Anda di halaman 1dari 6

Nama : LESTARIUS HULU

No. UKG : 201503866206


Instansi : SMP Negeri 7 Alasa

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi penyebab


No.
diidentifikasi masalah masalah
1 Peserta didik masih memiliki Sumber Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis
semangat belajar yang rendah 1. Winkel 1991:95 (dalam eksplorasi, penyebab peserta
skripsi Lita Oktaviasari) didik masih memiliki semangat
berpendapat bahwa belajar yang rendah adalah :
terdapat faktor-faktor 1. Guru belum menggali
yang memengaruhi pengetahuan dan
motivasi belajar yaitu : keterampilan peserta didik
a. Kehidupan diluar dengan mengajukan
lingkungan sekolah pertanyaan setiap pertemuan
b. Pengaruh dari teman KBM.
sebaya 2. Guru masih menggunakan
c. Kekaburan mengenai pembelajaran yang monoton.
cita-cita hidup 3. Guru belum memberikan
d. Keadaan keluarga penghargaan kepada peserta
yang kurang didik yang mengerjakan
menguntungkan tugas tepat waktu
e. Sikap kritis terhadap 4. Guru belum memeriksa
masyarakat. tugas siswa dan memberikan
2. Dimyati dan Mudjiono solusi terhadap soal yang
1994:97 (dalam skripsi belum bisa dijawab
Lita Oktaviasari) 5. Guru jarang memotivasi
menyatakan bahwa ada siswa
beberapa
faktor yang dapat
memengaruhi motivasi
dalam belajar yakni:
a. Cita-cita atau aspirasi
siswa
b. Kemampuan siswa
c. Kondisi siswa
d. Kondisi lingkungan
siswa
e. Unsur-unsur dinamis
dalam belajar dan
pembelajaran
f. Upaya guru dalam
pembelajaran siswa

Sumber Wawancara
1. Suardin Zalukhu, S.Pd
Ka. SMPN 6 SATAP
ALASA TALUMUZOI)
Kurang nya perhatian
dari orangtua, gaya dan
penyampaian materi oleh
guru yang monoton,
pelibatan media yang
tidak memadai dan
kurang percaya diri apa
yang dimilikinya.
2. Huria Silaban
(Ka. SMPN 7 Alasa)
Kurangnya perhatian
orangtua terhadap anak.
Orang tua menempati
peran yang sangat
penting sebagai motivator
bagi pendidikan anak
3. Yanueli Telaumbanua,
S.Pd (Guru B.
Indonesia)
penyebab peserta didik
memiliki semangat yang
rendah akibat guru jarang
memotivasi siswa
2 Masih ada peserta didik yang Sumber Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis
belum bisa membaca dan Secara umum sebab-sebab eksplorasi, penyebab peserta
menulis dengan lancar kurang lancarnya membaca didik yang belum bisa membaca
dapat berasal dari beberapa dan menulis dengan lancar
faktor. Djamarah (2002:201) adalah :
mengelompokkannya ke 1. Guru belum mengadakan
dalam dua kategori, yaitu: pendekatan intens kepada
faktor intern dan faktor peserta didik
ekstern. Faktor intern adalah 2. Siswa merasa terasingkan
faktor penyebab yang berasal diantara teman sebayanya.
dari dalam diri siswa itu 3. Guru belum mencari sebab
sendiri. Penyebab yang masalah terhadap
muncul dari dalam diri antara ketidakmampuan menulis
lain bisa bersifat kognitif dan membaca
(ranah cipta), afektif (ranah 4. Guru setengah hati dalam
rasa), psikomotor. Faktor mendorong siswa tersebut
ekstern adalah faktor yang untuk terus memberikan
berasal dari luar, yang waktu yang banyak untuk
meliputi semua situasi dan belajar membaca dan
kondisi lingkungan sekitar menulis
yang tidak mendukung 5. Guru dan orang tua kurang
aktivitas belajar siswa. memantau perkembangan
peserta didik yang kurang
Sumber Wawancara lancar menulis dan
1. Suardin Zalukhu, S.Pd membaca.
(Ka. SMPN 4 Alasa
Talumuzoi SATAP)
Ketidakseringan
melakukan kegiatan baca
tulis, mengeja satu kata
atau menyebut huruf
secara tidak teratur atau
karena faktor keturunan,
anatomi otak dan
prematur dan faktor
kemalasan.
3 Hubungan komunikasi antar Sumber Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis
guru dan orang tua peserta didik 1. Sebagaimana yang eksplorasi, penyebab hubungan
terkait pembelajaran masih dikatakan oleh Kohut komunikasi antar guru dan
kurang (dalam Prasetyo,2011:25) orang tua peserta didik terkait
yaitu bangun jejaring pembelajaran masih kurang
komunikasi yang aktif adalah :
dengan orang tua siswa. 1. Guru belum mengadakan
Dengan adanya komunikasi melalui Telefon
komunikasi yang up to seluler maupun komunikasi
date dari guru kepada tatap muka dengan orang tua
orang tua itu akan dalam mengawasi
memberikan hal yang perkembangan belajar anak.
positif terhadap 2. Guru belum memberikan
pengawasan informasi kepada orang tua
perkembangan pendidikan tentang bagaimana kondisi
anak selama pembelajaran dan cara belajar peserta didik
daring. Anak-anak 3. belum adanya Silahturami ke
membutuhkan peran rumah orang tua peserta
orang tua dalam didik.
memberikan perhatian dan 4. Adanya pemikiran bagi
kasih sayang terutama orang tua bahwa pendidikan
pada pendidikannya. berpusat di sekolah
2. Suherman (dalam Ketut
Ngurah Ardiawan,dkk
2020:100) orang tua
merupakan pertama-tama
yang bertanggung jawab
dalam mengatur,
mengkoordinasikan serta
memberikan rangsangan-
rangsangan (Suherman,
2000).

Sumber Wawancara
Suardin Zalukhu, S.Pd
(Ka. SMPN 4 Alasa
Talumuzoi SATAP)
Komunikasi kedua pihak
harus dibina dengan baik dan
kuat dengan satu arah tujuan
peningkatan kemampuan
anak, kerjasama timbal balik
yg amat tinggi.
4 Guru belum mengoptimalkan Sumber Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis
model pembelajaran yang Sebagaimana yang diuraikan eksplorasi, penyebab guru
inovatif sesuai dengan oleh Kusnandar (2008: 73) belum mengoptimalkan model
karakteristik materi pembelajaran 2013 berpusat pembelajaran yang inovatif
pada siswa (student centered). sesuai dengan karakteristik
Hal ini sesuai dengan materi adalah :
pendekatan belajar modern 1. Guru belum
yang lebih banyak mengoptimalkan metode dan
menempatkan siswa sebagai model pembelajaran yang
subjek belajar. Pembelajaran tepat.
2013 dapat memberikan 2. Guru kurang antusias dalam
pengalaman langsung kepada meningkatkan kualitas diri
siswa (direct experiences). sebagai role model bagi
Dengan pengalaman langsung peserta didik
ini, siswa dihadapkan pada
sesuatu yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk
mamahami hal-hal yang lebih
abstrak. Pembelajaran 2013
menyajikan konsep-konsep
dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses
pembelajaran. Dengan
demikian, siswa dapat
memahami konsep-konsep
tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu
siswa dalam memecahkan
masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Hasil
pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan
minat dan kebutuhan siswa.
Dengan demikian, siswa
diberikan kesempatan untuk
mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya.

Sumber Wawancara
Suardin Zalukhu, S.Pd (Ka.
SMPN 4 Alasa Talumuzoi
SATAP)
Karena keterbatasan
pengetahuan dan penerapan
PAILKEM di dalam maupun
di luar kelas.
5 Pembelajaran di kelas masih Sumber Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis
belum berbasis HOTS (Higher High Order Thingking Skills eksplorasi, penyebab
Order Thinking Skill) menurut Dini Husna.N, 2018. pembelajaran di kelas masih
merupakan belum berbasis HOTS (Higher
kemampuan menghubungkan, Order Thinking Skill) adalah :
memanipulasi, dan mengubah 1. Guru belum mampu
pengetahuan serta memberikan soal atau latihan
pengalaman yang sudah berorientasi High Order
dimiliki secara kritis dan Thinking Skills (HOTS) atau
kreatif dalam menentukan keterampilan berpikir tingkat
keputusan untuk tinggi.
menyelesaikan masalah. 2. Pengetahuan guru akan High
Peserta didik dikatakan Order Thinking Skills (HOTS
mampu masih minim
menyelesaikan suatu masalah 3. Kurangnya komunikasi guru
apabila peserta didik mampu dengan teman sejawat
menelaah suatu tentang bagaimana cara
permasalahan dan mampu pembelajaran yang menarik
menggunakan pengetahuan ke di kelas
dalam situasi yang baru.
higher thinking order skill
atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi jika ditinjau dari
ranah kognitif yang terdapat
pada taksonomi Bloom
Anderson dan Krathwohl
berada pada tingkatan analisis
(C4), evaluasi (C5), dan
mencipta(C6).
Sumber Wawancara
Suardin Zalukhu, S.Pd
(Ka. SMPN 4 Alasa
Talumuzoi SATAP)
Karena sebagian guru masih
mengajar dgn paradigma
lama antara lain menekankan
siswa untuk menghafal
rumus/ teori bukan melatih
kemampuan bernalar pd
siswa.
6 Guru masih belum Sumber Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis
mengoptimalkan pemanfaatan 1. Menurut Mulyasa (2011: eksplorasi, penyebab guru masih
teknologi informasi (TIK) 3) menjelaskan bahwa belum mengoptimalkan
dalam pembelajaran pendidikan diartikan pemanfaatan teknologi
sebagai proses menjadi, informasi (TIK) dalam
yaitu menjadikan pembelajaran adalah :
seseorang menjadi 1. Guru belum memanfaatkan
manusia seutuhnya dan teknologi dalam proses
menjadi dirinya sendiri pembelajaran
yang tumbuh sejalan 2. Merasa sudah tua dan
dengan bakat, sebentar lagi pensiun.
kemampuan, dan potensi Biasanya guru dengan
peserta didik secara kondisi ini menganggap
manusiawi agar tidak perlu lagi belajar
mempunyai kepribadian teknologi
unggul. Sedangkan 3. Jabatan Kepala Sekolah
menurut terkadang menjadi alasan
2. Baharudin & Wahyuni keengganan belajar
(2010: 11) menjelaskan teknologi.
tentang pendidikan 4. Sarana dan prasarana yang
sebagai wahana kompleks belum memadai.
bagi setiap individu untuk
belajar dalam mencapai
berbagai macam
kompetensi, ketrampilan,
dan sikap. Dalam rangka
mewujudkan berbagai
macam kompetensi,
keterampilan, dan sikap
tersebut, pendidikan tidak
terlepas dari sebuat alat
dimana akan banyak
berguna bagi
perkembangan peserta
didik dan kemajuan
pendidikan di Indonesia.
Alat tersebut adalah
Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK).

Sumber Wawancara
Suardin Zalukhu, S.Pd
(Ka. SMPN 4 Alasa
Talumuzoi SATAP)
SDM dibilang IT kurang,
kurikulum yang tujuan kurang
memahami,
hardware/software tidak bisa
memahami dengan baik, dana
dan fasilitas belajar tidak
memadai

Anda mungkin juga menyukai