Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK DENGAN KASUS HIPERTENSI


DI DUSUN POLAMAN DESA BLULUK
KABUPATEN LAMONGAN

OLEH:
CANDRA RETA FRANCHESKA
201903059

PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO
2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Telah disahkan dan disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan


keluarga di bawah ini :
Judul : Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan gerontik
dengan kasus hipertensi di Dusun Polaman Desa Bluluk
Kabupaten Lamongan
Nama : Candra Reta Francheska
NIM :201903059
Pada Tanggal :
Mojokerto, April 2020
Mahasiswa,

Candra Reta Francheska,S.Kep

NIM. 201903059

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik

( ) ( )
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi dapat didefisinikan sebagai tekanan darah tinggi persistem

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan distoliknya diatas

90mmHg (Wijaya, 2013)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut-sebut sebagai sillent

killer karena sesorang yang mengidap hipertensi yang bahkan sudah bertahun-

tahun seringkali tidak menyadarinya sampai terjadi komplikasi seperti kerusakan

organ vital yang cukup berat yang bisa mengakibatkan kematian. Sebanyak 70 %

penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi hingga

ia memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan. Sebagian lagi

mengalami tanda dan gejala seperti pusing, kencang di tengkuk, dan sering

berdebar-debar (Adib, 2009).

Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia di Indonesia sebesar 45,9%

untuk umur 55-64 tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8% umur >75 tahun.

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah pada

umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8%. Ada banyak faktor yang menyebabkan

hipertensi, faktor risiko tersebut antara lain yaitu umur, jenis kelamin, riwayat

keluarga, obesitas, kadar garam tinggi, kebiasaan merokok dan minum alkohol

(Baradero, 2008). Usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi
yang tidak dapat diubah. Bertambahnya umur mengakibatkan tekanan darah

meningkat, hal ini disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh darah seperti

penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi kaku dan

elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkan tekanan darah.(Yanita, 2017).

Lansia merupakan orang yang mempunyai faktor risiko umur dan juga

mungkin di sertai faktor-faktor risiko yang lain, yang harus diwaspadai dengan

benar-benar supaya memperhatikan pola hidup yang sehat sehingga tidak

menimbulkan hipertensi yang mungkin disertai dengan komplikasi yang

berbahaya, menurunkan angka kekambuhan hipertensi pada lansia salah satunya

adalah dengan menjaga pola makan yang sehat.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk membuat asuhan keperawatan gerontik dengan gangguan hipertensi

2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui konsep menua atau lansia secara umum

2) Untuk mengetahui konsep hipertensi pada lansia

3) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan

hipertensi
C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagi lansia, sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan tentang

hipertensi khususnya tentang faktor yang menyebabkan hipertensi dan cara

mengontrol tekanan darah sehingga tidak terjadi hipertensi berulang.

2. Bagi mahasiswa, sebagai bahan untuk mengaplikasikan ilmu dan asuhan

keperawatan pada lansia yang dapat di sekolahan untuk kalangan masyarakat

terutama lansia.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Lansia

1. Definisi Lansia

Proses menua adalah proses alamiah kehidupan yang terjadi mulai dari

awal seseorang hidup, dan memiliki beberapa fase yaitu anak, dewasa, dan tua

(Kholifah, 2016).

Lansia adalah tahap akhir dalam proses kehidupan yang terjadi banyak

penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang saling berhubungan satu

sama lain, sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun

jiwa pada lansia (Cabrera, 2015).

Lansia adalah seseorang yang mengalami tahap akhir dalam perkembangan

kehidupan manusia. UU No. 13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia

disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun

(Dewi, 2014).

Menurut Paris Constantinides, 1994 Menua adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara

normal, ketahanan terhadap injury (termasuk infeksi) tidak seperti pada saat

kelahirannya. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai


dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan

syaraf dan jaraingan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.

2. Klasifikasi umur lanjut usia

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Menurut Depkes, membagi lansia sebagai berikut :

1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas

2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium

3. Tipe Lansia

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-

macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:

1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.


2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang

dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman

pergaulan, serta memenuhi undangan.

3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,

menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,

kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang

disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit

dilayani dan pengkritik.

4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,

mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti

kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.

5) Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian,

mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh

(Nugroho, 2008).

4. Teori Proses Menua

Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut :

 Teori Biologis

1. Teori radikal bebas

Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat

menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal

bebas akan dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil

lolos dan berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang


terdapat di lingkungan seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar

ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses

penuaan. Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal

bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-

produk limbah yang menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika

radikal bebas menyerang molekul, akan terjadi kerusakan membran sel;

penuaan diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada

akhirnya mengganggu fungsi. Dukungan untuk teori radikal bebas

ditemukan dalam lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya lemak

dan protein. Peran lipofusin pada penuaan mungkin kemampuannya

untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi DNA. Lipofusin, yang

menyebabkan bintik-bintik penuaan, adalah dengan produk oksidasi dan

oleh karena itu tampaknya terkait dengan radikal bebas.

2. Teori cross-link

Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen

dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama

meningkatkan regiditas sel, cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia

yang menimbulkan senyawa antara melokul-melokul yang normalnya

terpisah (Ebersole & Hess, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).

3. Teori imunologis

Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama

proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam


pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh

sehingga pada lamsia akan sangat mudah mengalami infeksi dan

kanker.perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan

limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T intuk

memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun

akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan

pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.

 Teori Psikososial

1. Teori Disengagement (Penarikan Diri)

Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat

dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak

sosial telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi

yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia

adalah agar dapat menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali

pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum

dicapai.

2. Teori Aktivitas

Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses

maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan

cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya

adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian

menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif


mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang

berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan.

3. Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan

kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa.

Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga

usia lanjut dan akan semakin menurunkan kualitas hidup.

5. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Proses Penuaan

1. Hereditas atau ketuaan genetic

2. Nutrisi atau makanan

3. Status kesehatan

4. Pengalamn hidup

5. Lingkungan

6. Stress

6. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarg yaitu:

1. Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama sisa

umurnya.

2. Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan

pasangan hidupnya, keluarga, dan teman.


3. Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait

dengan status kesehatan dan ekonomi

4. Menyiapkan pendapatan yang memadai

5. Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal

6. Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif

7. Memelihara kebersihan diri

8. Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan keluarga dan

teman

9. Memelihara keterlibatan social, sipil dan politisi

10. Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang meningkatkan

status

11. Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan

12. Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi penyakit diri

dan pasangan hidup dan kematian pasangan hidup dan orang yang

disayangi; menyesuaikan diri dengan orang yang disayangi

13. Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan kenyamanan

dalam filosofi atau agama.


7. Pathway Proses Menua
Proses Menua

Fase 1 subklinik Fase 2 transisi Fase 3 klinik

Usia 25-35 Penurunan hormon Usia 35-45 Usia 45 produksi hormon


(testosteron, growt hormon, Penurunan hormon 25 sudah berkurang
estrogen) % hingga akhirnya berhenti

Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres

Peningkatan radikal
bebas

Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)
Sistem dalam tubuh mulai
terganggu spti : penglihatan
menurun, rambut beruban,
stamina & enegi berkurang,
wanita (menopause),pria
(andopause).

Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)

8. Perubahan- Perubahan yang terjadi pada Lansia

Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri

manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial

dan seksual (Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016).

 Perubahan Fisik (Sistem Indra)

a. Sistem pendengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran)

disebabkan karena hilangnya kemampuan (daya) pendegaran pada

telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%

terjadi pada usia diatas 60 tahuhn.


b. Sistem Intergumen Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur,

tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan

sehingga menjadi tipis dan bercerak. Kekeringan kulit disebabkan

atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen

berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

c. Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada

lansia: jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago,

tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit,

tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago:

jaringan kartilago pada pesendian menjadi lunak dan mengalami

granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan

kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi

cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada

persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang:

berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari

penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan

lebih lanut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.

Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,

penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan

penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek


negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti

tondon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

d. Sistem Kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler

pada lansia adalah masa jantung bertambah, venrikel kiri

mengalami hipertropi sehingga perenggangan jantung berkurang,

kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini

disebabkan oleh penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node dan

jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

e. Sistem Respirasi Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan

ikat paru, kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru

bertambah untuk mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara

yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago

dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan

kemampuan perenggangan torak berkurang.

f. Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada sistem

pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran

fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap

menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver

(hati) makin mengecil dan menurunnya tmpat penyimpanan, dan

berkurangnya aliran darah.


g. Sistem Perkemihan Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan

yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,

contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

h. Sistem Saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan

anatonim dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia.

Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam

melakukan aktifitas sehari-hari.

i. Sistem Reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai

dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara.

Pada laki-laki masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun

adanya penurunan secara berangsur-angsur.

 Perubahan Kognitif

1. Memory (daya ingat, Ingatan).

2. IQ (Intellegent Quotient)

3. Kemampuan Belajar (Learning).

4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension).

5. Pemecahan Masalah (Problem Solving).

6. Pengambilan Keputusan (Decision Making).

7. Kebijaksanaan (Wisdom).

8. Kinerja (Performance).

9. Motivasi.

 Perubahan Mental
Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental:

1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

2. Kesehatan umum.

3. Tingkat pendidikan.

4. Keturunan (hereditas).

5. Lingkungan.

6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.

8. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

family.

9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran

diri, perubahan kensep diri.

 Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia

semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam

berfikir dan bertindak sehari-hari.


B. Konsep Dasar Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan

atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan

keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal

atau kronis dalam waktu yang lama( Sarawati,2009)

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya

beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain

seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan

darah, makin besar resikonya.

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada

populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan

tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2010).

2. Etiologi

Berdasarkan penyebab hipertensi juga dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan

yaitu:

1. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial


Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini merupakan jenis hipertensi yang

tidak tidak diketahui penyebabnya. Ini merupakan jenis hipertensi yang paling

banyak yaitu sekitar 90-95% dari insiden hipertensi secara keseluruhan.

Hipertensi primer ini sering tidak disertai dengan gejala dan biasanya gejala

baru muncul saat hipertensi sudah berat atau sudah menimbulkan komplikasi.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan hipertensi dijuluki sebagai sillent

killer (Yasmara, 2016).

Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi primer terjadi karena

kondisi masyarakat yang memiliki asupan garam cukup tinggi, lebih dari 6,8

gram setiap hari, serta karena faktor genetik (Junaidi, 2010).

2. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Jumlah hipertensi sekunder hanya sekitar 5-10% dari kejadian

hipertensi secara keseluruhan. Hipertensi jenis ini merupakan dampak

sekunder dari penyakit tertentu. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan

hipertensi antara lain penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,

hiperaldosteron maupun kehamilan. Selain itu, obat-obatan tertentu bisa

juga menjadi pemicu jenis hipertensi sekunder (Yasmara, 2016).

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan karena

gangguan pembuluh darah atau organ tubuh tertentu, seperti ginjal, kelenjar

adrenalin, dan aorta. Penyebab hipertensi sekunder sekitar 5-10% berasal

dari penyakit ginjal, dan sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab lain yang jarang

adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang

menghasilkan hormon epinerin (adrenalin) atau norepinerin (noradrenalin)

(Junaidi, 2010).

Penyebab hipertensi dengan orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan

pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun.

2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3. Ketidakmampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah selain penentuan tekanan ateri oleh dokter yang memeriksa. Hal

ini berarti arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekakan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri

kepala dan kelelahan. Dan kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

1) Mengeluh sakit kepala, pusig

2) Lemas kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epistaksis

8) Kesadaran menurun.

4. Klasifikasi

Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa menurut JNC VI

Kategori Tekanan Darah Sistole Tekanan Darah Diastole

(mmHg) (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal 120 – 129 80 – 84

Tinggi-Normal 130 – 139 85 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109

Hipertensi derajat 3 >180 >110

Keterangan:
- Kategori normal dapat diterima jika individu tersebut tidak mengkonsumsi

obat atau sedang sakit.

- Jika TD sistolik atau diastolik jatuh kekategori yang berbeda, maka yang

dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. Misal: 160/92 diklasifikasikan

sebagai hipertensi derajat 2; 174/120 diklasifikasikan sebagai hipertensi

derajat 3.

- Hipertensi sistolik terisolasi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik

>140 mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg. Misal: tekanan

darah 170/82 mmHg merupakan hipertensi sistolik derajat terisolasi

derajat 2.

Sumber : (Yasmara, 2016)

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan


dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural

dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi

otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa


oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan

peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

6. Pathway
7. Komplikasi

Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi bebagai penyakit diantaranya

stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi dan lain-lain (Shanty, 2011).

1. Stroke

Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya

atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami

hal ini akan mati dan tidak bisa berfungsi lagi. Pada hal ini hipertensi dapat

menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah,

sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan rentan pecah.

Pecahnya pembuluh darah disuatu tempat diotak dapat menyebabkan sel-sel

otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang dibawa

melalui pembulu darah tersebut menjadi kurang ntrisi dan akhirnya mati.

Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang pecah tersebut juga dapat

merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.

2. Penyakit jantung

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap

pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi hipertropi

ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kebutuhan oksigen oleh

miokardium akan meningkat akibat hipertropi ventrikel. Hal ini

mengakibatkan peningkatan beban kerja jantung yang pada akhirnya

menyebabkan angina dan infark miokardium. Disamping itu juga secara


sederhana dikatakan peningkatan tekanan darah mempercepat aterosklerosis

dan arteriosklerosis.

3. Komplikasi pada ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler ginjal dan glomelurus. Rusaknya glomelurus mengakibatkan

darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal sehingga nefron akan

terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya

membran glomelurus mengakibatkan protein akan keluar melalui urin

sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, meyebabkan edema.

4. Komplikasi pada otak

Tekanan darah yang terus menerus tinggi menyebabkan kerusakan pada

dinding pembuluh darah yang disebut disfungsi endotel. Hal ini memicu

pembentukan plak aterosklerosis dan thrombosis (pembekuan darah yang

berlebihan). Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (suatu dilatasi

dinding arteri, akibat kongenital atau perkembangan yang lemah pada

dinding pembuluh.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:

1. Pemeriksaan yang segera seperti:


a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari

sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan

factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /

fungsi ginjal.

c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan

hipertensi).

d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron

utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan

hipertensi.

f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiovaskuler).

g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi

dan hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer

(penyebab).

i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

ada DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko

hipertensi.

k. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi

ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola

regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda

dini penyakit jantung hipertensi.

l. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan

terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan

yang pertama):

a. IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.

b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. IUP: Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

d. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis

pasien

9. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis merupakan pengobatan tanpa obat –

obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan
darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup

sehat seperti: (Junaidi, 2010)

a. Pencegahan hipertensi dengan istirahat yang cukup

Istirahat dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot, sehingga

mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat dengan posisi

berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak. Berusahalah untuk

beristirahat setelah beberapa saat melakukan kesibukan rutinitas.

b. Pencegahan hipertensi dengan mengatur pola makan

Perbanyak minum air putih. Cara makan yang baik adalah sedikit-

sedikit tapi sering, bukan banyak tapi jarang. Selain itu atur pola makan

dengan cara kurangi minum-minuman yang mengandung soda, hindari

makan ikan asin, diet rendah kolesterol.

c. Pencegahan hipertensi dengan batasi konsumsi garam

Diet rendah garam diperlukan terutama pada orang yang punya potensi

tinggi hipertensi, dapat dilakukan dengan cara menggunakan garam

sebagai bumbu masak secukupnya saja, perbanyak rempah-rempah dan

kurangi garam.

d. Pencegahan hipertensi dengan mengurangi / tidak minum – minuman

beralkohol

Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Seseorang yang

sering minum dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah


berubah dan cenderung meningkat. Sehingga hipertensi dapat dihindari

dengan tidak mengkonsumsi alkohol.

e. Pencegahan hipertensi dengan olahraga yang cukup dan yang tidak

terlalu berat

Olahraga dianjurkan bagi orang yang resiko tinggi hipertensi, yakni

dengan jalan santai, jogging, bersepeda, renang secara teratur. Olahraga

rileks seperti yoga dan meditasi. Selain dapat memperlancar pembuluh

darah, olahraga dapat pula membakar lemak sehingga tidak kelebihan

berat badan.

f. Pencegahan hipertensi dengan berhenti merokok

Cara untuk menghindari pengaruh rokok yaitu sebaiknya menghindari

daerah yang terkena asap rokok. Jika anda seorang perokok, kurangilah

jumlah konsumsi batang rokok, lama menghisap, dan banyak hisapan.

Jika anda pernah merokok, berhentilah merokok sama sekali dengan niat

penuh.

2. Penatalaksanaan Farmakologis

Jenis – jenis obat anti hipertensi menurut (Junaidi, 2010) yaitu :

a. Diuretic Seperti Hidroklorotiazid

Kerja utama menurunkan volume darah, aliran darah, ginjal dan curah

jantung. Menghambat reabsorbsi natrium dan air dalam ginjal. Bekerja

mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang

yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi ringan.


b. Inhibitor Adrenergik

Kerja utama memperlambat denyut. Menurunkan tekanan darah dengan

menurunkan curah jantung. Menghasilkan kecepatan jantung yang lebih

lambat. Menghasilkan tekanan darah yang lebih rendah dan menurunkan

tekanan darah saat berdiri juga saat telentang.

c. Vasodilator

Kerja utama untuk menurunkan tekanan perifer namun secara

berlawanan meningkatkan curah jantung dan menurunkan tekanan

sistolik dan diastolic.

d. Penghambat ACE

Kerja utama untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat

yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contohnya

Kaptropil 12,5 ; 25 ; 50 mg (Capoten, Captensin, Tensicap), Enalapril 5

& 10 mg (Tenase).

e. Antagonis Kalsium

Kerja utama menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel.

Menurunkan afterload jantung. Memperlambat kecepatan hantaran

impuls jantung. Menurunkan kerja jantung dan konsumsi energy,

meningkatkan pengiriman oksigen ke jantung.


C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi

A. Pengkajian

1. Anamesis
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
( ) Laki-laki ( ) Perempuan
Umur :
( ) Middle Age ( ) Elderly ( ) Old ( ) Very old
Status :
( ) Menikah ( ) Tidak menikah ( ) Janda ( ) Duda
Agama :
( ) Islam ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Katolik ( ) Budha
Suku :
( ) Jawa ( ) Madura ( ) Lain-lain, sebutkan ......
Tingkat Pendidikan :
( ) Tidak tamat SD ( ) Tamat SD ( ) SMP
( ) SMU ( ) PT ( ) Buta huruf
Sumber Pendapatan :
( ) Ada, jelaskan dari anka anaknya
Keluarga yang Dapat Dihubungi :
( ) Ada yaitu anaknya
Riwayat Pekerjaan :
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini :
( ) Nyeri dada ( ) Pusing(mbliyur) ( ) Batuk
( ) Panas ( ) Sesak ( ) Gatal
( ) Diare ( ) Jantung berdebar
( ) Nyeri sendi ( ) Penglihatan kabur

Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir :


( ) Nyeri dada ( ) Pusing ( ) Batuk
( ) Panas ( ) Sesak ( ) Gatal
( ) Diare ( ) Jantung berdebar
( ) Nyeri sendi ( ) Penglihatan kabur

Penyakit saat ini :


( ) Sesak nafas/PPOM ( ) Nyeri Sendi/Rematik ( ) vertigo
( ) Diare ( ) Penyakit kulit ( ) Jantung
( ) Mata ( ) DM () Hipertensi

Kejadian penyakit 3 bulan terakhir :


( ) Sesak nafas/PPOM ( ) Nyeri Sendi/Rematik
( ) Diare ( ) Penyakit kulit ( ) Jantung
( ) Mata ( ) DM ( ) Hipertensi
3. Status Fisiologi
Bagaimana postur tulang belakang lansia :
( ) Tegap ( ) Kifosis ( ) Skoliosis ( ) Lordosis
Tanda-tanda vital dan status gizi :
(1) Suhu :
(2) Tekanan Darah :
(3) Nadi :
(4) Respirasi :
(5) Berat badan :
(6) Tinggi badan :
4. Genogram
Silsilah dalam keluarga mencakup 3 keturunan yang ada.
5. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Riwayat kesehatan yang dialami tiap masing-masing anggota keluarga dalam
waktu sepekan.
6. Denah rumah
Meliputi kecerahan, ventilasi, dan lingkup kebersihan rumah dalam sehari-
hari.
7. Struktur keluarga
Didalam anggota keluarga membina pola komunikasi dengan baik dan saling
ada keterbukaan.
8. Pengkajian Fisik
a. Kepala
Kebersihan :
Kerontokan rambut :
Keluhan :
Jika ya, jelaskan :
b. Mata
Konjungtiva :
Sklera :
Strabismus :
Penglihatan :
Peradangan :
Riwayat katarak :
Keluhan :
Jika ya, jelaskan :
Penggunaan kacamata :
c. Hidung
Bentuk :
Peradangan :
Penciuman :
Jika ya, jelaskan :
d. Mulut dan tenggorokan
Kebersihan :
Mukosa :
Peradangan/stomatitis :
Gigi geligi :
Radang gusi :
Kesulitan mengunyah :
Kesulitan menelan :
e. Telinga
Kebersihan :
Peradangan :
Pendengaran :
Jika terganggu, jelaskan :
Keluhan lain :
Jika ya, jelaskan :
f. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid :
JVD :
Kaku kuduk :
g. Dada
Bentuk dada :
Retraksi :
Wheezing :
Ronchi :
Suara jantung tambahan :
Ictus cordis :
h. Abdomen
Bentuk :
Nyeri tekan :
Kembung :
Supel :
Bising usus :
Frekwensi :
Massa :
i. Genetalia
Kebersihan :
Haemoroid :
Hernia :
j. Ekstremitas
Kekuatan otot : (skala 1 – 5 )
Kekuatan otot
0 : Lumpuh
1 : Ada kontraksi
2 : Melawan grafitasi dengan sokongan
3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
5 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Postur tubuh :
Rentang gerak :
Deformitas :
Tremor :
Edema kaki :
Penggunaan alat bantu : ; Jenis :
Refleks
Kanan Kiri

Biceps

Triceps

Knee

Achiles

Keterangan:
Refleks + : Normal
Refleks - : Menurun/meningkat

k. Integumen
Kebersihan :
Warna :
Kelembaban :
Gangguan pada kulit : ;jelaskan……
9. Pengkajian Psikososial
Motivasi penghuni panti
( ) Kemampuan sendiri
( ) Terpaksa
Frekwensi kunjungan keluarga
( ) 1 kali/bulan
( ) 2 kali/bulan
( ) Tidak pernah
Hubungan dengan orang lain dalam wisma :
( ) Tidak dikenal
( ) Sebatas kenal
( ) Mampu berinteraksi
( ) Mampu kejasama
Hubungan dengan orang lain diluar wisma didalam panti
( ) Tidak dikenal
( ) Sebatas kenal
( ) Mampu berinteraksi
( ) Mampu kejasama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti
( ) Selalu
( ) Sering
( ) Jarang
( ) Tidak pernah
APGAR KELUARGA
(Skrinning singkat mengkaji fungsi SOSIAL Lansia)
Tidak
No Fungsi URAIAN Selalu Kadang
Pernah
1. Adapta-tion Saya puas bahwa saya
dapat kembali pada
keluarga (teman2)
saya untuk membantu
pada waktu saya
susah.
2. Partner-ship Saya puas dengan cara
keluarga (teman2)
saya membicarakan
sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan
masalah dengan saya.
3. Growth Saya puas bahwa
keluarga (teman2)
menerima saya untuk
melakukan aktifitas
atau arah baru.
4. Affec-tion Saya puas dengan cara
kelaurga (teman2)
saya mengekspresikan
afek dan berespon
terhadap emosi saya
seperti marah, sedih
atau mencintai.
5. Resol-ve Saya puas dengan cara
teman2 saya dan saya
menyediakan waktu
bersama2.

INTERPRETASI HASIL :
Fungsional :
Disfungsional :
Jelaskan :

Stabilitas emosi
( ) Labil
( ) Stabil
( ) Iritabel
( ) Datar
Jelaskan :

1. Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
( ) Apakah klien mengalami susah tidur
( ) Ada masalah atau banyak pikiran
( ) Apakah klien murung atau menangis sendiri
( ) Apakah klien sering was-was atau kuatir
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika jawaban ya 1
atau lebih
Pertanyaan tahap 2
() keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam 1 bulan
() ada gangguan ata masalah dengan orang lain
() menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
() cenderung mengurnug diri
Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban iya ,
maka masalah emosional ada atau ada gangguan
emosional

Ganggaun emosional

SKALA DEPRESI GERIATRIK

1. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda ?


( ) Ya ( ) Tidak
2. Apakah anda sudah menghentikan banyak kegiatan dan hal-hal yang menarik
minat anda
( ) Ya ( ) Tidak
1. Apakah anda merasa hidup anda hampa ?
( ) Ya ( ) Tidak
2. Apakah anda sering merasa bosan ?
( ) Ya ( ) Tidak
3. Apakah anda biasanya bersemangat / gembira ?
( ) Ya ( ) Tidak
4. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?
( ) Ya ( ) Tidak
5. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?
( ) Ya ( ) Tidak
6. Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?
( ) Ya ( ) Tidak
7. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada keluar dan mengerjakan
sesuatu yang baru ?
( ) Ya ( ) Tidak
8. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda
dibanding kebanyakan orang
( ) Ya ( ) Tidak

9. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ?


( ) Ya ( ) Tidak
10. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?
( ) Ya ( ) Tidak
11. Apakah anda merasa anda penuh semangat ?
( ) Ya ( ) Tidak
12. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?
( ) Ya ( ) Tidak
13. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari pada anda ?
( ) Ya ( ) Tidak

Skor : Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal


Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1.
- Skor antara 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi.
- Skor 10 atau lebih merupakan depresi.
Jelaskan :
PENILAIAN DEPRESI MENURUT Beck and Beck :

1. Kesediaan
0. Saya tidak merasa sedih
1. Saya merasa sedih
2. Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
3. Saya sangat sedih/tak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya
2. Pesimisme
0. Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
1. Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
2. Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
3. Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
3. Rasa kegagalan
0. Saya tidak merasa gagal
1. Bila merasa telah gagal melebihi pada umumnya
2. Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
3. Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami atau istri)
4. Ketidakpuasan
0. Saya tidak merasa tidak puas
1. Saya tidak mempunyai cara yang saya gunakan
2. Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
3. Saya tidak puas dengan segalanya
5. Rasa bersalah
0. Saya tidak kecewa dengan diri sendiri
1. Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
2. Saya merasa sangat bersalah
3. Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga
6. Tidak menyukai diri sendiri
0. Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
1. Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
2. Saya muak dengan diri saya sendiri
3. Saya benci diri saya sendiri
7. Membahayakan diri sendiri
0. Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
1. Saya merasa lebih baik mati
2. Saya mempunyai rencana pasti tentang rencana bunuh diri
3. Saya akan membunuh saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
8. Menarik diri dari sosial
0. Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
1. Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
2. Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
3. Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semuanya

9. Keragu-raguan
0. Saya membuat keputusan yang baik
1. Saya berusaha mengambil keputusan
2. Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
3. Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
10. Perubahan Gambaran Diri
0. Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumya
1. Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik
2. Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik
3. Saya merasa bahwa saya jelek dan tampak menjijikkan
11. Kesulitan Kerja
0. Saya tidak bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
1. Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
2. Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan untuk melakukan sesuatu
3. Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
12. Keletihan
0. Saya tidak merasa lebih lelah dari sebelumnya
1. Saya merasa lelah dari yang biasanya
2. Saya merasa lebih untuk melakukan sesuatu
3. Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
13. Anoreksia
0. Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
1. Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
2. Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
3. Nafsu makan saya tidak buruk dari sebelumnya
0–4 : Depresi tidak ada atau minimal
4– 7 : Depresi ringan
8 – 15 : Depresi sedang
16 ke atas : Depresi berat
Jelaskan:
2. Tingkat kerusakan intelektual
Dengan menggunakan SPMSQ (short portable mental status quesioner).
Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini :
Benar Salah Nomo Pertanyaan
r

1 Tanggal berapa hari ini ?

2 Hari apa sekarang ?


3 Apa nama tempat ini ?

4 Dimana alamat anda ?

5 Berapa umur anda ?

6 Kapan anda lahir ?

7 Siapa presiden Indonesia ?

8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

9 Siapa nama ibu anda ?

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari


setiap angka baru, secara menurun

JUMLAH

Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Jelaskan :
IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF

Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun :
Musim :
Tanggal :
Hari :
Bulan :
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara
Propinsi
Kabupaten/kota
Panti
Wisma
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudia
ditanyakan kepada klien,
menjawab :
kursi
meja
kertas
4 Perhatian 5 Meminta klien berhitung mulai
dan dari 100 kemudian kurangi 7
kalkulasi sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke- 2
(tiap poin nilai 1)

6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien tentang


benda (sambil menunjukan
benda tersebut).
1.
2

Minta klien untuk mengulangi


kata berkut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi
)
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri 3
langkah.
Ambil kertas ditangan anda,
lipat dua dan taruh dilantai.
1.
2.
3.
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai satu poin.
“tutup mata anda”

Perintahkan kepada klien untuk


menulis kalimat dan menyalin
gambar.

Total nilai 30

Interpretasi hasil :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 - 17 : Gangguan kognitif berat
Jelaskan :

5. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN


Kebiasaan merokok
( ) > 3 batang sehari
( ) < 3 batang sehari
() Tidak merokok
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
Frekwensi makan
( ) 1 kali sehari
( ) 2 kali sehari
( ) 3 kali sehari
( ) Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan
( ) 1 porsi dihabis
( ) ½ porsi yang dihabiskan
( ) < ½ porsi yang dihabiskan
( ) Lain-lain
Makanan tambahan
( ) Dihabiskan
( ) Tidak dihabiskan
( ) Kadang-kadang dihabiskan

Pola pemenuhan cairan


Frekwensi minum
( ) < 3 gelas sehari
( ) > 3 gelang sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan :
(1) Takut kencing malang hari
(2) Tidak haus
(3) Persediaan air minum terbatas
(4) Kebiasaan minum sedikit
Jenis Minuman
( ) Air putih ( ) Teh ( ) Kopi
( ) susu ( ) air gula
Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur
( ) < 4 jam ( ) 4 – 6 jam ( ) > 6 jam
Gangguan tidur berupa
( ) Insomnia ( ) sering terbangun ( ) Sulit mengawali
( ) tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur
( ) santai ( ) diam saja
( ) ketrampilan ( ) Kegiatan keagamaan

Pola eliminasi BAB


Frekwensi BAB
( ) 1 kali sehari
( ) 2 kali sehari
( ) Lainnya, ………………….
Konsisitensi
( ) Encer ( ) Keras ( ) Lembek
Gangguan BAB
( ) Inkontinensia alvi
( ) Konstipasi
( ) Diare
( ) Tidak ada

Pola BAK
Frekwensi BAK
( ) 1 – 3 kali sehari
( ) 4 – 6 kali sehari
( ) > 6 kali sehari
Warna urine
( ) Kuning jernih
( ) Putih jernih
( ) Kuning keruh
Gangguan BAK
( ) Inkontinensia urine
( ) Retensi urine
( ) Tidak ada
Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan
( ) Membantu kegiatan dapur
( ) Berkebun
( ) Pekerjaan rumah tangga
( ) Ketrampilan tangan
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi
( ) 1 kali sehari
( ) 2 kali sehari
( ) 3 kali sehari
( ) < 1 kali sehari
Memakai sabun
( ) ya ( ) tidak
Sikat gigi
( ) 1 kali sehari
( ) 2 kali sehari
( ) Tidak pernah, alasan pasien malas untuk sikat gigi.
Menggunakan pasta gigi
( ) ya ( ) tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih
( ) 1 kali sehari
( ) > 1 kali sehari
( ) Tidak ganti
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari:
Indeks Barthel
Pengkajian Fungsional berdasar Barthel Indeks :
NILAI
NO AKTIVITAS
BANTUAN MANDIRI
1. Makan
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat
tidur dan sebaliknya, termasuk
duduk di tempat tidur
3. Kebersian diri, mencuci muka,
menyisir, mencukur dan mengosok
gigi
4. Aktivitas toilet
5. Mandi
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika
tidak mampu berjalan lakukan
dengan kursi roda )
7. Naik turun tangga `
8. Berpakaian termasuk mengenakan
sepatu
9. Mengontrol defekasi
10. Mengontrol berkemih
JUMLAH

Penilaian :
0 – 20 : Ketergantungan sangat berat
21 – 61 : Ketergantungan berat / sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan sedang
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Jelaskan :

Indeks KATZ :

Termasuk/katagori mana klien ?


A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian, pergi
ke toilet, berpindah dan mandi.
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas.
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Keterangan :

Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangannya) Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK LANSIA


(Tinneti, ME, dan Ginter, SF, 1998)

1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan


Bangun dari kursi ( dimasukan dalam analisis )*
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong tubuhnya ke
atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursiterlebih dahulu, tidak stabil
pada saat berdiri pertama kali.

Duduk ke kursi ( dimasukan dalam analisis )*


Menjatuhkan diri di kursi, tidak duduk di tengah kursi

Keterangan ( )* : kursi yang keras dan tanpa lengan

Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum perlahan-lahan


sebanyak 3 kali)
Menggerakan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya

Mata Tertutup

Perputaran leher
Menggerakan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya, keluhan vertigo, pusing, atau keadaan tidak stabil.

Gerakan menggapai sesuatu


Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu untuk
dukungan.
Membungkuk
Tidak mampu untuk membungkuk, untuk mengambil obyek-obyek kecil (misal :
pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan
usaha-usaha multiple untuk bangun.

2. Komponen gaya berjalan atau gerakan


Minta klien untuk berjalan pada tempat yang ditentukan
Ketinggian langkah kaki
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten , mengangkat kaki terlalu tinggi.

Koninuitas langkah kaki


Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten memulai mengangkat satu kaki
sementara kaki yang lain menyentuh lantai.

Kesimetrisan langkah
Panjangnya langkah yang tidak sama
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dri sisi ke sisi.

Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan memegang obyek untuk
dukungan.

6. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
PEMUKIMAN
Luas bangunan :
Bentuk bangunan :
( ) Rumah ( ) Petak ( ) asrama ( ) paviliun
Jenis bangunan :
( ) Permanen ( ) Semi permanen ( ) non permanen
Atap rumah
( ) Genting ( ) seng ( ) ijuk
( ) kayu ( ) asbes
Dinding
( ) Tembok ( ) Kayu ( ) bambu ( ) lainya ....
Lantai
( ) semen ( ) tegel ( ) keramik
( ) tanah ( ) lainnya, ……
Ventilasi
( ) < 15 % luas lantai ( ) >15 % luas lantai
Pencahayaan
( ) Baik ( ) kurang
Jelaskan, karena terdapat genting kaca dan lampu yang memadai
Pengaturan penataan perabot
( ) baik ( ) kurang
Kelengkapan alat rumah tangga
( ) lengkap ( ) tidak lengkap
SANITASI
Kebersihan lingkungan
( ) baik ( ) kurang
Penyediaan air bersih (MCK) :
( ) PDAM ( ) Sumur ( ) Mata air
( ) sungai ( ) lainnya, ………
Penyediaan air minum
( ) air rebus sendiri ( ) Beli (aqua) ( ) air biasa tanpa rebus
Pengelolaan jamban
( ) bersama ( ) kelompok ( ) pribadi ( ) lainnya,...
Jenis jamban :
( ) Leher angsa ( ) cemplung terbuka
( ) Cemplung tertutup ( ) Lainnya
Jarak dengan sumber air
( ) < 10 meter ( ) > 10 meter
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) :
( ) Lancar ( ) Tidak lancar
Petugas sampah
( ) ditimbun ( ) dibakar ( ) daur ulang
( ) dibuang sembarang tempat ( ) dikelola dinas
Polusi udara
( ) Pabrik ( ) Rumah tangga ( ) industri ( ) Lainnya, ......
Pengelolaan binatang pengerat
( ) tidak ( ) ya,
(*) dengan racun ( ) dengan alat (*) lainnya, ……………….
FASILITAS
Peternakan
( ) ada ( ) tidak Jenis, Unggas
Perikanan
( ) ada ( ) tidak Jenis, Ikan hias
Sarana olahraga
( ) ada ( ) Tidak Jenis, senam, terapi remautik
Taman
( ) ada ( ) tidak Luasnya, 20 m2
Ruang pertemuan
( ) ada ( ) tidak Luasnya, 30 m2
Sarana hiburan
( ) ada ( ) tidak Jenis radio, televisi
Sarana ibadah
( ) ada ( ) tidak Jenis, Musholla

KEAMANAN DAN TRANSPORTASI


Keamanan
Sistem keamanan lingkungan:
Penanggulangan kebakaran ( ) ada ( ) tidak
Penanggulangan bencana ( ) ada ( ) tidak

Transportasi
Kondisi jalan masuk panti
( ) rata ( ) tidak rata ( ) licin ( ) tidak licin
Jenis transportasi yang dimiliki
( ) Mobil ( ) sepeda motor ( ) lainnya, ……………
Jumlah : 2

Komunikasi
Sarana komunikasi
( ) ada ( ) tidak ada
Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti :
( ) telphon ( ) kotak surat ( ) fax ( ) lainnya ....
Cara penyebaran informasi :
( ) Langsung ( ) tidak langsung ( ) Lainnya ....

7. INFORMASI PENUNJANG
(1) Diagnosa Medis :
(2) Laboratorium :
(3) Terapi Medis :

B. Analisa Data

Analisa data merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan proses

pengkajian. Dari data pengkajian yang diperoleh bisa jadi ditemukan beberapa

gangguan / keluhan. Gangguan tersebut yang kemudian dianalisis hingga

ditemukan masalah keperawatan. Dan dibagi menjadi 2 yaitu subjektif (DS) dan

data objektif (DO). DS merupakan data yang diperoleh dari keluhan pasien /

keluarga. Sedangkan DO merupakan data hasil pemeriksaan fisik yang

didapatkan oleh perawat. Dari data DS dan DO, dapat ditarik masalah

keperawatan, etiologi / penyebabnya. Dari data etiologi dan masalah yang

muncul dapat ditarik kesimpulan berupa diagnosis keperawatan.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler serebral.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

nutrisi inadekuat

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

4. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak

efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.


5. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan

vasokontriksi pembuluhdarah.

D. Rencana Keperawatan / Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman NOC : NIC :

nyeri (sakit kepala)


 Pain level Pain Management
berhubungan dengan
 Pain control
1) Lakukan
peningkatan tekanan
 Comfort level pengkajian
vaskuler serebral.
nyeri secara
Kriteria Hasil : komprehensif
1) Mampu termasuk
mengontrol lokasi,
nyeri (tahu karakteristik,
penyebab durasi,
nyeri, mampu frekuensi,
menggunakan kualitas dan
teknik faktor
nonfarmakolog presipitasi.
i untuk 2) Observasi
mengurangi reaksi

nyeri, mencari nonverbal dari

bantuan) ketidaknyama

2) Melaporkan nan.

bahwa nyeri 3) Gunakan

berkurang teknik

dengan komunikasi

menggunakan terapeutik

manajemen untuk

nyeri. mengetahui

3) Mampu pengalaman

mengenali nyeri pasien.

nyeri (skala, 4) Evaluasi

intensitas, pengalaman

frekuensi, dan nyeri masa

tanda nyeri) lampau

4) Menyatakan 5) Kontrol

rasa nyaman lingkungan

setelah nyeri yang dapat

berkurang. mempengaruhi

5) Tanda vital nyeri seperti


dalam rentang suhu, ruangan,

normal. pencahayaan

dan

kebisingan.

6) Tingkatkan

istirahat.

7) Kolaborasi

dengan dokter

untuk

pemberian

analgesik

D. Implementasi

Pada implementasi, perawat melakukan tindakan berdasarkan, perencanaan

mengenai diagnosa yang telah di buat sebelumnya.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaannya berhasil dicapai. Evaluasi bisa bersifat formatif yaitu dilakukan

terus-menerus untuk menilai setiap hasil yang telah di capai.Dan bersifat sumatif
yaitu dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan keparawatan yang telah

dilakukan.Melalui SOAP kita dapat mengevaluasi kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Murah Memahami Dan Menghindari Hipertensi, Jantung Dan

Stroke. Jakarta: EGC.

Agoes, H. A. (2011). Penyakit Diusia Tua. Jakarta: EGC.

Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu.

Yogyakarta. 2011

Bandiah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Black, J. M. & H. J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis

untuk Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.

Bulechek, d. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Ke 6. Yogyakarta:

ELSAVIER - Mocomedia.

Junaidi, I. (2010). Hipertensi (Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan). Jakarta:

PT Bhuana Ilmu Populer.

Kamitsuru, T. H. (2017). NANDA Internasional DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Moorhead, d. Nursing Outcoma Classification (NOC) Pengukuran Outcomes

Kesehatan Edisi Ke 5. Yogyakarta: ELSAVIER - Mocomedia.

NANDA (2015). Aplikasi Nanda Nic Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta: Media Action.

Shanty, M. (2011). Silent Killer Disease. Yogyakarta: Javalitera.

Yasmara, D. dkk. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:

EGC.

Anda mungkin juga menyukai