Anda di halaman 1dari 24

RSU ALIYAH II KENDARI

PANDUAN SKRINING BAIK DI DALAM MAUPUN DI LUAR


RUMAH SAKIT UMUM ALIYAH II
KENDARI

RSU ALIYAH II KENDARI


2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG................................................................................................ 1
B. PENGERTIAN ........................................................................................................... 1

BA II RAUNG LINGKUP..................................................................................................... 3

BAB III KEBIJAKAN .......................................................................................................... 4

BAB IV TATALAKSANA .................................................................................................... 5

A. SKRINING PASIEN.................................................................................................. 5
B. KRITERIA SKRINING ............................................................................................ 6
C. TAHAP-TAHAP SKRINING ................................................................................... 8
D. LANGKAH-LANGKAH SKRINING...................................................................... 14

BAB IV DOKUMENTASI .................................................................................................... 15


RUMAH SAKIT UMUM ALIYAH II
JL. BUBURANDA - MANDONGA KENDARI
Telp.  082348484826
E-mail: rsualiyah02@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM ALIYAH II KENDARI
Nomor :471/KEP/RSUAII/III/2019

TENTANG
PANDUAN SKRINING BAIK DI DALAM MAUPUN DI LUAR
RSU ALIYAH II KENDARI

DIREKTUR RSU ALIYAH II KENDARI


Menimbang : a. Bahwa asuhan di RS merupakan bagian dari suatu sistem
pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional
pemberi asuhan dan tingkat pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan;
b. Bahwa informasi diperlukan untuk membuat keputusan
yang benar tentang kebutuhan pasien yang mana dapat
dilayani Rumah Sakit, supaya tercipta peningkatan mutu
pelayanan yang sesuai dengan misi dan tujuan Rumah
Sakit;
c. Bahwa untuk menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang
pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang
dimiliki/tersedia di Rumah Sakit, mengkoordinasiakan
pelayanan supaya lebih efektif dan efisien, merencanakan
pemulangan dan tindakan selanjutnya sesuai kebutuhan
pasien dan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi
dan sumber daya di Rumah Sakit;
d. Bahwa sehubungan hal tersebut di atas pada butir a,b,c
maka perlu menetapkan keputusan Direktur RSU Aliyah II
Kendari tentang skrining baik di dalam maupun di luar
RSU Aliyah II Kendari;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2014 tentang Keperawatan;
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan
Nasional;
9. Keputusan PT. Nurul Aliyah No: 005/PNA/I/2018 tentang
pengangkatan Direktur di RSU Aliyah II Kendari;

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
ALIYAH II KENDARI TENTANG PANDUAN SKRINING
BAIK DI DALAM MAUPUN DI LUAR RSU ALIYAH II
KENDARI;
KESATU : Memberlakukan Panduan Skrining Pasien di Rumah Sakit
Umum Aliyah II Kendari ;
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan skrining pasien
di Rumah Sakit dilaksanakan oleh Direktur pelayanan medis
dan keperawatan Rumah Sakit;
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terjadi perubahan dalam keputusan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di : Kendari
Pada tanggal : 01 Maret 2019
Direktur RSU Aliyah II Kendari,

dr. Yeni Haryani, M.Kes, Sp.A


Lampiran : Keputusan Direktur RSU Aliyah II Kendari
Nomor : 450/KEP/RSUAII/III/2019
Tanggal : 01 Maret 2019
Tentang : Panduan Skrining Baik di Dalam Maupun di Luar RSU Aliyah
II Kendari

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit RSU Aliyah II Kendari mempertimbangkan bahwa
pelayanan di Rumah Sakit merupakan bagian dari suatu pelayanan yang
terintegrasi dengan para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat
pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan
tujuan adalah menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan
dengan pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit, mengkoordinasikan
pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya.
Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang tersedia tentang : kebutuhan pasien yang mana
dapat dilayani Rumah Sakit, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien
serta transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke pelayanan
lain.
Skrining bukan mendiagnosa penyakit, bagi yang dianggap positif
hasil skrining akan dilakukan pemeriksaan yang lebih intensif untuk
menentukan apakah benar-benar sakit atau tidak, dan bagi yang terdiagnosa
positif sakit akan diobati secara intensif agar tidak membahayakan diri ataupun
lingkungannya.
B. PENGERTIAN
1. Skrining adalah suatu cara atau metode yang di lakukan untuk
menyelaraskan kebutuhan pasien di bidang pelayanan kesehatan dengan
pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit. Informasi di perlukan untuk
membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan pasien yang mana dapat
di layani di Rumah Sakit, supaya tercipta peningkatan mutu pelayanan yang
sesuai dengan misi dan tujuan Rumah Sakit.
2. Pasien adalah orang seseorang yang menerima pelayanan medis, biasanya
pasien yang sudah sembuh tapi masih dalam pengobatan.
3. Keluarga pasien adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
4. Rumah Sakit adalah gedung tempat menyediakan dan memberikan
pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan dan
memberikan layanan, pengobatan dan perawatan bagi penderita berbagai
penyakit yang di lengkapi dengan perlengkapan medis yang lengkap dengan
dokter dan perawatnya.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. IGD
2. Admisi
3. Laboratorium
4. IRJ
BAB III
KEBIJAKAN

1. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau diluar Rumah Sakit.
2. Skrining dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang.
3. Skrining dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.
4. Skrining dilakukan oleh tim ( dokter dan perawat ) berdasarkan buku panduan
praktek klinik.
5. Hasil skrining dijadikan dasar untuk menentukan pemberian pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit atau pasien dirujuk ke Rumah Sakit lain.
6. Khusus untuk skrining HIV dilakukan oleh tim ( dokter dan perawat) yang
terlibat dalam tim PPI RSU Aliyah II Kendari.
BAB IV
TATALAKSANA

A. SKRINING PASIEN
Skrining dilakukan pada saat kontak pertama, dapat terjadi di sumber
rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi atau apabila saat pasien tiba
di Rumah Sakit. Skrining dilakukan menyesuaikan dengan misi dan sumber
daya Rumah Sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan
pasien dan kondisinya. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk
memberikan pelayanan kesehatan, pengobatan, mengirim atau merujuk hanya
dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi. Hanya Rumah Sakit yang
mempunyai kemampuan untuk menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan
konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat
inap atau rawat jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan yang lain yang
mempunyai fasilitas kesehatan yang memadai sesuai kebutuhan pasien.
a) Skrining di instalasi gawat darurat (IGD) dilaksanakan melalui kriteria
triase, evaluasi visual dan pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium klinik, atau pemeriksaan
diagnostic imaging sebelumnya. Instalasi gawat darurat (IGD) adalah
instalansi di Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu yang
melibatkan berbagai multidisiplin.
b) Skrining di rawat jalan, poliklinik, dilaksanakan hanya dengan evaluasi
visual dan pengamatan. Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,
diagnostic imaging dapat dilakukan setelah pasien mendapatkan
pemeriksaan fisik atau pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien.
c) Peneriamaan pasien dilakukan sesuai kemampuan Rumah Sakit dan
kebutuhan pasien melalui proses skrining dan hasil pemeriksaan test
diagnostic yang diperlukan.
B. KRITERIA SKRINING
1. Skrining Pra-Rumah Sakit
Untuk skrining pra-Rumah Sakit dapat dilakukan di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) maupun Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi
per telepon. Interaksi telepon bisa datang dari pasien atau keluarga pasien
yang mencari informasi dengan melakukan panggilan ke nomor Rumah
Sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar Rumah Sakit yang berencana
merujuk pasien ke Rumah Sakit, akan di terima oleh operator yakni petugas
admisi atau tenaga medis dan paramedic yang ada di ruangan terkait
(IGD/IRJ) setelah disambungkan oleh operator.
2. Skrining Intra-Rumah Sakit
Skrining intra-Rumah Sakit dapat dilakukan di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) maupun area Rawat Jalan (IRJ). Langkah-langkah skrining
intra-Rumah Sakit antara lain :
b. Kepala Ruangan
1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan berdasarkan
prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian khusus semisal
sakit berat, usia lanjut, handicap/berkebutuhan khusus.
3.Mengkoordinasi pembagian ruangan berdasarkan identifikasi
ketersedian kamar bagi pasien yang membutuhkan rawat inap.
b. IGD
1. Proses skrining dilakukan segera setelah pasien datang ke IGD.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka dilanjutkan dengan
proses pelayanan lanjutan.
3. Dokter jaga/paramedis melakukan triage untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan pelayanan awal, untuk selanjutnya dikonsulkan ke DPJP
4. DPJP melakukan pelayanan medis, identifikasi kebutuhan pelayanan
khusus, menerima konsultasi dan penilaian pasien untuk di rawat inap,
dipulangkan atau dirujuk.
c. IRJ
1. Setiap tenaga medis dan paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien
mendaftar di poliklinik maupun menunggu di ruang tunggu.
2. Dalam melakukan proses skrining bagi pasien yang membutuhkan
pelayanan emergensi, rawat inap dan rujukan keluar.
3. Skrining di Instalasi Rawat Jalan
Skrining rawat jalan dilakukan oleh dokter dan perawat di rawat
jalan. Skrining rawat jalan meliputi :
a. Kondisi umum pasien
- Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh,pasien
mengalami penurunan kesadaran .
- Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan
ataukah ada kondisi potensial yang akan mengancam patensi jalan
nafas.
b. Penilain nyeri
Penilaian nyeri menggunakan wong baker face pain sating scale. Pasien
dengan nilai nyeri > 8 layak mendapatkan pelayanan IGD.
c. Skrining batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama
pasein batuk, apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak.Pasien
yang batuk semua diberikan masker wajah, sedangkan pasien yang
batuk > dua minggu diarahkan ke jalur fast track untuk mengurangi
resiko penularan infeksi air bone.

d. Skrining pasien jatuh


Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu get up and go
test.
e. Skrining hambatan pasien
Pasien dinilai apakah mengalami hambatan dalam mengakses
pelayanan jika pasien mengalami hambatan gerak seperti penggunaan
kursi roda dan brankar.Jika pasien mempunyai hambatan bahasa dan
budaya.
4. Skrining di Instalasi Rawat Inap
a. kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif,
kuratif, rehabilitative dan paliatif dan isolasi diprioritaskan.
b. Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter
umum melalui IGD/poliklinik umum dan oleh dokter spesialis.
c. Pasien akan masuk pada criteria kuratif, preventif, rehabilitative,
pasien indikasi rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat
berobat jalan.
C. TAHAP-TAHAP SKRINING
1. Pengkajian
Skrining dilakukan pada saat kontak pertama, dapat terjadi di
sumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi atau apabila
saat pasien tiba di Rumah Sakit. Skrining dilakukan menyesuaikan dengan
misi dan sumber daya Rumah Sakit tergantung pada keterangan yang
didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya. Hal ini sangat penting
bahwa keputusan untuk memberikan pelayanan kesehatan, pengobatan,
mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan
evaluasi. Hanya Rumah Sakit yang mempunyai kemampuan untuk
mnyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya
dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau rawat jalan
dan rujukan kepelayanan kesehatan yang lain yang mempunyai fasilitas
kesehatan yang memadai sesuai kebutuhan pasien.
Tingkat kesadaran merupakan ukuran kesadaran dan juga respon
seseorang terhadap rangsangan lingkungan. Dalam pemeriksaan tingkat
kesadaran``, dikenal istilah GCS atau Glaslow Coma Scale. GCS adalah
skala neurologi yang digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran.
Terdapat objek yang akan diperiksa untuk menentukan nilai GCS yaitu
mata, respon verbal, dan gerakan tubuh.
Berikut adalah tujuh tingkat kesadaran dan nilai GCS yang
mewakilinya antara lain :
1. Kompos Mentis
Merupakan kondisi sadar sepenuhnya. Pada kondisi ini, respon pasien
terhadap diri sendiri dan lingkungan sangat baik. Pasien juga dapat
menjawab pertanyaan dengan baik. Nilai GCS untuk Compos Mentis
adalah 15-14.
2. Apatis
Merupakan kondisi di mana seseorang tidak peduli atau merasa segan
terhadap lingkungan sekitarnya. Nilai GCS intuk apatis adalah 13-12.
3. Delirium
Merupakan kondisi menurunnya tingkat kesadaran yang disertai
dengan kekacauan motorik. Pada kondisi ini pasien mengalami
gangguan siklus tidur, merasa gelisah, mengalami disorientasi, merasa
kacau, hingga meronta-ronta. Nilai GCS ini adalah 11-10.
4. Somnolen
Merupakan kondisi mengantuk yang cukup dalam namun masih bias
dibangunkan dengan menggunakan rangsangan. Ketika rangsangan
tersebut berhenti, maka pasien akan langsung tertidur kembali. Nilai
GCS untuk somnolen adalah 9-7.
5. Sopor
Merupakan kondisi mengantuk yang lebih dalam dan hanya dapat
dibangunkan melalui rangsangan yang kuat seperti rangsangan nyeri.
Meskipun begitu pasien tidak dapat bangun dengan sempurna dan
tidak mampu memberikan respon verbal dengan baik. Nilai GCS
adalah 6-5.
6. Semi-Koma atau Koma Ringan
Merupakan kondisi penurunan kesadaran di mana pasien tidak dapat
memberikan respon pada rangsangan verbal dan bahkan tidak dapat
dibangunkan sama sekali. Tetapi jika diperiksa melalui mata maka
masih akan terlihat reflex kornea dan pupil yang baik. Pada kondisi ini
respon terhadap rangsangan nyeri tidak cukup terlihat atau hanya
sedikit. Nilai GCS un tuk semi-koma adalah 4.
7. Koma
Merupakan kondisi penurunan tingkat kesadaran yang sangat dalam.
Dalam kondisi ini tidak ditemukan adanya gerakan spontan dan tidak
muncul juga respon terhadap rangsangan nyeri. Nilai GCS untuk koma
adalah 3.
Mengukur Tingkat Kesadaran Orang Dewasa
1. Mata
 Nilai (4) untuk mata terbuka dengan spontan
 Nilai (3) untuk mata terbuka krtika diberikan respon suara atau
diperintahkan membuka mata
 Nilai (2) untuk mata terbuka ketika diberikan rangsangan nyeri
 Nilai (1) untuk mata tidak terbuka meskipun diberikan
rangsangan.
2. Respon Verbal
 Nilai (5) untuk mampu berbicara normal dan sadar terhadap
lingkungan sekitarnya.
 Nilai (4) untuk cara bicara yang tidak jelas atau diulang-ulang,
serta mengalami disorientasi atau tidak mengenali
lingkungannnya.
 Nilai (3) untuk mampu bebicara tapi tidak dapt berkomunikasi.
 Nilai (2) untuk bersuara namun tidak berkata-kata atau hanya
mengerang saja.
 Nilai (1) untuk tidak bersuara sama sekali.
3. Gerakan Tubuh
 Nilai (6) untuk dapat mengikuti semua perintah yang
diinstruksikan
 Nilai (5) untuk dapat menjangkau atau menjauhkan stimulus
ketika diberikan rangsangan nyeri.
 Nilai (4) untuk dapat menghindari atau menarik tubuh menjauhi
stimulus ketika diberi rangsangan nyeri.
 Nilai (3) untuk satu atau kedua tangan menekuk (abnormal
flexion) ketika diberikan rangsangan nyeri.
 Nilai (2) untuk satu atau kedua tangan melurus (abnormal
extention) ketika diberikan rasa nyeri.
 Nilai (1) untuk tidak ada respon sama sekali
Mengukur Tingkat Kesadaraan Bayi Atau Anak
1. Mata
 Nilai (4) untuk mata terbuka dngan spontan
 Nilai (3) untuk mata terbuka ketika diberikan respon suara atau
diperintahkan membuka mata
 Nilai (2) untuk mata terbuka ketika dibrikan rangsangan nyeri
 Nilai (1) untuk mata tidak terbuka meskipun diberikan
rangsangan
2. Respon verbal
 Nilai (5) untuk mampu berbicara atau mengoceh dengan normal
 Nilai (4) untuk menangis lemah
 Nilai (3) untuk menangis ketika diberikan rangsangan nyeri
 Nilai (2) untuk menangis sangat lemah atau merintih ketika
diberikan rangsangan nyeri
 Nilai (1) untuk tidak bersuara sama sekali
3. Gerakan tubuh
 Nilai (6) untuk dapat mengikuti semua perintah yang
diinstruksikan atau dapat bergerak spontan
 Nilai (5) untuk dapat menjangkau atau menjauhkan stimulus
ketika diberikan rangsangan sentuh.
 Nilai (4) untuk dapat menghindari atau menarik tubuh menjauhi
stimulus ketika diberi rangsangan nyeri.
 Nilai (3) untuk satu atau kedua tangan menekuk (abnormal
flexion) ketika diberikan rasa nyeri.
 Nilai (2) untuk satu kedua tangan melurus (abnormal extention)
ketika diberi rsa nyeri.
 Nilai (1) untuk tidak ada respon sama sekali
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan berdasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga.
Keluarga sebagai unit perawatan berdampak terhadap anggota keluarga
yang membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah
masalah tersebut aktual atau potensial, serta dapat menentukan apakah
klien datang pertama kali akan menjalani rawat inap atau rawat jalan.
3. Perencanaan
Skrining dilakukan pada saat kontak pertama, dapat terjadi di
sumber rujukan, padasaat pasien ditransportasi emergensi atau apabila
saat pasien tiba di Rumah Sakit. Skrining dilakukan menyesuaikan
dengan misi dan sumber daya Rumah Sakit tergantung pada keterangan
yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya. Hal ini sangat
penting bahwa keputusan untuk memberikan pelayanan kesehatan,
pengobatan, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil
skrining dan evaluasi. Hanya Rumah Sakit yang mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya
dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau rawat
jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan yang lain yang mempunyai
fasilitas kesehatan yang memadai sesuai kebutuhan pasien.
a. Skrining di Instalasi gawat darurat (IGD) dilaksanakan melalui kriteria
Triase, evaluasi visual dan pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil
dari pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium klinik, atau
pemeriksaan diagnostic imaging sebelumnya. Instalasi gawat darurat
(IGD) adalah unit di Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu yang melibatkan berbagai multidisiplin.
b. Skrining di rawat jalan, poliklinik, dilaksanakan hanya dengan
evaluasi visual dan pengamatan. Pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium, diagnostic imaging dapat dilakukan setelah pasien
mendapatkan pemeriksaan fisik atau pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan pasien.
c. Penerimaan pasien dilakukan sesuai kemampuan Rumah Sakit dan
kebutuhan pasien melalui proses skrining dan hasil pemeriksaan test
diagnostik yang diperlukan.
4. Implementasi
Skrining yang dilakukan di pelayanan kesehatan sangat penting
sebagai dasar dan menyesuaikan dengan misi dan sumber daya Rumah
Sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk memberikan
pelayanan kesehatan, pengobatan, mengirim atau merujuk hanya dibuat
setelah ada hasil skrining dan evaluasi. Hanya Rumah Sakit yang
mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan
konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien
rawat inap atau rawat jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan yang lain
yang mempunyai fasilitas kesehatan yang memadai sesuai kebutuhan
pasien . Skrining juga tergantung pada keterangan yang didapat tentang
kebutuhan pasien dan kondisinya saat awal pasien dating ke Rumah
Sakit.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap skrining adalah penting dalam membuat kerja
skrining. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk
menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus –
menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi lanjut dari
proses skrining biasanya dilakukan saat kontak pertama, dapat terjadi di
sumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi atau apabila
saat pasien tiba di Rumah Sakit.
D. LANGKAH-LANGKAH SKRIRING
1. Pasien Gawat Darurat Dilayani Sesuai Dengan Alur Skrining Mengikuti
Jalur Warna Merah
a. gagal nafas
b. cedera torako-abdominal
c. cedera kepala atau maksilo-fasial berat
d. shok atau perdarahan berat
e. luka bakar berat
2. Pasien Gawat Tidak Darurat Atau Darurat Tidak Gawat Dilayani Sesuai
Dengan Alur Skrining Mengikuti Jalur Warna Kuning
a. cedera abdomen tanpa shok,
b. cedera dada tanpa gangguan respirasi,
c. fraktura mayor tanpa syok
d. cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran
e. luka bakar ringan
3. Pasien Tidak Gawat Dan Tidak Darurat Dilayani Sesuai Dengan Alur
Skrining Mengikuti Jalur Warna Hijau
a. cedera jaringan lunak,
b. fraktura dan dislokasi ekstremitas,
c. cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
d. gawat darurat psikologis
4. Pasien Yang Telah Dinyatakan Meninggal Dilayani Sesuai Dengan Alur
Skrining Mengikuti Jalur Warna Hitam
5. Pasien infeksi yang tidak bisa dirawat
 HIV
 Difteri
 Varicela
BAB V
DOKUMENTASI

Dokumen yang diperlukan dalam proses skrining adalah :


1. Form triage
2. Forn pemeriksaan penunjang

Ditetapkan di: Kendari


Pada tanggal : 01 Maret 2019
Direktur RSU Aliyah II Kendari

dr. Yeni Haryani, M.Kes, Sp. A


SKRINING PASIEN
No. Dokumen : No. Revisi Halaman

475/SPO/RSUAII//III/2019 00 1/3
RSU ALIYAH II

Ditetapkan Oleh:

STANDAR Tanggal terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Maret 2019

Skrining adalah suatu cara atau metode yang dilakukan untuk


menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan
dengan pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit. Informasi
PENGERTIAN diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang
kebutuhan pasien yang mana dapat dilayani Rumah Sakit.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :

1. Menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan


kesehatan dengan pelayanan yang dimiliki/ tersedia di Rumah
Sakit.
TUJUAN 2. Mengkoordinasikan pelayanan supaya lebih efektif dan efisien.
3. Merencanakan tindakan selanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
4. Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya
di Rumah Sakit.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Aliyah II Kendari Nomor
: 471/KEP/RSUAII/III/2019 tentang Panduan Pelayanan Skrining
KEBIJAKAN

1. Dokter dan Perawatan menyapa pasien dan mengucapkan


salam.
PROSEDUR
2. Dokter dan Perawat memperkenalkan diri dan melakukan
SKRINING PASIEN
No. Dokumen : No. Revisi Halaman

476/SPO/RSUAII//III/2019 00 2/3
RSU ALIYAH II

Ditetapkan Oleh:

STANDAR Tanggal terbit :


PROSEDUR
01 Maret 2019
OPERASIONAL

penilaian triase.
3. Dokter dan Perawat menciptakan suasana yang nyaman dan
menghindari tampak kelelahan pada pasien.
4. Dokter dan Perawat melakukan cuci tangan dan
menggunakan APD sebelum melakukan pemeriksaan.
5. Dokter dan Perawat menjelaskan tujuan melakukan
pemeriksaan fisik dan psikologi.
6. Pemeriksaan dilakukan di tempat tertutup atau di tempat yang
terhindar dari pandangan pasien lain atau oranag lain.
PROSEDUR
8. Dokter dan Perawat melakukan pemeriksaan dengan seksama,
teliti, tidak terburu-buru dan tidak kasar.
9. Dokter dan Perawat menyampaikan kepada pasien jika proses
pemeriksaan sudah selesai.
10.Dokter dan Perawat memberikan penjelasan tindakan
selanjutnya.
11.Dokter dan Perawat melepas APD dan mencuci tangan
setelah melakukan tindakan kepada pasien
SKRINING PASIEN

No. Dokumen : No. Revisi Halaman


RSU ALIYAH II
476/SPO/RSUA/III/2019 00 3/3

Ditetapkan oleh:

STANDAR Tanggal terbit :


PROSEDUR
01 Maret 2019
OPERASIONAL

8. Dokter dapat meminta kepada penunjang medis untuk


melakukan pemeriksaan laboratorium dan diagnostic imaging
jika diperlukan.
9. Dokter dan Perawat mendokumentasikan hasil pemeriksaan fisik
dan psikologi, hasil pemeriksaan laboratorium atau hasil
diagnostic imaging serta hasil evaluasi skrining diformulir
PROSEDUR asesmen IGD.
10. Dokter menetapkan pasien tersebut dirawat inap diperawatan
biasa, diperawatan intensif, dipulangkan atau dirujuk
kepelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang
memadai sesuai kebutuhan pasien.
11. Dokter dan Perawat mengucapkan terima kasih dan salam
kepada pasien setelah melakukan proses skrining.
1. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
UNIT TERKAIT 2. IRJ

3. Admisi

Anda mungkin juga menyukai