Anda di halaman 1dari 15

EMBRIOGENESIS DAN

ENDOSPERM
Embriogenesis: proses regenerasi tanaman melalui beberapa
tahapan dimulai dengan terbentuknya masa pro embriogenik
(PEM), diikuti pembentukan embrio, maturasi (pematangan),
desikasi (pengeringan) dan proses pertumbuhan tanaman
regeneran.

Endosperm: suatu jaringan penyimpanan makanan cadangan


(storage tissue) yang mana diserap oleh embryo sebelum atau
selama perkecambahan biji dan selalu terdapat di dalam biji
yang sangat muda
Latar Belakang
Teknik kultur embrio telah digunakan untuk memperoleh benih hasil
persilangan antar dan dalam spesies, benih tanpa endosperma atau dengan
endosperma abnormal, menghilangkan masalah dormansi, memperpendek
siklus pemuliaan, mendapatkan tanaman haploid, atau menyediakan bahan
untuk perbanyakan. Kultur embrio juga telah dimanfaatkan untuk
memperpendek siklus pemuliaan. Manfaat lain kultur embrio mempercepat
perolehan benih tanaman karena bahan tanaman yang digunakan berupa
embrio zigotik muda.
Perkembangan embrio secara in vitro merupakan proses embriogenesis
zigotik, yang prosesnya berurutan dari pembentukan zigotik ke proses
perkecambahan. Tahapan penting dalam kultur embrio yaitu : cara
mengisolasi embrio dan mendapatkan media kultur yang sesuai. Keberhasilan
embrio zigotik dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti umur embrio, jenis media
dasar, jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan dan
perlakuan embrio zigotik sebelum dikulturkan dalam media perlakuan
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga spesies kopi (Arabika, Robusta, dan Liberika) dan dilakukan
dengan memvariasikan umur buah dan formulasi media yang berbeda. Media Murasige and Skoog
(MS) dengan zat pengatur tumbuh yang disesuaikan dengan perkembangan embrio digunakan
dalam penelitian ini.
PENGAMATAN MORFOLOGI DAN KULTUR EMBRIO BERDASARKAN
ANATOMI PERKEMBANGAN BUAH TIGA
SPESIES KOPI PERKEMBANGAN EMBRIO BUAH KOPI
Pengamatan morfologi dan anatomi Kultur embrio dilakukan pengelompokan
perkembangan buah tiga spesies kopi buah yang terdiri dari buah mata yuyu,
dilakukan pada setiap bulan dari bunga buah belum matang, buah awal mulai
mekar sampai buah kopi dapat dipanen. matang, buah hampir matang, dan buah
Setiap bulan buah dari masing-masing
spesies kopi dipanen dan dibelah matang.
mengunakan pisau scalpel. Perkembangan
jaringan buah dan embrio diamati di
bawah mikroskop.
Perkembangan Buah Kopi

Kopi Arabika lebih cepat berubah warna dari hijau menjadi hijau
kemerahan dan merah dibandingkan kopi Robusta dan Liberika.
Proses perkembangan buah kopi Robusta dan Liberika lebih lama dari
kopi Arabika.
Perkembangan buah kopi tidak selalu sama dalam ukuran waktu yang
berbeda, disebabkan karena peristiwa musim produksi.
Perbedaan spesies kopi disebabkan karena ketinggian tempat, suhu,
dan kelembaban. Hal tsb menyebabkan perbedaan waktu pematangan
buah.
Proses pematangan buah kopi Arabika pada penelitian ini dipengaruhi
oleh kondisi iklim, kopi Arabika biasanya ditanam di dataran tinggi.
Hasil Penelitian
Perkembangan Buah Kopi Arabika
Perkembangan Buah Kopi Arabika
Perkembangan buah sampai 2 bulan setelah penyerbukan pada kopi Arabika, Robusta, dan Liberika,
belum dijumpai adanya embrio dalam buah. Pada Gambar 1A dapat dilihat hasil sayatan buah kopi
umur 2 bulan setelah penyerbukan, semua terlihat hanya berbentuk cairan.
Bulan ke-3 setelah penyerbukan, mulai terlihat endosperma dan perisprem pada kopi Arabika,
Robusta, dan Liberika. Pada saat ini perkembangan embrio terlihat masih pada tahap proembrio
stadium uniseluler sampai biseluler.
Embrio zigotik fase globular mulai terlihat pada bulan keempat (Gambar 1B), dengan ukurannya
embrio masih sangat kecil ( ± 0,1 mm).
Embrio fase globular dan hati terlihat di bulan ke-5 dan ke-6 setelah penyerbukan pada kopi Arabika
dan Robusta, dan bulan ke-6 sampai ke-7 pada kopi Liberika (Gambar 1C).
Fase elongated stage mulai terlihat pada bulan ke-7 setelah penyerbukan pada kopi Arabika dan kopi
Robusta, sementara pada kopi Liberika di bulan ke-8 setelah penyerbukan (Gambar 1D).
Embrio fase torpedo terlihat di bulan ke-8 pada kopi Arabika, di bulan ke-9 pada kopi Robusta
sementara pada kopi Liberika pada bulan ke-10 setelah penyerbukan (Gambar 1E).
Perbedaan waktu dalam perkembangan embrio zigotik kopi ini kemungkinan besar karena perbedaan
genotipe dari ketiga spesies kopi tersebut.
Hasil Penelitian
Perkembangan Kecambah kopi
(A) embrio zigotik fase elongated stage diantara kalus pada kultur
embrio buah belum matang kopi Robusta pada bulan ke-3 setelah
kultur.
(B) embrio fase torpedo dari kultur embrio zigotik buah awal mulai
matang kopi Liberika pada bulan ke-4 setelah kultur, sementara
embrio somatik fase globular dari jaringan endosprem.
(C) kecambah kopi Liberika pada kultur buah hampir matang tanpa
penambahan GA3 pada bulan ke-3 setelah kultur.
(D) kecambah kopi Liberika pada kultur buah hampir matang
dengan penambahan GA3 pada bulan ke-3 setelah kultur.
(E) planlet kopi Liberika dari embrio zigotik fase torpedo buah
matang,
(F) planlet kopi Arabika dari embrio zigotik fase torpedo buah
matang.
(G) planlet kopi Arabika dari biji buah matang yang langsung
ditanam pada media kultur.
(H) planlet kopi Robusta dari biji buah matang yang langsung
ditanam pada media kultur.
Perkembangan Kecambah Kopi

Faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji, ada dua faktor internal


(tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi) dan faktor eksternal (air,
temperatur, oksigen, dan cahaya).
Dalam proses perkembangan kultur in vitro kopi, perkembangan kultur
endosperm tidak diharapkan. Kultur endosprem akan menghasilkan tanaman
triploid, yang akan menghasilkan tanaman tanpa biji.
Kultur endosperm banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan tanaman tanpa
biji tetapi tidak untuk kopi karena yang dipanen adalah biji.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan, embrio fase globular yang terlihat
lebih cepat tumbuh dan berkembang menjadi embrio fase torpedo dalam
media segera dipisahkan dari jaringan lain.
Hasil Penelitian
Pembahasan
Perkecambahan tertinggi terlihat pada perlakuan BA 0,3 mg/l yang mencapai
angka 90% pada kopi Arabika dan Robusta (Tabel 2 dan 3), sementara pada
kopi Liberika 85% (Tabel 4).
Pada biji yang ditanam utuh di media kultur, kopi Arabika dan Robusta mulai
berkecambah setelah 3 bulan berada di media kultur, sementara kopi Liberika
baru mulai berkecambah pada bulan ke-4. Perbedaan waktu berkecambah ini
diduga karena perbedaan spesies kopi.
Hasil Penelitian
Pembahasan
Pada biji kopi Arabika, Robusta, dan Liberika yang langsung ditanam pada
media kultur, jumlah kecambah yang dihasilkan hanya satu, sementara pada
embrio fase torpedo yang langsung ditanam pada media kultur dengan
penambahan BA 0,3 dan 0,5 mg/l lebih dari satu (Tabel 5, 6, dan 7). Jumlah
kecambah yang lebih dari satu ini ternyata merupakan embrio somatik
sekunder, yang terbentuk dari embrio zigotik primer. Jumlah embrio somatik
sekunder tertinggi pada kopi Arabika, Robusta, dan Liberika dihasilkan dari
perlakuan BA 0,5 mg/l (Tabel 5, 6, dan 7).
Pembahasan
Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih dipengaruhi oleh
tingkat kemasakan buah dan ukuran buah.Disamping itu faktor viabilitas dan
jangka waktu benih dapat hidup juga berpengaruh terhadap kemampuan biji
untuk berkecambah. Komposisi media sangat berperan dalam keberhasilan
teknik kultur embrio secara in vitro. Hal ini karena dalam kultur embrio,
media berperan menggantikan fungsi dari endosperma dalam menyediakan
hara yang diperlukan untuk menumbuhkan embrio. Apabila hasilnya kurang
memuaskan, kultur dapat ditambahkan zat pengatur tumbuh dan bahan
organik lainnya.
Kesimpulan
Keberhasilan kultur embrio kopi ditentukan oleh umur embrio, genotipe,
komposisi medium, lingkungan fisik, dan kondisi pertumbuhan tanaman induk.
Semakin muda embrio yang dikultur akan semakin sulit ditumbuhkan pada
medium buatan, sedangkan semakin matang embrio yang ditumbuhkan akan
semakin mudah untuk tumbuh. Hal ini dibuktikan bahwa persentase
perkecambahan yang semakin tinggi ketika eksplan yang digunakan berasal dari
buah yang semakin matang. Komposisi media berperan dalam keberhasilan
teknik kultur embrio secara in vitro. Media berperan dalam menggantikan
fungsi endosperma dalam menyediakan hara yang diperlukan untuk
menumbuhkan embrio. Apabila hasilnya kurang, kultur dapat ditambahkan zat
pengatur tumbuh dan bahan organik lainnya.

Anda mungkin juga menyukai