Anda di halaman 1dari 40

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Konseptual

1. Bahan Ajar

a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan

pendidik/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan

untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis

maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education

Research Ltd/National Center for Competency Based Trainingdalam

Prastowo, 2007). Sedangkan pengertian bahan ajar menurut Prastowo

(2013: 16) seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik

tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana

yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Pannen (2001) dalam

Prastowo, (2013: 17) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan-

bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang

digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. KTSP

(2010: 146) mengartikan bahwa bahan ajar secara garis besar terdiri

atas pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dipelajari peserta didik

dalam mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

10
Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015
11

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

bahanajar adalah segala bahan baik cetak maupun noncetak yang

digunakanoleh guru untuk membantu peserta didik sewaktu

pembelajaran berlangsung,dengan tujuan pembelajaran sesuai

kurikulum

b. Jenis Bahan Ajar

Menurut Prastowo (2013: 39-43) beberapa kriteria yang menjadi acuan

dalam membuat klasifikasi jenis bahan ajar tersebut adalah berdasarkan

bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya.

1) Bahan Ajar Menurut Bentuknya

Pengembangan bahan ajar menurut bentuknya ada empat macam

yaitu bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar,

dan bahan ajar interaktif.

a) Bahan cetak (printed) adalah sejumlah bahan yang disiapkan

dalam bentuk kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan

pembelajaran atau penyampaian informasi misalnya hand out,

buku, modul, diktat, poster, lembar kerja peserta didik, foto,

gambar.

b) Bahanajar dengar (audio)yaitu semua sistemyang menggunakan

sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar

oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya, kaset, radio,

piringan hitam, dan compack disk.

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


12

c) Bahan ajar pandang dengar (audiovisual),yakni segala sesuatu

yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan

gambar bergerak sekuensial. Contohnya, compact disk video, dan

film.

d) Bahanajarinteraktif (interactive teaching materials),yakni

kombinasi dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar,

animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau

diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan/atau

perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya, compact disk

interaktive.

2) BahanAjar Menurut Cara Kerjanya

Menurut cara kerjanya, bahan ajar dibedakan menjadi lima macam,

yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan, bahan ajar yang

diproyeksikan, bahan audio, bahan ajar video, dan bahan ajar

komputer.

a) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, yakni bahan ajar yang tidak

memerlukan perangkat proyektor untuk memproyeksikan isi

didalamnya, sehingga peserta didik bisa langsung memperguna-

kan (membaca, melihat, dan mengamati) bahan ajar tersebut.

Contohnya, foto, diagram, display, model, dan lain sebagainya.

b) Bahan ajar yang diproyeksikan,yaknibahanajaryang

memerlukanproyektor agar bisa dimanfaatkan dan/atau dipelajari

pesertadidik.Contohnya, slide, filmstrips, overbead

tranparencies,dan proyeksi komputer.

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


13

c) Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal audio yang

direkam dalam suatu media rekam. Untuk menggunakannya, kita

mesti memerlukan alat pemain (player) media rekam tersebut,

seperti tape compo, CD player, VCD player, dan lain sebagainya.

Contoh bahan ajar seperti ini adalah kaset, CD, flash disk, dan

lain-lain.

d) Bahan ajar video, yakni bahan ajar yang memerlukan alat pemutar

yang biasanya berbentuk video tape player, VCD player, DVD

player. Bahan ajar ini hampir mirip dengan audio, hanya saja

bahanjar ini dilengkapi gambar. Jadi dalam tampilannya, dapat

diperoleh sajian gambar dan suara.

e) Bahan ajar (media) komputer, yakni berbagai jenis bahan ajar

noncetak yang membutuhkan komputer untuk menayangkan suatu

untuk belajar. Contohnya, computer based multimedia.

3) Bahan Ajar Menurut Sifatnya

Bahan ajar ini dapat dibagi menjadi empat macam, sebagaimana

disebutkan berikut ini.

a) Bahan ajar yang berbasiskan cetak, misalnya buku, pamflet,

panduan belajar peserta didik, bahan tutorial, buku kerja peserta

didik, peta, chart, foto bahan dari majalah serta koran, dan lain

sebagainya.

b) Bahan ajar berbasis teknologi, misalnya siaran radio, slide, film,

audio cassette, siaran televisi, video interaktif multimedi

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


14

c) Bahan ajar yang digunakan untuk pratik atau proyek, misalnya

lembar observasi, lembar wawancara.

d) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia

(terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya

telepon, handphone.

4) Bahan Ajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia bahan ajar

atau sumber belajar memegangperan penting. Suryaman, (2013)

mengatakanbahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan

seperangkat materi pembelajaran(teaching materials) yang secara

sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang dikuasai

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Bahan

ajar atau sumber belajar yang berupa buku teks, buku referensi, buku

pengayaan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam

prosespembelajaranbahasaIndonesiayangkeberadaannya

sangatlahpenting bagi peserta didik maupun guru. Salah satu tugas

utama pendidik adalah merencanakan pembelajaran. Di dalam tugas

perencanaan pembelajaran itu terdapat terdapat bagian berupa bahan

ajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat menyiapkan dan

membuat bahan ajar. Hal tersebut disebutkan dalam PP Nomor 19

Tahun 2005 Pasal 20 (dalam Suryaman:2013) dinyatakan bahwa

pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran.

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


15

Hal itu dipertegas melalui Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007

tentang standar proses yang berbunyi perencanaanproses

pembelajaran yang mensyaratkan pendidik untuk mengembangkan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu komponen RPP

adalah materi ajar. Dengan demikian, pendidik harus mengembang-

kan materi ajar atau bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.

Guru hendaknya di dalam menyusun bahan ajar secara runut, logis,

kontekstual dan mutakhir, artinya bahan ajar disusun dari yang

sederhana ke yang kompleks, mudah ke yang sulit, keluasan dan

kedalaman bahan ajar disesuaikan dengan potensi peserta didik.

Bahan ajar juga dirancang dengan menggunakan sumber yang

bervariasi. Beberapa persoalan berikut terkait dengan sumber belajar

BahasaIndonesiaSMP kelas IX yang masih menggunakan

kurikulumKTSP, khususnya kompetensi menulis cerpen yang selama

ini belum tersedianya bahan ajar yang membahas tentang

menuliscerpen. Berdasarkan kenyataan sepertiyang sudah

digambarkantersebut maka masalah ketersediaan sumber belajar

berupa media cetak seperti bahan ajar, lembar kerja peserta didik,

buku teks yang idial, buku referensi, dan buku pengayaan, serta

buku-buku penunjang yang lain perlu mendapat penanganan yang

serius dari berbagai pihak.

Terlaksananya proses pembelajaran yang diharapkan dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia hanya akan menjadi angan-angan setiap

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


16

pendidik apabila bahan ajar bahasa Indonesia khususnya menulis

cerpen tidak terpenuhi. Jika hal tersebut tidak segera teratasi tentu

proses pembelajaran tidak dapat optimal. Hal tersebut dialami oleh

guru Bahasa Indonesia di dalam memberikan materi menulis cerpen.

Dampak negatif tersebut di antaranya, 1) guru menjadi tidak

bergairah di dalam proses pembelajaran, 2) proses pembelajaran

menjadi seadanya karena tidak adanya sumber belajar yang

memadai, 3) kreativitas guru terhambat karena sibuk mencari

referensi yang mendukung proses pembelajaran.

Atas dasar tersebut peneliti akan mencoba melakukan penelitian dan

pengembangan bahan ajar (modul) Bahasa Indonesia untuk peserta

didik SMP kelas IX, kompetensi menulis cerpen. Dengan menyusun

bahan ajar menulis cerpen berdasarkan kurikulum KTSP dan uji

produk pada tim ahli dan pengguna diharapkan, 1) bahan ajar dapat

digunakan dan dipahami peserta didik, 2) penggunaan bahan ajar

dapat memberi hasil belajar peserta didik sehingga hasil belajar

sesuai yang diharapkan, 3) dapat menjadi salah satualternatif

memenuhi kebutuhan guru dan peserta didik terhadap kebutuhan

pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan ketentuan kurikulum.

Meskipun bahan ajar yang dikembangkan sebatas pada cakupan

materi menulis cerpen, peneliti berharap melalui penelitian ini dapat

memberikan manfaat yang berarti terutama guru bahasa Indonesia

SMP kompetensi dasar menulis cerpen. Merujuk pada penentuan

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


17

dalam penelitian dan pengembangan bahan ajar berujud modul,

maka di bawah ini dijelaskan tentang modul.

2. Modul

a. Pengertian Modul

Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004)

yang diterbitkan oleh Diknas, modul diartikan sebuah buku yang ditulis

dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau

dengan bimbingan guru.

Prastowo, (2013: 106) mengartikan modul sebagai sebuah bahan

ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia

mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan

atau bimbingan yang minimal dari pendidik.

Senada dengan itu, Surahman(dalam Prastowo, 2013: 105)

mengatakan bahwa modul merupakan satuan program pembelajaran

terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara perorangan

setelah peserta didik menyelesaikan satu satuan dalam modul.

Dari beberapapandangan diatas dapat disimpulkan bahwa modul

pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis

dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat

pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri

(mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari seorang

pendidik.

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


18

b. Fungsi Modul

Sebagai salah satu satu bentuk bahan ajar, modul memiliki fungsi

sebagai berikut:

1) bahan ajar mandiri. Penggunaan dalam pembelajaran berfungsi

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar.

2) pengganti fungsi pendidik maksudnya modul mampu menjelaskan

materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta

didik sesuai tingkat kemampuan dan usia mereka.

3) Sebagai alat evaluasi maksudnya peserta didik dituntut untuk bisa

menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang

dipelajari.

4) Sebagai bahan rujukan maksudnya modul karena mengandung

berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik maka modul

juga memilih fungsi rujukan.

c. Struktur Modul

Berdasarkan pengertian dan fungsi modul tersebut peneliti tulis format

modul menurut Prastowo, (2013: 142)

Tabel 2.1. Struktur Isi Modul

No Isi modul sesuai struktur


1 Judul modul
2 Kata pengantar
3 Daftar isi
4 Daftar tabel/ gambar
5 Latar belakang
6 Deskripsi singkat

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


19

No Isi modul sesuai struktur


7 Kompetensi Dasar / Indikator / Tujuan
8 Peta Konsep
9 Petunjuk penggunaan modul
10 Materi pokok
11 Uraian materi
12 Ringkasan
13 Latihan / tugas
14 Tes mandiri / penilaian/ uji kompetensi
15 Kunci jawaban
16 Tindak lanjut
17 Glosarium
18 Daftar Pustaka
19 Lain – lain

d. Langkah-langkah Menyusun Modul

Dalam menyusun sebuah modul, ada empat tahapan yang mesti dilalui,

menurut Prastowo,(2013: 118-125) yaitu :

1) Analisis Kurikulum

Tahapbertujuanuntuk menentukan materi-materi mana

yangmemerlukanbahan ajar. Analisis dilakukan dengan melihat inti

materi, yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar.

2) Menentukan Judul Modul

Setelah analisis kurikulum selesai dilakukan, tahapan berikutnya yaitu

menentukan judul modul. Untuk menentukan judul modul, maka kita

harus mengacu pada kompetensi dasar atau materi pokok yang ada

dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul

jika kompetensi itu tidak terlalu besar. Artinya jika kompetensi dasar itu

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


20

diuraikan menjadi empat materi pokok maka dapat dijadikan sebuah

judul, tetapi jika diuraikan dapat menjadi lebih dari empat materi

pokok, maka perlu dipertimbangkan judulnya.

3) Pemberian Kode Modul

Untuk memudahkan kita dalam penyususunan modul. Pada umumnya

kode modul berupa angka-angka yang diberi makna.

4) Penelitian Modul

Ada lima hal penting yang dapat kita jadikan acuan dalam pembuatan

modul yaitu,

(a) Perumusan Kompetensi Dasar

Rumusan Kompetensi Dasar adalah spesifikasi yang semestinya

sudah dimiliki oleh peserta didik.

(b) Penentuan alat penilaian

Evaluasi dapat langsung disusun setelah ditentukan kompetensi

dasar yang akan dicapai.

(c) Penyusunan Materi

Materi modul sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan

dicapai. Apabila yang digunakan dalam materi modul adalah

referensi-referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari berbagai

sumber (contohnya buku, internet, majalah, atau jurnal hasil

penelitian) maka itu akan baik. Tugas-tugas juga harus ditulis

secara jelas dan tidak membingungkan guna mengurangi

pertanyaan peserta didik tentang hal-hal yang mestinya dapat

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


21

mereka kerjakan. Judul diskusi dan dengan siapa, berapa lama

waktu yang dibutuhkan dalam diskusi dijelaskan secara gamblang.

Kemudian penggunaan kalimatyang disajikan pun tidak boleh

terlalu panjang. Intinya sederhana, singkat, jelas, dan efektif.

Dengan demikian, peserta didik akan mudah memahaminya.

(d) Urutan Pengajaran

Urutan pengajaran dapat ditulis dalam petunjuk penggunaan modul.

(e) Struktur Bahan Ajar (modul)

Struktur modul bergantung pada karakter materi yang akan

disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar yang

bakal dilaksanakan.

5) Tujuan Penggunaan Modul

Dalam proses pembelajaran antara lain: 1) sebagai penyedia informasi

dasar, karenadalam modul disajikan berbagai materi pokok yang masih

dikembangkan lebih lanjut, 2) sebagai bahan intruksi atau petunjuk

peserta didik, 3) sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto

yang komunikatif, 4) sebagai petunjuk mengajar yang efektif bagi

pendidik serta menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam

melakukan penilaian sendiri.

3. Menulis Cerita Pendek

a. Menulis

Menulis merupakan kegiatan kreatif, memberikan kepada kita

untuk bermimpi, bermain-main dengan imajinasi. Selain itu, menulis

juga tidak hanya menciptakan kekayaan intelektual, tetapi juga bisa

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


22

menjadi wadah untuk menumpahkan segenap perasaan kita, semua

perasaan yang tidak bisa kita sampaikan secara langsung. Kompetensi

ketrampilan menulis merupakan kompetensi bahasa yang paling akhir

dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi mendengarkan,

membaca, berbicara. Menguasai keterampilan menulis sangatlah

kompleks, karena harus menguasai aturan tata tulis, ejaan, diksi, dan

penyususunan kalimat. Dilihat dari kompetensi berbahasa, menulis

adalah aktivitas produktif, aktivitas menghasilkan bahasa sebagai media

untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa bertatap muka. Tulisan

yang dihasilkan itu bisa berupa fiksi dan non fiksi

Tarigan (2008: 3-4) mengatakan bahwa menulis merupakan

kegiatan produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tidak akan

datang secara otomatis, tetapi melalui latihan yang banyak dan teratur.

Jadi keterampilan menulis dapat dipelajari, dan latihannya. Sukirno

(2013: 3) mengatakan bahwa menulis kreatif adalah menuangkan

gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasakan pikiran

dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan dalam teks. Jadi

belajar menulis adalah proses belajar yang dapat mewujutkan aktivitas

peserta didik menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya

cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau

karangan. Nurgiyantoro (2013: 425) mengatakan bahwa menulis adalah

aktivitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Dilihat dari

pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas mengemukakan

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


23

gagasan melalui media bahasa. Yang pertama menekankan unsur

bahasa, sedang yang kedua gagasan. Supaya komunikasi tidak langsung

lewat lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, peneliti haruslah

menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, pilihan kata yang

baik dan penggunaan kalimat yang teratur baik pada tulisan fiksi dan

non fiksi.

Dari pengertian menulis seperti yang diungkapkan para ahli di

atas, dapat disimpulkan bahwa menulis sebagai alat komunikasi yang

tidak langsung, yang memudahkan kita untuk merasakan segala yang

kita rasakan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita,

memecahkanmasalah-masalah yang kita hadapi, dan dapat

menyumbangkankecerdasan, serta mengungkapkan gagasan/ide melalui

bahasa.

b. Cerita pendek

Karya imajinatif, kreatif, dan estetis salah satu di antaranya

adalah cerita pendek (cerpen). Cerpen merupakan salah satu jenis cerita

fiksi (Nurgiyantoro, 2013: 11). Cerpen sesuai dengan namanya adalah

cerita pendek . akan tetapi, berupa ukuran panjang pendek itu memang

tidak ada aturannya, tidak ada satu kesepakatan diantara para

pengarangdan para ahli. Menurut Edgar Allan Poe (dalam

Nurgiyantoro, 2013: 12) cerpen adalah sebuah cerita yang selesai

dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai

dua jam suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk sebuah

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


24

novel. Cerpen atau cerita pendek sebagai karya fiksi yang merupakan

karya rekaan mempunyai unsur estetika yang membangun dari dalam

karya sastra cerpen (intrinsik), dan unsur pembangun dari luar karya

sastra (ekstrinsik).

Sedangkan Nurgiyantoro (2013: 12) mengatakan bahwa cerpen

adalah karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun yaitu

unsur intrinsik dan ekstrinsik dan mempunyai unsur peristiwa, plot,

tema, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Karena bentuknya yang

pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai

pada detail-detail khusus yang “kurang penting” yang lebih

memperpanjang cerita. Senada dengan pendapat-pendapat tersebut,

Nuryatin, (2010: 2) mengatakan bahwa cerpen adalah cerita fiksi atau

rekaan atau fiction yaitu sesuatu yang dikonstruksikan, dibuat-buat atau

dibuat. Masih menurut Nuryatin, (2010: 2) cerpen secara etimologi

merupakan karya fiksi atau sesuatu yang dikonstruksikan, ditemukan,

dibuat atau dibuat-buat. Hal itu berarti bahwa cerpen tidak terlepas dari

fakta, yang kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang

dimaksudkan memberikan kesan tunggal yang dominan; cerita pendek

memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi pada satu ketika.

Ada pula pendapat Soebachman, (2014: 68) mengatakan bahwa cerpen

adalah salah satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering kali disebut

kisahan prosa pendek. Sukirno, (2013: 83) cerpen adalah cerita yang

isinya mengisahkan peristiwa pelaku cerita secara singkat dan padat

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


25

tetapi mengandung kesan yang mendalam.peristiwa itu dapat nyata atau

imajinaso saja.

Dari beberapa pendapat para ahlitersebut dapat disimpulkan

bahwaceritapendek rampung baca sekali duduk, dialog hanya

diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan cerita atau

menampilkan problem, memiliki unsur topik, latar, sudut pandang, alur,

dan penokohan yang digunakan oleh pengarang untuk menampilkan

cerita yang menarik dari tokoh cerita tersebut.

c. Unsur Pembangun Cerita Pendek

Dalam menulis cerpen, seorang peneliti disarankan memahami

unsur pembanguncerpen.Menurut Nuryatin, (2010: 4-15) mengemuka-

kan unsur-unsur cerita pendek adalah sebagai berikut.

1) Tema dan amanat

Tema adalah ide sentral sebuah cerita. Tema cerpen adalah dasar

cerita, yaitu suatu konsep atau ide atau gagasan yang menjadi dasar

diciptakannya sebuah cerita pendek. Cerpen harus mempunyai tema

atau dasar. Selain tema sebagai dasar dari cerpen, dalam sebuah

cerpen terkadang terdapat pemecahan persoalan yang ada.

Pemecahan persoalan itu itu disebut dengan amanat. Amanat dapat

juga diartikan sebagai pesan yang ingin disampaikan pengarang

kepada pembaca.

2) Tokoh dan Penokohan.

Tokoh cerita atau character adaalh pelaku yang dikisahkan

perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


26

maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan. Dalam

cerpen tokoh cerpen tidak harus berwujud manusia melainkan juga

dapat berupa binatang atau suatu obyek yang lain yang biasanya

merupakan bentuk personifikasi manusia (Nurgiyantoro 2005: 222-

223).

Dilihat dari perannya dalam sebuah cerita secara garis besar dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan

ayau tokoh sampingan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang

peran utama dalam cerita, dan tokoh tambahan atau sampingan ialah

tokoh lain yang menjadi pendukung bagi jalannya cerita. Penokohan

gambaran rupa atau watak lakon atau cara menampilkan tokoh-

tokoh. Dalam pengertian lebih luas, penokohan atau perwatakan

ialah pelukisan mengenahi tokoh cerita baik keadaan lahirnya

maupun batinnya yang dapat berupa: pandangan hidup, sikap,

keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.

Masalahpenokohan adalah masalah bagaimana cara pengarang

menampilkan tokoh-tokoh,bagaimanamembangundan

mengembangkanwatak tokoh-tokoh tersebut dalam suatu karya

sastra. Penokohan dan perwatakan dapat muncul dari duolog dan

dialog. Duolog adalah percakapan antara dua orang, sedang dialog

ialah kata-kata yang diucapkan para tokoh, dalam percakapan antara

seorang tokoh dengan banyak tokoh. Ada juga monolog yaitu

cakapan yang seakan-akan menjelaskan kejadian-kejadian yang

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


27

sudah lampau, peristiwa-peristiwa dan perasaan-perasaan yang sudah

terjadi.

3) Alur

Alur merupakan terjemahan inggris plot. Alur adalah sambung-

sinambung peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak

hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi juga menjelaskan

mengapa hal itu terjadi. Dengan sambung-sinambungnya peristiwa

ini terjadilah sebuah cerita. Sebuah cerita bermula dan berakhir, dan

antar awal dan akhir inilah terlaksana alur itu. Berdasarkan hukum

alur Aristoteles, sebuah plot terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap awal

(beginning), tahap tengah (middle), dan tahap akhir (end). Tahap

awal cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan, berisi

sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang

akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya, khususnya yang

berkaitan dengan pelataran dan penokohan, serta konflik yang

melibatkan tokoh. Tahap tengah disebut juga tahap pertikaian,

menampilkan konflik yang sudah mulai dibangun pada tahap awal,

konflik menjadi semakin meningkat sampi pada klimaks atau

puncak. Tahap akhir disebut juga tahap peleraian. Menampilkan

adegan tertentu yang merupakan penyelesaian dari konflik yang

terjdi pada klimaks.

Dalam pembagian lain, tahapan alur dapat dikelompokkan menjadi

lima. Tertama, tahap situation (tahap penyituasian), yakni tahap yang

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


28

berisi pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap kedua,

tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), yaitu

tahap munculnya konfliks. Tahap ketiga, tahap rising action (tahap

peningkatan konflik), yaitu tahap meningkatnya intensitas konflik.

Tahap keempat, climax (tahap klimak), yakni tahap yang berisi

puncak intensitas konflik. Kelima, tahap denouement ( tahap

penyelesaian) yakni tahap yang berisi penyelesaian atau solusi dan

konflik.

Alur cerita dapat dikatagorikan ke dalam beberapa jenisyang berbeda

berdasarkan kriteria urutan waktu, kepadatan dan jumlah.

Berdasarkan urutan waktu alur dapat dibedakan menjadi dua yaitu,

(1) alur maju, atau lurus, atau progresif, (2) alur mundur, sorot balik,

flash-back atau alur regresif. Apabila cerita disusun secara berurutan,

mulai dari kejadian awal lalu diteruskan dengan kejadian-kejadian

berikutnya hingga akhir disebut alur maju. Apabila cerita disusun

dengan cara pengungkapan kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi

sebelumnya, maka cerita yang demikian itu disebut beralur sorot

balik. Sedangkan cerita yang disusun secara berurutan bermula dari

kejadian-kejadian awal menuju akhir, tetapi di sana-sini diselipkan

pengungkapan kembali peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian

yang telah terjadi sebelumnya, maka cerita yang demikian itu disebut

dengan alur campuran.

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


29

4) Latar/setting

Istilah latar adalah terjemahan dari istilah Inggris setting suatu cerita

terjadi di suatu tempat dan pada waktu tertentu. Waktu dan tempat

disebut setting atau latar. Karena aksi tokoh-tokoh terjadi peristiwa

tersebut pada suatu waktu dan dalam ruang tertentu. Latar adalah

gambaran tentang tempat dan waktu atau masa terjadinya cerita.

Latar di dalam cerita biasanya tidak hanya sekedar sebagai petunjuk

kapan dan di mana cerita itu terjadi, melainkan juga sebagai tempat

pengambilan nilai-nilai yang ingin diungkapkan pengarang melalui

ceritanya. Latar erat sekali hubungannya dengan tokoh dan

peristiwa. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok,

yaitu tempat, waktu dan sosial budaya. (1) Latar tempat menunjuk

pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah

karya fiksi, (2) latar waktu berhubungan dengan masalah ‘kapan’

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya

fiksi.masalah” kapan”tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu

faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan

peristiwa sejarah. (3) latar sosial budaya menunjuk pada hal-hal yang

berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu

tempat yang diceritakan dalam cerita fiksi.

5) Sudut Pandang

Sudut pandang atau dalam bahasa Inggris disebut point of view,

adalah cara dan / atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


30

sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai

peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada

pembaca.

d. Jenis-jenis Cerita Pendek

Menurut Nuryatin, (2013: 12) jenis cerpen ada beberapa sudut

pandang, antara lain:

1) Dari Sudut Bentuk

Dapat dilihatbahwa ada cerpen yang ditulis hanya satubahkan

setengah folio, yang berarti ada cerpen yang bentuknya memang

betul-betul pendek dan ada cerpen yang panjang. Cerpen yang

pendek termasuk dalam term short-short story (cerita pendek yang

pendek). Cerpen yang termasuk dalam term ini adalah cerpen-cerpen

yang terdapat dalam majalah-majalah maupun surat kabar. Cerpen

yang panjang termasuk dalam term long short story (cerita pendek

yang panjang).

2) Ditilik dari Nilai Literernya

Cerpen ini dapat digolongkan menjadi dua. Pertama, cerpen yang

termasuk golongan yang disebut qualitystories(cerita yang punya

nialai/bobot kesastraan), dan kedua, adalah golongan commercial

(craft) stories, yaitu cerita yang kurang atau tidak memiliki niali atau

bobot kesastraan. Golongan yang kedua tersebut adalah cerita yang

pada umumnya tidak terpancang pada nilai-nilai kesastraan karena

cerita itu dibuat dengan maksud untuk dijual dan mencari uang

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


31

sehingga yang diutamakan adalah dari segi komersial atau segi

pemasarannya. Cerpen-cerpen yang di muat dalam majalah- majalah

hiburan pada umumnya termasuk dalam golongan ini.

3) Dilihat dari Unsur-unsur Fiksi

Hampir sama dengan pendapat tersebut di atas, Nurgiyantoro, (2013:

12) cerpen walaupun sama-sama pendek, panjang cerpen itu sendiri

bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan

mungkin pendek sekali: berkisar 500-an kata; ada cerpen yang

panjangnya cukupan (middle short story), serta ada cerpen yang

panjang (long short story), yang terdiri dari puluhan (atau bahkan

beberapa puluh ribu kata)

e. Kriteria Penilaian Cerpen

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebuah kurikulum

yang menekankan capaian kompetensi kinerja, kompetensi melakukan

sesuatu sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. KTSP menekankan

pentingnya kompetensi kinerja yang aktif produktif dan bukan sekedar

pengetahuan verbal yang teoretis (Nurgiyantoro, 2011: 19). Oleh karena

itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis cerpen

juga membutuhkan penilaian/evaluasi untuk mengetahui kompetensi

pesertadidik. Penilaian hasil pembelajaran dimaksudkan untuk

mengukur seberapa banyak peserta didik mampu meraih kompetensi

yang dibelajarkan sebagaimana yang ditunjuk oleh kurikulum dan

dilaksanakan lewat strategi pembelajaran. Maka kriteria penilaian yang

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


32

sesuai adalah penilaian otentik (authentic assesment). Nurgiyantoro

(2011: 22) mengatakan bahwa penilaian merupakan proses sistematis

dalampengumpulan,analisis, dan penafsiran informasi yang

menentukanseberapa jauh seorang peserta didik dapat mencapai tujuan

pendidikan. Airasian, (dalam Nurgiyantoro, 2011: 22) mengatakan

bahwaAsesmenmerupakan proses pengumpulan, penafsiran, dan

sintesis informasi untuk membuat keputusan. Dengan demikian,

pengertian asesment sebenarnya tidak berbedadengan pengertian

penilaian.

Penilaian otentik menekankan kemampuan peserta didik untuk

mendemontrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan

bermakna. Kegiatan penilaian tidak hanya sekedar menanyakan atau

menyadap pengetahuan yang telah diketahuai pembelajar, melainkan

berkinerja secara nyata dari pengetahuan dan ketrampilan yang telah

dikuasai. Penilaianotentik merupakan suatu bentuk tugas yang

menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata

secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan

ketrampilan. Menurut Stiggin (dalam Nurgiyantoro 2011: 23) penilaian

otentik merupakan penilaian kinerja yang meminta pembelajar untuk

mendemontrasikanketerampilandankompetensitertentuyang merupakan

penerapan pengetahuan yang dikuasainya.

Dari beberapa pengertian mengenahi penilaian Sukirno, (2013:

129-130) mengatakan bahwa kriteria menulis cerpen sebagai berikut.

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


33

1) Kesesuaian cerita dengan tema.

2) Kreativitas mengembangkan cerita

3) Kelengkapan unsur yang dimunculkan

4) Kejelasan pengembangan pelaku cerpen

5) Keruntutan pengembangan alur cerpen

6) Kejelasan pengembangan latar terjadinya cerpen

7) Ketepatan penggunaan pilihan katanya

8) Ketepatan penggunaan tanda bacanya

9) Ketepatan penyusunan kalimatnya

Dari kriteria penilaian cerita pendek tersebut akan disertai rubrik

penilaian, yang akan dibahas di dalam BAB III.

B. Pendekatan Kontekstual

1. Pengertian Kontekstual

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran adalah pendekatan

kontestual. Pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning

(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannyadalam kehidupan sehari-hari.(Badan

Kepegawaian Daerah, 2003:1). Pendekatan kontekstual hadir di dunia

pendidikantampakmemberikandarahsegardalampelaksanaan pembelajaran

dikelas. Pendekatan pembelajaran kontekstual hadir untuk mengurangi

kesenjangan yang terjadi antara bahan ajar yang dibelajarkan di sekolah

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


34

dan kebutuhan nyata yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat.

“Contextual teaching and learning is system of instruction based


on the philosophy that student learn when they see mearning in
academic material, and they see mearning in schoolwork when they
can connect new information with prior knowledge and their own
experience”. (Johnson, 2002: vii).

Menjelaskan bahwa pembelajaran dan pengajaran kontekstual

merupakan sebuah sistem pengajaran yang didasarkan pada sebuah

filsafat, tetapi siswa belajar memahami makna dalam materi pembelajaran,

dan juga mereka (siswa) memahami makna dalam tugas sekolah dengan

mengaitkan informasi yang didapat(informasi baru) dengan pengetahuan

dan pengalaman siswa sendiri (mandiri)

Berdasarkan pengertian tersebut Johnson (dalam Nurhadi, 2004: 12)

merumuskan (CTL):

”The CTL system is an educational process that aim to help


studens see meaning in the academic material they are studying
by connecting academic subject with the context of their daily
lives, that is, with the contxt of their personal, social, and cultural
circumstances the following eight components: making
meaningful connection, doing significant work, self-regulated
learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing
the individual, reaching hight standards, using authentic
assesment”

Sistem CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan

membantu peserta didik melihat makna dalam pelajaran yang mereka

pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks mereka sehari-

hari yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan

budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL akan menuntun

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


35

peserta didikmelalui kedelapan komponen utama CTL: melakukan

hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur

cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis, dan kreatif,

memelihara/merawat pribadi peserta didik, mencapai standar tinggi, dan

menggunakan asesment autentik. Dari beberapa pendapat tentang

pendekatan kontekstual, maka dapat disimpulkan pendekatan kontestual

adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam

kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-

hari; sementara peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan

dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan proses

mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam

kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar saat guru

menghadirkandunia nyata ke dalam kelas dan memotivasi peserta didik

untuk mengaitkan pengetahuan dengan dunia nyata. Oleh karena itu,

penerapan pembelajaran di kelas menggunakan tujuh komponen utama

pembelajaran kontekstual.

2. KomponenPendekatan Kontekstual

Berdasarkanbeberapapendapatahlitentangpengertian kontekstual,terdapat

tujuh komponen pembelajaran kontekstual. Adapun komponen utama

pembelajaran kontekstual (Nurhadi, 2004: 31-55) adalah:

a. Konstruktivisme (Constructivisme)

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


36

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofis)

pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa peserta didik memecahkan

masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri, dan

bergelut dengan ide-ide, kemudian mengkonstruksikan pengetahuan di

benak mereka sendiri. Pandangan konstruktivisme strategi lebih

diutamakan daripada mengingat pengetahuan Esensi dari teori

konstruktivisme adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan dan

mentransformasikan suatu informasi dan apabila dikehendaki, informasi

itu menjadi milik mereka sendiri.

b. Inquiri

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta

didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi

hasil dari menemukan sendiri (Nurhadi,2004: 43). Pada tahap ini untuk

pembelajaran menulis cerita pendek, peserta didik menemukan

peristiwa yang pernah dialami, selanjutnya peserta didik membuat

kerangka cerpen, kemudian peserta didik mengembangkan kerangka

cerpen menjadi cerpen secara individual. Dengan kegiatan ini peserta

didik akan menemukan cara-cara yang mudah untuk menulis cerpen.

c. Bertanya (Quetioning)

Bertanya adalah induk dari pembelajaran kontekstual, awal dari

pengetahuan,jantungdaripengetahuan,danaspekpenting pembelajaran.

Kegiatan ini dapat digunakan secara aktif oleh peserta didik untuk

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


37

menganalisis dan mengekplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-

pertanyaan spontan yang diajukan peserta didik dapat digunakan untuk

merangsang peserta didik berfikir dan berdiskusi. Sedang untuk guru

strategi bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan peserta didik

dan mendorong peserta didik agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Tahapan ini dapat dilakukan peserta didik dengan menjawab pertanyaan

yang ada dalam modul.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari

kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara

teman, antar kelompok, dan antara mereka yang tahu ke mereka yang

belum tahu. Masyarakat belajar bisa tercipta apabila ada proses

komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, anggota kelompok yang

terlibat dalam komunikasi pembelajaran dapat saling bekerja sama,

diskusi, menyelesaikan masalah (Nurhadi, 2004: 47).

e. Pemodelan (modeling)

Pemodelan merupakan kegiatanmendemontrasikan, memberi

contoh tentang materi pembelajaran dengan tujuan peserta didik meniru.

Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model, model

dapat dirancang dengan melibatkan peserta didik (Nurhadi,2004: 50).

Pada tahapan pemodelan, dapat mendemontrasikan karya peserta didik

tentang produk menulis cerpen didepan kelas atau memasangnya di

mading sekolah.

f. Refleksi (Reflecktion)

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


38

Refleksi merupakan bagian penting dalam pembelajaran

kontekstual. Refleksi berarti cara berpikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang

lalu.refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau

pengetahuan yang baru diterima. Kunci dari semua itu adalah, bagaimana

pengetahuan itu mengendap dibenak peserta didik(Nurhadi, 2004: 51).

Jadi, melaui proses refleksi pengalaman belajar peserta didik tentang

menulis cerpen akan semakin bertambah dan memperoleh sesuatu yang

baru.

g. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Authentic Assessment merupakan penilaian berbagai data yang

bisamemberikangambaranperkembangan belajar peserta didik. Gambaran

perkembangan belajar peserta didik perlu diketahuai oleh guru agar bisa

memastikan bahwa peserta didik mengalami proses yang benar. Jadi,

penilaian otentik yaitu suatu penilaian yang sebenarnya untuk mengukur

pengetahuan dan keterampilan (Nurhadi, 2004: 52). Penilaian otentik

mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Seluruh tampilan

peserta didik dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara

objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil

akhir berupa produk (Nurgiyantoro,2011:24-25). Penilaian yang

sebenarnya merupakan tindakan kompetensi dan kinerja peserta didik

secara nyata dengan menggunakan instrumen yang dirancang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


39

diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong

peserta didik membuat hubung antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga

dan masyarakat. Pendekatan kontekstual dalam penerapannya

menggunakan ketujuh komponenutama meliputi, konstruktivisme,

bertanya, menemukan, msyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian

otentik.

Berdasarkan teori belajar Jerome Bruner (dalam Dahan, 2006: 74-

78) tentang penemuan dan teori belajar David Ausubel belajar bermakna.

Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian

pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya

memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari

pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan

pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar

peserta didik hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan

konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh

pengalaman dan melakukan latihan-latihan untuk menemukan prinsip-

prinsip itu sendiri. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan

mempunyai beberapa kelebihan antara lain, 1) bertahan lama atau lama

diingat, 2) hasil belajar penemuan mempunyai efek tranfer lebih baik, 3)

meningkatkan penalaran peserta didik dan kemampuan untuk berpikir

secara bebas. Secara keseluruhan belajar penemuan melatih keterampilan

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


40

kognitif peserta didik untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa

pertolongan orang lain.

Hal itu diperkuat dengan teori belajar David Eusabel tentang

belajar lebih bermakna sesuai dengan pendekatan kontekstual. Belajar

bermakna hanya terjadi bila peserta didik menemukan sendiri

pengetahuan.

h. Kelebihan dan Kekurangan

Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual tentu saja

tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pendekatan

kontekstual di antaranya: 1). Pembelajaran lebih bermakna dan nyata,

artinya peserta didik dituntut untuk dapat menhubungkan belajar di

sekolah dengan dunia nyata. 2). Memberi kesempatan peserta didik

menemukan dan menerapkan idenya sendiri sehingga semakin produktif.

Dengan demikian peserta didik diharapkan belajar melalui pengalaman

bukan hafalan. 3). Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

menemukan dan menerapkan strategi-strategi mereka sendiri untuk

belajar. Sedangkan kelemahannya yaitu 1). Guru melaksanakan

pengajaran dengan selalu mendorong peserta didik untuk mengaitkan apa

yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman yang dimiliki

sebelumnya dan mengaitkan apa yang di pelajari dengan kehidupan

sehari-hari. Jadi guru berperan sebagi pembimbing dalam belajar. 2).

Karena mempunyai kelebihan menemukan dan menerapkan idenya

sendiri, agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


41

belajar. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan peserta didik dengan

sangat ekstra, agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang

diharapkan.

i. Aplikasipembelajaran menulis cerpen berpendekatan kontektual(CTL)

Adapun pembelajaran menulis cerpen berpendekatan kotekstual

yaitu melalui langkah-langkah pembelajaran seperti dikemukakan oleh

Nurhadi(2004:32) peserta didik mengkontruksi/mengaitkan pengetahuan,

dengan mengkontruksi pengetahuan tentang cerpen yang diperoleh

melalui membaca cerpen sehinggapeserta didik akan mendapat gambaran

unsur pembangun cerpen. Peserta didik mempelajari secara keseluruhan

terlebih dahulu, kemudian memperhatikan detailnya, peserta didik

memperoleh pengetahuan baru dan memahami tentang unsur pembangun

cerpen serta mengaplikannya untuk menulis. Selanjutnya peserta didik

menyusun konsep sementara, melakukan sharing kepada orang lain agar

mendapat tanggapan. Dan atas tanggapan itu konsep tersebut direvisi

atau dikembangkan. Pada tahapan ini peserta didik belajar dari

lingkungannya melalui wawancara dengan teman atau saudara.dan

selanjutnya mempratikkan pengetahuan dan pengalaman, peserta didik

menerapkan konsep yang diterima di sekolah dalam kehidupan sehari-

hari.misal menulis cerpen yang dialami oleh teman atau saudara.

Terakhir yang harus dilakukan dalam pembelajaran menulis cerpen

melalui berpendekatan kontekstual yaitu melakukan refleksi terhadap

strategi pengembangan pengetahuan yang dimilikinya, jadi peserta didik

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


42

mengedepankan apa yang baru saja diterimanya sebagai pengetahuan

yang baru.

3. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen dengan Pendekatan

Kontekstual.

Untuk menjadikan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada

kompetensi dasar menulis cerpen, lebih diminati, dan menyenangkan

peserta didik maka pembelajaran Bahasa Indonenesia tidak bisa dipisahkan

dari pengalaman dan lingkungan sehari-hari. Pembelajaran menggunakan

bahan ajar modul menjadikan pengalaman dan lingkungan sekeliling

peserta didik dalam proses pembelajaran akan sangat membantu peserta

didik untuk meningkatkan minat dan hasil pemahaman peserta didik.

Seperti sudah permasalahan yang sudah dipaparkan pada latar

belakang masalah, yaitu hasil belajar pada kompetensi menulis cerita

pendek masih rendah, buku teks yang tidak mengakomodir kebutuhan

peserta didik untuk terampil menulis cerpen. Maka salah satu yang

diharapkan untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah dengan

menerapkan modul bahasa Indonesia tentang menulis cerpen dengan

pendekatan kontekstual. Pemilihan berpendekatan kontekstual dalam

penyususunan modul didasarkan pada keyakinan bahwa pendekatan

kontekstual ini sesuai untuk karakteristik peserta didik dimana materi

disusun dengan mengedepankan aspek pengalaman hidup peserta didik

sehari-hari. Di samping itu, penyusunan modul pembelajaran menulis

cerpen menjadikan pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru sebagai

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


43

satu-satunya sumber informasi melainkan pada peserta didik sendiri yang

harus aktif. Guru hanya mendampingi dan mengarahkan.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah bahan ajar yang dapat

menjadikan peserta didik aktif, kreatif, dan senang belajar.pembelajaran

menulis cerpen di sekolah mendapat alokasi waktu lima jam pelajaran,

dengan waktu yang demikian singkat, niscaya peserta didik tidak akan

terampil untuk menghasilkan sebuah produk cerpen. Pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran menulis cerpen membuat peserta didik

menjadi terbiasa melakukan pratik secara langsung.

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP

Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan intelektual,

sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan

dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia

diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan

budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, partisipasi dalam

masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menggunakan

kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. (KTSP: 2006)

Pembelajaranbahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan

apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


44

penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap

bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi

peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, nasional dan

global.

Dalam konteks mata pelajaran bahasa Indonesia SMP/MTS, para guru

mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan

KTSP. Hal-hal yang perlu dikembangkan adalah materi pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, indikator pembelajaran serta sumber belajar. Sumber

untuk mengembangkan kurikulum kedalam unsur-unsur ini haruslah berupa

rujukan yang terpercaya, seperti keilmuan mata pelajaran, teori-teori belajar,

sumber belajar, sumber kutipan wacana, baik prosa, puisi, maupun drama.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian dan pengembangan bahan ajar oleh, Eni Dewi Kurniawati

(2009) dengan judul Penelitian dan Pengembangan Bahan Ajar Bahasa dan

Sastra Indonesia dengan Pendekatan Tematis yang menghasilkan;1)

kebutuhan bahan ajar menurut guru dan siswa antara lain: (a) konteks

berbahasa untuk berbagai ragam bahasa, (b) mengikuti perkembangan jaman,

(c) sesuai KTSP, (d) relevansi antara bahan ajar guru dan siswa, (e) materi

menarik siswa dan mudah dipahami. 2) pengembangan prototype pendekatan

tematis di SMA dilakukan dengan menyusun silabus, RPP, bahan ajar guru

dan bahan ajar siswa, materi dan dikembangkan secara otentik sesuai dengan

perkembangan siswa, proses penilaian di kelas. Hasil uji keefektifan dengan

uji-t nonindependen menunjukkan bahan ajar tematis efektif. Sedangkan hasil

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


45

kelayakan bahan ajar bahasa dan sastra dengan pendekatan tematis

dinyatakan baik dengan perolehan skor aspek isi, 77,92%, kebahasaan

73,40%, penyajian materi 77, 92% dan kegrafisan 70, 8%.

Selain itu, penelitian oleh Uji Lestari (2014) tentang Pengembangan

Bahan Ajar menulis cerpen berbasis proyek juga menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar (modul) lebih efektif dan

layak digunakan daripada pembelajaran yang tidak menggunakan bahan ajar

yang dikembangkan. Hal itu dapat dilihat dari hasil uji keyakan dan uji

keefektifan bahan ajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul menulis

cerpen untuk siswa SMA kelas XII sudah layak menurut respon ahli dan guru

bahasa Indonesia bahwa aspek; 1) kelayakan materi skor 20 dan 18, katagori

sangat baik, 2) kebahasaan skor 18 katagori sangat baik dan 14 katagori baik,

3) aspek penyajian skor 43 dan 40,5 katagori sangat baik. Sedangkan hasil

prestasi belajar pada kelas eksperimen berdasarkan uji-t beda dalam

penelitian ini diperoleh skor hasil t hitung = 2,917, taraf signifikan α = 0,05

diperoleh t table (1,667), sehingga disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

modul lebih efektif dari pada pembelajaran yang tdak menggunakan modul.

Serta dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dengan

peningkatan skor pascates 2,81 % dan peningkatan presentasi ketuntasan

47,22%.

Berdasarkan kedua penelitian dan pengembangan tersebut peneliti

termotivasi untuk mengembangkan bahan ajar menulis cerpen di tingkat

SMP/MTS di Kabupaten Wonosobo. Untuk meningkatkan kemampuan

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


46

menulis cerpen di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).Keunggulan

bahan ajar modul menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami yaitu:

1) peserta didik dapat menggunakan modul tersebut untuk belajar mandiri, 2)

peserta didik dapat menggunakan modul tersebut sebagai pengganti bagi guru

ketika tidak ada di kelas. Sedangkan keunggulan yang lain sebagai sumber

belajar untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen tanpa bimbingan

guru. Keunggulan yang lain, jika peneliti terdahulu subjeknya (SMA), tetapi

penelitian ini mengambil subyek di (SMP). Peneliti terdahulu menggunakan

pendekatan tematik dan berbasis proyek, bahan ajar ini menggunakan

pendekatan kontektual.

E. Kerangka Pikir

Penelitian dan pengembangan ini dilakukan karena adanya suatu

permasalahan dalam pembelajaran menulis cerpen. Hal ini dapat diketahui

dari nilai atau hasil belajar menulis cerpen peserta didik SMP Negeri 2

Mojotengah wonosobo yang masih di bawah KKM, yaitu sebanyak 71,29%

belum mencapai KKM. Disamping itu, ketergantungan guru akan bahan ajar

yang tersedia dari penerbit, juga sangat tinggi. Namun bahan ajar tersebut,

pada umumnya terbatas pada menguraikan seluk beluk cerpen bukan tentang

bagaiman menulis cerpenyang baik dan menyenangkan. Kalaupun ada bagian

yang membahas tentang menulis cerpen maka pembahasan itu lebih bersifat

pengetahuan dan teori. Kondisi ini tentu tidak sejalan dengan tuntutan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) agar peserta didik aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


47

mampu memilih bahan ajar atau menyusun bahan ajar yang lebih sesuai dan

mampu membantu peserta didik dalam memahami pembelajaran dan

menjadikan peserta didik aktif dalam pembelajaran.

Permasalahantersebut melatarbelakangi peneliti untuk

mengembangkan bahan ajar berupa modul untuk pembelajaran menulis

cerpen dengan pendekatan kontekstual. Melalui modul ini diharapkan peserta

didik menjadi lebih mudah mengekspresikan ide menulis cerpen sehingga

motivasi belajar dan hasil belajar menulis cerpen dapat memenuhi KKM.

Keterampilan menulis cerpen dan peningkatan hasil belajarmenulis cerpen

merupakan output yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Selain itu dari

hasil uji coba pengujian modul dibahas juga keunggulan dan kelemahan

bahan ajar modul menulis cerpen tersebut. Modul diujicobakan dalam

pembelajaran menulis cerpen di kelas IX, untuk mendapat validitas bahan ajar

modul.keterkaitan antara variabel penelitian dapat digambarkan dalam

kerangka pikir penelitian sebagai berikut.

Pengembangan Kemampuan
Bahan Ajar Peserta didik
menulis cerpen
Menulis Cerpen lebih terbantu
menggunakan
Berpendekatan dalam menulis
modul
kontekstual cerpen
mengalami
peningkatan

Gambar 2.1. Alur Berpikir

1. Pengembangan bahan ajar menulis cerpen berpendekatan kontekstual

adalah suatu pengembanganyang dibutuhkan seseorang peserta didik untuk

menulis cerpen. Bahan ajar yang berfungsi sebagai pendorong, pengarah

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


48

dan penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan tentang

menulis cerpen dengan pendekatan kontektual. Peserta didik didorong

untuk berlatih mandiri.

2. Pengembangan bahan ajar menulis cerpen berpendekatan kontekstual

adalah pengembangan bahan ajar yang dengan menerapkan modul bahasa

Indonesia tentang menulis cerpen berpendekatan kontekstual. Pemilihan

pendekatan kontekstual dalam penyusunan modul didasarkan pada

keyakinan bahwa pendekatan kontekstual ini sesuai untuk karakteristik

peserta didik dimana materi disusun dengan mengedepankan aspek

pengalaman hidup peserta didik sehari-hari

3. Hasil belajar menulis cerpen dengan pendekatan kontekstual suatu hasil

yang diperoleh melalui proses belajar mengajar. Suatu bahan pengajaran

dinyatakan berhasil apabila tujuan Intruksional khusus (TIK) dapat

tercapai. Dari beberapa pendapat dapat dikemukakan bahwa suatu proses

belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan

yang berbeda-beda sejalan dengan pandangan filsafatnya. Namun untuk

menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang

berlaku saat ini yang disempurnakan.

4. Untuk penelitian dan pengembangan bahan ajar peneliti dapat mengetahui

motivasi belajar menulis cerpen dan hasil belajar menulis cerpen yaitu

dengan menggunakan bahan ajar modul berpendekatan kontekstual,

karena dengan bahan ajar modul peserta didik diharapkan mampu berlatih

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015


49

menemukan secara mandiri,atau menemukan sendiri tentang bagaimana

cara menulis cerita pendek.

Asumsi dalam penelitian dan pengembangan bahan ajar menulis cerita

dengan pendekatan kontekstual yaitu; 1). Bahan ajar menulis cerpen sampai

saat ini belum dikembangkan, 2). Bahan ajar menulis cerpen berpendekatan

kontekstual ini, diharapkan dapat digunakan di SMP Negeri 2 Mojotengah,

sebagai pilihan penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran menulis cerpen

yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 3). Di

SMP Negeri 2 Mojotengah sebagai sekolah uji coba belum menggunakan

bahan ajar (modul) pembelajaran menulis cerpen.

Pengembangan Bahan Ajar..., Sukidah, Pascasarjana UMP 2015

Anda mungkin juga menyukai