Oleh:
Yosep Diana
24032120016
Oleh :
Yosep Diana
24032120016
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Lapangan Pendamping di Lokasi PKL
Mengetahui
Ketua Program Studi,
i
KATA PENGANTAR
Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis
5. Dr. Ir. Tati Rohayati., MP selaku Ketua Program Studi Peternakan Fakultas
6. Kedua Orang Tua, dan seluruh keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi
iv
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 24
8.1. Kesimpulan ........................................................................................... 24
8.2. Saran .................................................................................................... 24
v
DAFTAR TABEL
3. Fertilitas……………………………………………………………….…………... 21
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
2. Pullchick…………………………………………………………………………… 26
3. Mesin Tetas………………………………………………………………………... 27
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
dan telurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu. Telur yang
dihasilkan dapat berupa fertil atau infertil, telur yang dapat ditetaskan harus fertil
atau lazim disebut dengan telur tetas. Permintaan bibit unggas atau yang sering
dikenal dengan DOC oleh balai pengembangan perbibitan ternak unggas selalu
meningkat setiap tahunnya. Hal ini menjadi peluang yang besar bagi industri
Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah agar mahasiswa mampu
mengetahui cara kerja dari mesin tetas dan cara fumigasi mesin tetas yang benar,
mengetahui cara menetaskan telur tetas secara buatan melalui mesin tetas, cara
menentukan telr fertil dan infertil serta mengetahui perkembangan embrio dari
yaitu mampu menyiapkan mesin tetas sebelum digunakan, mampu memilih telur
yang baik untuk ditetaskan, mampu menangani telur tetas dari hari pertama
1
1.2 Tujuan
dan mengaplikasikan ilmu yang didapat selama masa praktik kerja lapangan pada
2
BAB II
METODE
s.d 25 Juli 2023. Lokasi yang menjadi tempat Praktik Kerja Lapangan adalah
Jawa Barat.
data dengan cara pengamatan langsung di lokasi kegiatan, penvatatan pada jurnal
pembingbing lapangan
3
BAB III
KEADAAN UMUM
Barat 45454 ℃ (Gambar 1). Luas yang dimiliki BPPT Unggas kurang lebih
sebesar 16,5Ha. Lahan ini berstatus milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat
dengan sertifikat hak guna pakai NO.324 Tahun 1989. Secara geografis BPPT
meter di atas permukaan laut, Kemiringan tanah berkisar antar 5-8%. Suhu
(http:/www.google.mapas.com 2023)
pada tahun 1952 dengan nama Taman Ternak. Pada tahun 1980 berubah nama
Jatiwangi. Nama BPT-HMT ini digunakan sampai tahun 1999. Kemudian pada
tanggal 7 September 1999 terjadi lagi perubahan nama menjadi Balai Pembibitan
4
Ternak (BPT) Unggas jatiwangi. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 40 Tahun 1999. Pada
tahun 2002 sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2002
Barat Nomor 113 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Berita
Daerah tahun 2009 nomor 186 seri D) yang diperbaharui dengan Peraturan
Gubernur Nomor 81 tahun 2017 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas
Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah di Lingkungan Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Visi BPPT Unggas
Jatiwangi adalah menjadi balai dan fasilitator yang handal dalam pengelolaan
dan penyediaan bibit unggul serta transfer teknologi manajemen ayam buras dan
itik termaju di Indonesia dalam menuju masyarakat Jawa Barat mandiri, dinamis
dan sejahtera tahun 2023. Dalam upaya mewujidkan visi balai, maka misi BPPT
produktivitas ternak dalam upaya penyediaan bibit DOC, DOD dan Bibit Sebar
melalui transfer informasi teknologi ayam buras dan itik dan mendorong
5
3.3 Struktur Organisasi
orang yang mempunyai kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang
3.4 Ketenagakerjaan
6
Tabel 1 Jumlah Ketenagakerjaan di BPPT Unggas Jatiwangi.
Uraian Jumlah (orang)
Kepala Balai 1
Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1
Kepala Seksi Pembibitan 1
Pengadministrasi Kepegawaian 1
Pengadminsitrasi Keuangan 1
Pengadministrasi Umum 1
Pengawas Mutu Pakan dan Produksi Bibit Ternak Kecil dan Unggas 1
Pengawas Mutu Pakan 1
Pengelola Ternak Unggas 1
Pengelola Budidaya Pengembangan Ternak dan Hewan Lainnya 1
8
BAB IV
SARANA DAN PRASARANA
penetasan. Air yang digunakan di BPPTU Jatiwangi unit penetasan berasal dari
sumur. Air ditampung dalam toren air yang berkapasitas 300 - 1050 liter. Air
Jatiwangi bersumber dari PLN, dan listrik cadangan berupa generator set
(genset) dengan daya 420 KVA. Listrik tersebut didistribusikan ke semua area
penetasan untuk digunakan sebagai sumber energi pada mesin setter serta
terdiri atas 4 mesin setter dan hatcher dan 1 mesin hatcher. Penetasan di BPPT
9
Sumber: BPPT Unggas Jatiwangi 2023
10
4.3 Sanitasi dan Biosecurity
penyakit ke dalam peternakan dari luar peternakan. Salah satu bagian dari
penyebaran bibit penyakit yang ada dalam lokasi penetasan. Sanitasi pada BPPT
11
BAB V
PERSIAPAN PENETASAN
hasil pemeliharaan sendiri. Di BPPT Unggas Jatiwangi Ayam Sentul yang telur
yang akan ditetaskan dibagi menjadi 2 yaitu Pengujian dan Budidaya. Pengujian
adalah jenis ayam Sentul Kelabu/Debu dengan keseragaman yang sangat rendah.
Strain ayam Parent Stock yang digunakan yaitu Jenis Ayam SentulKelabu dan
Debu. Populasi ayam Parent Stock masa produksi di BPPTU Jatiwangi dipelihara
dengan rasio antara ayam jantan dengan ayam betina yaitu 1:5, diberi pakan ayam
bibit komersial, dengan dua tipe kandang yaitu postal dancage. Ayam Sentul
seperti pada induk ayam pada saat mengerami telur. Mesin tetas diusahakan
memenuhi berbagai syarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan fisiologi
dari embrio anak ayam. Pada alat penetasan semua faktor yang meliputi temperatur,
kelembaban udara dan sirkulasi udara dapat diatur dengan baik sesuai dengan
kondisi yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi proses biologi penetasan.
Persiapan mesin tetas di BPPTU Jatiwangi unit hatchery dimulai dari sanitasi, dan
setting mesin. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dari pukul 07.30 WIB sampai
selesai.
12
5.2.1 Mesin Setter
Unggas Jatiwangi adalah 4 unit. Mesin setter dibersihkan sebelum dan setelah
Peralatan-peralatan yang terdapat didalam mesin setter seperti 1 kipas, rak setter,
termostat, bak air, heater, ventilasi, termometer digital, termo meter raksa. Jumlah
rak di mesin setter adalah 36unit dengan daya tampung 1 raknya 194 butir telur
ukuran kecil, kalau ukuran telur sedamg jumlah daya tampungnya 166 butir,
sehingga dalam satu mesin setter kapasitasnya menampung 7000 butir ukuran kecil
atau 6000 butir ukuran sedang. Mesin setter di BPPT Unggas Jatiwangi dapat
13
5.2.2 Mesin Hatcher
saat pull chick bulu-bulu DOC (Day Old Chick) banyak yang tertinggal di mesin.
dimulai dari penerimaan telur yang datang dari petugas kandang. Penanganan telur
tetas pada bagian penetasan ini terdiri dari proses terima telur, seleksi telur,sanitasi
Proses terima telur tetas dimulai dari penerimaan telur yang diantar
setiap harinya. Peralatan yang digunakan di holding room harus bersih dan steril.
tetas yang diterima dikelompokkan sesuai kandang dan diseleksi berdasarkan syarat
14
telur yang layak untuk ditetaskan. Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam
memilih telur tetas adalah kualitas telur, jika kualitas telur yang akan ditetaskan
buruk maka presentase jumlah telur yang menetas rendah. Penyeleksian telur
diperlukan pada penetasan, telur diseleksi dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria
telur yang tidak layak ditetaskan di BPPT Unggas Jatiwangi bagian penetasan yaitu
bentuk telur terlalu bulat atau lonjong, retak, kotor, keriput dan berbentuk
(2000) bahwa untuk menghasilkan telur dengan kualitas baik maka perlu
telur. Telur tetas yang tidak layak untuk ditetaskan akan dikategorikan menjadi
telur komersial. Telur hasil seleksi selanjutnya dibersihkan menggunakan kain lap
telur.
setter. Prinsip dari penyimpanan telur yaitu mencegah evaporasi air, 22 keluarnya
CO₂ dari dalam isi telur serta mencegah masuknya mikroba ke dalam telur. Suhu di
tidak boleh < 60% atau > 80 % (Kurtini et al. 2011). Cooling room di BPPTU
Jatiwangi unit hatchery disetting temperaturnya sekitar 16-19o C agar kualitas telur
tidak menurun, RH 75-80 % dan penyimpan telur selama 6 hari. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Kholis dan Sarwono (2013) bahwa penyimpanan yang terlalu
lama menyebabkan kualitas dan daya tetas menurun sehingga telur sebaiknya
disimpan tidak lebih dari 7 hari. Telur yang terlalu lama disimpan dapat
mengakibatkan kematian embrio. Bila terjadi perkembangan pun, telur tidak akan
15
sempurna karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Perkembangan embrio pada
saat awal penyimpanan telur sangat penting dalam menentukan kualitas embrio dan
daya hidup. Bagian penetasan di BPPT Unggas Jatiwangi ini mempunyai 1 cooling
room. Colling room di BPPT Unggas Jatiwangi dapat dilihat pada gambar 6.
setter harus dilakukan adaptasi (pre warming) agar telur tidak mudah terkena
cekaman. Ruang pre warming di BPPTU Jatiwangi yaitu ruang cooling room yang
dimatikan mesin pendinginnya dan jendela dibuka selama 9-12 jam dengan
proses pre warming dilakukan check jumlah telur, kandang, tanggal setting, posisi
telur, dan nomor setter. Menurut Sudaryani dan Santosa (2003) bahwa keuntungan
pre warming membuat telur tetas cepat menetas dalam udara hangat, mengurangi
waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan suhu setter dan meningkatkan daya
tetas (hatchability).
16
BAB VI
PENGELOLA PENETASAN
dimasukkan kedalam mesin setter, terlebih dahulu mesin disetting (diatur) suhu dan
melakukan setting telur pada hari Kamis. Suhu yang digunakan di dalam mesin
perkembangan embrio. Saat setting telur, suhu mesin tetas menurun, hal ini terjadi
kembali jumlah telur, posisi telur, kandang, nomor mesin setter dan tanggal setting
sebelum setting telur. Hal tersebut dilakukan, agar memudahkan dalam menyusun
17
6.3 Transfer dan Candling Telur Tetas
Transfer adalah proses pemindahan telur tetas dari setter ke hatcher saat
umur embrio 18 hari. Sebelum masuk ke mesin hatcher, terlebih dahulu dilakukan
telur fertil, infertil, dan explode. Candling dilakukan sebanyak 2 kali yaitu, pada
hari ke-5 pada pukul 8 malam,dan saat umur telur hari ke-16 pada pukul 2 siang.
Telur yang sudah di candling disimpan pada tray telur. Penyebab terjadinya telur
explode karena kondisi telur yang kotor. Menurut Nuryati et al (2002) bahwa telur
explode disebabkan telur terkontaminasi bakteri, kotor, pencucian telur kurang baik
dan mesin tetas kotor. Transfer dan Candling di BPPT Unggas Jatiwangi dapat
Pull chick merupakan proses pengeluaran DOC (Day Old Chick) dari mesin
hatcher. Pull chick baru akan dilakukan ketika anak ayam 90% bulunya kering. Pada saat
18
pull chick, DOC di grading berdasarkan bobot badan yang bertujuan untuk meningkatkan
presentase (%) keseragaman DOC dan memisahkan DOC yang layak jual (salable chick).
DOC yang layak jual memiliki ciri-ciri seperti bulu cerah, mata cerah, ayam aktif, kaki
cerah, hidung bersih, tidak cacat, pusar bersih. DOC yang tidak layak jual memiliki ciri-
ciri tali pusar basah dan belum tertutup rapat, kaki memar, hidung memar dan cacat. DOC
(Day Old Chick) yang sudah digrading akan dimasukkan ke dalam box untuk dihitung
jumlahnya. Jumlah per box 101 ekor. Gambar Pullchick dan Pengemasan di BPPT Unggas
6.5 Vaksinasi
agen penyakit (antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang
pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu
dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit. BPPTU Jatiwangi unit Hatchery
melakukan vaksin marek pada DOC dengan metode injeksi. Metode vaksin injeksi
dilakukan pada bagian leher belakang dengan jarum suntik, dosis pemakaian 0.1 ml
per ekor DOC. Vaksin yang digunakan di BPPT Unggas Jatiwangi dapat dilihat
19
pada Gambar 9.
20
BAB VII
PERFORMA
7.1 Fertilitas
Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang
dieramkan, Nuryati et al. (2002) menyatakan bahwa agar telur dapat menetas jadi
anak, telur tersebut harus dalam keadaan fertil yang disebut dengan telur tetas.
Semakin tinggi angka yang diperoleh maka semakin baik pula kemungkinan daya
tetasnya. Fertilitas dipengaruhi antara lain oleh asal telur (hasil dari perkawinan
atau tidak), ransum induk, umur induk, kesehatan induk, umur telur, dan kebersihan
telur (Septiwan 2007). Fertilitas telur ayam sentul BPPTU, Jatiwangi dapat dilihat
rumus berikut:
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa rataan fertilitas telur ayam
Sentul budidaya (ayam sentul campuran langsung dari peternak) adalah 76,7%,
sedangkan fertilitas telur ayam Sentul murni (diseleksi dan dimurnikan) adalah
71,52. Hal ini diperoleh dari jumlah persentase Budidaya/Pemurnian dibagi jumlah
21
mesin. Perbedaan jumlah fertilitas ini dapat disebabkan karena perbedaan sistem
buatan (IB) sedangkan ayam Sentul budidaya melakukan perkawinan secara alami.
Seperti penelitian yang telah dilaksanakan oleh Asmarawati dkk. (2013) ditemukan
ayam kampung dengan dengan perkawinan buatan (IB) dengan pemberian dosis
ayam Sentul terbilang bagus, karena angka fertilitas sudah di atas 70%. Presentase
fertilitas yang dilakukan pada penelitian ini sudah tinggi dari persentase fertilitas
ayam lokal Pelung yang dilaporkan Mansjoer, dkk. (1990) yaitu sebesar 70,60%.
Daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dari sejumlah telur
yang fertile. Daya tetas dapat dihitung dengan dua cara, yaitu pertama
membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang dieramkan,
dan kedua membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang
fertil (dibuahi). Faktor yang mempengaruhi daya tetas adalah dari breeding farm
inkubasi, mesin setter dan mesin hatcher). Hasil perhitungan daya tetas di BPPT
22
Berdasarkan rataan daya tetas ayam Sentul BPPT Unggas Jatiwangi pada
bagian Pemurnian adalah 73,42% dan pada bagian Budidaya sebanyak 72,15% Hal
ini didapatkan dari hasil daya tetas Pemurnian/Budidaya dijumlahkan lalu dibagi
jumlah mesin yang digunakan. Rataan persentase daya tetas yang dihasilkan sudah
cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan besaran rataan lebih dari 75%. Hasil ini
lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian Iriyanti, dkk. (2007) daya tetas
telur ayam kampung yang ditetaskan secara alami yaitu 72,02%. Sistem penetasan
yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan daya tetas yang dihasilkan
23
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
dilakukan pada telur tetas saat praktik didapat rataan fertilitas ayam sentul sebesar
76,7% dan 71,2% dan rataan daya tetas sebesar 73,42% dan 72,15%.
4.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Mulyanti NGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Hal: 33; 151;163;
Kholis S dan Sarwono B. 2013. Ayam Elba Kampung Petelur Super. Jakarta
dan Santoso. 2003. Pembibitan Ayam Ras. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
25
26
27
28
29