas lantai per orang;
5. fasilitas kemudahan naik/turun penumpang.

Kriteria perencanaan yang digunakan dalam merencanakan halte memiliki


cakupan-cakupan sebagai berikut :
1. Memilki dimensi yang cukup sehingga seluruh calon penumpang yang
menunggu di halte dapat dilayani.
2. Halte hendaknya dibangun sedemikian rupa sehingga penumpang dapat
terlindung pada saat hujan dan pada saat panas.
3. Halte hendaknya dibangun di daerah terbuka, bukan tempat yang tertutup
seperti pada daerah yang banyak pohonnya.
4. Dibangun pada lokasi yang memilki lahan yang cukup agar fungsinya
dapat optimal.
5. Memiliki lebar sekurang-kurangnya 2,00 meter, panjang sekurang
kurangnya 4,00 meter, dan tinggi bagian atap yang paling bawah
sekurang-kurangnya 2,50 meter dari lantai halte.
6. Ditempatkan diatas trotoar atau bahu jalan dengan jarak bagian paling
depan dari halte sekurang-kurangnya 1,00 meter dari tepi jalur lalu lintas.
Gambar 2.1
Bentuk Halte di Kota Palembang

Sumber : Diolah penulis, 2021

10
Karakteristik dari halte di Kota Palembang dapat dilihat dari gambar 2.1 yang
dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Berada di sepanjang rute angkutan umum/bus.
2. Diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau permukiman.
3. Dibangun di area terbuka.
4. Digunakan masyarakat tanpa persaingan.
5. Tidak ada kekhususan pengguna.
Fasilitas utama Halte yaitu :
1. Identitas halte berupa nama dan/ atau nomor.
2. Tempat duduk.
3. Atap untuk melindungi penumpang dari hujan atau panas.

2.3 Manajemen Penyediaan dan Pemeliharaan Halte Bus di Kota Palembang


Penyediaan dan pemeliharaan halte sebagai barang publik disediakan oleh
instansi pemerintah dengan menggunakan anggaran pendapatan dan belanja
daerah ditujukan untuk mendukung program dan tugas pemerintah daerah
khususnya di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelola Angkutan
Umum Massal Kota Palembang. Dalam melakukan manajemen penyediaan
atau pengadaan halte bus, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelola
Angkutan Umum Massal Kota Palembang bekerja sama dengan PT. Sarana
Pembangunan Palembang Jaya dengan melakukan perencanaan yang dilihat
beberapa aspek sekaligus, yaitu :
1. Aspek arsitektural
Perencanaan halte merupakan perencanaan yang harus
mempertimbangkan aspek fungsional, aspek identitas, aspek estetika dan
juga aspek keterpaduan dengan bangunan lain di sekitarnya, dan
memadukan kesemua aspek tersebut secara simultan.
2. Aspek rekayasa struktur
Perencanaan halte melibatkan analisis dalam menentukan dimensi struktur
bangunan juga material yang digunakan.
3. Apek rekayasa lalu lintas

11
Perencanaan halte terutama mengenai masalah pedestrian, dalam hal ini
berkaitan dengan sirkulasi pedestrian, sirkulasi penumpang dari dan ke
angkutan umum.
4. Aspek ekonomi
Aspek ini sangat berperan dalam perencanaan halte. Aspek ini membahas
bagaimana mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk suatu
kepentingan fungsional secara efisien dan efektif.

Di dalam melakukan manajemen pengelolaan dan pemeliharaan terhadap


halte, terdapat proses-proses agar halte dapat dikelola dengan baik. Proses
tersebut ialah proses perencanaan, proses pengorganisasian, proses memimpin
dan proses pengendalian. Instansi yang bertanggung jawab dalam mengelola
halte Trans Musi ini ialah Dinas Perhubungan Kota Palembang, khususnya
pada UPTD Pengelola Angkutan Umum Massal. Salah satu tugas dan
wewenang pegawai di UPTD Pengelola Angkutan Umum Massal ialah
bertanggung jawab dalam pengelolaan halte Trans Musi, yakni dilihat dari
kegiatan perbaikan, perawatan serta pemeliharaan kebersihan prasarana halte
Trans Musi. Oleh karena itu, pengelolaan halte Trans Musi ini dianggap
penting demi keamanan dan kenyamanan para pengguna halte.

2.4 Pengguna Halte Bus dan Kenyataan di Lapangan


Halte merupakan salah satu fasilitas transportasi yang disediakan
pemerintah sebagai pendukung dalam mewujudkan sistem transportasi yang
efektif dan efisien. Halte dapat digunakan oleh semua masyarakat. Pada
umumnya pengguna halte bus adalah para pengguna jasa transportasi umum
seperti bus, angkutan kota (angkot) dan taksi. Keberadaan halte merupakan
salah satu bagian fasilitas umum yang menunjang minat masyarakat dalam
menggunakan transportasi umum demi mengurangi kepadatan kenderaan
pribadi dijalan umum khususnya di jalan perkotaan yang penduduknya cukup
padat. Sebagai fasilitas umum selayaknya mendapat perhatian dalam
pengadaan dan perawatan demi tercapainya tujuan pengadaan fasilitas

12
tersebut, namun kenyataan yang mengkhawatirkan adalah keadaan halte di
kota Palembang jauh dari kata keadaan yang baik sehingga tidak sedikit
pandangan masyarakat terhadap halte terkesan buruk. Keadaan tersebut tentu
mengakibatkan tingkat pengguna transportasi umum akan minim.

Gambar 2.2
Halte Pasar Cinde

Sumber : Hallo Palembang, 2018

Kenyataan di lapangan dalam penggunaan halte sering digunakan untuk


tempat tidur bagi mereka yang tidak memiliki rumah sebagai tempat mereka
tinggal. Adapun hal yang menganggu kenyamanan penumpang dan sulitnya
bus melakukan pemberhentian tepat di halte yaitu banyaknya para ojek
maupun becak yang menunggu di sekitaran halte sehinga keberadaan halte
yang kurang baik tentunya sangat mempengaruhi minat masyarakat dalam
menggunakan bus sebagai alat transportasi umum. Selain itu, halte terkadang
dijadikan sebagai tempat berlangsungnya aksi kejahatan, terutama yang
menjadi incarannya adalah para perempuan dari aksi para penjahat yang ingin
meluncurkan aksinya. Hal inilah yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan
bagi orang-orang yang ingin menunggu jemputan atau yang lainnya. Maka
dibutuhkan peran pemerintah untuk membuat masyarakat menjadi aman,
nyaman dan tenang untuk menggunakannya tanpa ada rasa kekhawatiran

13
yang nantinya ditimbulkan. Hadirnya bus Trans Musi membuat pemerintah
harus membangun halte ditempat-tempat tertentu, tapi kenyataannya halte
yang dibangun belum berfungsi secara maksimal malah disalahgunakan
sampai ada yang rusak. Ironisnya lagi halte yang sudah dibangun, tidak
difungsikan dengan semestinya.

2.5 Persyaratan Pengguna Halte Bus di Kota Palembang


Dalam menggunakan fasilitas publik seperti halte tidak ada persyaratan
khusus. Namun sebagai warga masyarakat yang baik fasilitas publik seperti
halte dapat dijaga dengan cara tidak merusak fasilitas. Untuk menciptakan
rasa optimal terhadap penggunaan halte diharapakan peran aktif dari pihak
pemerintah maupun lapisan masyarakat sebagai pengguna halte untuk
mempertahankan kerapihan,kebersihan dan kenyamanan dalam menggunakan
fasilitas halte.

2.6 Faktor Pendukung maupun Penghambat dalam Penyediaan dan


Pemeliharaan Halte Bus di Kota Palembang
Adapun faktor pendukung dalam penyediaan dan pemeliharaan halte bus di
Kota Palembang sebagai berikut :
1. Dalam penyediaan halte dengan adanya transportasi darat berupa bus
yang merupakan sektor yang sangat penting dalam menunjang
kelancaran bidang pendidikan, urusan pemerintahan dan kepentingan
umum lainnya khususnya di Indonesia maka dibutuhkannya fasilitas
penunjang berupa halte yang memudahkan masyarakat dalam
menggunakan bus serta merupakan bagian tidak terpisah dari sistem
pengadaan Trans Musi.
2. Dalam penyediaan halte dibutuhkan agar keberadaannya disepanjang rute
angkutan umum dapat terjaga dan dapat meminimalkan gangguan arus
lalu lintas (kemacetan).
3. Adapun faktor pendukung dalam pemeliharaan halte yaitu demi
meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik dan agar

14
terciptanya keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan halte
sebagai fasilitas publik.

Faktor Penghambat dalam penyediaan dan pemeliharaan halte bus di Kota


Palembang sebagai berikut :
1. Terbatasnya anggaran penyediaan dan pemeliharaan halte. Dalam
membangunan halte membutuhkan dana yang tidak sedikit, dikarenakan
halte dari BRT Trans musi sifatnya pelayanan publik maka dana tersebut
di peroleh dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.
2. Dalam hal penyediaan dan pemeliharaan halte, faktor penghambat dapat
berupa banyaknya halte yang mengalami kekurangan dan rusak berat
seperti:
a. Tidak terdapat lampu penerangan untuk memberikan keamanan bagi
pengguna halte.
b. Tidak terdapat informasi gangguan keamanan berupa stiker berisi
nomor telepon dan/atau SMS pengaduan yang ditempel ditempat yang
strategis dan mudah dilihat.
Gambar 2.3
Fasilitas Halte yang Tidak Terpelihara dan Rusak

Sumber : Sriwijaya Post, 2020

c. Rusaknya ventilasi udara (kaca) sehingga berbahaya bagi para


pengguna halte.
d. Rusaknya dinding di sekitar halte karena dicoret-coret sehingga tidak
baik untuk dilihat.

15
e. Tidak terdapat tempat sampah yang sangat diperlukan dalam menjaga
kebersihan di sekitar halte.
f. Tidak terdapat fasilitas akses menuju halte berupa kemiringan lantai
dan tekstur khusus yang memberikan kemudahan bagi pengguna jasa
yang menggunakan kursi roda, penyandang cacat, manusia usia lanjut,
dan wanita hamil.

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Halte merupakan salah satu fasilitas transportasi yang disediakan oleh
pemerintah sebagai pendukung dalam mewujudkan sistem trasportasi yang
efektif dan efesien. Halte merupakan barang publik yang disediakan oleh
pemerintah. Secara umum halte sebagai sesuatu yang dapat dinikmati atau
dibutuhkan oleh semua orang. Halte merupakan barang publik yang tidak
dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Dalam penyediaan dan
pemeliharaan halte sebagai barang publik disediakan oleh instansi pemerintah
dengan menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah ditujukan
untuk mendukung program dan tugas pemerintah daerah khususnya di Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelola Angkutan Umum Massal Kota
Palembang. Adapun dalam pemeliharaan halte dilakukan demi meningkatkan
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik dan agar terciptanya
keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan halte sebagai fasilitas
publik. Keberadaan halte merupakan salah satu bagian fasilitas umum yang
menunjang minat masyarakat dalam menggunakan transportasi umum demi
mengurangi kepadatan kenderaan pribadi dijalan umum khususnya di jalan
perkotaan yang penduduknya sangat padat.

3.2 Saran
Untuk menciptakan rasa optimal terhadap penyediaan maupun
pemeliharaan halte dibutuhkan solusi agar penyediaan barang publik (halte)
menjadi baik di masyarakat dengan melibatkan peran aktif dari pihak
pemerintah maupun lapisan masyarakat sebagai pengguna halte untuk
mempertahankan kerapihan,kebersihan dan kenyamanan dalam menggunakan

17
fasilitas halte sebagai barang publik. Adapun solusinya dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Perlu adanya perhatian khusus terhadap halte bus sebagai alat transportasi
vital bagi calon penumpang khususnya di Kota Palembang.
2. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelola Angkutan Umum Massal
Kota Palembang berkoordinasi dengan PT. Sarana Pembangunan
Palembang Jaya (PT.SP2J) untuk melakukan pembangunan ataupun
perbaikan yang perlu dilakukan yaitu dari segi kebersihan, keamanan,
kenyamanan, dan fasilitas halte bus.
3. Dari segi kebersihan perlu adanya penambahan fasilitas tempat sampah
yang memadai guna menjaga kebersihan halte bus. Kegunaan dari tempat
sampah disini adalah untuk memberikan suasana rapi dan indah serta
nyaman untuk dipandang, memberikan kemudahan bagi para pengguna
angkutan umum untuk menjaga kebersihan serta menumbuhkan kesadaran
diri penumpang dalam menciptakan lingkungan yang bersih.
4. Perlu dilakukan perluasan halte agar calon penumpang tidak banyak
berdesakan dan mengurangi kemungkinan kriminalitas di halte bus.
Kebutuhan perluasan halte bertujuan untuk membatasi kuota dari
penumpang bis yang ingin naik. Namun untuk itu dalam mengatasi
penumpukan penumpang di halte, perlu perluasan ruang tunggu di halte
tersebut. Perluasan halte sendiri dapat memberikan kenyamanan bagi
kaum difabel atau penyandang cacat dimana mereka membutuhkan ruang
gerak yang lebih luas dalam bergerak.
5. Untuk mengurangi tindakan kriminal di halte bus juga dapat dilakukan
dengan menambahkan fasilitas CCTV agar segala kegiatan di halte dapat
terekam sehingga dapat mengurangi kriminalitas dan dengan mudah dapat
mengidentifikasi perilaku kriminal jika terjadi kriminalitas di halte bus.

18
DAFTAR PUSTAKA

Andaryani, S. (2018). Peranan PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (SP2J)


dalam Menyediakan Moda Transportasi di Kota Palembang. Jurnal
Pemerintahan dan Politik Global , 3(3). 92-99.
Basuki, K. H. (2006). Evaluasi Fungsi Halte sebagai Tempat Henti Angkutan
Umum Studi Kasus Rute Terboyo-Pudakpayung. 14(3). 287-296.
Digdowiseiso, K. (2015). Sistem Keuangan Publik. Jakarta: Lembaga Penerbitan
Universitas Nasional (LPU-UNAS).

Dinas Perhubungan Kota Palembang. (2020). Rencana Strategis Dinas


Perhubungan Kota Palembang. Diakses pada tanggal 10 September 2021.
https://esakip.palembang.go.id/1923/portal/home/dokumen_sakip

Rohman, A. (2018). Dasar-Dasar Manajemen Publik. Malang: Empatdua.


Rusmandani, P., Setiawan, R. S., & Unzilatirrizqi, Y. R. (2020). Evaluasi Fasilitas
Halte dan Penentuan Kebutuhan Halte di Kota Tegal. Keselamatan
Transportasi Jalan, 7(1). 40-58.
Sari, D. M. (2017). Peranan Dinas Perhubungan dalam Pemeliharaan Halte di
Kota Samarinda. eJournal Administrasi Negara, 6(1). 6966-6977.
Taufiqurokhman, & Satispi, E. (2018). Teori dan Perkembangan Manajemen
Pelayanan Publik. Tanggerang Selatan: UMJ Press.
Widayanti, A., Susanti, A., & Wiyono, A. (2016). Evaluasi Kualitas Pelayanan
Halte dan Pengembangannya di Kota Surabaya untuk Mendukung
Terwujudnya Infrastruktur Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional
Sains Dan Teknologi Terapan IV, 1(2). 33-43.

19

Anda mungkin juga menyukai