Setelah mengikuti kuliah dan mengerjakan latihan-latihan mata kuliah Teknik Lalu
Lintas selama 1 (satu) semester secara berurutan, peserta didik akan bisa mengetahui
dan memahami serta mampu menjelaskan tentang rekayasa lalu lintas dan
manajemen lalu lintas.
Semua tujuan yang tersebut di atas akan dapat dicapai jika kontrol terhadap kondisi
arus lalu lintas dilakukan dengan membatasi pergerakan atau aksesibilitas, yaitu
dengan menggunakan berbagai teknik lalu lintas yang terkoordinasi antara prasarana
penunjangnya seperti jalan, persimpangan, dan tempat parkir, dan juga usaha untuk
mendapatkan pola arus lalu lintas yang diinginkan untuk segala macam tujuan secara
efisien serta tingkat keselamatan dari pergerakan serta tujuan individu.
7.2.3. Lingkungan
Lingkungan juga merupakan suatu faktor yang berhubungan dengan setiap hal yang
dapat merubah kondisi alamiah, yang pada umumnya menjelma menjadi hal yang
tidak diinginkan. Hal yang terkait dengan keadaan lingkungan biasanya adalah polusi
yang dapat dirangkum sebagai berikut:
Efek dari macam-macam polusi tersebut di atas, terutama untuk orang atau problem
lingkungan dapat di sebut sebagai ketidak-nyamanan, serta menimbulkan
ketegangan, maupun bahaya keracunan.
Dampak terhadap lingkungan dalam manajemen lalu lintas, timbul terutama
disebabkan oleh kecepatan, baik untuk kecepatan yang sangat tinggi ataupun yang
sangat rendah, akan menghasilkan suara, gas buangan, getaran yang berlebihan,
karena kendaraan bergerak diluar kondisi rencana. Akan tetapi, masalah utama yang
timbul adalah adanya variasi dalam kecepatan, percepatan dan rem, yang
menghasilkan polusi baik suara, udara, maupun vibrasi (sebagai contoh: seseorang
yang berjalan diantara 2 atau beberapa bus kota pasti akan merasakan adanya
getaran). Oleh karena itu, pertimbangan lingkungan akan menghasilkan suatu tujuan
yang ideal dalam mempertemukan efisiensi dan keselamatan, meminimumkan
gangguan arus lalu lintas, oleh sebab itu mengurangi adanya variasi dalam kecepatan.
7.2.4. Energi
Faktor efisiensi dalam hal penggunaan energi adalah salah satu faktor yang ada
dalam pembahasan mengenai hal-hal yang menyangkut efisiensi arus lalu lintas.
Bensin adalah merupakan bahan bakar utama dan merupakan komoditi yang mahal.
Oleh sebab itu, bahan bakar merupakan faktor ekonomi yang penting dalam
mempertimbangkan bentuk transportasi perkotaan yang paling efisien.
Secara umum kecepatan kendaraan yang tinggi maupun rendah adalah tidak efisien
dalam pemakaian bahan bakar. Akan tetapi dengan batasan lingkungan, variasi
dalam kecepatan tersebut betul-betul merupakan pertimbangan, dan sekali lagi tujuan
utamanya adalah arus lalu lintas yang stabil, dengan gangguan yang minimum.
Nilai dan ketersedian transportasi adalah suatu faktor politis yang utama, dan sangat
tergantung dari harga dan ketersediaan bahan bakar. Sementara itu, bahan bakar pada
saat ini merupakan suatu komoditi yang sangat sulit untuk diperoleh, meskipun di
Brazil sejak beberapa tahun belakangan ini telah membuat bahan bakar dari alkohol
yang dibuat dari gula. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada suatu sistempun (alat
transportasi) yang dapat dioperasikan (dalam hal biaya) lebih murah dibandingkan
dengan mengunakan bahan bakar minyak. Hal ini yang membuat penggunaan bahan
bakar minyak menjadi semakin penting.
7.2.5. Sasaran
Sasaran yang dijelaskan di atas, yakni: efisiensi, keselamatan, dan lingkungan,
diperoleh dengan menetapkan kecepatan operasi pada suatu jalan, dan mengontrol
kendaraan untuk bergerak pada kecepatan tersebut dengan gangguan seminimum
mungkin. Oleh karena itu, dengan kondisi arus lalu lintas seperti pada saat sekarang ,
sasaran dari manajemen lalu lintas adalah sebagai berikut:
1. Mengatur dan menyederhanakan arus lalu lintas, terutama dengan memisahkan
berdasarkan tipe, kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda, guna
meminimumkan gangguan demi lancarnya arus lalu lintas.
2. Mengurangi tingkat kemacetan dengan menaikkan kapasitas atau mengurangi
volume lalu lintas dari suatu jalan.
Kriteria Lain
Hal-hal yang dipertimbangkan dalam kriteria lain adalah:
- Kenyamanan
Penumpang membutuhkan kenyamanan, dan mau membayar lebih atau memilih
cara lain untuk mendapatkannya.
- Lingkungan
Lingkungan adalah hal yang penting, tetapi merupakan pertimbangan kedua.
Pertama rencana operasi yang efisien harus dibuat, dan kemudian dampak
lingkungan dievaluasi, sebab operasi yang efisien akan menguntungkan
lingkungan
- Konservasi Energi
Hal ini juga menjadi pertimbangan utama karena adanya ketebatasan
ketersediaan bahan bakar. Sistem operasi transportasi yang efisien (terutama
pemecahan masalah kemacetan dan peningkatan penggunaan moda yang efisien
untuk transportasi perkotaan) akan berdampak positif pada penghematan energi.
Akan tetapi efisiensi energi sangat tergantung dari kebijakan pemerintah,
dibandingkan dengan adanya manajemen lalu lintas.
Skala Waktu
Terbukti bahwa solusi yang berbeda akan menghasilkan skala implementasi yang
berbeda. Skala waktu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Seketika
Hanya meliputi perbaikan kontrolyang ada (persimpangan, parkir dan lain-lain)
- Jangka Pendek
Perubahan arah lalu lintas dengan manajemen lalu lintas dan sarana penunjang
lainnya
- Jangka Menengah
Meningkatkan kapasitas jaringan jalan, dan perubahan arah lalu lintas, pelebaran
jalan, dan konstruksi jalan baru.
- Jangka Panjang
Merubah arus lalu lintas (dengan melihat pertumbuhan lalu lintas) dengan
mengontrol pengembangan rencana perkotaan.
Solusi sederhana yang selalu diusulkan pertama adalah: kapasitas tidak cukup
sehingga jalan atau persimpangan perlu diperlebar untuk menambah kapasitas.
Kapasitas dapat diperbaiki dengan jalan mengurangi penyebab gangguan, misalnya
dengan cara berikut:
- Memindahkan tempat parkir,
- Mengontrol pejalan kaki, atau dengan
- Mengalihkan lalu lintas ke rute lainnya, atau
- Cara pengaturan yang lain seperti membuat jalan menjadi satu arah.
STRATEGI TEKNIK
Manajemen kapasitas 1. Perbaikan persimpangan
2. Manajemen ruas jalan, meliputi:
- Pemisahan tipe kendaraan
- Kontrol on-street parking (tempat,waktu)
- Pelebaran jalan
3. Area traffic control:
- Pembatasan tempat membelok
- Sistem jalan satu arah (one-way sistem)
- Koordinasi lampu lalu lintas
Manajemen Demand Kebijakan parkir
(restraint) Penutupan jalan
Area dan cordon licensing
Batasan fisik
7.4.3. Manajemen Kapasitas, Terutama dalam Pengorganisasian Ruang Jalan.
Langkah pertama dalam manajemen lalu lintas adalah membuat penggunaan
kapasitas dan ruas jalan seefektif mungkin. Hal ini dimaksudkan agar pergerakan lalu
lintas lancar, dimana hal ini merupakan persyaratan yang utama.
Arus di persimpangan harus disurvei, guna meyakinkan penggunaan kontrol dan
geometri yang optimum.
Right of way harus diorganisasikan sedemikian rupa sehingga setiap bagian
mempunyai fungsi sendiri, misalnya: parkir, jalur pejalan kaki, dan lain-lain.
Penggunaan ruang jalan sepanjang ruas jalan harus dikoordinasikan secara baik.
Jika akses dan parkir diperlukan, survei dapat dengan mudah dilakukan dalam
menentukan demandnya.
Fasilitas pejalan kaki juga dapat dengan mudah disurvei. Oleh sebab itu,
manajemen kapasitas adalah hal yang paling mudah dan merupakan teknik
manajemen lalu lintas yang paling efektif untuk diterapkan.
1. Seketika
Strategi seketika dilakukan untuk memperbaiki arus lalu lintas dengan mengontrol
adanya gangguan, sebagai berikut:
a. Menentukan jaringa jalan arteri, dan tentukan kebijakan untuk
menghubungkan seluruh arus lalu lintas dalan jaringan jalan tersebut.
b. Untuk ruas jalan arteri, ambil semua parameter yang diperlukan untuk
menjamin adanya arus lalu lintas yang lancar, dengan memaksimumkan
kapasitas persimpamgan. Arus lalu lintas bisa di peroleh dengan:
Mengontrol parkir baik untuk kendaraan pribadi maupun kendaraan
penumpang dan barang. Dalam hal ini, yang terutama adalah menentukan
tempat pemberhentian kendaraan angkutan umum seperti bus, bemo, taksi
dan becak.
Memisahkan tipe kandaraan yang berbeda, dengan membatasi
penggunaan jalan untuk tipe kendaraan tertentu.
Mengontrol penyiapan (overtaking)
Memastikan penggunaan marka jalan dan rambu secara benar dan efektif.
Mempertahankan kondisi jalan, dan memastikan bahwa tidak ada objek
yang membahayakan di jalan (galian kabel, median yang tidak teratur dan
lain-lain).
c. Untuk ruas jalan lainnya, ambil suatu parameter untuk menentukan akses
dengan mengontrol ruang parkir, terutama di daerah CBD (central business
district) untuk angkutan barang dan kendaraan komersil. Hal ini akan
menghasilkan ide kebijakan parkir, dan kebijakan pembatasan lalu lintas.
d. Untuk persimpangan yang macet, review metoda kontrol, geometrik, dan
pengaturan lampu, dan juga metode-metode yang memungkinkan untuk
meningkatkan kapasitas.
Tabel 7.2: Problem dan Solusi yang Dihubungkan dengan Skala Waktu
PROBLE
SOLUSI SKALA WAKTU
M
Kemacetan Penambahan kapasitas dengan memperbaiki Seketika
kontrol.
Meningkatkan kapasitas dengan manajemen Jangka pendek
lalu lintas (one-way sistem).
Mengurangi voleme lalu lintas pada ruas Jangka pendek
jalan dan persimpangan tertentu, dengan
merubah manajemen lalu lintas Jangka menengah
Meningkatkan kapasitas dengan pelebaran
jalan Jangka menengah
Mengurangi volume lalu lintas pada lokasi
tertentu dengan mengalihkan lalu lintas ke
jalan baru atau jalan bebas hambatan Jangka panjang
Merubah lalu lintas dengan kontrol
pengembangan dan perencanaan perkotaan.
7.5. Persimpangan
Karena ruas jalan pada persimpangan digunakan bersama-sama, maka
kapasitas ruas jalan biasanya dibatasi oleh kapasitas persimpangan masing-masing
pada ujungnya. Problem keselamatan juga biasanya timbul pada persimpangan.
Hasilnya adalah bahwa kapasitas jaringan dan keselamatan ditentukan oleh
persimpangan, dimana persimpangan adalah merupakan hal utama yang harus
diperhatikan dalam manajemen transportasi perkotaan.
Banyaknya problem pada persimpangan terjadi karena adanya pergerakkan yang
berkonflik satu sama lain, terutama kendaraan yang membelok ke kanan (kendaraan
yang berbelok ke kiri biasanya diberi pergerakan bebas). Solusinya adalah
meningkatkan kapasitas persimpangan dengan beberapa parameter tertentu, dan/atau
mengurangi volume lalu lintas.
Tujuan utama dari adanya jalur pejalan kaki adalah untuk mengurangi konflik
dengan kendaraan.
Penyeberangan harus disediakan pada tempat-tempat dimana terdapat arus pejalan
kaki, biasanya yang dibangkitkan dengan adanya akses ke tepi jalan atau ke suatu
tata guna lahan utama.
Jumlah titik-titik penyeberangan harus dibatasi, tetapi prioritas pejalan kaki harus
ditingkatkan. Sistem pagar dapat digunakan untuk mengalihkan arus, dan membatasi
kesempatan untuk menyeberang pada lokasi yang lain. Jika perlu, kontrol tersebut
perlu diawasi.
2. Sistem Mekanis
Sistem mekanis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Sistem yang didesain untuk menggerakkan manusia yang berjalan kaki,
misalnya lift, eskalator, dan ban berjalan.
- People movers dengan menggunakan kendaraan.
Hal ini memerlukan suatu tipe kendaraan yang bergerak secara otomatis dalam suatu
koridor penunjang, seperti aeromovel di Taman Mini Indonesia Indah, monorail, dan
sebagainya.
Karena sistem-sistem tersebut di atas menjadi lebih rumit dan lebih besar, maka
sistem tersebut lebih mengarah ke Light Rail System (LRT).
7.7.1. Parkir
Sejauh ini parkir telah dibahas dalam bentuk lokasi, dimana kendaraan harus berhenti
demi keselamatan, dan juga alasan kapasitas ruas dan persimpangan.
Parkir bertujuan untuk mempermudah akses. Jika pengemudi tidak dapat memarkir
kendaraannya, maka dia tidak akan bisa melakukan perjalanan (pergerakan). Jika
tempat parkir terlalu jauh dari tujuan, maka pengemudi akan berpikir untuk beralih
ke tempat-tujuan yang lain. Sehingga tujuan utamanya adalah agar lokasi/tempat
parkir sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan.
Akan tetapi, jumlah tempat parkir termasuk on-street dan off-street belum cukup
mengatasi demand, terutama pada pusat-pusat kota menengah dan besar. Hal ini
merupakan problem yang meningkat dengan sangat cepat, seiring dengan
meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi.
Alasan utama adalah begitu seseorang akan membeli kendaraan/mobil, pastilah akan
digunakan, terutama karena mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan kendaraan umum.
Tetapi di pusat kota, mobil/kendaran tersebut akan mengunakan tempat parkir
sepanjang hari, tanpa memberi keuntungan untuk daerah tersebut. Sebagai contoh,
ruang untuk parkir akan lebih menghasilkan jika digunakan sebagai toko atau kantor.
Problem utama yang dihasilkan kendaraan pribadi bukan saja mengakibatkan
kemacetan pada jalan arteri, tetapi juga pada tempat parkir. Problem tersebut
meningkat dengan sangat pesat, dan menambah permasalahan daerah perkotaan.
Kebutuhan parkir dapat dipecah menjadi persyaratan untuk kendaraan pribadi,
angkutan umum dan angkutan barang, dimana masing-masing menggunakan ruang
secara bersama-sama. Jika demand melebihi supply, maka kebijakan parkir
diperlukan dengan prioritas untuk tipe tempat parkir tertentu. Namun ada juga
permasalahannya, yaitu:
Apakah tempat parkir yang ada sudah cukup
Jika diperlukan sejumlah ruang untuk parkir, dimana dan bagaimana
Siapa yang tidak diperkenankan parkir pada tempat tersebut.
Kebijakan parkir juga menentukan metoda pengontrolan dan pengaturannya.
Parkir
Kendali
Di jalan Luar-Jalan
Pajak - Memasang meteran Pajak parkir yang disusun
- Menaikkan harga meteran untuk mempersulit parkir yang
- Parkir di jalan lama (biaya parkir besar, agar
diperbolekan orang tidak berkeiginan parkir
dengan membayar biaya luar-jalan)
parkir
Pasokan - Melarang parkir sementara - Tidak menambah parkir baru
atau selamanya - Mengurani parkir yang ada
- Melarang parkir, kecuali - Mengendalikan parkir dimasa
untuk kelompok kendaraan datang
tertentu, seperti penghuni. - Meragamkan waktu
- Menyesuaiakan harga pembukaan dan penutupan.
meteran
Sumber: Ogden dan Bennet, 1984
Data ini dapat juga digunakan untuk menganalisa tingkat bangkitan kebutuhan parkir
untuk beberapa tipe tata guna lahan. Kebutuhan parkir dapat diekspresikan dalam X
ruang/m2 pengembangan lokasi, atau Y unit ruang. Tujuan penggolongan untuk
parkir jangka pendek dan jangka panjang, karena kebutuhan parkir bervariasi
tergantung dari lokasi, karakteristik jaringan jalan dan angkutan umum, dan
ketersediaan parkir disekitarnya.
4. Menentukan Jumlah Tempat Parkir yang Diperlukan
Sebagai langkah pertama, supply yang tersedia harus dibandingkan dengan
akumulasi maksimum. Jika supply tinggi, maka akan terdapat problem seketika,
tetapi dengan meningkatnya pemilikan kendaraan pribadi dan meningkatnya
kebutuhan akan tempat parkir, akan menimbulkan problem dimasa yang akan datang.
Jika demand melebihi supply, studi yang akan menentukan apakah mungkin
memperbanyak tempat parkir dengan:
Memperbaiki manajemen lalu lintas pada ruas jalan, termasuk organisasi
daerah parkir, menggunakan rambu dan tanda, membuat ruang parkir pada
tepi jalan. Jumlah ruang parkir di tepi jalan bervariasi sepanjang hari.
Memperluas daerah untuk parkir dengan mencari lokasi tempat parkir
lainnya.
5. Prioritas dan Batasan
Jika daerah CBD menjadi lebih macet, maka akan menjadi lebih sulit mencari ruang
parkir untuk memenuhi kebutuhan. Parkir untuk daerah CBD disebar ke daerah di
sekitar CBD, dengan menambah jarak. Kendaraan yang datang lebih dahulu di
daerah CBD, mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk mendapatkan tempat
parkir. Suatu situasi dimana akan menguntungkan pengendara yang akan selalu
menggunakan ruang parkir sepanjang hari.
Hal tersebut di atas yang memungkinkan pentingnya adanya perbedaan antara parkir
jangka pendek dan jangka panjang. Oleh karena itu perlu ditentukan ruang berhenti
untuk angkutan umum dan angkutan barang, dan juga akses harus selalu dijaga untuk
tamu-tamu/pengunjung suatu daerah pertokoan yang biasanya parkir dengan jangka
pendek.
Disisi lain, kebutuhan pridadi akan terus meningkat sampai pada suatu kondisi
dimana batasan demand mulai diperlukan. Caranya dengan:
Membuat kontrol waktu yang memisahkan kepentingan parkir jangka pendek
(tamu/pengunjung) yang mempunyai kontribusi pada aktifitas ekonomi di
daerah tersebut, dengan parkir jangka panjang. Parkir jangka panjang harus
dipaksa ke daerah pinggiran dari daerah tersebut.
Meningktkan biaya parkir untuk mengurangi demand. Biasanya lebih dekat
ke pusat kota, makin tinggi biaya parkirnya.
Kontrol lokasi, gunanya untuk mengurangi jumlah ruang yang tersedia,
terutama untuk batasan off-street parking yang akan mempengaruhi parkir
jangka panjang. Pola penggunaan mobil/kendaraan akan dapat dirubah, dan
daerah tersebut dapat dibuat lebih baik khususnya untuk kustomer parkir
jangka pendek yang mendapat jaminan bahwa akan mendapat tempat parkir.
Sebelum mengaplikasikan teknik di atas, diperlukan pernyataan yang jelas tentang
tujuan kebijakan parkir.
Prioritas Bus
Tujuan pemberian prioritas bus adalah untuk mengurangi waktu perjalanan,
dan membuat bus lebih diminati untuk penumpang tertentu.
Pengaturan ini biasanya diaplikasikan untuk bus-bus di kota-kota besar, karena bus
membawa penumpang dalam jumlah yang besar, sehingga pengurangan waktu
tempuh yang kecil akan memberikan keuntungan yang besar (akumulasi dari
pengurangan waktu tempuh dikalikan dengan jumlah penumpang). Sering juga
prioritas diperuntukkan bagi pelayanan taksi jika hal ini menguntungkan (misalnya
keuntungan secara menyeluruh meningkat).
Kontrol
Jalur khusus bus memerlukan kontrol dengan penegakan hukum yang kuat.
Persyaratan yang paling penting guna terciptanya operasi yang efisien adalah:
a. Kontrol tempat pemberhentian bus (bus Stop):
Bus bay diperlukan untuk mengatasi jika suatu bus berhenti dan akan menghalangi
bus-bus lainnya yang tidak perlu berhenti.
b. Kontrol parkir angkutan pribadi dan barang
Setiap kendaraan yang menghalangi jalur akan menyebabkan keterlambatan utama
untuk bus. Seluruh tempat parkir harus dibatasi selama operasi.
c. Penegakan hukum
Lalu lintas umum dan barang harus dikeluarkan dari jalur tersebut. Hal ini
berpengaruh pada masalah psikologis, terutama jika jalur tersebut kosong dan jalur
lainnya sangat macet. Membiarkan kendaraan lain menggunakan jalur tersebut akan
mengurangi keuntungan angkutan umum. Hal yang wajar jika taksi juga
menggunakan jalur ini.
Prioritas di Persimpangan
Detektor biasanya diletakkan pada bus yang akan memberikan sinyal
elektronik dan akan diterima oleh penerima di persimpangan, dan akan melanjutkan
ke kontrol lampu lalu lintas, dengan memberikan fase hijau atau memperpanjang
waktu hijau. Hal ini akan mengurangi keterlambatan untuk kendaraan umum di
persimpangan. Sistem yang sama juga digunakan oleh polisi, pemadam kebakaran,
dan kendaraan ambulance.
Karena sistem tersebut menganggu waktu siklus yang telah ada, hal yang perlu
diperhatikan apakah kemacetan tidak akan meningkat secara pesat untuk jenis
kendaraan lainnya.
Bus stop
≥ 20 meter
4. Longitudinal gradient jalan di sekitar bus stop tidak boleh lebih besar dari 4%
guna menghindari ketidak nyamanan saat bus meninggalkan bus stop, dan
mengurangi kebisingan mesin kendaraan saat aselerasi.
5. Untuk bus-bus yang akan belok kanan setelah meninggalkan bus stop,
disyaratkan lokasi bus stop harus minimal 50 meter dari titik pergerakan bus
untuk membelok (turning bus movement). Selanjutnya jarak ini akan meningkat
menjadi 75 sampai 100 meter jika arus lalu lintas padat. Sedangkan untuk bus
yang belok ke kiri setelah meninggalkan bus stop, jarak minimum antara bus stop
dan turning point adalah 35 meter.
6. Berdasarkan tataguna lahan, pada lokasi-lokasi dimana terdapat fasilitas umum
seperti sekolah, rumah sakit dan lain-lain, sangat disarankan untuk menempatkan
bus stop.
7. Lokasi bus stop tidak ditempatkan dekat pohon (di Indonesia, kewenangan
menebang pohon disepanjang tepi jalan ada pada Dinas Tata Kota), atau objek
lain yang dapat mengganggu pergerakan bus saat memasuki/meninggalkan bus
stop.
Selanjutnya aspek-aspek penting lainnya yang perlu diperhitungkan adalah
penempatan lokasi bus stop pada daerah dekat/sekitar simpang. Ada 3 (tiga) lokasi
penempatan bus stop pada daerah dekat simpang yang disarankan CUTA (Canadian
Urban Transit Association), yaitu:
1. Near-side stopping, bus stop di tempatkan pada lokasi sebelum simpang
2. Far-side stopping, bus stop di tempatkan pada lokasi sesudah simpang
3. Mid-block stopping, bus stop di tempatkan pada lokasi di tengan diantara 2
simpang (biasanya untuk daerah CBD dengan penataan kota secara grid).
Gambar 7.3 menunjukkan lokasi bus stop seperti yang dibicarakan pada poin 1 dan 2,
dan Gambar 7.4 menunjukkan lokasi bus stop seperti yang dimaksud pada poin 3.
Gambar 7.3: Lokasi Near-Side dan Far-Side Stopping Pada Sekitar Simpang
Bus stop
Ada 3 (tiga) tipe bus stop berdasarkan posisinya terhadap jalur arus lalu lintas, yaitu:
a. Pada curb-side, yaitu ditempatkan pada sisi jalan tanpa merubah kondisi jalan
atau jalur pejalan kaki.
Gambar 7.5 memperlihatkan tipe bus stop dimaksud, dimana posisi bus stop bisa
berada pada 1, 2, atau 3 (lihat gambar).
b. Pada lay-by, yaitu pada cerukkan yang dibentuk pada sisi jalan (lihat Gambar 7.6)
c. Pada bus-bay, yaitu pada area yang berdekatan dengan arus lalu lintas utama.
Gambar 7.7 memperlihatkan tipe bus stop tersebut.
1
Tujuan dari keseluruhan proses adalah untuk membatasi kendaraan yang akan
menimbulkan masalah seperti kerusakan lingkungan, jalan dan lain-lain. Hal
dimaksud meliputi:
a. Pembatas Lebar
Pembatas ini adalah untuk melindungi masuknya kendaraan lebar. Akan tetapi,
hal ini akan juga membatasi pelayanan tertentu seperti antaran untuk daerah
pemukiman dan lain-lain. Oleh karena itu pembatas tersebut harus diletakkan
pada tempat tertentu, tanda yang cukup untuk rute alternatif, dan adanya
konsultasi dengan masyarakat setempat.
b. Penanganan Jangka Panjang
Untuk jangka panjang, efek yang sama bisa didapat melalui proses perencanaan
transportasi, dengan:
- Konstruksi jalan baru, untuk memdapatkan jalan yang lebih atraktif dan
efektif untuk truck
- Kontrol penggunaan tata guna lahan, terutama untuk pengembangan daerah
industri dan komersil.
Muatan Berbahaya
Beberapa muatan kadang sangat berat dan besar, untuk itu muatan ini
ditransportasikan dengan kendaraan khusus dan harus meminta bantuan polisi untuk
mengatur perjalanan.
Muatan berbahaya seperti bahan kimia diklasifikasikan sebagai muatan dengan
kategori:
Mudah terbakar,
Mudah meledak,
Korosi,
Radioaktif.
Jenis muatan seperti ini harus diidentifikasi dan rencana yang berkaitan dengan
keadaan darurat harus dipersiapkan.
Jalur Bongkar/Muat
Jalur bongkar/muat harus mempunyai lebar dan radius pembelokan yang cocok
untuk desain pergerakan kendaraan.
Banyak kendaraan barang dimuat dari gang, walaupun beberapa mempunyai akses ke
tepi juga. Jalur harus mempunyai lebar 3,5 meter, dengan panjang 16 meter untuk
kendaraan gandeng, dan 12 meter untuk kendaraan biasa. Minimum tinggi yang
disarankan adalah 4,65 meter.
Konsep Batasan
Konsep batasan (restraint) sulit untuk dijustifikasi. Karena disatu pihak, akses harus
diperbaiki jangan dikurangi, sementara disatu pihak jalan baru tidak dapat terus
dibangun. Dapat dikatakan bahwa sistem transportasi akan mencapai kapasitasnya,
sehingga kemacetan akan terjadi, dan waktu perjalanan akan menjadi lebih lama,
yang pada akhirnya sistem transportasi tidak akan menyediakan akses yang efisien.
Pada jangka panjang, konsentrasi dan pengembangan perkotaan harus dirubah untuk
merefleksi peningkatan mobilitas orang. Akan tetapi perubahan tersebut tidak dapat
dilakukan seketika, sehingga kebutuhan akan transpotasi harus dibatasi sedemikian
rupa sehingga akses efektif dan maksimal ke pusat kota bisa diperoleh.
Walaupun kendaraan pribadi efisien dalam arti waktu pribadi, namun angkutan
pribadi menggunakan ruang jalan per kendaraan yang lebih banyak dibandingkan
dengan angkutan umum, dan juga memerlukan ruang parkir pada tujuan akhir.
Efek secara keseluruhan adalah ruang jalan yang menjadi macet dan waktu tempuh
akan lebih tinggi. Seseorang akan berpikir bahwa meningkatnya kemacetan akan
menyebabkan orang merubah moda perjalanannya. Akan tetapi ada beberapa hal
yang harus diperhitungkan, yaitu:
- Kemacetan akan berakibat sama keseluruh kendaraan, baik kendaraan pribadi
maupun kendaraan umum dan barang. Akibatnya hanya sedikit yang berpikir
untuk merubah moda.
- Merubah waktu perjalanan dari rumah ke tempat kerja memerlukan suatu
perjanjian dengan yang memberi kerja.
- Kerja dan tinggal pada daerah yang sama adalah mungkin, tetapi memerlukan
biaya untuk pindah rumah.
Rangkuman
Manajemen lalu lintas adalah berhubungan dengan arus lalu lintas dan
pengotrolannya, dalam upaya mengoptimumkan penggunaan prasarana
transportasi dan juga sumber daya yang digunakan secara efisien dan terpadu.
Tujuan dari strategi manajemen lalu lintas adalah efisiensi, keselamatan, dan
lingkungan.
Sedangkan sasarannya adalah pengaturan arus lalu lintas, yang difokuskan pada
fungsi jalan dan diarahkan pada kecepatan, akses, kapasitas, fungsi dan hirarki.
Efisiensi dan pergerakan lalu lintas berhubungan dengan tingkat kecepatan dari
pergerakan arus lalu lintas.
Dalam manajemen lalu lintas, hal yang terkait dengan keadaan lingkungan
biasanya adalah polusi yang dapat dirangkum sebagai berikut:
Polusi udara
Polusi air dan tanah
Polusi suara
Vibrasi
Gangguan pandangan
Pemisahan
Untuk ruas-ruas jalan dengan performance yang sangat jelek, analisa penyebab
kemacetan bertolak dari:
Kemacetan disebabkan oleh karena volume lalu lintas melebihi kapasitas
yang ada.
Solusi bisa didapat dengan menaikkan kapasitas, atau mengurangi volume
lalu lintas.
Solusi yang diusulkan untuk mengatasi kemacetan, adalah: kapasitas tidak cukup
sehingga jalan atau persimpangan perlu diperlebar untuk menambah kapasitas.
Kapasitas dapat diperbaiki dengan jalan mengurangi penyebab gangguan, yaitu
dengan cara:
Memindahkan tempat parkir,
Mengontrol pejalan kaki, atau dengan
Mengalihkan lalu lintas ke rute lainnya, atau
Cara pengaturan yang lain seperti membuat jalan menjadi satu arah.
Dua strategi manajemen lalu lintas yang dapat dikombinasikan sebagai bagian
dari rencana manajemen teknik lalu lintas, yaitu: manajemen kapasitas dan
manajemen demand
4 metode kontrol yang umum digunakan dalam pengaturan persimpangan,
tergantung volume lalu lintas dan tingkat keselamatan, yaitu:
Prioritas
Lampu lalu lintas
Bundaran
Pertemun tidak sebidang
Pengaturan simpang dapat dilakukan dengan cara pengendalian berikut:
Geometrik dan Kanalisasi
Pelebaran Jalan dan Konstruksinya
Konsep manajemen lalu lintas adalah mengatur pergerakan kendaraan secara
efisien, termasuk didalamnya adalah pergerakan orang dan barang. Hal-hal yang
menjadi fokus pada konsep ini adalah:
Arus pejalan kaki
Batasan lalu lintas
Teknik
Manajemen demand menitik beratkan pada hal-hal yang berkenaan dengan:
Kebutuhan lokasi parkir untuk kendaraan pribadi, umum, dan barang
Pemilihan daerah studi
Pengumpulan data supply
Demand, yang meliputi:
- Lokasi
- Durasi
- Maksud melakukan perjalanan
- Tujuan pergerakan
- Waktu berjalan
Penentuan luas ruang parkir yang dibutuhkan
Prioritas dan batasan.
Kebijakan parkir dan desainnya
Beberapa istilah yang lasim digunakan dalam kaitannya dengan kajian dan
perancangan perparkiran adalah sebagai berikut:
Penumpukan parkir
Beban parkir
Lamanya parkir
Efisiensi parkir
Pergantian parkir
Volume parkir
Jam ruang parkir
Kekurangan parkir
Latihan Soal
1. Jelaskan tujuan dan sasaran manajemen lalu lintas!
2. Sebutkan dan jelaskan aspek-aspek yang digunakan dalam kaitannya dengan
kajian dan perancangan perparkiran!
3. Jelaskan konsep manajemen lalu lintas!
4. Sebutkan hal-hal yang berkenaan dengan manajemen demand!
5. Jelaskan tipe kontrol yang umum digunakan dalam pengaturan simpang, dan
penggunaannya!