FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konsep
Konsep dasar dari metode travel cost adalah waktu dan pengeluaran biaya perjalanan
(travel cost expenses) yang harus dibayarkan oleh para pengunjung untuk mengunjungi
tempat wisata tersebut yang merupakan hatga untuk akses ke tempat wisata (Garrod dan
Willis, 1999). Itulah yang disebut dengan willingness to pay (WTP) yang diukur
berdasarkan perbedaan biaya perjalanan. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang
dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat rekreasi, misalnya untuk menyalurkan
hobi memancing atau berekreasi di pantai, seseorang akan mengorbankan biaya dalam bentuk
waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut.
1.2 Definisi
TCM digunakan untuk estimasi nilai guna ekonomi yang berhubungan dengan
ekosistem atau lokasi-lokasi yang dimanfaatkan untuk rekreasi.
TCM dapat dipakai untuk estimasi manfaat atau biaya ekonomi yang dihasilkan dari:
1. Lokasi sangat bernilai bagi orang-orang sebagai lokasi wisata. Di lokasi ini tidak
ada spesies langka atau keunikan lain yang akan membuat “non-use values” di
lokasi ini significant.
2. Anggaran bagi proyek untuk melindungi lokasi ini relative murah. Sehingga
penggunaan metode yang relative murah seperti TCM menjadi sangat menarik.
Ada beberapa cara untuk mendekati permasalahan, dengan menggunakan variasi TCM.
Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu obyek wisata unggulan di Propinsi
Sulawesi Utara dan juga merupakan aset yang dapat meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat kota Manado pada khususnya dan Sulawesi Utara pada umumnya.
Selama ini aktivitas ekonomi dominan yang berlangsung di sekitar Taman Nasional
Bunaken adalah kegiatan ekowisata dengan mengandalkan daya tarik wisata bahari
berupa keindahan pemandangan bawah laut.Namun dari aktivitas ekowisata yang
dilakukan di Taman Nasional Bunaken ini menimbulkan beberapa permasalahan yang
kedepannya berpotensi menghambat pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan
yang nantinya akan menghambat juga peningkatan perekonomian dari sektor pariwisata
karena berkurangnya atau bahkan hilangnya kemampuan Taman Nasional Bunaken
didalam menyediakan layanan ekowisata. Beberapa permasalahan tersebut berdasarkan
Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bunaken adalah pembangunan sarana pariwisata di
dalam dan di sekitar kawasan Taman Nasional Bunaken terutama di Pulau Bunaken
intensitasnya sangat tinggi dan relatif kurang terkendali dan pada umumnya tidak
mempertimbangkan bahwa setiap ekosistem saling tergantung dengan ekosistem lainnya.
Apabila keadaan ini tidak dikendalikan akan menimbulkan kerusakan ekosistem,
pembangunan sarana prasarana tersebut mengganggu keutuhan dan keaslian lingkungan
sekitar. Disamping itu juga, mobilisasi perahu pengangkut wisatawan yang frekuensinya
semakin meningkat menimbulkan permasalahan dalam hal hasil buangan bahan bakar
berupa tumpahan minyak yang apabila terakumulasi dalam jangka waktu yang cukup
lama dan jumlahnya semakin meningkat akan dapat mempengaruhi kondisi biofisik
kawasan baik kondisi perairan dapat mengancam kelestarian ekosistem terumbu karang dan
menurunkan nilai estetika pariwisata di kawasan.Metode valuasi nilai lingkungan
khususnya untuk mengukur nilai ekonomi kawasan hutan wisata yang paling banyak dipakai
adalah travel cost method / TCM (Ward et.al. 2000 dalam Raharjo, 2002). Menurut Parson
(Champ, Kevin J.Boyle dan Thomas C. Brown (2003), metode ini umum diterapkan
didalam analisa manfaat biaya dalam penilaian kerusakan terhadap sumberdaya alam
dimana nilai-nilai rekreasi memiliki perannya. Metode biaya perjalanan ini menduga nilai
ekonomi sebuah kawasan wisata berdasarkan penialain yang diberikan masing-masing
individu atau masyarakat terhadap kenikmatan yang tidak ternilai (dalam rupiah) dari biaya
yang dikeluarkan untuk berkunjung ke sebuah obyek wisata, baik itu opportunuty cost
maupun biaya langsung yang dikeluarkan seperti biaya transportasi, konsumsi makanan,
minuman, dan hotel (Ward et.al. 2000 dalam Raharjo, 2002). Untuk menghitung nilai
ekonomi dari kegiatan pariwisata Taman Nasional Bunaken, didekati dengan
mengetahui tingkat keinginan membay ar dari konsumen/pengunjung (willingness to pay)
yang berkunjung ke obyek wisata tersebut yang dapat dilihat dari besaran biaya yang
dikeluarkan oleh seseorang pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata di Taman
Nasional Bunaken.
Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui nilai ekonomi Taman Nasional
Bunaken berdasarkan analisis biaya perjalanan pengunjung (travel cost) selama berkunjung
ke obyek wisata tersebut dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
kesediaan membayar pengunjung membayar manfaat dari keberadaan Taman Nasional
Bunaken. Sampel dalam penelitian nilai ekonomi kawasan Taman Nasional Bunaken ini
adalah pengunjung dari Taman Nasional Bunaken itu sendiri. Teknik sampling yang
digunakan adalah teknik simple random sampling yang merupakan bentuk dari teknik
probability sampling. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus
Solvin yang didasarkan pada tingkat kepercayaan yang digunakan dan jumlah populasi,
yang ditentukan dengan rumus (M. Aziz Firdaus, 2012) : n=
Dimana : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = tingkat kesalahan
Secara administratif Bagian Utara kawasan TN. Bunaken termasuk wilayah administrasi
Kota Manado dan wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Utara. Sedangkan bagian
selatan kawasan TN. Bunaken secara administratif termasuk wilayah administrasi
Kabupaten Minahasa dan wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Selatan. Lokasi
penelitian dikonsentrasikan di Pulau Bunaken yang termasuk kedalam wilayah
administratif kota Manado. Aksesibilitas TN. Bunaken yang tinggi memudahkan
pengunjung untuk datang. Untuk lokasi-lokasi di Pulau, dari Pelabuhan Manado dengan
menggunakan perahu motor hanya membutuhkan sekitar 20 menit untuk mencapai P.
Siladen, atau sekitar 30 menit ke P. Bunaken, atau sekitar 45 menit ke P. Manado Tua,
sekitar 50 menit ke P. Mantehage dan sekitar 1 jam ke P. Nain. Untuk lokasi di
daratan dari Kota manado dengan kondisi yang beraspal, sekitar 30 menit ke Molas
(daratan TN. Bunaken Utara) dan sekitar 1,5 jam ke Teling (daratan TN. Bunaken Selatan).
Taman Nasional Bunaken memiliki banyak keanekaragaman flora dan fauna baik di
daratan maupun di laut dan pesisir. Daratan di Taman Nasional Bunaken kaya dengan
jenis-jenis flora palma, sagu, woka, silar dan kelapa. Sedangkan jenis-jenis faunanya
antara lain Yaki (kera hitam Sulawesi) dan Kuskus yang merupakan penghuni hutan
di Pulau Manado Tua. Wilayah laut dan pesisir memiliki komposisi terumbu karang
yang proporsional dan kaya akan keanekaragaman jenis ikan karang, mamalia laut dan
penyu laut. Potensi pariwisata di kawasan Taman Nasional Bunaken bersifat khusus
yaitu wisata selam. Atraksi utamanya adalah keanekaragaman hayati pesisir dan laut
meliputi ekosistem terumbu karang, ikan-ikan hias, ikan ekonomis, mamalia laut
(dugong, paus, hiu, dan lumba-lumba) serta pemandangan lepas pantai. Demikian pula
dengan keanekaragaman jenis burung berada di ekosistem mangrove. Kegiatan wisata di
Taman Nasional Bunaken berupa pengamatan potensi alam, menyelam, snorkeling,
berkatamaran, mendaki Gunung Manado Tua, wisata budaya, bersampan di antara
rataan terumbu karang dan tubir, berjemur di pantai, dan santapan ikan laut (wisata
kuliner) di pantai liang Pulau Bunaken. Wisata penyelaman di Taman Nasional Bunaken
merupakan salah satu primadona kunjungan wisatawan di Propinsi Sulawesi Utara.
Terdapat 66 titik penyelaman (dive spot) di kawasan Taman Nasional Bunaken yang
tersebar di pulau-pulau maupun di kawasan pesisir, serta terdapat 34 jasa wisata
penyelaman yang menawarkan keperluan bagi pengunjung seperti pemandu wisata,
peralatan selam, dan penginapan (cottage).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda
dengan spesifikasi jumlah kunjungan tempat Wisata dipengaruhi oleh biaya perjalanan
pengunjung (transportasi, tiket, parkir, konsumsi, dokumentasi, d11), biaya perjalanan ke
objek wisata yang lain yaitu Simpang Lima, umur pengunjung, pendidikan, penghasilan per
bulan, dan jarak.
Potensi yang paling dominan yang dimiliki Wisata Alam Curug Sewu adalah
pemandangan dari atas pegunungan yang sangat indah serta adanya daya tank keistimewaan
air terjun Curug Sewu yang memiliki total ketinggian 70 meter yang terdiri dari tiga terjunan,
masing-masing memiliki ketinggian 45 meter, 15 meter, dan 20 meter terlihat sangat indah
dan menawan untuk dipandang. Selain itu air terjun Curug Sewu merupakan air terjun
tertinggi di propinsi Jawa Tengah. Dengan potensi yang dimiliki tersebut menyebabkan
sektor kepariwisataan di kawasan tersebut memiliki kecenderungan untuk berkembang
dengan pesat.
3.3 APLIKASI BIAYA PERJALANAN ( TRAVEL COST) PADA WISATA ALAM
STUDI KASUS: AIR TERJUN JUMOG KABUPATEN KARANGANYAR
Salah satu potensi ekowisata di Kabupaten Karanganyar adalah Air Terjun Jumog, di mana
terletak di Kecamatan Ngargoyoso, Desa berjo, atau empat puluh kilometer (km) sebelah
timur Surakarta. Pada tanggal 7 Agustus 2004 Air Terjun Jumog resmi dibuka oleh Bupati
Karanganyar sebagai salah satu obyek wisata alam di Kabupaten Karanganyar, namun karena
ada masalah internal pengelola membuat ada pergantian pengelolaan Air Terjun Jumog dari
investor ke desa (BUMDes) pada tanggal 1 Oktober 2008, di mana masyarakat akan
menjalani dan meng awasi seluruh kegiatan badan usaha milik desa tersebut.Air Terjun
Jumog memiliki potensi berupa keadaan lingkungan sekitar lokasi masih alami dan jenis air
terjun sendiri tidak terlalu tinggi sehingga dapat di manfaatkan sebagai terapi pengobatan.
Potensi ini menjadikan Air Terjun Jumog sebagai salah satu daerah tujuan wisata di
Kabupaten Karanganyar.
Logika sederhana metode ini, yaitu nilai manfaat dari suatu situs/kawasan akan setara
dengan biaya perjalanan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengunjungi situs tersebut
(Turner, 2004 dalam Adrianto, 2010). Metode ini dapat mengestimasi manfaat - manfaat
ekonomi atau biaya-biaya sebagai hasil dari: · Perubahan-perubahan biaya masuk dari seb
uah situs rekreasi.
(1) Zonal travel cost , dapat dilak ukan hanya dengan menggunakan data sekunder dan
beberapa data sederhana yang dikumpulkan dari para pengunjung.
(2) Individual travel cost, menggunakan sebuah survei yang lebih terperinci terhadap
para pengunjung.
(3) Random utility, menggunakan survey dan data -data pendukung lainnya, serta teknik
statistika yang lebih rumit.
TCM merupakan teknik yang pertama kali mengasumsikan bahwa nilai suatu tempat rekreasi
berkaitan dengan biaya perjalanan yang dikeluarkan para pengunjung.Setidaknya ada tiga
metode yang digunkan untuk menentukan nilai WTP dari seseorang untuk perbaikan
lingkungan yaitu:
Metode ini mengungkapkan nilai willingness to pay dengan melihat berapa besar
pengeluaran seseorang untuk mengurangi dampak dari buruknya kualitas lingkungan
terhadap dirinya.
Metode ini mengungkapkan nilai willingness to pay dengan menggunakan survei untuk
menanyakan secara langsung pada seseorang terhadap perubahan kualitas lingkungan yang
didasarkan pada sebuah skenario hipotesis.
METODE PENELITIAN
Travel cost m ethod atau biaya perjalanan merupakan metode yang digunakan untuk
menilai Barang lingkungan yang tidak mempunyai harga pasar. Dalam penelitian ini Air
Terjun Jumog dijadikan Oby ek peneliti u ntuk mencari tingkat kunjungan wisatawan dengan
pen dekatan metode biaya perjalanan ( Travel Cost). Salah satu cara pengambilan sempel
Penelitian dengan caranya dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada
pengunjung. Informasi tentang tangapan masyarakat terhadap biaya perjalanan digunkan
untuk menggambarkan kurva permintaan.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Estimasi Nilai ekonomi wisata alam (kesediaan membayar) Taman Nasional Bunaken
dihitung dari wisatawan nusantara adalah sebesar Rp. 140.405.171.010, dengan nilai
surplus konsumen sebesar Rp. 6.433.440.930 atau sebesar Rp. 232.271 per individu.
Sedangkan untuk estimasi nilai ekonomi wisata alam (kesediaan membayar) Taman
Nasional Bunaken dihitung dari wisatawan mancanegara adalah sebesar US$ 13.054.000
dengan nilai surplus konsumen sebesar US$ 232.000 atau sebesar US$ 8,36 per individu.
Nilai tersebut sekaligus menunjukan opportunity cost atau biaya korbanan yang harus
ditanggung masyarakat apabila Taman Nasional Bunaken mengalami kerusakan
ekosistem dan kehilangan daya tarik wisatanya.
2. Surplus konsumen wisatawan nusantara sebesar US$ 24,12 (kurs Rp. 9.630/1 US$) dan
konsumen surplus wisatawan mancanegara sebesar US$ 8,36, dengan demikian wisata
alam Taman Nasional Bunaken layak untuk dikembangkan karena masih di dalam range
estimasi surplus konsumen obyek wisata alam.
Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yang telah diuraikan pada BAB IV, secara
keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut:
2) Hasil analisis trend Air Terjun Jumog di mana menggunakan data timeseries pada
tahun 2005 sampai tahun 2009, dengan tahun dasar pada tahun 2007 menunjukan trend
Air Terjun Jumog mengalami peningkatan pengunjung sebesar 56613 orang pada tiap
tahunnya.
3) Hasil yang diperoleh dari analisis biaya perjalanan di mana akan menunjukan
surplus konsumen dan total manfaat bagi pengunjung Air Terjun Jumog. Total manfaat
pengunjung pada karcis masuk sama dengan nol adalah sebesar Rp74.578.533,33 ,- ,
sedangkan j ika surplus konsumen per 1000 penduduk per tahun pada tarif karcis masuk Rp
3000,- adalah Rp 41.230.347,21 ,-. Besaran nilai rata -rata kesediaan untuk membayar (WTP)
per pengunjung terhadap pengembangan fasilitas di Air Terjun Jumog adalah Rp
7014,06,-
4) Bentuk fungsi model empirik yang paling baik dalam penelitian ini adalah bentuk log -
log. Hasil analisis regresi menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) .
Variable biaya perjalanan (TC) dan Variabel
BAB V
REFERENSI
Djijono, 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan di
Taman Wisata Wan AbdulRachman, Propinsi Lampung, Makalah Pengantar Falsafah sains
(PPS702), http://rudyct.tripod.com/sem 023/ adnan_wantasem.htm
Salma, Irma Afia dan Indah Susilowati. 2004. Analisis Permintaan Objek Wisata Alam
Curug Sewu, Kabupaten Kendal dengan pendekatan Travel Cost. Dinamika
Pembangunan Vo. 1 No. 2/Desember 2004 :153-165.