Oleh
Rani Andriani
1307615
Pada gambar di atas adalah Museum Sri Baduga yang terletak di kota
Bandung tepatnya adalah di Jalan B.K.R. 185 Tegallega dan berhadapan
dengan Monumen Bandung Lautan Api. Letak museum ini sendiri terletak di pusat
kota yang cukup strategis untuk dilihat oleh banyak orang.
Kami melakukan kunjungan museum tersebut pada tanggal 3 Desember
2015, untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Manajemen Museum.
Sejarah dari Museum Sri Baduga ini adalah dimulai sejak tahun 1974 dengan
memanfaatkan lahan dan bangunan bekas kewedanaan Tegallega. Bangunan
Museum berbentuk bangunan suhunan panjang dan rumah panggung khas Jawa
Barat yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern.
Tahap pertama pembangunan diselesaikan pada tahun 1980, diresmikan pada
tanggal 5 Juni oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Dr. Daud Yusuf dan
diberi nama Museum Negeri Propinsi Jawa Barat.
Lokasi dari museum ini adalah terletak di jalan BKR No. 185
Bandung. sebelah utara gedung museum berdiri Tugu Bandung Lautan Api yang
terletak di lapangan Tegalega. Lokasi dari Museum Sri Baduga ini cukup strategis
dengan lokasi yang terletak di pusat kota dan terdapat beragam tempat yang lainnya
sebagai fasilitas
umum. Seperti yang telah kita ketahui bahwasanya museum sri baduga ini dekat atau
berhadapan dengan lapangan tegalega yang biasanya digunakan oleh orang banyak
untuk melakukan berbagai aktivitas seperti berolahraga pagi, transaksi jual beli
maupun hanya sekedar rekreasi saja. Sehingga museum mudah terlihat oleh khalayak
umum. Menemukan museum ini pun sangat mudah dengan letak yang strategis yang
terlihat oleh masyarakat yang berlalulalang di jalan dan juga terdapat
penamaan Museum Sri Baduga dengan huruf yang besar di gerbang museum dan
papan nama museum.
Sejarah lebih lanjut mengenai museum ini adalah pada tahun 1974 Gedung
Museum Sri Baduga ini pada mulanya adalah mengambil model bangunan rumah
panggung yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern. Luas tanah yang dimiliki
adalah 8415,5 m. Bagunan pokok dari Museum ini terdiri dari ruang pameran tetap,
ruang pameran khusus (temporer), auditorium, perkantoran,
perpustakaan,laboratorim,bengkel preparasi dan storage. Sedangkan fasilitas
penunjang yang lainnya seperti tempat penjualan tiket, dan pos jaga
(keamanan), penitipan barang lobby, kafetaria, musholla, dan toilet.
Dalam melakukan kunjungan museum ini kami dipandu oleh seorang guide
yang bernama Tino Susena. Beliau merupakan salah satu seorang guide yang
memberikan penjelasan kepada kami mengenai museum sri baduga. Di sela-
sela wawancara yang kami lakukan terdapat suatu kisah yang diceritakan oleh beliau,
yaitu mengenai sejarah Bandung.
Pada zaman dahulu Bandung bernama Danau Bandung Purba. Sejarah
Bandung menjadi daratan sekarang ini adalah Gunung Tangkuban Perahu yang
dikenal oleh masyarakat secara umum merupakan gunung yang terjadi dan terbentuk
karena terdapat cerita mengenai sangkuriang dan dayang sumbi. Menurut beliau
cerita terbentuknya gunung tangkuban perahu adalah sesuatu yang mustahil dan itu
hanya sebuah mitos saja, dongeng, atau cerita masyarakat yang turun temurun.
Karena di cerita tersebut Dayang Sumbi sudah bisa menenun di dalam hutan .
padahal masa prasejarah itu belum mengenal menenun dan hidupnya pun masih
nomaden (berpindah-pindah) dari suatu tempat ke tempat yang lain. Cara
hidupnya adalah berburu dan mengumpulkan makanan,
Mengapa bisa terbentuk gunung Tangkuban Perahu adalah awalnya Gunung
tersebut bernama Gunung Jaya Giri, yang merupakan gunung berapi. Gunung
jayagiri meletus dan berubah nama menjadi Gunung Sunda. Dan dalam
beberapa waktu
Gunung Sunda meletus kembali, akibat meletusnya gunung sunda aliran air
yang biasanya mengalir menuju gunung tersebut tersumba, mengalir ke Sanghyang
Tikoro sehingga karena tersumbatnya itu Bandung menjadi daratan sampai sekarang.
Akibat meletusnya gunung tersebut, sisa letusannya tersebut seperti perahu
terbalik, dan diberi nama Gunung Tangkuban Perahu. Sehingga tidak ada sangkut
pautnya dengan cerita Dayang Sumbi dan Sangkuriang. Setelah menjadi daratan
sampai saat ini sisa dari danau purba itu tinggal satu yaitu Situ Ciburuy. Itu
merupakan bukti bahwa Bandung itu merupakan danau yang luasnya meliputi
daerah Dago, Lembang, Rancaekek dan tengah-tengahnya berada di Masjid Agung
Bandung.
Untuk selanjutnya adalah mengenai akses pintu masuk Museum Sri Baduga
Gambar G.2 Pintu Masuk Samping Gambar G.3 Pintu Masuk Samping
Sumber: Rani (3 Desember 2015) Sumber: Rani (3 Desember 2015)
Pintu masuk dalam Museum Sri Baduga ini bermacam-macam. Akses pintu
terdapat di samping tempat pembelian tiket dan juga ada yang terdapat di samping.
Pintu pada museum ini tidak memiliki ciri khas yang berbeda, artinya sama dengan
pintu-pintu fasilitas umum yang lainnya. Namun hal unik lainnya terlihat pada pintu
masuk museum yang dipenuhi dengan kaca sehingga terlihat dari luar beberapa
koleksi yang akan membuat orang penasaran untuk berkunjung masuk ke dalam
museum.
Gambar G.4 Jalur Masuk bagi kaum Difable
Sumber: Rani (3 Desember 2015)
Dan tak lupa pada Museum ini juga terdapat jalur bagi kaum
difabelitas terdapat satu jalur jalan yang diperuntukkan untuk kaum difabel dan
jalannya pun disesuaikan dengan kebutuhan kaum difabel yang memiliki kelebihan
dalam hal berjalan. Juga terdapat pagar atau pegangan bagi yang tidak bisa melihat.
Museum ini selain memperhatikan orang normal juga sangat memperhatikan sekali
kebutuhan dari kaum difabelitas yaitu dengan tersedianya fasilitas yang menunjang
bagi kaum difabelitas untuk melihat dan berkunjung ke museum.
Ketika memasuki ke dalam museum, saya merasa disambut dengan baik oleh
petugas museum. Karena kami berkunjung ke museum dalam rangka
pemenuhan tugas maka Pak Tino pun menjelaskan dan memaparkan sedikit
mengenai museum Sri Baduga. Ketika berkunjung disana pun, terdapat siswa-siswa
yang sedang melakukan kunjungan juga dan disambut dengan baik oleh pihak
museum.
Koleksi apa sajakah yang terdapat di Museum Sri Baduga ini? Koleksi yang
terdapat di Museum Sri Baduga ini terdapat 10 materi pameran diantaranya:
1. Koleksi Geologika/Geografika
Koleksi geologika atau koleksi geografika ini merupakan jenis koleksi
batuan beku yang terdapat pada masa prasejarah yang digunakan untuk keperluan
sehari- hari terdapat berbagai macam jenis yaitu andesit, batu apung, basai, perlit
dan lainnya.
Gambar G.5 Salah satu koleksi Geologika “Batuan Bekuan”
Sumber: Dani (3 Desember 2015)
2. Koleksi Biologica
Koleksi biologika ini terdiri dari fosil hewan dan manusia yang terdapat di
daerah indonesia. Seperti offset trenggiling, offset penyu, fosil gading
gajah, fosil fragmen kaki rusa dan yang lainnya.
Gambar G.6 Salah satu koleksi Biologika “Fosil Fragmen kaki Rusa”
Sumber: Hana (3 Desember 2015)
3. Koleksi Etnografika
Koleksi ini diantaranya terdiri dari miniatur rumah dengan berbagai jenis nama
yaitu suhunan perahu kumurato, suhunan badak heuay, suhunan holopong, dan
berbagai patung dengan memakai pakaian adat menikah yang tersebar di seluruh
Indonesia. .
4. Koleksi Arkeologika
Koleksi arkeologika ini berupa koleksi yang biasanya digunakan sebagai
alat perkakas rumah tangga seperti beliung, periuk, dan manik-manik atau
perhiasan, kapak corong, kapak sepatu, Replika Prasasti Tugu, Arca Nandi, dan
Linnga& Yoni.
6. Koleksi Numismatika/Heraldika
Jenis koleksi ini adalah berbagai jenis mata uang kuno yang berasal dari
berbagai negara di dunia juga dari Indonesia, dan juga tanda jasa untuk bumi
putra belanda.
8. Koleksi Keramologika
Yang termasuk dalam koleksi ini adalah teko cina, piring skotlandia , dan piring
huruf arab.
Sementara itu bila terdapat pencurian, museum ini belum terkena pencurian,
koleksi-koleksi yang terdapat di dalammuseum terjaga dan terawatt dengan baik.
Hal ini karena museum sudah menggunakan CCTV dan juga pengawasan dari
pihak keamanan museum yang cukup ketat setiap harinya. Bila terjadi kebakaran
maka hal yang dilakukan adalah dengan bersiasiap dan selalu tersedia alat pemadam
kebakaran dengan disimpan pada tempat tertentu yang mudah dijangkau. Sehingga
untuk faktor keamanan dan keselamatan cukup baik dan teratur. Hanya saja bila
terjadi bencana yang cukup berat, akan menimbulkan kesulitan yaitu dengan
berbagai macam koleksi yang banyak yang dimiliki museum, maka nantinya
tidak akan semua koleksi museum dapat terselamatkan.
Alat bantu koleksi, pelabelan ada di seksi pemanfaatn dibawah seksi
perlindungan. menggunakan kurator benda dnefan informasi harus bersinergi. label
hanya rangkuman dan fungsinya selanjutnya akan dijelaskan oleh pemandu.
Untuk pelabelan sendiri koleksi ini harus terdapat hubungan yang
sinergi antara seksi pemanfaatan dan perlindungan. Seksi pemanfaatan berperan
untuk memasarkan saja sedangkan untuk penyimpanan, penataan, dan pelabelan
koleksi dilakukan oleh seksi perlindungan dan jabatan fungsional. Jenis koleksi dan
isi dari label tersebut harus sesuai seperti tahun, kegunaan, atau fungsi dan informasi
sebagainya mengenai koleksi tersebut harus dillakukan secara teliti tidak untuk
diprediksi. Mengenai informasi koleksi dari setiap museum dilakukan oleh tim
kurator yang ahli akan koleksi. Pelabelan sendiri terdapat batasan hanya berisi
rangkuman saja tidak menjelaskan secara detail. Maka hal ini yang berfungsi untuk
menjelaskan lebih lanjut adalah Pemandu. Pemandu membimbing dan menjelaskan
koleksi-koleksi yang ditampilkan di ruang pameran tetap. Karena ada keterbatasan
pemandu, bagi perorangan bisa untuk sementara sambil menunggu pemandu
Museum ini dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya adalah dengan
menerapkan prinsip pelayanan prima. Sesuai dengan tata tertib yang tersedia untuk
kenyamanan pengunjung yaitu:
1. Tidak diperkenankan membawa tas/bawaan, agar disimpan di tempat yang telah
disediakan, barang-barang berharga agar dibawa, apabila ada kehilangan
petugas tidak bertanggungjawab.
2. Tidak diperkenankan makan, minum, mengunyah permen karet dan merokok di
dalam area pameran tetap dan Auditorium, kecuali di Area panggung terbuka
museum.
3. Tidak diperbolehkan membawa hewan peliharaan, senjata atau
sejenisnya.
4. Tidak diperbolehkan berlarian di museum dan Ruang
Auditorium.
5. Tidak dierbolehkan mengotori dinding di Area Pameran Tetap dan Auditorium
dan sekitar museum.
6. Tidak menyentuh koleksi/
artefak.
7. Tidak diperbolehkan menulis menggunakan alas pernagkat
pameran.
8. Disarankan untuk mengurangi penggunaan ponsel, kecuali pada keadaan
darurat.
9. Buanglah sampah pada
tempatnya.
Tata Tertib yang tersedia diatas adalah wajib untuk dipatuhi oleh para
pengunjung. Hal ini penting demi kenyamanan bersama antara pengunjung dan
pihak museum. Pengunjung tidak diperbolehkan untuk makan dan minum karena
akan kurang elok yang akan mengganggu kenyamanan pengunjung, dan juga
karena koleksi yang tersedia mengandung bahan kimia yang tidak akan baik akan
kesehatan. Bila pengunjung ingin makan dan minum, maka di museum ini telah
tersedia kantin.
Untuk pelayanan prima terdapat tata tertib sesuai dengan SOP, pada ruang
auditorium, ruang pameran tetap, dan ruang temporer tidak boleh makan dan minum
terutama dalam ruang pameran tetap. Yang pertama, karena ada beberapa
koleksi yang mengandung kimia yang membahayakan kesehatan, yang kedua adalah
kurang elok, akan mengganggu kenyamanan pengunjung yang lainnya. Terdapat
kantin dan ruang terbuka bagi pengunung yang ingin memenuhi kebutuan makan dan
minumnya.
Di Ruang Auditorium pengunjung dipandu untuk diberikan pemaparan
mengenai latar belakang musem, profil, dan informasi mengenai museum yang
lainnya dengan diakhiri dengan pemutaran film sejarah. Melihat jadwal, agar bisa
mengatur sebelum masuk ke pameran tetap.
Untuk kelebihan adalah terus berusaha mengumpulkan koleksi semaksimal
mungkin. Seperti kunjungan nasarasumber yang mnegunjungi kota Indramayu,
terdapat banyak naskah-naskah yang dimiliki oleh maysrarakat yang terlantar sampai
hancur, padahal di dalamnya memuat informasi dan mempunyai nilai sejarah.
Contohnya adalah naskah yang terbuat dari daun lontar yang menceritakan sejarah
suatu daerah nama-nama orang, luas tanah sampai detail.karena ketidaktahuan
masyarakat yang umunya bila dipercaya untuk menyimpan suatu benda
dianggap sebagai pusaka. Museum Sri Baduga berusaha untuk memberikan yang
terbaik , dari segi pelayanan, fasilitas, tempat ibadah, tempat penayangan,
tempat koleksi, digunakan untuk tempat PKL (Praktek Kerja Lapangan) mahasiswa
ataupun siswa.
Untuk kekurangannya sendiri dikarenakan oleh berbagai faktor, segi
penyampaian informasi dari Teknologi masih kurang dan masih manual yang
terbatasi karena anggaran. Secara keseluruhan Museum Sri Baduga ini merupakan
museum yang tepat dan wajib untuk dikunjungi oleh masyarakat, selain tempatnya
yang strategis, terjangkau dalam segi biaya masuk, juga koleksi yang
dipamerkan pun sangat beragam dan dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan pengunjung untuk lebih mengenal dan memahami mengenai kebudayaan
yang terdapat di daerah Jawa Barat yang tentunya sepatutnya kita lestarikan dan
pahami maknanya.
Semoga Informasi yang disajikan tersebut dapat membuat teman-teman
penasaran dan berminat untuk berkunjung ke museum. Berbagai macam pengalaman
dan pengetahuan dapat kita dapatkan dengan berkunjung ke Museum Sri Baduga,
Segala hal yang tersedia dapat menjadikan informasi yang berguna untuk kebutuhan
intelektual kita. Dan tidak hanya sekedar untuk berkunjung saja kita pun dapat
berperan aktif di dalamnya untuk melakukan pemeliharaan, dan pelestarian koleksi-
koleksi yang dipamerkan di Museum Sri Baduga. Akhir kata, mohon maaf bila
informasi yang dipaparkan belum sempurna dan belum secara rinci. Semoga untuk
kedepannya dapat diperbaiki lebih baik lagi. Sekian dan terimakasih saya haturkan
kepada berbagai pihak yang turut membantu dalam kelancaran kunjungan
museum ini. Semoga bermanfaat..
Daftar Pustaka
Museum Sri Baduga. 2015. Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga. [Online]
tersedia di http://museumsribaduga.jabarprov.go.id/sejarah diakses pada 7 Desember
2015
Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Dinas Jawa Barat. Katalog pameran keliling
bersama Museum Sri Baduga: Semarak Budaya Bangsa untuk Kebangkitan
Nasional. 2008. Bandung: Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Dinas Jawa Barat
Dokumentasi