Anda di halaman 1dari 27

Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang
digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Pannen, 1995). Bahan ajar
adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan
menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi
atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi dalam
Lestari, 2013:1). Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah
dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru
untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi
pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran
atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya (Ruhimat, 2011:152).
Melihat penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa peran seorang guru dalam
merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses
belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan
sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku.
Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada
siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya.
Bahan ajar itu sangat unik dan spesifik. Unik, artinya bahan ajar tersebut hanya dapat
digunakan untuk audiens tertentu dalam suatu proses pembelajaran tertentu. Spesifik
artinya isi bahan ajar tersebut dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai tujuan
tertentu dari audiens tertentu. Sistematika cara penyampaiannya pun disesuaikan
dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa yang menggunakannya.
Bagaimana membedakan bahan ajar dengan yang bukan bahan ajar? Bahan ajar
biasanya dilengkapi dengan pedoman siswa dan pedoman untuk guru. Pedoman-
pedoman ini berguna untuk mempermudah siswa maupun guru menggunakan bahan
ajar yang telah dikembangkan. Sekarang coba Anda lihat buku teks yang sering Anda
temukan di pasaran, apakah ada pedoman kerja siswanya? Apakah dilengkapi dengan
pedoman untuk guru? Apakah menyebutkan untuk siapa bahan tersebut
dikembangkan? Apakah menyebutkan prosedur atau tata cara pemanfaatannya? Jika
semua itu tidak ada maka buku teks tersebut walaupun berisi materi pelajaran yang
sangat padat belum dapat dikatakan sebagai bahan ajar.
Karakteristik Bahan Ajar
Ada beragam bentuk buku, baik yang digunakan untuk sekolah maupun perguruan
tinggi, contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan ajar, dan buku teks
pelajaran. Jenis-jenis buku tersebut tentunya digunakan untuk mempermudah peserta
didik untuk memahami materi ajar yang ada di dalamnya.
Sesuai dengan penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Guruan Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional Tahun 2003, bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, yaitu self
instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly (Widodo dan
Jasmadi dalam Lestari, 2013 : 2).
Pertama, self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu
membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Untuk memenuhi
karakter self instructional, maka di dalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang
dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun tujuan antara. Selain itu, dengan
bahan ajar akan memudahkan siswa belajar secara tuntas dengan memberikan materi
pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik.
Kedua, self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit kompetensi atau
subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh. Jadi
sebuah bahan ajar haruslah memuat seluruh bagian-bagiannya dalam satu buku secara
utuh untuk memudahkan pembaca mempelajari bahan ajar tersebut.
Ketiga, stand alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak
tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan
bahan ajar lain. Artinya sebuah bahan ajar dapat digunakan sendiri tanpa bergantung
dengan bahan ajar lain.
Keempat, adaptive yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahan ajar harus memuat materi-materi
yang sekiranya dapat menambah pengetahuan pembaca terkait perkembangan zaman
atau lebih khususnya perkembangan ilmu dan teknologi.
Kelima, user friendly yaitu setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam
merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Jadi bahan ajar selayaknya hadir
untuk memudahkan pembaca untuk mendapat informasi dengan sejelas-jelasnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang mampu
membuat siswa untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam proses
pembelajaran sebagai berikut.
1. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung
pemaparan materi pembelajaran.
2. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik atau mengukur
penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan,
tugas dan sejenisnya.
3. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas
dan lingkungan siswa.
4. Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya berhadapan dengan
bahan ajar ketika belajar secara mandiri.
Jenis- jenis Bahan Ajar
Pengelompokan bahan ajar berdasarkan jenisnya dilakukan dengan berbagai cara oleh
beberapa ahli dan masing-masing ahli mempunyai justifikasi sendiri-sendiri pada saat
mengelompokkannya. Heinich, dkk. (1996) mengelompokkan jenis bahan ajar
berdasarkan cara kerjanya. Untuk itu ia mengelompokkan jenis bahan ajar ke dalam 5
kelompok besar, yaitu:
1. bahan ajar yang tidak diproyeksikan seperti foto, diagram, display, model;
2. bahan ajar yang diproyeksikan, seperti slide, filmstrips, overhead transparencies,
proyeksi komputer;
3. bahan ajar audio, seperti kaset dan compact disc;
4. bahan ajar video, seperti video dan film;
5. bahan ajar (media) komputer, misalnya Computer Mediated Instruction (CMI),
Computer based Multimedia atau Hypermedia.
Ellington dan Race (1997) mengelompokkan jenis bahan ajar berdasarkan bentuknya.
Mereka mengelompokkan jenis bahan ajar tersebut ke dalam 7 jenis.
1. Bahan Ajar Cetak dan duplikatnya, misalnya handouts, lembar kerja siswa,
bahan belajar mandiri, bahan untuk belajar kelompok.
2. Bahan Ajar Display yang tidak diproyeksikan, misalnya flipchart, poster, model,
dan foto.
3. Bahan Ajar Display Diam yang diproyeksikan, misalnya slide, filmstrips, dan lain-
lain.
4. Bahan Ajar Audio, misalnya audiodiscs, audio tapes, dan siaran radio.
5. Bahan Ajar Audio yang dihubungkan dengan bahan visual diam, misalnya
program slide suara, program filmstrip bersuara, tape model, dan tape realia.
6. Bahan Ajar Video, misalnya siaran televisi, dan rekaman videotape.
7. Bahan Ajar Komputer, misalnya Computer Assisted Instruction (CAI) dan
Computer Based Tutorial (CBT).
Rowntree (1994) di sisi lain, memiliki sudut pandang yang sedikit berbeda dengan
kedua ahli di atas dalam mengelompokkan jenis bahan ajar ini. Menurut Rowntree, jenis
bahan ajar dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok berdasarkan sifatnya,
yaitu:
1. bahan ajar berbasiskan cetak, termasuk di dalamnya buku, pamflet, panduan
belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto, bahan dari
majalah dan koran, dan lain-lain;
2. bahan ajar yang berbasiskan teknologi, seperti audiocassette, siaran radio, slide,
filmstrips, film, video cassette, siaran televisi, video interaktif, Computer Based
Tutorial (CBT) dan multimedia;
3. bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, seperti kit sains, lembar
observasi, lembar wawancara, dan lain-lain;
4. bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama dalam
pendidikan jarak jauh), misalnya telepon dan video conferencing.
Mengacu pada pendapat ketiga ahli tersebut di atas maka dalam modul ini penulis akan
mengelompokkan bahan ajar ke dalam 2 kelompok besar, yaitu jenis bahan ajar cetak
dan bahan ajar noncetak. Jenis bahan ajar cetak yang dimaksud dalam buku materi
pokok ini adalah modul, handout, dan lembar kerja. Sementara yang termasuk kategori
jenis bahan ajar noncetak adalah realia, bahan ajar yang dikembangkan dari barang
sederhana, bahan ajar diam dan display, video, audio, dan overhead transparencies
(OHT).
Bahan ajar memiliki beragam jenis, ada yang cetak maupun noncetak. Bahan ajar cetak
yang sering dijumpai antara lain berupa handout, buku, modul, brosur, dan lembar kerja
siswa. Di bawah ini akan diuraikan penjelasan terkait jenis-jenis bahan ajar
a) Handout
Handout adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada peserta didik ketika mengikuti
kegiatan pembelajaran. Kemudian, ada juga yang yang mengartikan handout sebagai
bahan tertulis yang disiapkan untuk memperkaya pengetahuan peserta didik (Prastowo
dalam Lestari, 2011: 79). Guru dapat membuat handout dari beberapa literatur yang
memiliki relevansi dengan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh siswa. Saat ini
handout dapat diperoleh melalui download internet atau menyadur dari berbagai buku
dan sumber lainnya.
b) Buku
Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan hasil analisis
terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku disusun dengan menggunakan bahasa
sederhana, menarik, dilengkapi gambar, keterangan, isi buku, dan daftar pustaka. Buku
akan sangat membantu guru dan siswa dalam mendalami ilmu pengetahuan sesuai
dengan mata pelajaran masing-masing.
Secara umum, buku dibedakan menjadi empat jenis (Prastowo dalam Lestari, 2011: 79)
yaitu sebagai berikut.
1. Buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi, dan sumber
untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap.
2. Buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja,
misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya.
3. Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar
dalam melaksanakan proses pengajaran.
4. Buku bahan ajar atau buku teks, yaitu buku yang disusun untuk proses
pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau materi pembelajaran yang akan
diajarkan.
c) Modul
Modul merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Oleh karena itu, modul harus berisi
tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pelajaran, informasi
pendukung, latihan soal, petunjuk kerja, evaluasi, dan balikan terhadap evaluasi.
Dengan pemberian modul, siswa dapat belajar mandiri tanpa harus dibantu oleh guru.
d) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa
sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS,
siswa akan mendapat materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi.
Selain itu siswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami
materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta
tugas yang berkaitan dengan materi tersebut
e) Buku Ajar
Buku ajar adalah sarana belajar yang bisa digunakan di sekolah-sekolah dan di
perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran dan pengertian moderen
dan yang umum dipahami.
f) Buku Teks
Buku teks juga dapat didefinisikan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu,
yang merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat
maksud dan tujuan-tujuan instruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana
pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah
dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.
Bahan ajar noncetak meliputi bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan
hitam, dan compact disc audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video
compact disc dan film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)
seperti CIA (Computer Assisted Intruction), compact disc (CD) multimedia pembelajaran
interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials) (Lestari, 2013:
6).
Fungsi Bahan Ajar
Secara garis besar, fungsi bahan ajar bagi guru adalah untuk mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan subtansi kompetensi
yang seharusnya diajarkan kepada siswa. Fungsi bahan ajar bagi siswa untuk menjadi
pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari.
Bahan ajar juga berfungsi sebagai alat evaluasi pencapaiana hasil pembelajaran.
Bahan ajar yang baik sekurang-kurangnya mencakup petunjuk belajar, kompetensi
yang akan dicapai, isi pelajaran, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja,
evaluasi dan respon terhadap hasil evaluasi (Prastowo dalam Lestari, 2011: 2004).
Karakteristik siswa yang berbeda berbagai latar belakangnya akan sangat terbantu
dengan adanya kehadiran bahan ajar, karena dapat dipelajari sesuai dengan
kemampuan yang dimilki sekaligus sebagai alat evaluasi penguasaan hasil belajar
karena setiap hasil belajar dalam bahan ajar akan selalu dilengkapi dengan sebuah
evaluasi guna mengukur penguasaan kompetensi.
Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal, pembelajaran individual,
dan pembelajaran kelompok (Prastowo dalam Lestari, 2011: 25- 26).
1. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain:
 Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali proses
pembelajaran (dalam hal ini, siswa bersifat pasif dan belajar sesuai kecepatan
siswa dalam belajar).
 Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.
2. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain :
 Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.
 Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses peserta
didik dalam memperoleh informasi.
 Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.
3. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain:
1. Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara
memberikan informasi tentang latar belakan materi, onformasi tentang peran
orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran kelompok, serta petunjuk tentang
proses pembelajaran kelompoknya sendiri.
2. Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, dan apabila dirancang
sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Peran Bahan Ajar
Bahan ajar sangat penting, artinya bagi guru maupun siswa dalam proses
pembelajaran. Tanpa bahan ajar akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Demikian pula tanpa bahan ajar akan sulit bagi siswa untuk mengikuti
proses belajar di kelas, apalagi jika gurunya mengajarkan materi dengan cepat dan
kurang jelas. Mereka dapat kehilangan jejak, tanpa mampu menelusuri kembali apa
yang telah diajarkan gurunya. Oleh sebab itu, bahan ajar dianggap sebagai bahan yang
dapat dimanfaatkan, baik oleh guru maupun siswa, sebagai salah satu instrumen untuk
memperbaiki mutu pembelajaran.
1. Peran Bahan Ajar bagi Guru
Menghemat waktu guru dalam mengajar. Dengan adanya bahan ajar dalam berbagai
jenis dan bentuknya, waktu mengajar guru dapat dipersingkat. Artinya, guru dapat
menugaskan siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan serta
meminta mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di bagian terakhir
setiap pokok bahasan. Sehingga, setibanya di kelas, guru tidak perlu lagi menjelaskan
semua materi pelajaran yang akan dibahas, tetapi hanya membahas materimateri yang
belum diketahui siswa saja. Dengan demikian, waktu untuk mengajar bisa lebih dihemat
dan waktu yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk diskusi, tanya jawab atau kegiatan
pembelajaran lainnya.
2. Peran Bahan Ajar bagi Siswa
Siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain. Artinya, dengan
adanya bahan ajar yang dirancang dan ditulis dengan urutan yang baik dan logis serta
sejalan dengan jadwal pelajaran yang ada dalam satu semester, misalnya maka siswa
dapat mempelajari bahan ajar tersebut secara mandiri di mana pun ia suka. Dengan
demikian, siswa lebih siap mengikuti pelajaran karena telah mengetahui terlebih dahulu
materi yang akan dibahas. Di samping itu, dengan mempelajari bahan ajar terlebih
dahulu paling tidak siswa telah mengetahui konsep-konsep inti dari materi yang dibahas
dalam pertemuan tersebut dan ia dapat mengidentifikasi materimateri yang masih
belum jelas, untuk nanti ditanyakan kepada guru di kelas. Selain itu, dengan bahan ajar
yang telah dipelajari, siswa akan mampu mengantisipasi tugas apa yang akan diberikan
gurunya, setelah pelajaran selesai. Dengan demikian, siswa lebih siap lagi untuk
mengerjakan tugas-tugas tersebut.
3. Peran Bahan Ajar dalam Pembelajaran
a. Pembelajaran klasikal
Secara umum, bahan ajar dapat digunakan untuk menambah dan meningkatkan mutu
pembelajaran klasikal. Ellington and Race (1997) menyebutkan beberapa pemanfaatan
bahan ajar dalam proses pembelajaran klasikal, yaitu berikut ini.
1) Bahan ajar dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama.
Dalam hal ini bahan ajar dapat berbentuk:
 petunjuk tentang cara mempelajari materi yang akan dibahas dalam buku utama;
 bimbingan atau arahan dari guru kepada siswa untuk mencatat penjelasan lebih
terperinci dari materi yang dibahas dalam buku utama
 petunjuk tentang cara mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah;
 gambar-gambar atau ilustrasi yang merupakan penjelasan lebih terperinci dari
penjelasan materi yang dilakukan secara deskriptif dalam buku utama;
 buku kerja siswa.
2) Bahan ajar dapat juga dianggap sebagai pelengkap/suplemen buku utama. Dalam
hal ini bahan ajar dapat berisi tentang hal-hal berikut.
 Materi pengayaan untuk buku materi utama.
 Uraian tentang latar belakang materi.
 Penjelasan tentang perbaikan-perbaikan yang perlu diketahui siswa dari materi
buku utama.
3) Bahan ajar dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, caranya
dengan membuat bahan ajar yang penuh dengan gambar dan dibuat berwarna
sehingga menarik bagi siswa untuk mempelajarinya serta berbeda dengan buku
utamanya yang sifatnya baku.
4) Bahan ajar dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan tentang
bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik dengan
topik lainnya.
b. Pembelajaran individual
Pembelajaran individual ditandai dengan metode pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa dibandingkan guru (learner-centered vs teacher-centered). Metode
pembelajaran individual dirancang untuk kebutuhan masing-masing siswa secara
individual, yang berbeda cara dan kecepatan belajar siswa yang satu dengan yang lain.
Pembelajaran individual ini dapat berupa text-based, seperti yang biasa dipakai dalam
correspondence study sampai dengan cara terbaru yang menggunakan AN dan
Computerbased.
Bahan ajar dalam pembelajaran individual adalah sebagai bahan utama dan perannya
sangat menentukan kelancaran proses pembelajaran. Hal ini disebabkan bahan ajar
individual/mandiri selain memuat informasi tentang hal-hal yang harus dipelajari siswa,
tetapi juga disesuaikan sedemikian rupa sehingga mampu mengontrol kegiatan belajar
siswa.
Oleh sebab itu, bahan ajar untuk pembelajaran individual ini harus dirancang dan
dikembangkan dengan sangat hati-hati dibanding dengan bahan ajar yang berperan
sebagai penunjang saja. Dalam pembelajaran individual bahan ajar berperan sebagai:
 media utama dalam proses pembelajaran, misalnya bahan ajar cetak atau bahan
ajar cetak yang dilengkapi dengan program audio visual atau komputer;
 alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa memperoleh
informasi;
 penunjang media pembelajaran individual lainnya, misalnya siaran radio, siaran
televisi, dan teleconferencing.
c. Pembelajaran kelompok
Metode pembelajaran kelompok didasarkan pada humanistic psychology yang
menekankan pada cara orang berinteraksi dalam kelompok kecil dengan menggunakan
pendekatan dinamika kelompok. Ketika metode ini digunakan dalam situasi
pembelajaran, pada umumnya metode ini tidak membutuhkan perangkat keras yang
dirancang khusus, dan dalam beberapa hal sangat sedikit membutuhkan bahan ajar
dalam bentuk tertulis, seperti booklet, lembar panduan diskusi, buku kerja, dan lain-lain.
Penekanannya justru diletakkan pada pendekatan dan teknik yang digunakan daripada
perangkat keras dan bahan belajarnya
Dari terjemahan.
Bahan ajar pembelajaran (TLM) adalah alat, yang digunakan oleh guru untuk
membantu peserta didik untuk belajar konsep dengan mudah dan efisien. Di bawah ini
adalah jenis bahan ajar yang digunakan:

Alat Bantu Audio: Ini termasuk suara manusia, percakapan telepon, cakram / kaset
audio, rekaman gramofon, siaran Radio.
Alat Bantu Visual: Ini termasuk Cetak Visual (Verbal) mis. Buku Pelajaran, buku
pelengkap. Buku referensi, ensiklopedia, Majalah, Surat Kabar, Dokumen dan Kliping,
Duplikat bahan tertulis, Bahan terprogram, Studi Kasus / Laporan,
Visual (Gambar - Tidak Diproyeksikan) -

a) Non-proyeksi dua dimensi - Di sini TLM dalam bentuk gambar atau gambar mis.
papan tulis menulis dan menggambar Grafik, Poster, Peta, Diagram, Grafik, Foto,
Kartun, komik strip.

b) Non-Proyeksi tiga dimensi - Kategori ini mencakup representasi tiga dimensi dari
objek atau fenomena nyata, mis. Model, Mock-up, Diorama, Globe, Peta Bantuan,
Spesimen, Boneka, dan Hologram.

4. Visual (Diproyeksikan tetapi masih) - Di sini gambar diproyeksikan atau ditampilkan


pada layar dan dengan demikian lebih dekat dengan kenyataan daripada yang tidak
diproyeksikan visual mis. Slide, Filmstrips, Over Head Projector (OHP), Mikrofilm, kartu
mikro, dll.

5. Audio Visual TLM adalah alat bantu yang diproyeksikan, yang menggunakan indera
pendengaran dan visual untuk meningkatkan pembelajaran, mis. Film Gambar
Bergerak, Televisi, Cakram / kaset video, presentasi slide-tape, Multimedia, Komputer.
MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam bab ini kita mulai dengan definisi media pembelajaran dan membenarkan
penggunaannya. Kami kemudian membahas kriteria yang dapat Anda pertimbangkan
ketika memilih peralatan dan bahan untuk menemani kuliah dan seminar Anda.
Penjelasan tentang kisaran media yang mungkin Anda temui di universitas di Afrika
Timur dan Selatan berikut. Kami menghabiskan lebih banyak waktu di papan tulis,
proyektor overhead dan transparansi, handout dan manual yang lebih umum dan hanya
membahas secara singkat media seperti film dan video yang sering tidak tersedia. Kami
juga memberikan beberapa saran tentang bagaimana Anda dapat memproduksi materi
Anda sendiri.

Kita semua tahu bahwa karena kendala keuangan dan lainnya ada kekurangan media
yang sesuai di universitas kami. Oleh karena itu, kami memberikan beberapa ide
tentang cara mendapatkan, mengelola, dan mengevaluasi media pembelajaran.

Kami percaya bahwa Anda tidak hanya akan menggunakan ide-ide yang disajikan
dalam bab ini, tetapi Anda juga akan menghasilkan ide-ide lain dan membagikannya
dengan rekan-rekan di universitas Anda. Dengan cara ini, kita semua dapat
menghasilkan media pembelajaran yang menarik dan hidup bagi siswa kita.

Apa Itu Media Instruksional?

Istilah media pembelajaran telah didefinisikan dalam berbagai cara. Dalam beberapa
kasus, ini mengacu pada semua alat bantu yang digunakan oleh dosen dan
mahasiswa. Dalam kasus lain, ini hanya merujuk ke media cetak. Dalam bab ini, kita
akan menggunakan istilah yang berarti semua perangkat dan bahan yang digunakan
dalam proses belajar mengajar. Definisi ini dekat dengan definisi yang lebih luas seperti
Romiszowski (1981: 339) yang mencakup tidak hanya media komunikasi elektronik,
tetapi juga perangkat seperti slide, foto, diagram buatan guru, bagan, benda nyata dan
selebaran yang kita gunakan dalam proses instruksi yang direncanakan. Gambar 6.1
memberikan contoh beberapa media pembelajaran.

Mengetik

Contohnya

Mencetak

Pamflet, selebaran, panduan belajar, manual

Visual

Grafik, objek nyata, foto, transparansi

Audiovisual

Slide, kaset, film, strip film, televisi, video, multimedia

Statis / tampilan

Papan tulis, papan luncur, etalase kuda-kuda, flip chart, papan kain, papan magnetik

Elektronik
Komputer radio, surat elektronik, CD-ROM, multimedia

Gambar 6.1 Berbagai jenis media pembelajaran

Mengapa Menggunakan Media Instruksional?

Kita tahu dari psikolog pendidikan bahwa setiap orang belajar dengan menerima
informasi melalui organ-organ indera seperti telinga, mata, hidung, mulut dan lidah,
tangan dan kulit. Dari pengalaman Anda sendiri, Anda akan menyadari bahwa ada
hubungan antara jumlah informasi yang kita ingat dan organ-organ indera yang
digunakan. Anda juga tahu bahwa siswa mempelajari keterampilan, konsep, dan
gagasan dengan lebih baik ketika mereka mencobanya dalam praktik. Pepatah lama
bahwa 'latihan membuat sempurna' memiliki dasar ilmiah yang kuat.

Setiap kali kita berbicara, kata-kata yang kita gunakan adalah simbol sewenang-
wenang yang mewakili apa pun yang kita katakan. Dengan alat bantu visual, kata-kata
memperoleh makna yang lebih konkret. Studi Gambar 6.2 yang secara grafis mewakili
titik ini. Apa pandanganmu

MEDIA PEMBELAJARAN
Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia pendidikan, media pembelajaran mempunyai peranan penting
dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran sendiri memiliki tujuan agar proses belajar
mengajar lebih efektif dan mudah diterapkan.

Tetapi realitanya media pembelajaran sering terabaikan dengan alasan terbatasnya waktu untuk
membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, dan tidak tersedianya biaya. Agar
proses belajar mudah dan efisien, pendidik harus memilih media yang relevan dengan tujuan
pembelajaran yang akan di capai.

Nah, macam macam media pembelajaran sederhana memiliki banyak ragam yang sebenarnya
bisa diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Media merupakan suatu alat atau sarana atau perangkat yang berfungsi untuk menyampaikan
informasi. Sedangkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat pembelajaran yang menjurus kearah terjadinya proses belajar.

Berikut macam macam media pembelajaraan sederhana yang telah Liputan6.com rangkum dari
berbagai sumber Rabu (16/1/2019) :

2 dari 9 halaman

Gambar dan Gambar jadi


1. Gambar

Macam macam media pembelajaran sederhana gambar yang dimaksud di sini termasuk foto,
lukisan/gambar, dan sketsa. Macam macam media pembelajaran ini bertujuan untuk penampilan
berbagai jenis gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan
kepada siswa.

2. Gambar jadi

Macam macam media pembelajaran gambar jadi dapat diambil dari majalah, brosur, selebaran,
dan lain-lain yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

3 dari 9 halaman

Gambar Garis (sketsa) dan Gambar Diam


3. Gambar Garis (sketsa)

Ciri utama dalam membuat gambar garis, yaitu adanya objek, aksi, atau situasi yang ingin
dilukiskan. Dengan gambar garis siswa akan memahami pembelajaran melalui sketsa gambar.

4. Gambar diam

Macam macam media pembelajaran melalui media gambar diam adalah media visual berupa
gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi, misalnya: foto, gambar, peta.

4 dari 9 halaman

Gambar fotografi dan Peta atau Globe


5. Gambar fotografi

Gambar fotografi diperoleh dari beberapa sumber, misalnya dari surat kabar, lukisan, kartun,
ilustrasi, foto yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat digunakan oleh guru secara
efektif dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan tertentu.

Terdapat lima macam gambar fotografi yang harus diperhatikan antara lain:

• Gambar fotografi itu harus cukup memadai.

• Gambar-gambar harus memenuhi persyaratan artistik yang bermutu.

• Gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan jelas.

• Validitas gambar, yaitu apakah gambar itu benar atau tidak.

• Memikat perhatian anak, ini cenderung kepada hal-hal yang diamatinya, misalnya, binatang,
kereta api, kapal terbang dan sebagainya.

6. Peta dan Globe

Macam macam media pembelajaran berikutnya adalah peta dan globe ini berfungsi untuk
menyajikan data-data lokasi, seperti: keadaan permukaan (bumi, daratan, sungai sungai, gunung-
gunung), dan tempat- tempat serta arah dan jarak.

Kelebihan lain dari peta dan globe, dalam kegiatan belajar mengajar adalah:

• Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik, daerah kepulauan dan lain lain.

• Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh- pengaruh geografis.

• Memungkinkan siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan distribusi penduduk,


tumbuh-tumbuhan dan kehidupan hewan, serta bentuk bumi yang sebenarnya.

5 dari 9 halaman

Grafik dan Grafik Batang


7. Grafik

Macam macam media pembelajaran grafik adalah penggambaran data berangka, bertitik yang
memperlihatkan hubungan timbal balik sehingga membentuk informasi. Fungsi grafik adalah
untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti dan menerangkan perkembangan.

Ada beberapa macam grafik, antara lain:


• Grafik batang, dibuat dengan menggunakan batang sebagai gambaran kelompok data secara
vertical atau horizontal.

• Grafik garisGrafik garis digunakan untuk melukiskan kecederungan-kecenderungan dan


menghubungkan dua kelompok data, yang di dasarkan kepada dua skala pada sudut tegak lurus.

Misalnya, grafik itu dapat menunjukkan hubungan tekanan dan temperatur jika volume gas di
jaga agar tetap konstan.

8. Grafik lingkaran

Grafik lingkaran digunakan untuk menggambarkan informasi mengenai porsi (alokasi)


penggunaan dana yang tersedia. Jumlah persentase keseluruhan segmen adalah 100%.

6 dari 9 halaman

Grafik gambar dan Papan Tulis


9. Grafik gambar

Grafik gambar merupakan bentuk alternatif dari grafik batang yang digunakan untuk melukiskan
nilai. Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kebingungan, sebaiknya nilai setiap
rangkaian gambar dicantumkan.

10. Papan Tulis

Papan tulis dan whiteboard merupakan salah satu media penyajian untuk pembelajaran. Media
ini dipakai untuk penyajian tulisan atau sketsa gambar dengan menggunakan kapur atau spidol.

7 dari 9 halaman

Papan Flanel dan Display


11. Papan Flanel

Macam macam media pembelajaran papan flanel merupakan media visual yang efektif untuk
menyajikan pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain flanel ini dapat
dilipat dan praktis. Gambar-gambar yang dapat dipasang dan dilepas dengan mudah, sehingga
dapat dipakai berkali-kali.

12. Display
Display dapat dibuat sebagai media pembelajaran sederhana dengan cara pertama, memilih
gambar yang sesuai dengan mata pelajaran. Kedua, gambar-gambar tersebut langsung
ditempelkan pada papan bulletin dengan mengunakan paku payung.

8 dari 9 halaman

Relia dan Poster


13. Relia

Macam macam media pembelajaran relia adalah benda nyata, yang tidak harus dihadirkan di
ruang kelas tetapi siswa dapat melihat langsung ke objek, sehingga dapat memberikan
pengalaman nyata kepada siswa. Contoh: Mempelajari keanekaragaman mahluk hidup.

14. Poster

Poster merupakan penggambaran yang ditujukan sebagai pemberitahuan, peringatan, maupun


menarik perhatian dengan menyatukan gambar, warna, tulisan, dan kata-kata. Poster yang baik
harus dinamis, menonjolkan kualitas.

Poster harus sederhana tidak memerlukan pemikiran bagi pengamat secara rinci, harus cukup
kuat untuk menarik perhatian, bila tidak, akan hilang kegunaanya.

9 dari 9 halaman

Bagan dan Herbarium


15. Bagan (Chart)

Bagan merupakan presentasi berupa gambar grafis yang menginformasikan hubungan-hubungan.


Misalnya: kronologis, jumlah, dan hierarki. Macam macam media pembelajaran yang baik,
bagan haruslah: dapat dimengerti, sederhana dan lugas, serta mempunyai daya tarik.

Terdapat beberapa macam chart atau bagan, antara lain:

• Bagan Pohon ( Tree Chart )Bagan pohon ibarat sebuah pohon terdiri dari batang, cabang-
cabang, dan ranting-ranting. Sesuai dengan namanya, bagan pohon dikembangkan dari dasar
yang terdiri atas beberapa akar menuju batang tunggal.

Contohnya adalah bagan silsilah.

• Bagan Chart Klasifikasi digunakan untuk menjelaskan atau mengelompokkan objek, peristiwa
dan taksonomi.
• Bagan Garis Waktu, mengambarkan hubungan kronologis antara peristiwa-peristiwa yang
terjadi. Garis waktu amat bermanfaat untuk meringkaskan urutan waktu dari serangkaian
peristiwa.

• Bagan Alir ( Flowchart ) adalah bagan proses yang menunjukkan suatu urutan, proseddur atau
aliran proses.

16. Herbarium

Herbarium adalah koleksi atau contoh tumbuhan yang telah dikeringkan atau diawetkan,
diklarifikasi, dan direkatkan pada kertas dengan keterangan tertentu

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam menjalankan proses
pembelajaran. Sebab suka atau tidak suka kehadiran media ternyata dapat membantu proses
belajar dan mengajar sebagaimana tujuan media dalam komunikasi massa .

ads

Terlebih lagi berbagai manfaat yang kemudian dapat diberikan oleh penggunaan media
pembelajaran yang tepat. Tentunya hal ini bisa menjadi salah satu cara dalam meningkatkan
minat terhadap pembelajaran dan pendidikan kita .

Sebagaimana kita tahu bahwa pembelajaran sendiri merupakan bagian dari pendidikan
sebagaimana macam-macam komunikasi kelompok .

Maka dari itu, kehadiran media sangatlah penting dan mampu mengoptimalkan proses
pembelajaran. Apalagi dengan berbagai capaian dan kemjuan teknologi tentu media dapat
membiat proses belajar menjadi hal yang tidak membosankan. Oleh oleh sebab itu media dan
pembelajaran kini menjadi satu kesatuan yang saling mendukung.

Dalam hal ini untuk memaksimalkan penggunaan media dalam pembelajaran sebagai penyebab
kecemasan organisasi dalam komunikasi .

Tentu harus memenuhi aspek dan unsur-unsur yang bisa membuat proses pembelajaran semakin
efektif. Oleh sebab itu, dalam penggunaanya tentunya media harus memiliki beberapa kriteria
yang kemudian harus dipenuhi agar dapat menyatu dengan proses pembelajaran.

Maka, berikut akan diuraikan mengenai 10 Kriteria Dalam Menentukan Media Pembelajaran
yang tepat.

1. Sesuai Dengan Tujuan yang Akan Dicapai

Dalam pembelajaran tentu saja memiliki tujuan yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, dengan
kehadiran media maka diharuskan agar dapat mendukung ketercapaian atas tujuan itu sebagai
media komunikasi modern . Media diharapkan mampu membawa proses pembelajaran kepada
tujuannya.

Dengan demikian maka tidak akan ada tumpang tindih atau kepentingan lain yang kemudian
dapat mempengaruhi dalam pencapaian tujuan.

Media pembelajaran yang dipilih haruslah mampu mendukung proses belajar dalam mencapai
tujuannya. Sehingga dengan demikian maka akan didapatkan kesinambungan dan konektivitas
antar keduanya.

Jika tidak bisa memenuhi hal tersebut, maka tentunya media tersebut tidak bisa dijadikan sebagai
media pembelajaran. Sehingga tentunya harus mencari media jenis lain yang lebih sesuai.

2. Karakteristik Media yang Akan Digunakan Sesuai dengan Proses Pembelajaran

Media pembelajaran yang akan digunakan harusla memiliki kriteria yang sesuai. Sebab jika tidak
sesuai maka tentu akan bisa menghambat proses pembelajaran itu sendiri. Karenanya pada
tahapan awal ini anda harus memahami dengan benar karakteristik media pembelajaran yang
akan digunakan. Tentunya ketidak sesuaian karakteristik akan bisa memicu ketidakcocokan
dengan proses pembelajaran itu sendiri.

3. Mampu Mendukung Isi dan Bahan Pembelajaran

Media pembelajaran harus mempu mendukung isi serta bahan pembelajaran. Sebab tanpa
dukungan tersebut pastinya proses pembelajaran akan sama saja dengan atau tanpa menggunakan
media dalam komunikasi kepemimpinan . Untuk menjadikan media pembelajaran sesuai dengan
kriteria maka dukungan terhadap isi materi dan bahan pembelajaran haruslah terpenuhi.

Jika tidak memenuhi unsur tersebut maka sebaiknya jangan menggunakan media pembelajaran
tersebut. Sebab jika tetap digunakan maka tentu hasilnya tidak akan bisa sesuai dengan apa yang
diharapkan.

4. Media Mudah Diperoleh

Selain kriteria sebelumnya sangat penting untuk memperhatikan bagaimana kemudahan media
dapat diperoleh. Sebab resiko kerusakan terhadap media pembelajaran dapat selalu terjadi.
Sehingga pasti anda harus menemukan pengganti media yang baru.

Oleh sebab itu, maka sangat penting untuk mengingat bagaimana kemudahan dalam memperoleh
media, tentunya jika kemudian terjadi kerusakan dan penggantian maka akan dapat lebih mudah
memperoleh media pengganti.

5. Kemudahan Dalam Pengaksesan

Media pembelajaran juga harus memenuhi kriteria yakni dalam kemudahan pengaksesan sebagai
salah satu penyebab keberhasilan dalam komunikasi .
Sebab hal ini menjadi penting karena akan berkaitan langsung dengan skill atau keahlian para
penggunanya. Sebab media pembelajaran tidak akan dapat digunakan jika para penggunanya
tidak bisa menguasai bagaimana cara mengakses media tersebut.

Tentu saja hal ini menjadi masalah baru, bukannya menyelesaikan masalah namun justru media
pembelajaran yang sukar diakses akan menimbulkan masalah baru

Kesukaran media diakses akan membuat penggunanya tidak akan bisa memanfaatkan media
yang ada dengan baik. Media yang justru harusnya membantu proses pembelajaran.

Malah dapat membuat proses pembelajaran tidak berjalan dengan optimal sebab penggunanya
tidak bisa mengakses atau menggunakannya. Otomatis hal ini akan menjadi munazir dan hal
yang sia-sia, sebab harusnya para pengguna mendapat manfaatnya hal ini malah kebalikannya.

6. Penggunaan Tidak Memakam Waktu yang Lama

Selain itu, media pembelajaran harus dapat bersifat efisien sebagai proses komunikasi efektif .
Dalam hal ini, media yang digunakan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam persiapannya.

Sebab beberapa media pembelajaran yanh lama atau kuninmalah bisa memperlambat proses
pembelajaran dikarenakan memerlukan waktu yang lama dalam hal persiapan.

Tentu saja hal ini malah akan menjadi kerugian dalam proses belajar itu sendiri, sebab waktu
yang barusnya langsung bisa dipakai untuk belajar malah termakan oleh persiapan media yang
lama.

7. Kesesuaian Media Pembelajaran dengan Cara Berfikir Siswa

Perlu juga ditegaskan bahwa media pembelajaran haruslah memiliki kesesuaian dengan cara
berfikir para siswa dalam komunikasi organisasi . Sebab tanpa hal tersebut maka siswa tidak
akan bisa menerima apa yang diberikan oleh media pembelajaran.

Kesesuaian tersebut akan bisa menarik minat para siswa untuk lebih menyukai sekaligus
mengemari proses belajar. Jangan sampai penggunaan media pembelajaran malah bisa
menurunkan minat belajar siswa.

Sebaliknya jika dikaitkan dengan tujuan awal penggunaan media. Harusnya media mampu
mengubah mindset siswa untuk lebih tertarik lagi dengan proses pembelajaran.

Jika hal.yang sebaliknya malah erjadi tentunya media pembelajaran tidak bisa digunakan. Sebab
media pembelajaran tersebut tidak dapat memenuhi kriteria sebagai media pembelajaran yang
efektif.

8. Sesuai Dengan Situasi dan Kondisi Lingkungan


Yang dimaksud dalam poin ini adalah, media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan
sitiasi dan kondisi. Anda tidak bisa menggunakan media yang membutuhkan tenaga listrik ada
tempat belajar yang tidak tersedia listrik.

Atau sebaliknya anda tidak bisa menggunakan media yang canggih di sekolah pedesaan yang
notabene minim pengetahuan akan teknologi.

Agar media pembelajaran dapat dimanfaatnkan dengan baik maka harusnya disesuaikan
penggunaannya dengan kondisi dan situasi pembelajaran yang dilakukan.

9. Sesuai dengan Kemampuan Para Pengajar

Paling penting dalam kriteria enod pembelajaran yang tepat adalah tentunya wajib disesuaikan
dengan kemampuan para pengajar dalam proses komunikasi dalam organisasi . Sebab secangih
apapun sebuah media pembelajaran jika user atau pemggunanya tak mampu mengunakannya
secara optimal.

Maka manfaat yang seharusnya diperoleh tidak akan bisa didapatkam secara optimal. Dengan
demikian maka harus terdapat konektifitas antara skill user dan media pembelajaran yang akan
digunakan.

10. Efektifitas Penggunaan Media dalam Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan harus memenuhi kriteri berupa efektifitas penggunaan.
Dalam hal ini aspek waktu, skill pengguna harus bisa disesuaikan agar media dapat digunakan
scara efektif.

Tentunya penggunaan media yang efektif dalam proses pembelajara akan bisa memaksimalkan
dan mengoptimalkan hasil pembelajaran. Dengan demikian maka dapat dikatakan media mampu
memenuhi kriteria sebagai media pembelajaran yang tepat.

10 Kriteria Dalam Menentukan Media Pembelajaran yang tepat. Tentunya dapat menjadi
panduan dalam menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan prose pembelajaran yang
berlangsung. Dapat digunakan sebagi rujukan bagi para pemula. Semoga artikel ini dapat
bermanfaat

PEMBELAJARAN MEMANFAATKAN TIK

Inovasi Pembelajaran yang Mengintegrasikan TIK

1. 1. 1 Inovasi Pembelajaran yang Mengintegrasikan TIK: Antara Mengajar dengan TIK dan
Membelajarkan dengan TIK1 Uwes Anis Chaeruman2 Pendahuluan Mengawali makalah singkat
ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk mencermati empat kasus ilustratif pembelajaran di
kelas sebagai berikut: 1 Disampaikan dalam Seminar Nasional “Peningkatan Mutu Guru
Profesional dan Berkarakter melalui Penerapan Model Pembelajaran Inovatif”, Serang, Banten,
10 April 2018. 2 Kepala Seksi Pendidikan Jarak Jauh, Direktorat Pembelajaran, Kementerian
Riset, teknologi dan Pendidikan Tinggi. Kasus Ilustratif 1: Tujuan: Siswa kelas 3 SD, dapat
membedakan zat cair, padat, dan gas Aktifitas Pembelajaran: Diluar ruang kelas, siswa dibagi
dalam tiga kelompok. Klp 1 berpegangan erat, Klp 2 cukup merapat, Klp 3 renggang. Salah
seorang siswa diminta menerjang kelompok-kelompok tersebut. Semua kelompok, duduk
berkumpul dan mendiskusikan apa yang terjadi. Setiap kelompok diminta mengambil apa saja
yang bisa di bawa dari sekitar luar sekolah. Kemudian diminta mengklasifikasikan mana yang
kategori padat, cair dan gas. Siswa kembali ke kelas, dilanjutkan dengan diskusi dan
penjelasan mendalam dari guru. Kasus Ilustratif 2: Tujuan: Siswa kelas 3 SD, dapat
membedakan zat cair,padat,dan gas Aktifitas Pembelajaran: Diluar ruangkelas,siswa dibagi
dalamtiga kelompok.Klp 1 berpegangan erat, Klp 2 cukup merapat, Klp 3 renggang. Salah
seorangsiswa diminta menerjangkelompok-kelompok tersebut. Semua kelompok, duduk
berkumpul dan mendiskusikan apa yangterjadi. Setiap kelompok diminta mengambil gambar
apa saja dengan cara memotret menggunakan kamera handphone. Gambar hasil pemotretan
ditayangkan melalui LCD projector, kemudian siswa secara kelompok mengklasifikasikan
kedalamkategori cair,padatdan gas. dilanjutkan dengan diskusi dan penjelasan mendalamdari
guru. Kasus Ilustratif 3: Tujuan: Siswa,dapatmembandingkan teori penciptaan alamsemesta
antara yangsatu dengan lainnya. Aktifitas Pembelajaran: Siswa dibagi dalambeberapa kelompok
kecil. Setiap kelompok diminta untuk membahas salah satu teori dari buku yang telah
disediakan. Setiap kelompok, diminta menyajikan hasil bahasannyasecarakreatif dengan
menggunakan slidepresentasi (misal Power Point,MSWord, dll) atau dengan cara lain,misal
menggunakan gambar di karton, atau disajikan dalambentuk lagu. Setiap kelompok
mempresentasikan dan dibahas bersama.
2. 2. 2 Berdasarkan empat kasus ilustratif di atas, dalam beberapa kali kesempatan
pelatihan/workshop dengan guru, penulis pernah menanyakan kepada seluruh peserta, “Kasus
ilistratif mana sajakah dari keempat kasus ilustratif tersebut di atas yang termasuk kedalam
kategori pembelajaran modern?” Jawabanya, justeru cukup mencengangkan. Sebagian besar,
80% peserta menyatakan bahwa kasus keempat adalah pembelajaran modern. Sisanya,
menyatakan bahwa kasus ilustratif kedua dan ketiga sebagai contoh pembelajaran modern.
Tidak ada satupun yang menyatakan bahwa kasus ilustratif pertama adalah pembelajaran
modern. Padahal, secara konseptual kasus pertama adalah contoh pembelajaran modern,
walaupun hanya menggunakan teknologi sediakala (indigenious technology). Justeru kasus
keempat adalah contoh pembelajaran kuno (obsolete teaching) dengan teknologi modern.
Kasus ilustratif kedua dan ketiga adalah contoh pembelajaran modern dengan teknologi
modern. Bercermin dari hasil survey sederhana terhadap kasus di atas, mencerminkan bahwa
persespsi sebagian besar peserta terhadap pembelajaran modern masih keliru. Padahal inti dari
pembelajaran modern adalah pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa (student-centered
learning). Apapun teknologinya, pembelajaranya adalah pembelajaran aktif yang berpusat pada
siswa. Karena pembelajaran adalah perubahan yang relative menetap sebagai akibat dari
pengalaman dan interaksi siswa dengan dunia (Driscoll, 2003). Urgensi Pembelajaran yang
Mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengapa integrasi teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran penting? Dewasa ini, kita hidup dalam era teknologi
komunikasi instan (Dryden dan Voss, 1999). Keberadaan teknologi informasi dan komunikasi
telah mengubah cara manusia hidup di era informasi dewasa ini. Begitu pula halnya dengan
kecakapan/kompetensi manusia generasi abad 21. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan
menyatakan bahwa masyarakat abad 21 harus memiliki keterampilan melek teknologi informasi
dan komunikasi, keterampilan berpikir kritis dan sistemik, keterampilan memecahkan masalah,
keterampilan berkomunikasi efektif dan keterampilan berkolaborasi (UNESCO, 2002). Semua itu
adalah merupakan karakteristik masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) dalam
era global saat ini. Kasus Ilustratif 4: Tujuan: Siswa, dapat membandingkan teori penciptaan
alam semesta antara yang satu dengan lainnya. Aktifitas Pembelajaran: Guru menjelaskan
konsep penciptaan alam semesta menurut beberapa pakar. Penjelasan dilakukan
menggunakan sekitar 40 slide presentasi via LCD projector, dilengkapi dengan animasi yang
indah, kombinasi teks dan gambar. Dilanjutkan dengan tanya jawab dan kesimpulan. Diakhiri
dengan memberikan pekerjaan rumah.
3. 3. 3 Membangun generasi abad 21 seperti tersebut di atas melalui pendidikan, tidak cukup
hanya dengan menjadikan TIK sebagai mata pelajaran. Tapi, TIK harus diintegrasikan kedalam
mata pelajaran. Contoh kasus ilustratif kedua dan ketiga di atas adalah merupakan salah satu
contoh pembelajaran yang telah mengintegrasikan TIK. Mari kita refleksikan sejenak beberapa
pertanyaan sederhana berikut: Apakah kita sebagai guru telah mengajar dengan TIK atau
memfasilitasi belajar dengan TIK? Apakah siswa kita telah belajar melalui TIK, belajar dengan
TIK, atau masih belajar tentang TIK? Berdasarkan pengalaman penulis, ketika pada tahun 2009,
bersama tim World Bank ikut berpartisipasi dalam memonitor pembelajaran di beberapa
sekolah bertaraf internasional di beberapa kota besar di Indonesia, guru masih mengajar dengan
TIK. Mengapa demikian? Karena proses pembelajaran yang terjadi masih hampir sama dengan
contoh kasus ilustratif keempat. Sementara, siswa masih belajar dengan TIK. Karena TIK masih
sebagai mata pelajaran, pada saat itu. Penelitian terkini menunjukkan bahwa siswa
menunjukkan tingkat keaktifan dan sikap positif terhadap belajar, ketika teknologi dalam hal ini
TIK yang sudah menjadi dunia mereka dilibatkan didalamnya. Karenanya, guru harus mampu
mengorkestrasi interkasi pembelajaran dengan memanfaatkan TIK sesuai dengan cara mereka
(Sutherland, Robertson, & John, 2009). Dengan demikian, untuk membuat pembelajaran
menjadi lebih bermakna (meaningful learning) dengan menggunakan TIK, guru harus mampu
memahami hal-hal yang memungkinkan pengalaman belajar bermakna dengan menggunakan
TIK (Ashburn, 2006). Artinya, dalam era informasi dewasa ini, pembelajaran akan efektif dan
menyenangkan apabila: guru mampu memfasilitasi pembelajaran dengan TIK, bukan mengajar
dengan TIK; dan siswa terlibat dalam pembelajaran aktif dengan melibatkan TIK yang sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka. (Perhatikan kembali contoh
kasus kedua dan ketiga di atas). Driscoll, 2006, menyarankan beberapa prinsip yang harus
dipertimbangkan dalam mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran di kelas, yaitu
kontekstualitas, keaktifan siswa, sosialitas dan refleksitas. Berikut adalah gambaran hal-hal
tersebut dalam kaitanya dengan integrase TIK: Konteks; artinya keterlibatan TIK hendaknya
mengarahkan apa yang dipelajari siswa dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari.
Keaktifan siswa; artinya siswa aktif mengalami peristiwa belajar dengan dana tau melalui TIK
itu sendiri; Sosial; artinya keterlibatan TIK harus dapat menjembatani aktivitas sosial siswa
dalam proses pembelajaran di kelas; Refleksi; artinya keterlibatan TIK dapat memfasilitasi
proses refleksi dalam diri siswa baik dari guru ke siswa, siswa ke siswa, atau bahkan dari
masyarakat umum ke sisiwa dan guru. Jika demikian, bagaimana seharusnya peran guru? Dalam
kaitannya dengan integrasi TIK dalam pembelajaran, menurut hemat penulis, peran guru
sedianya harus mampu menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah serta teman
belajar, dan dapat memberikan pilihan serta tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk
mengalami peristiwa belajar. Dengan demikian, integrasi TIK kedalam pembelajaran akan
memungkinkan siswa menjadi partisipan aktif, menghasilkan dan berbagi (sharing)
pengetahuan, belajar secara individu maupun kolaboratif dengan siswa lain.
4. 4. 4 Jika integrasi TIK dalam pembelajaran tidak memenuhi karakteristik di atas, maka siswa kita
hanya akan memiliki “PENGETAHUAN TENTANG”, bukan “KEMAMPUAN UNTUK”. Padahal,
masyarakat abad 21 membutuhkan kemampuan untuk sebagai kompetensi utama (core
competency), bukan hanya sekedar pengetahuan tentang (surface competency). Jadi, secara
teoretis, integrasi TIK dalam pembelajaran yang sesungguhnya harus memungkinkan terjadinya
proses belajar yang: Aktif; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar
yang menarik dan bermakna. Konstruktif; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide
baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau
keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya. Kolaboratif;
memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi
ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota
kelompoknya. Antusiastik; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dialogis; memungkinkan proses belajar secara
inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogisdimana siswa memperoleh keuntungan
dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah. Kontekstual;
memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world)
melalui pendekatan ”problem-based atau casebased learning”. Reflektif; memungkinkan siswa
dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya
sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri (Norton, 2001). High order thinking skills training;
memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving,
pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT & media
literacy” (Fryer, 2001). Multisensory; memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk
berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al,
2000). Inovasi Pembelajaran yang Mengintegrasikan TIK Dalam pendahuluan, kita telah
memperoleh gambaran pembelajaran modern dan pembelajaran modern yang
mengintegrasikan TIK. Berikut, penulis akan memberikan contoh lain tentang pembelajaran
yang mengintegrasikan TIK Contoh ini pernah dituangkan dalam suatu modul tentang integrasi
TIK dalam pembelajaran (Chaeruman, 2012). Mari kita perhatikan contoh perbandingan berikut:
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar: Menulis Hasil Observasi dalam Bentuk
Paragraf Diskusi KEGIATAN INTI A KEGIATAN INTI B Siswa membaca sebuah paragraph Siswa
mendiskusikan dalam kelompok tentang teks tersebut dan menggolongkan kedalam jenis
bentuk paragraf deskripsi Siswa menuliskan karakteristik teks tersebut Salah satu perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil diskusi Siswa membaca sebuah paragraph Siswa
mendiskusikan dalam kelompok tentang teks tersebut dan menggolongkan kedalam jenis
bentuk paragraf deskripsi Siswa menuliskan karakteristik teks tersebut
5. 5. 5 Siswa lain menanggapi dan memberikan masukan Siswa menulis pokok-pokok
pengamatan Siswa ditugasi mengamati kantin sekolah Siswa secara perorangan
menuliskan paragraf deskripsi dari hasil observasi di kantin Siswa memasang hasil kerjanya
dalam papan pajangan setelah mendapat rekomendasi oleh guru Salah satu perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil diskusi Siswa lain menanggapi dan memberikan masukan
Siswa menulis pokok-pokok pengamatan Siswa ditugasi mengamati kantin sekolah Siswa
secara perorangan menuliskan paragraf deskripsi dari hasil observasi di kantin dengan
menggunakan pengolah kata (MS Word) Siswa mengirimkan hasil kerjanya ke guru dan teman
lainnya melalui mailing list Siswa lain memberikan komentar atau umpan balik terhadap minimal
tiga karya siswa lain melalui mailinglist Setiap siswa secara individu mencetak hasil karyanya
dan memajangnya di papan pajangan sekolah. Secara sekilas,jika kita bandingkan kedua
kegiatan inti dalam RPP di atas, jelas bahwa dalam kegiatan inti B ada aktifitas belajar yang
dilakukan siswa dimana TIK dijadikan sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Apa sajakah gerangan? Siswa menulis paragraph deskripsi hasil
observasi dengan menggunakan salah satu aplikasi TIK yang relevan yaitu menggunakan MS
Word. Kemudian, masing-masing siswa mengirim hasil kerjanya melalui e-mail (mailing list) dan
antara satu siswa dengan siswa lain saling memberikan masukan melalui media mailing list
tersebut. Secara sederhan, dari kegiatan inti B tersebut, dapat kita lihat bahwa sambil belajar
Bahasa Indonesia secara tidak langsung melek TIK siswa terlatih. Disamping itu, mereka belajar
untuk dapat berkomunikasi secara efektif melalui salah satu fasilitas teknologi informasi yaitu
mailing list. Dengan memberikan masukan, kritikan dan argumen terhadap hasil karya teman
lainnya, siswa terlatih untuk berpikir kritis dan belajar menerima dan menghargai ide dan
kritikan orang lain. Inilah yang kita maksud dengan pembelajaran yang mengintegrasikan TIK
yang sekaligus membangun karakter generasi abad 21. Sebagai gambaran lebih jauh, mari kita
perhatikan contoh kegiatan inti lain yang tercermin dalam salah satu RPP yang dibuat oleh salah
seorang guru Bahasa Inggris SMAN 1 Jakarta seperti di bawah ini: Agar siswanya mampu menulis
monolog “aspect of love” dalam bentuk puisi, ia meminta siswanya secara individu membuka
http://iearn.org. Siswa kemudian diminta untuk memilih salah satu proyek membuat puisi
terkait dengan “aspek kasih sayang” tersebut dan mengikuti prosedur yang disarankan. Siswa
menulis puisi secara kreatif dalam bentuk MS Word atau MS Powerpoint dan kemudian
mengirimkan puisinya ke http://iearn.org untuk mendapatkan umpan balik dari siswa lain di
seluruh dunia. Hasil kerja, plus umpan balik dari siswa lain di seluruh dunia dijadikan sebagai
portfolio siswa tersebut sebagai salah satu baha penilaian oleh guru tersebut.
6. 6. 6 Sumber: Hasil Pelatihan ICT-based Lesson Development, Chiang Mai, Thailand, UNESCO,
2006 Contoh di atas menunjukkan bahwa ada beberapa kurikulum tersembunyi yang ingin
dicapai terkait dengan karakter generasi masyarakat abad 21. Diantaranya adalah membangun
kreatifitas siswa dalam membuat puisi berbahasa Inggris dengan menggunakan teknologi
informasi yaitu MS Word atau MS Power Point. Selain itu, siswa tertantang untuk percaya diri
berkomunikasi dengan sesama siswa lain di seluruh dunia. Tentu saja, ada agenda tersembunyi
lain yang kita semua dapat mengidentifikasinya lebih jauh. Tapi ingat, bahwa yang dimaksud
dengan TIK disini bukan hanya komputer dan internet. Tapi segala jenis media informasi dan
komunikasi lain seperti radio, kaset audio, MP3, video (VCD/DVD), dan lain-lain. Berikut adalah
contoh kegiatan inti dalam salah satu RPP di bawah ini: Topik Tujuan Integrasi TIK dalam
Kegiatan Belajar Penciptaan Alam Semesta Siswa akan mampu: - Menjelaskan teori penciptaan
alam semesta - Membandingkan antar teori-teori penciptaan alam semesta Siswa menonton
video pembelajaran tentang penciptaan alam semesta Disediakan buku tentang penciptaan
alam semesta, siswa secara kelompok mengkaji perbedaan antar teori-teori penciptaan alam
semesta. Setiap kelompok menuliskan laporannya dengan menggunakan pengolah kata (misal
MS Word) atau menggunakan media presentasi (seperti MS PowerPoint). Setiap kelompok
mengumpulkan hasilnya via e-mail kepada guru dan siswa lain. Setiap kelompok menyajikan
dan mendiskusikannya di depan kelas dengan memanfaatkan pengolah grafik presentasi (MS
Power Point). Sumber: Hasil Pelatihan ICT-based Lesson Development, Chiang Mai, Thailand,
UNESCO, 2006 Contoh diatas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan TIK termasuk
didalamnya adalah video pembelajaran. Dengan demikian faktor penting yang membedakan
suatu RPP telah mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran atau tidak dapat dilihta dari aktifitas
pembelajaran (khususnya kegiatan inti) dan TIK yang digunakan dalam kegiatan tersebut.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran
modern adalah pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa (student-centered active learning).
Apapun teknologinya, ketika pembelarannya aktif dan berpusat pada siswa maka dapat
dikatakan sebagai pembelajaran modern. Pembelajaran modern dan mengintegrasikan TIK
ditujukan untuk menghasilkan generasi abad 21 yang memiliki literasi media dan teknologi
tinggi, kemampuan berpikir kritis, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan
berkomunikasi secara efektif dan kemampuan bekerja secara kolaboratif. Sebagai konsekuensi,
peran guru harus berubah. Guru harus mampu menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih,
pengarah serta teman belajar, dan dapat memberikan pilihan serta tanggung jawab yang besar
kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Sementara dari sisi siwa, integrasi TIK
7. 7. 7 kedalam pembelajaran harus memungkinkan siswa menjadi partisipan aktif, menghasilkan
dan berbagi pengetahuan, belajar secara individu maupun kolaboratif dengan siswa lain. Dengan
pembelajaran seperti ini, kita berharap akan menghasilkan generasi penerus yang memiliki
KEMAMPUAN UNTUK (kompeten), dan bukan hanya sekedar memiliki PENGETAHUAN TENTANG
(kurang kompeten) dalam era informasi dewasa ini. Daftar Pustaka Ashburn, Elizabeth A.;
(2006), “Attribute of Meaningful Learning Using Technology”, dalam Ashburn, Elizabeth A.;
Floden, Robert E.; “Meaningful Learning Using Technology”, Teacher College Press, New York,
USA. Chaeruman, Uwes Anis; (2012), “Modul Integrasi TIK dalam Pembelajaran”, Jakarta,
Pustekkom Kemdikbud. ETC547, Learning Tehories, tersedia di
https://sites.google.com/a/nau.edu/learning - theories-etc547-spring-2011/theorist/marcy-p-
driscoll diunduh tanggal 28 Maret 2018. Dryden, Gordon; dan Voss, Jeanette; (1999), ”the
Learning Revolution: to Change the Way the World Learn”, the Learning Web, Torrence, USA,
http://www.thelearningweb.net. Fryer, Wesley A.; (2001), “Strategy for effective Elementary
Technology Integration”, http://www.wtvi.com/teks/integrate/tcea2001/powerpointoutline.pdf
NIE, Singapore, “General Typology of Teaching Strategies in Integrated Learning System”,
http://www.microlessons.com. Norton, Priscilla; dan Spargue, Debra; (2001), “Technology for
Teaching”, Allyn and Bacon, Boston, USA. Sutherland, Rosmund; Robertson, Susan; John, Peter;
(2009), “Improving Classroom with ICT”, Routledge, New York, USA. UNESCO Institute for
Information Technologies in Education (2002), “Toward Policies for Integrating ICTs into
Education”, Hig-Level Seminar for DecisionMakers and Policy-Makers, Moscow. UNESCO (2002),
”Information and Communication Technologies in Teacher Education: a Planning Guide”,
Division of Higher Education

Anda mungkin juga menyukai