Minatul Maulia
05051282025022
Minatul Maulia
05051282025022
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang
diberikan sehingga kerangka kerja magang ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih banyak kepada
Bapak Dr. Ferdinand Hukama Taqwa, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Jurusan Perikanan
dan Kooordinator Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya dan Bapak Tanbiyaskur, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing dan
Bapak Irwan, S.Pi., M.Si selaku pembimbing lapangan selama kegiatan magang,
Pak Yusuf, Kak Fitri, Bang Ikhsan, Bang wahyu, Pak eko, Pak likin, Pak Ahmad
zuhdi dan Pak Dail rekan-rekan patin yang selama ini bersama saya dalam
melaksanakan kegiatan magang terima kasih atas kebersamaan, semangat dan
dukungnya kepada saya.
Ucapan terimakasih penulis juga sampaikan kepada keluarga dan seluruh
pihak yang tak henti memberikan semangat dan senantiasa berdoa untuk
kemudahan dan kesuksesan yang menjadi semangat penulis untuk memberikan
yang terbaik. Dalam melaksanakan magang, penulis mengambil judul “Pembenihan
Ikan Patin Pustina (Pangasius sp.) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Sungai Gelam, Muaro Jambi, Jambi”. Dengan harapan adanya tulisan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk kemajuan yang lebih baik di kemudian hari.
Penulis
vi Universitas Sriwijaya
v
Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL
vi Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR
1 Universitas Sriwijaya
2
1.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang ini yaitu untuk mempelajari, mengetahui serta
dapat memahami teknik pembenihan pada patin pustina (Pangasius sp.) dan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam
proses pembenihan ikan patin pustina (Pangasius sp.) di Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Muaro Jambi, Jambi.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
PELAKSANAAN MAGANG
I II III IV
1. Pengenalan balai dan
persiapan
2. Pemeliharaan induk
3. Seleksi Induk
4. Pemberokan
5. Penyuntikan
6. Penetesan telur
7. Pemeliharaan Larva
8. Pembuatan Laporan
Kegiatan magang
Catatan : Kalender kegiatan di atas dapat berubah disesuaikan dengan situasi di lapangan.
2.4. Parameter
2.4.1. Fekunditas
Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan induk Hamid et al (2015)
yang dapat dihitung menggunakan rumus:
3 Universitas Sriwijaya
4
Universitas Sriwijaya
BAB 3
GAMBARAN UMUM LOKASI
5 Universitas Sriwijaya
6
berubah menjadi Balai Budidaya air Tawar Jambi yang berstatus eselon III,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26-
E/MEN/2001. Berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan No. 6
PERMEN-KP/2014 nama balai berubah menjadi Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar Jambi (BPBAT Jambi).
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
pengelolaan kepegawaian, tata laksana, barang milik negara, rumah tangga, dan
ketatausahaan.
2. Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama
Mempunyai tugas untuk melakukan penyiapan bahan perencanaan uji terap
teknik, standarisasi, sertifikasi, kerjasama teknik, pengelolaan dan pelayanan
system informasi serta publikasi perikanan budidaya air tawar.
3. Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan layanan pengujian
laboratorium persyaratan kelayakan teknis, kesehatan ikan dan lingkungan,
produksi induk unggul, benih bermutu dan sarana produksi serta bimbingan teknis
perikanan budidaya air tawar.
4. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan tugas masing-masing jabatan
fungsional dan peraturan perundang-undangan. Jabatan fungsional yang ada di
BPBAT Jambi sampai bulan Desember 2014 adalah perekayasa, Teknisi
Litkayasa, Pengawas Benih, Pengawas Bidang Pembudidaya Dan Pengendalian
Hama dan Penyakit ikan.
Dalam melaksanakan kegiatan teknis balai kelompok jabatan fungsional
tertentu tersebar dalam empat kelompok kerja (POKJA), yaitu:
1. Kelompok ikan spesifik lokal
2. Kelompok ikan siklid
3. Kelompok ikan lele
4. Kelompok ikan patin
5. Kelompok ikan carper
6. Kelompok nutrisi, kesehatan ikan dan lingkungan
7. Kelompok pakan mandiri
Universitas Sriwijaya
10
2. Perpustakaan, memiliki koleksi lebih dari 1000 judul buku, dilengkapi dengan
fasilitas internet dan ruangan ber-AC.
3. Aula, Sebagai tempat pelatihan, seminar, dan pertemuan/rapat dengan
proyektor, audio sistem dan ruangan ber-AC.
4. Kantor pusat pelayanan masyarakat, sebagai tempat pelayanan dan informasi
kepada masyarakat.
3.7.2. Fasilitas Pendukung
1. Masjid
2. Kantin/Koperasi
3. Asrama
4. Sarana Olahraga
3.7.3. Sarana Teknis
Kolam yang ada di BPBAT Jambi disajikan pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jenis, ukuran dan jumlah kolam di BPBAT Jambi
No. Jenis kolam Luas m² Jumlah (Unit)
1. Kolam induk 600 10
2. Kolam pendederan 1 500 15
3. Kolam pendederan 2 250 28
4. Kolam pembesaran 1 1500 11
5. Kolam pembesaran 2 500 18
6. Kolam induk ikan hias 50 4
7. Keramba Jaring Apung (KJA) 16 60
3. Jaringan Listrik
Kapasitas terpasang jaringan listrik yang ada di BPBAT Jambi sebesar 60
Universitas Sriwijaya
11
KVA berasal dari PLN Rayon Kota Baru Jambi. Untuk menanggulangi terjadinya
ganguan pemadaman listrik dari PLN maka disiapkan juga Generator Set (Genset)
sebanyak 4 unit dengan kapasitas masing-masing 60 KVA (1 unit), 150 KVA (1
unit), 20 KVA (1 unit) dan 40 KVA (1 unit).
4. Administrasi
Bangunan berfungsi untuk menunjang kelancaran aktifitas di BPBAT Jambi
karena sudah menjadi keharusan Balai Perikanan memiliki fasilitas gedung.
Jumlah Bangunan di BPBAT Jambi disajikan pada tabel 2.3 Sebagai berikut:
Tabel 3.3. Bangunan yang dimiliki pleh BPBAT Jambi
No. Tipe Bangunan Luas (m2) Jumlah (unit)
1. Gedung Perkantoran 240 1
2. Aula 170 1
3. Gedung Pejabat Fungsional 120 1
4. Perpustakaan 100 1
5. Asrama1 90 3
Asrama 2 100 1
6. Mes Operator
- Tipe 21 147 7
- Tipe 36 360 10
- Tipe 45 820 18
- Tipe 70 350 5
7. Gudang - 5
5. Laboratorium
Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan BPBAT Jambi merupakan salah
satu laboratorium yang telah menerapkan Good Laboratory Practice serta
dokumen Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO/ICE 17025:2005.
Laboratorium ini telah TERAKREDITASI oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN) sejak Juni 2011 dengan nama Laboratorium Penguji BPBAT Jambi dengan
Nomor : LP-519-IDN. Keberadaan Laboratorium Pengujian BPBAT Jambi
Merupakan salah satu komitmen dari BPBAT Jambi, DJPB-KKP dan memberikan
pelayanan kepada masyarakat luas dalam pengujian sampel ikan/ air/pakan.
Kegiatan pengujian yang dapat dilakukan di laboratorium Pengujian BPBAT
Sungai Gelam antara Lain:
1. Pengujian Virus
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
6. Prasarana Penunjang
Prasarana penunjang aktifitas kegiatan budidaya di BPBAT Jambi adalah:
1. Pabrik pakan mandiri
2. Bak budidaya plankton
3. Bak pemberokan dan pengepakan
4. Mobil pelayanan laboratium
5. Ruangan genset
6. Bengkel
7. Gudang
8. Kendaraan distribusi dan alat berat berupa exavacator
3.7.4. Komoditas Prioritas
1. Jelawat (Leptobarbus hoeveni)
2. Mas Majalaya (Cyprinus carpio)
3. Baung (Mystus nemurus)
4. Arwana Jambi (Sclerophages formosus)
5. Patin Siam (Pangasianodon hypophtalmus)
6. Gurami Batanghari (Osphronemus gourami)
7. Tambakang (Heliostoma temmicki)
8. Lele (Clarias batrachus)
9. Nilem (Osteochilus vittatus)
10. Patin Jambal (Pangasianodon djambal)
11. Nila Merah (Oreochromis niloticus)
12. Nila JICA (Oreochromis niloticus)
13. Botia (Chromobotia macracanthus)
14. Moina sp
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
Jambi, sudah sangat memadai dan menunjang kegiatan yang ada di BPBAT Jambi.
Untuk mendukung optimalisasi fungsi pembangunan prasarana budidaya mak
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pemeliharaan induk ikan patin pustina tiap kolam memiliki jumlah tebar
yang berbeda-beda. Jumlah tebar pada kolam indukan ikan patin pustina di BPBAT
Jambi disajikan pada tabel 4.1. Sebagai berikut:
No. Kolam Jumlah
Kolam A5 130
Kolam A6 100
Kolam A7 100
Kolam A8 50
Induk ikan betina patin pustina dipijahkan umumnya berumur sekitar 2-3
tahun. Sedangkan untuk induk patin pustina jantan berumur 2 tahun. Dalam proses
pembenihan pemeliharaan induk ini sangatlah penting karena keberhasilan
produksi tergantung dari kualitas dan kuantitas induk patin. Selama pemeliharaan
induk ikan patin pustina diberikan pakan komersil dengan protein sebesar 45% dan
15 Universitas Sriwijaya
16
lemak 6%. Hal ini sesuai dengan Iskandar et al (2022) bahwa pakan induk ikan
patin berupa pakan komersial jenis tenggelam dengan protein sebesar 44-46%.
Pakan yang digunakan memiliki nilai protein yang tinggi dan kadar lemak yang
rendah bertujuan untuk mempercepat proses kematangan gonad pada induk. Pada
pemeliharaan induk pakan yang diberikan sebanyak 1-2% dari berat biomassa
dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 1 kali yaitu pada pukul 14.00 WIB.
Adapun pakan induk disajikan pada gambar 4.2. Sebagai berikut:
Universitas Sriwijaya
17
Induk ikan patin pustina di seleksi sesuai jenis kelamin dan tingkat
kematangan gonad. Induk jantan dan induk betina ikan patin pustina yang matang
gonad dan siap dipijahkan disajikan pada gambar 4.4. sebagai berikut:
(1) (2)
Gambar 4.4. Induk ikan patin (1) induk jantan, (2) induk betina
Ciri-ciri induk ikan patin pustina yang telah matang gonad atau siap untuk
dipijahkan disajikan pada tabel 4.2. Sebagai berikut:
Tabel 4.2. Ciri-ciri induk ikan patin pustina yang siap untuk dipijahkan
No. Betina Jantan
1. Perut membesar dan mengembang Perut langsing
2. Urogenital membesar Genital berwarna kemerahan
3. Bila di kanulasi keluar sel telur Bila diurut pada bagian perut akan keluar
sel sperma
4. Ukuran sel telur seragam Sel sperma berwarna putih susu
Universitas Sriwijaya
18
Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad induk ikan patin pustina betina
dilakukan dengan pengamatan telur sebelum dilakukannya penyuntikan dengan
cara kanulasi. Kanulasi dilakukan dengan kanulator (selang kateter) yang
berdiameter 1,59 mm diameter dalam dan 3.18 mm diameter luar ke lubang genital
ikan, kemudian dihisap untuk melihat telurnya dan dikeluarkan secara perlahan.
Telur diletakkan di cawan petri dan diamati secara visual. Telur digologkan menjadi
4 macam yaitu tipe A jika dilihat telur berbentuk sempurna, berukuran seragam dan
berwarna seragam, tipe B jika dilihat telur berbentuk sempurna namun masih
terdapat beberapa telur yang belum berbentuk sempurna dan tipe C jika dilihat telur
masih belum berbentuk sempurna dan masih encer. Bentuk perut induk betina ikan
patin juga terbagi menjadi 3 macam yaitu 3 dengan perut yang besar dan
menghasilkan telur yang banyak, 2 perutnya berukuran sedang dan 3 yaitu perut
induk berukuran kecil dan biasanya menghasilkan sedikit telur. Pengambilan oosit
dan pengamatan oosit disajikan pada Gambar 4.5. sebagai berikut:
(1) (2)
Gambar 4.5. Seleksi induk (1) Pengambilan Oosit, (2) Pengamatan Oosit
Dari hasil seleksi didapatkan 6 induk jantan dan 6 induk betina yang matang
gonad. Kemudian diambil 3 sampel untuk pengambilan data pada pengamatan
berikutnya. Induk yang diambil datanya adalah nomor 1, 3 dan nomor 4 dengan
bobot 4 kg untuk induk betina sedangkan induk jantan 3-4 kg. Hasil seleksi induk
ikan patin pustina disajikan pada tabel 4.2. Sebagai Berikut:
Universitas Sriwijaya
19
4.3. Pemberokan
Setelah dilakukannya seleksi induk dan mendapatkan induk yang telah
matang gonad, kemudian induk diletakkan pada kolam pemberokan dengan ukuran
5×3×1 m³ yang telah dipasang jaring sebagai pembatas induk. Kolam pemberokan
induk hasil seleksi berupa kolam intensif yang telah diberi jaring sebagai pembatas
dan dilengkapi dengan aerasi. Pemberokan dilakukan selama 12-24 jam, dengan
tujuan untuk menghilangkan sisa pakan atau kotoran dalam tubuh ikan dan untuk
mengurangi kadar lemak yang terdapat di dalam tubuh ikan yaitu pada saluran
pengeluaran telur sehingga pada saat proses pengeluaran telur (stripping) telur
dapat keluar dengan lancar karena saluran pengeluaran telur bebas dari
lemak.Gambar kolam pemberokan dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Sriwijaya
20
Kotoran dapat mengganggu proses pengeluaran telur dan bisa mengotori telur.
Selain itu pemberokan juga bertujuan untuk mengurangi kandungan lemak dalam
gonad (Tania et al., 2020).
4.4. Penyuntikan
Induk yang telah diseleksi berdasarkan kriteria matang gonad selanjutnya siap
untuk disuntik namun untuk mencapai ovulasi induk betina ikan patin perlu
distimulasi menggunakan hormon. Proses ovulasi ini dilakukan oleh bantuan
manusia atau disebut juga dengan pemijahan buatan. Hormon yang biasa digunakan
adalah hormon ovaprim. Penyuntikan menggunakan hormon ovaprim dengan dosis
0,5 ml kg-1 bobot tubuh induk betina ikan patin pustina. Penyuntikan induk betina
di BPBAT sungai gelam dilakukan pada pukul 21.00 WIB menggunakan hormon
sintesis ovaprim. Dosis penyuntikan disajikan pada tabel 4.3. Sebagai berikut:
Penyuntikan dilakukan di bagian sebelah kanan dan kiri di belakang sirip dorsal
atau bagian punggung (intramuscular) dengan kemiringan 45℃ dengan arah jarum
ke bagian kepala. Kemiringan penyuntikan bertujuan agar jarum tidak mengenai
tulang belakang ikan. Ketika akan melakukan penyuntikan mata ikan ditutup dan
diletakkan ke dalam bak fiber. Mata ikan ditutup bertujuan agar ikan tidak berontak
ketika penyuntikan sedang berlangsung. Ovaprim pada jarum suntik dimasukkan
secara perlahan. Setelah larutan ovaprim habis, alat suntik ditarik dan daerah bekas
suntikan pada ikan diusap dengan jari agar larutan menyebar ke seluruh tubuh Induk
patin betina yang telah disuntik, selanjutnya induk ikan betina dikembalikan ke
dalam kolam pemberokan. Penyuntikan induk ikan patin pustina disajikan pada
gambar 4.7. Sebagai berikut:
Universitas Sriwijaya
22
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil induk betina dengan bobot 4 kg dan
induk jantan 3 kg menghasilkan teur seberat 468 g dengan waktu ovulasi 09.03
WIB. Induk betina dengan bobot 4 kg dan induk jantan dengan bobot 3,5 kg
menghasilkan telur seberat 526 g dengan waktu ovulasi 09. 59. Induk betina dengan
bobot 4 kg dan induk jantan dengan bobot 4 kg meghasilkan telur seberat 348 g
dengan waktu ovulasi 10.09 WIB. Induk betina dengan bobot 3 dan induk jantan 3
kg menghasilkan telur seberat 314 g. Serta terdapat 2 induk ikan betina yang tidak
mengalami ovulasi Dari hasil tersebut diketahui bahwa penyuntikan indukan patin
menggunakan hormon ovaprim dapat meningkatkan konsentrasi hormon
gonadotropin dalam darah sehingga dapat merangsang perkembangan telur dan
mempercepat proses pemijahan sehingga terjadi ovulasi (Vina et al., 2013).
Setelah semua telur distriping maka telur yang dihasilkan tersebut ditimbang
berat totalnya. Untuk megetahui berapa banyak telur yang dihasilkan maka diambil
sampel telur, lalu telur tersebut dihitung jumlahnya, lalu dikalikan dengan total
bobot telur. Proses perhitungan sampel telur untuk menghitung fekunditas disajikan
pada gambar 4.10 sebagai berikut:
Universitas Sriwijaya
25
Setelah proses striping baik untuk induk betina maupun untuk induk jantan
ikan patin pustina telah selesai, selanjutnya dilakukan pembuahan dengan cara
memasukkan air ke dalam wadah telur yang sudah dicampur dengan sperma. Proses
ini berlangsung dengan cepat karena sperma hanya aktif bergerak dan bertahan
hidup kurang lebih 1 menit setelah terkena air. Pembuahan telur ikan patin tterjadi
ketika telur dan sperma yang dicampurkan dengan air. Telur dan sperma yang telah
ditambahkan air diaduk secara perlahan dan merata. Proses pembuahan disajikan
pada gambar 4.11. Sebagai berikut:
Universitas Sriwijaya
26
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil fekunditas tertinggi yaitu sebanyak
198.900 butir per kg yang dihasilkan dari induk betina dengan bobot 4 kg dan induk
jantan dengan bobot 3 kg. Sedangkan hasil fekunditas terendah yaitu sebanyak
134.241 yang dihasilkan dari induk betina dengan bobot 4 kg dan induk jantan
dengan bobot 4 kg.
Universitas Sriwijaya
27
Fertilization rate (FR) merupakan persentase telur yang terbuahi dari jumlah
sampel telur yang diamati. Pada tabel di atas diketahui bahwa total sampel telur
yang dihitung sebanyak 1.727 butir telur dengan rata-rata fertilization rate sebesar
70,22 %. Nilai tersebut tergolong tinggi sesuai dengan pernyataan Taufiq (2010),
yang menyatakan bahwa persentase telur ikan yang terbuahi diatas 50 % tergolong
tinggi, sedangkan persentase telur ikan yang terbuahi sebesar 30-50 % tergolong
sedang dan dibawah 30 % tergolong rendah. Rendahnya nilai derajat pembuahan
disebabkan oleh kualitas telur ikan dan disebabkan oleh sifat telur ikan patin yang
mempunyai daya rekat sehingga telur mudah untuk menggumpal. Nilai FR yang
tinggi dapat terjadi karena pemberian hormon ovaprim. Manantung et al (2013)
menyatakan bahwa ovaprim dapat meningkatkan konsentrasi hormon gonadotropin
didalam darah sehingga sehingga dapat merangsang perkembangan telur.
Pemanenan larva dilakukan dengan cara diserok menggunakan serok halus
secara perlahan-lahan dan hati-hati supaya cangkag telur dan teur ika yang tidak
Universitas Sriwijaya
28
menetas tidak ikut terserok. Setelah di serok larva ditampung dalam bak fiber yang
bervolume 200 L untuk dilakukan perhitungan. Bak fiber yang dijadikan bak
penampungan larva diberi aerasi untuk menyuplai oksigen untuk kelangsungan
hidup larva. Pemanenan larva dilakukan secara bertahap karena telur tidak menetas
secara bersamaan. Sebaiknya panen larva dilakukan pada pagi hari saat suhu udara
tidak panas sehingga memperkecil tingkat stress pada larva. Proses panen larva
disajikan pada gambar 4.14. Sebagai berikut:
Universitas Sriwijaya
29
yang busuk karena telur ikan patin bersifat adhesive atau menempel sehingga
mempengaruhi pertumbuhan larva. Tujuan lain agar mengurangi kepadatan dan
kematian larva akibat sifat kanibal dari larva patin (Ihwan et al., 2021).
Pemeliharaan larva ikan patin pustina di BPBAT Sungai Gelam dilakukan
menggunakan kolam yang berukuran 500 m2 dan kedalaman air 1 m. Dengan padat
tebar larva 200 ekor per m2. Dalam pemeliharaan larva ikan patin pustina digunakan
2 kolam dengan jumlah tebar 400.000 ekor. Lama pemeliharaan larva di kolam
yaitu selama 40-45 hari.
Sebelum digunakan kolam terlebih dahulu dikeringkan dan di bersihkan
membuang apabila ada sisa ikan yang masih ada agar mengurangi predator dan
kompetitor. Setelah dibersihkan selanjutnya kolam dilakukan pembalikan tanah
dasar dan pengapuran menggunakan kapur tohor. Setelah itu kolam di isi air
menggunakan pompa atau selang. Pada bagian saluran air diberi saringan halus
untuk mencegah adanya predator maupun kompetitor masuk ke dalam kolam
pemeliharaan larva ikan patin. Proses persiapan kolam pendederan disajikan pada
gambar 4.15. Sebagai berikut:
Universitas Sriwijaya
30
Pemberian pakan pada larva ikan patin pada saat pendederan dilakukan ketika
ikan patin berumur 2 hari. Untuk pakan yang diberikan berupa pakan komersial
yaitu PF 0 dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pada pukul 08.00
WIB dan pukul 14.00 WIB. Pakan larva ikan patin disajikan pada gambar 4.16.
Sebagai berikut:
Universitas Sriwijaya
31
Universitas Sriwijaya
32
faktor lingkungan, ketersediaan pakan dan adanya hama serta penyakit pada saat
pemeliharaan.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
33 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, T., Diana, R. dan Istiyanto, S., 2015. Pengaruh papain pada pakan buatan
terhadap pertumbuhan ikan patin (Pangasius hypophthalmus). Journal Of
Aquaculture Management and Technology, 4(1), 47-53.
Anjar, R., Ayi, Y. dan Yuli, A., 2022. Teknik pembenihan ikan patin (Pangasius
hypopyhalmus) sistem corong. Jurnal Akuatek, 3(1), 33-40.
Hamid, A., Wardiatno, Y., Batu, D. T. F. dan Riani, E., 2015. Fekunditas dan
tingkat kematangan gonad rajungan (Portunus pelagicus) betina mengerami
telur di teluk lasongko, Sulawesi Tenggara. Jurnal Bawal Widya Riset
Perikanan Tangkap, 7(1), 43-50.
Ihwan., Ardana, K., Zainal, U., Siti, A. S. dan Andi, S., 2021. Reproduksi induk
dan pertumbuhan larva ikan patin (Pangasius hypophthlmus) hasil
pemijahan secara buatan menggunakan ovaprim syndel. Jurnal Pengelolaan
dan Sumberdaya Perairan, 5(2), 54-67.
Iskandar, A., Arif, M. M., Sari, B., Irwan., Janu, D. K. dan Muslim., 2022. Teknik
pembenihan ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) menggunakan
hormon untuk menghasilkan benih berkualitas. Jurnal Manajemen Riset
dan Teknologi, 3(2), 108-124
Iswanto, B. dan Evi, T., 2014. Keragaan pemijahan buatan antara ikan patin siam
(Pangasius hypophthalmus) betina dan ikan patin jambal (Pangasius
djambal) jantan dan ikan patin nasutus (Pangasius nasutus) jantan. Jurnal
Riset Akuakultur, 9(2), 191-201.
Khairuman. dan Amri K., 2014. Bisnis Pembenihan Ikan Konsumsi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Kordi, M.G.H.K., 2011. Budidaya Ikan Patin Secara Intensif. Bandung: Nuansa
Aulia.
Tania, S., Deby, S., dan Fitri, R. 2020. Proses pemijahan semi buatan dengan teknik
striping (pengurutan) pada ikan betok (Anabas testudineus). Jurnal ilmu
hewani tropika, 9(1): 29-37.
34 Universitas Sriwijaya
34 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan
Fekunditas
F= Total telur
Bobot betina
1. F= 795.600
4
= 198.900
2. F= 536.964
4
= 134.241
3. F= 516.530
3
= 172.176
Derajat Pembuahan
1. FR = 518
691
= 74,96%
2.FR= 331
449
= 73,72%
3. FR= 364
587
= 62%
Derajat Penetasan
HR = 1. 054.000
1.849.094
= 57 %
Universitas Sriwijaya
Kelangsungan hidup benih
Kolam A23
SR = 141.000 × 100%
200.000
= 70,5 %
Kolam B22
SR = 102.000 × 100%
200.000
= 51 %
Lampiran 2. Gambar
Universitas Sriwijaya
Hormon penyuntikan Persiapan air tanah liat Penyaringan air tanah liat
Universitas Sriwijaya