Anda di halaman 1dari 4

Kepada Yth.

Ibu Agatha Widianawati


Direktur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Jalan Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Jakarta

Perihal : Pengaduan dan Permohonan Mediasi Tripartit atas Surat Pemutusan


Hubungan Kerja, Surat Peringatan Pertama & Terakhir dan Surat Skorsing
dari PT Merapi Utama Pharma

Dengan hormat,

Bersama surat ini, Saya memohon kepada Ibu Direktur Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial untuk dapat membantu menyelesaikan pengaduan saya dan memfasilitasi pertemuan
mediasi (tripartit) dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial antara saya :

Nama : CLAUDIO ARDIAN RADITYA


Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 22 Desember 1973
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. KTP : 3174082212731001
Alamat : Jl. H. Nawi I No. 14, RT/RW : 011/002, Kelurahan Gandaria Selatan,
Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta.
Pekerjaan : Karyawan PT Merapi Utama Pharma
NIP : 5308
Status Kepegawaian : Karyawan Tetap
Masa Kerja : 6 tahun 9 bulan

Dengan Perusahaan tempat dimana saya bekerja,

Perusahaan : PT Merapi Utama Pharma


Alamat : Jl. Cilosari No. 25 Cikini, Jakarta Pusat

Berikut kronologis perselisihan antara saya dengan PT Merapi Utama Pharma, yaitu :

1. Bahwa PT Merapi Utama Pharma mengeluarkan 3 (tiga) surat untuk mengeksekusi saya pada
tanggal 25 Agustus 2023 (surat terlampir), yakni :
a. Surat Peringatan Pertama & Terakhir No. 001/SP-Pertama dan Terakhir/DIR/VIII/2023
b. Surat Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja No. MUP/DIR/001/VIII/2023
c. Surat Skorsing No. MUP/DIR/002/VIII/2023 untuk menindaklanjuti surat Pemberitahuan
Pemutusan Hubungan Kerja pada poin b diatas.
2. Bahwa PT Merapi Utama Pharma dalam pemberitahuan dalam poin 1 diatas membuat
Risalah Musyawarah Penyelesaian Hubungan Kerja pada tanggal 25 Agustus 2023 yang tidak
saya tandatangani (terlampir), dimana saya menyatakan akan melakukan konsultasi dengan
Disnaker atas ketidakadilan yang saya alami namun tidak dihiraukan perusahaan dengan
tetap memberikan Surat Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja No.
MUP/DIR/001/VIII/2023.

Halaman 1 dari 4
3. Bahwa di dalam Surat Peringatan Pertama & Terakhir No. 001/SP-Pertama dan
Terakhir/DIR/VIII/2023 tidak disebutkan pada pasal dan ayat berapa yang menyatakan
pelanggaran yang telah saya lakukan; dan bahwa pemutusan hubungan kerja kepada saya
disampaikan di dalam Surat Peringatan Pertama & Terakhir No. 001/SP-Pertama dan
Terakhir/DIR/VIII/2023.
4. Bahwa pada tanggal 30 Agustus 2023, saya mengirimkan Surat Tanggapan atas
Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja yaitu MENOLAK pemutusan hubungan kerja dan
meminta untuk dilakukan perundingan bipartit dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah
Pemutusan Hubungan Kerja ini secara musyawarah.
5. Bahwa pada tanggal 7 September 2023, PT Merapi Utama Pharma memberikan undangan
bipartit pada tanggal 11 September 2023, dengan Surat No. MUP/DIR/003/IX/2023, namun
sangat disayangkan maksud undangan bipartit Perusahaan adalah untuk keperluan
Penyelesaian Pembayaran Kompensasi sebesar Rp. 321.726.777,- dan bukan untuk
menyelesaikan pokok perselisihan yaitu semua pelanggaran yang dituduhkan kepada saya
yang tercantum di dalam Surat Peringatan Pertama & Terakhir.
6. Bahwa saya bersama dengan kuasa hukum saya dari Nawasena Law Firm menghadiri
undangan bipartit sebagaimana disebutkan pada poin 5 surat ini pada tanggal 11 September
2023, namun Bapak Leo Juliawan Eka Putra tidak mau menjawab dan menanggapi
pernyataan Saya and kuasa hukum saya. Berikut ringkasan bipartit yang berlangsung saat itu :
a. Bahwa perundingan bipartit berlangsung pada hari senin, 11 September 2023 pukul
09:12 – 10:05 WIB, di kantor pusat PT Merapi Utama Pharma.
b. Bahwa pada perundingan bipartit tersebut kami menyampaikan beberapa hal berikut :
(1) Pembelaan-pembelaan atas seluruh pelanggaran yang dituduhkan kepada saya;
(2) Saya menanyakan apakah perusahaan masih mempertimbangkan saya untuk
dipekerjakan kembali atau tidak.
(3) Kuasa hukum saya menanyakan dasar perhitungan kompensasi sebagaimana
disebutkan pada poin 5 surat ini.
(4) Kuasa hukum saya meminta perusahaan untuk tetap membayar upah beserta hak
lainnya yang biasa saya terima sampai dengan selesainya proses penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial ini.
c. Bahwa PT Merapi Utama Pharma yang diwakili oleh Bapak Leo Juliawan Eka Putra
sebagai Direktur Akte Perusahaan yang juga sebagai pejabat perusahaan yang
menadatangani seluruh surat sebagaimana disebutkan dalam poin 1 surat ini, hadir
bukan dalam kapasitas untuk menjawab pertanyaan dari saya dan Kuasa Hukum saya
melainkan hanya untuk mendengarkan saja. Bapak Leo Juliawan Eka Putra mengatakan
akan menyampaikan surat balasan atas seluruh permintaan dan pertanyaan kami.
d. Bahwa perundingan bipartit (tatap muka langsung) dilakukan dan berakhir satu arah,
sehingga kami bernisiatif untuk mengirimkan surat kepada PT Merapi Utama Pharma
pada tanggal 12 September 2023 untuk menjelaskan dan menegaskan kembali
permintaan dan pertanyaan kami (surat terlampir), agar PT Merapi Utama Pharma dapat
memberikan jawaban dengan jelas sebagaimana dimaksud pada poin 6 huruf c di atas.
7. Bahwa PT Merapi Utama Pharma melalui kuasa hukumnya ADAMS & CO, Counsellors-at-Law
memberikan surat tanggapan atas surat kami sebagaimana disebutkan pada poin 6 huruf d
surat ini (surat terlampir). Adapun pokok dalam balasan surat adalah :
a. Bahwa kuasa hukum PT Merapi Utama Pharma tidak menjawab sama sekali permintaan
dan pertanyaan kami sebagaimana telah dijanjikan oleh Bapak Leo Juliawan Eka Putra;

Halaman 2 dari 4
b. Bahwa kuasa hukum PT Merapi Utama Pharma menyebutkan dasar pemberian Surat
Peringatan Pertama & Terakhir dikarenakan saya tidak menanggapi alasan-alasan
pelanggaran dalam Risalah Musyawarah Penyelesaian Hubungan Kerja tanggal 25
Agustus 2023, padahal saya jelas-jelas menyampaikan dalam risalah dimaksud, akan
untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan Disnaker. Artinya saya bukan “tidak”
menanggapi alasan-alasan pelanggaran namun “belum” menjawab tuduhan-tuduhan
tersebut atas pertimbangan kehati-hatian.
c. Bahwa kuasa hukum PT Merapi Utama Pharma menyebutkan perusahaan telah beritikad
baik telah mengundang saya untuk melakukan perundingan bipartit pada tanggal 11
September 2023, namun menurut saya adalah kurang tepat dikarenakan pertimbangan
berikut :
(1) Bahwa PT Merapi Utama Pharma sebagai pihak yang mengundang justru tidak
dapat berunding, tidak menjawab seluruh pertanyaan dan bahkan tidak dapat
menjelaskan dasar perhitungan kompensasi sebagaimana tujuan/keperluan
perundingan bipartit yang dikehendaki PT Merapi Utama Pharma dalam surat
undangannya.
(2) Bahwa PT Merapi Utama Pharma tidak menepati janjinya untuk menjawab
seluruh pertanyaan dan permintaan kami dalam surat tanggapan sekalipun kami
menyurati untuk menegaskan pertanyaan dan permintaan kami.
d. Bahwa perundingan bipartit yang dilaksanakan pada tanggal 11 September 2023 tidak
ada kesepakatan untuk pelaksanaan bipartit lanjutan, sehingga pernyataan kuasa hukum
PT Merapi Utama Pharma dalam pokok tanggapannya tidak dapat dibenarkan.
8. Bahwa saya dan Kuasa Hukum saya tidak akan menghadiri undangan bipartit lanjutan yang
dimintakan kuasa hukum PT Merapi Utama Pharma pada tanggal 19 September 2023 di
Ruang Meeting ADAMS & CO, counsellor at Law, dengan alasan kekecewaan kami pada PT
Merapi Utama Pharma yang tidak siap secara materi untuk menjelaskan sebagai pihak yang
mengundang bipartit dan juga telah mengingkari janjinya untuk menanggapi pertanyaan dan
permintaan kami dalam sebuah surat seperti yang telah dijanjikan dan justru melimpahkan
kepada kuasa hukumnya untuk menanggapi surat dan dengan tidak menjawab apapun
permintaan dan pertanyaan kami.

Sehubungan dengan kronologis di atas, saya menyampaikan pandangan kami terkait tindakan-
tindakan dan keputusan yang dikeluarkan oleh PT Merapi Utama Pharma, sebagai berikut:
1. Bahwa seluruh pelanggaran yang dituduhkan kepada saya di dalam Surat Peringatan Pertama
dan Terakhir, diberikan tanpa penyelidikan, penilaian dan pertimbangan yang akurat (dengan
kehati-hatian) terlebih dahulu, bahkan kemudian seolah-olah disamakan dengan pelanggaran
berat atau bersifat mendesak (berat) yang dijadikan sebagai dasar dilakukannya Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK).
2. Bahwa jelas sekali pelanggaran yang dituduhkan kepada saya bukan termasuk di dalam
pelanggaran berat atau besifat mendesak sesuai pasal 41 dan ayat 3 dalam Peraturan
Perusahaan PT Merapi Utama Pharma, sehingga seharusnya Perusahaan tidak bisa semena-
mena melakukan PHK. Dan seharusnya Perusahaan mendengarkan pembelaan dari saya
terlebih dahulu yang kemudian ditindaklanjuti dengan penyelidikan dan pemberian
pertimbangan & evaluasi.
3. Bahwa tindakan PT Merapi Utama Pharma ini menunjukkan bahwa Perusahaan tidak
mentaati prinsip dalam kaidah hukum positif di Indonesia yaitu “seharusnya diupayakan agar
tidak terjadi PHK dan dalam hal PHK tidak dapat dihindari, maksud dan alasan PHK
diberitahukan oleh pengusaha terlebih dahulu kepada saya, bukan serta merta melakukan
PHK di hari yang bersamaan.

Halaman 3 dari 4
4. Bahwa Surat Peringatan Pertama & Terakhir yang dikeluarkan PT Merapi Utama Pharma tidak
menyebutkan pelanggaran mana yang dimaksud atau dituduhkan kepada saya, sesuai pasal
40 ayat 8 di Peraturan Perusahaan PT Merapi Utama Pharma.
5. Bahwa proses Pemutusan Hubungan Kerja telah melanggar ketentuan yang tecantum dalm
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2021.
6. Bahwa Surat Skorsing yang diberikan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian
Surat Skoring di pasal 42 Peraturan Perusahaan PT Merapi Utama Pharma, dan Surat
Peringatan Satu dan Terakhir ataupun pelanggaran yang disebutkan bukan merupakan bagian
dari pelanggaran yang dapat diberikan sanksi bebas tugas (skorsing).
7. Bahwa saya telah menyampaikan jika Perusahaan tidak mau mempekerjakan saya kembali
maka PHK diselesaikan secara musyawarah dengan status pensiun dan kepada saya diberikan
hak sesuai ketentuan yang diatur di Perusahaan mengenai karyawan pensiun.

Oleh karenanya saya memohon kepada Kementerian Ketenagakerjaan khusunya kepada Ibu
Direktur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial untuk dapat membantu menyelesaikan
pengaduan saya dan memfasilitasi pertemuan mediasi (tripartit) untuk penyelesaian perselisihan
hubungan industrial antara saya dengan Perusahaan PT Merapi Utama Pharma dengan
mepertimbangkan surat permohonan ini dan lampiran-lampiran surat sebagaimana disebutkan
dalam surat ini, yaitu:

1. Surat Peringatan Pertama & Terakhir No. 001/SP-Pertama dan Terakhir/DIR/VIII/2023 pada
tanggal 25 Agustus 2025;
2. Surat Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja No. MUP/DIR/001/VIII/2023 pada tanggal
25 Agustus 2025;
3. Surat Skorsing No. MUP/DIR/002/VIII/2023 pada tanggal 25 Agustus 2025;
4. Risalah Musyawarah Penyelesaian Hubungan Kerja pada tanggal 25 Agustus 2023;
5. Surat Tanggapan Tanggapan atas Surat Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja yaitu
Menolak Pemutusan Hubungan Kerja pada tanggal 30 Agustus 2023;
6. Undangan Bipartit No. MUP/DIR/003/IX/2023 pada tanggal 11 September 2023;
7. Surat Nawasena Law Firm “Penjelasan & Permintaan Dalam Bipartit” pada tanggal 12
September 2023;
8. Surat ADAMS & CO. Counsellor at Law Ref No. 318/HS-JO/AD/L/IX/2023 tanggal 15
September 2023;
9. Peraturan Perusahaan PT Merapi Utama Pharma periode 3 Mei 2003 – 2 Mei 2025.

Demikian Surat Permohonan ini saya sampaikan kepada Ibu Direktur Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial. Terimakasih atas perhatiannya.

Jakarta, 19 September 2023


Hormat saya,

Claudio Ardian Raditya


Karyawan

Halaman 4 dari 4

Anda mungkin juga menyukai