Anda di halaman 1dari 5

GERAKAN ACEH MERDEKA (GAM)

Gerakan Aceh Merdeka, atau GAM adalah sebuah organisasi separatis yang berdiri pada tanggal 4
desember 1976,memiliki tujuan supaya Aceh lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pada
awalnya, GAM adalah sebuah organisasi yang diproklamirkan secara terbatas. Deklarasi GAM yang
dikumandangkan oleh Hasan di Tiro dilakukan secara diam-diam disebuah kamp kedua yang
bertempat di bukit Cokan, Pedalaman Kecamatan Tiro, Pidie. Setahun kemudian, teks tesebut
disebarluaskan dalam versi tiga bahasa; Inggris Indonesia, dan Aceh. Penyebaran naskah teks
proklamasi GAM ini terungkap ketika salah seorang anggotanya ditangkap oleh polisi dikarena
pemalsuan formulir pemilu di tahun 1977. Sejak itulah, pemerintahan orde baru mengetahui tentang
pergerakan bawah tanah di AcehKonflik antara pemerintah RI dan GAM yang diakibatkan
perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan jatuhnya hampir
sekitar 15.000 jiwa. Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front
(ASNLF). GAM dipimpin oleh Hasan di Tiro selama hampir tiga dekade bermukim di Swedia dan
berkewarganegaraan Swedia. Pada tanggal 2 Juni 2010, ia memperoleh status kewarganegaraan
Indonesia, tepat sehari sebelum ia meninggal dunia di Banda Aceh.Konflik Aceh dengan
pemerintah pusat sudah menjadi sejarah yang tak bisa terlupakan. Ratusan, bahkan jutaan anak-
anak dan masyarakat Aceh hidup dalam konflik di Aceh.Cita-cita gerekan ini adalah mendirikan
Negara/Kerajaan Aceh Sumatera. Arus utama ideologi yang dipakai merujuk pada perspektif
historis bahwa Aceh tidak pernah di jajah oleh Belanda atau sultan Aceh tidak pernah menyerahkan
kedaulatan Aceh dari Belanda kepada Republik Indonesia. Karena itu, penyerahan kedaulatan dari
Belanda kepada Republik Indonesia, seharusnya tidak termasuk wilayah Aceh. Belanda
mengalihkan otoritas Aceh kepada Indonesia, sementara Belanda tidak pernah memiliki Aceh. Ini
adalah alasan utama dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diperjuangkannya adalah “succesor state”
, meneruskan negara yang pernah dibangun oleh para endatu (nenek moyang).

Secara umum Latar belakang Konflik di aceh yang paling jelas adalah Perbedaan budaya antara
Aceh dan banyak daerah lain di Indonesia. Disamping itu, banyak kebijakan sekuler dalam
administrasi pada masa Presiden Soeharto (Orde Baru) sangat tidak disukai di Aceh, di mana
banyak tokoh Aceh tidak menyukai kebijakan pemerintahan Orde Baru yang mempromosikan satu
"budaya Indonesia". Kemudian lokasi provinsi Aceh yang terletak di ujung Barat Indonesia
menimbulkan anggapan yang meluas di provinsi Aceh bahwa para pemimpin di Jakarta yang jauh
tidak mengerti dan memperhatikan masalah yang dimiliki Aceh serta tidak bersimpati pada
kebutuhan dan adat istiadat di Aceh yang berbeda.Selain itu, Kecenderungan sistem sentralistik
pemerintahan Soeharto dan berbagai permasalahan lainnya akhirnya mendorong tokoh Aceh
Hasan di Tiro (Teungku Hasan Muhammad di Tiro) untuk membentuk Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) pada tanggal 4 Desember 1976 dan memproklamasikan kemerdekaan Aceh. Permasalahan
utama yang dianggap melatarbelakangi hal ini adalah budaya pemerintah Indonesia yang dianggap
"neo-kolonial", dan makin banyaknya jumlah transmigran dari pulau Jawa ke provinsi Aceh serta
Distribusi pendapatan yang tidak adil dari sumber daya alam yang diambil dari Aceh.
Pada awalnya, gerakan ini terdiri dari sekelompok intelektual yang merasa kecewa atas model
pembangunan di Aceh. Hal ini terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan di bawah orang-
orang Jawa. Kelompok intelektual ini berpendapat bahwa telah terjadi kolonialisasi Jawa atas
masyarakat dan kekayaan alam tanah Aceh. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat,
kalangan pemuda, serta tokoh-tokoh agama di Aceh, Hasan di Tiro kemudian membuat gagasan
anti-kolonialisasi Jawa. Gagasan Hasan Tiro ini semakin memuncak setelah pemerintah orde baru
meng-eksplorasi kekayaan gas alam dan minyak bumi di Aceh Utara pada awal 1970an.Sebab lain
terjadinya gerakan separatisme GAM di Aceh, di perkuat oleh dukungan yang datang dari para
tokoh Darul Islam (DI) di Aceh yang belum terselesaikan secara tuntas di zaman orde lama.
beberapaTokoh DI/TII yang gagal melakukan pemberontakan di Aceh, merasa bahwa dengan
memberikan dukungan terhadap GAM, nantinya Aceh dapat memperoleh kemerdekaannya.

Banyak pemimpin GAM merupakan pemuda dan profesional berpendidikan yang merupakan
anggota kelas ekonomi menengah dan golongan kaya masyarakat Aceh. Kabinet pertama GAM,
yang dibentuk oleh Di Tiro di Aceh antara tahun 1976-1979, beranggotakan beberapa tokoh
sebagai berikut:
Teungku Hasan di Tiro:Wali Negara, Menteri Pertahanan, dan Panglima Agung
Dr Muchtar Hasbi: Wakil Presiden, Menteri Dalam Negeri
Teungku Ilyas Leube: Menteri Kehakiman
Dr Zaini Abdullah: Menteri Kesehatan
Dr Husaini M. Hasan: Menteri Pendidikan dan Informasi
Malik Mahmud: Menteri Luar Negeri
Dr Zubir Mahmud: Menteri Sosial
Amir Mahmud Rasyid: Menteri Perdagangan
Teungku Muhamad Usman Lampoih Awe: Menteri Keuangan
Amir Ishak: Menteri Komunikasi
Dr Asnawi Ali: Menteri Pekerjaan Umum dan Industri

Akhir Perlawanan dan Kesepakatan Damai


Pada 27 Februari 2005, perwakilan GAM dan pemerintah RI memulai tahap perundingan di Vantaa,
Finlandia. Mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari berperan sebagai fasilitator. Memasuki
tanggal 17 Juli 2005, setelah berunding selama 25 hari, Indonesia berhasil mencapai kesepakatan
damai dengan GAM di Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan damai
dilangsungkan pada 15 Agustus 2005.Proses perdamaian selanjutnya dipantau sebuah tim yang
bernama Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan lima negara ASEAN dan beberapa
negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di antara poin pentingnya adalah pemerintah Indonesia
akan turut memfasilitasi pembentukan partai politik lokal di Aceh dan pemberian amnesti bagi
anggota GAM.
Seluruh senjata yang berjumlah 840 pucuk dipindah kepemilikannya dari GAM kepada AMM, dan
prosesnya selesai pada 19 Desember 2005. Tanggal 27 Desember di tahun yang sama, GAM
melalui juru bicara militer Sofyan Dawood menyatakan bahwa sayap militer mereka telah
dibubarkan secara formal Pada Oktober 2008, Hasan Tiro pulang ke Aceh. Ia menetap di tanah
kelahirannya hingga meninggal dunia tanggal 3 Juni 2010.Sampai saat ini, hasil paling nyata dari
kesepakatan damai Helsinki adalah pembentukan partai-partai politik lokal Aceh. Beberapa elit
GAM dan eks kombatan mendirikan partai dan mereka terjun langsung ke dunia politik
praktis.Banyak kekecewaan terhadap mereka, terutama lantaran dianggap mengkhianati idealisme
perjuangan GAM. Mereka kini banyak sekali bermain dalam relasi kroni-kroni politik dan berebut
proyek APBD Aceh.Seorang aktivis senior dari Aceh yang tidak mau disebut namanya
mengungkapkan dengan penuh keprihatinan kepada Tirto, "Banyak eks kombatan sudah
kehilangan idealisme ketika masuk politik. Mereka kini cuma mencari duit dari kontrak-kontrak
proyek."
ORGANISASI PAPUA MERDEKA (OPM)

Organisasi Papua Merdeka atau OPM merupakan sebuah organisasi yang didirikan pada tahun
1965, namun sudah beroperasi sejak bulan Desember 1963 memiliki tujuan mengakhiri
pemerintahan Papua dan Papua Barat dan memisahkan diri dari Negara Indonesia. Gerakan OPM
sangat dilarang di Indonesia sebab dapat menimbulkan penghianatan yang dilakukan oleh Provinsi
Papua itu sendiri. Ada beragam cara yang dilakukan oleh OPM untuk membebaskan diri dari
Indonesia, dimulai dari jalur diplomatik , melakukan upacara dengan mengibarkan bendera Bintang
Kejora, hingga melakukan aksi militan yang berujung pada konflik Papua.Awal mula dirikan OPM
dimulai sejak Perang Dunia II. Saat itu Hindia Belanda membantu menyuplai minyak untuk melawan
Jepang hingga berakhir dengan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Di saat itu
juga Nugini Belanda atau Nugini Barat dan Australia menguasai wilayah Papua dan Nugini Britania
yang menolak Jepang bersatu hingga pada akhirnya bersekutu dengan pasukan Amerika Serikat
dan Australia untuk bertempur di Perang Pasifik.Hingga adanya hubungan antara Nugini Belanda
dengan Belanda yaitu mengangkat warga Papua menjadi bagian pemerintahan sampai dengan
pengaktifan pemerintahan Indonesia pada tahun 1963. Sebelumnya sudah ada perjanjian di tahun
1957 antara Australia dengan Belanda yang mengatakan bahwa teritori mereka berdua lebih baik
disatukan dan merdeka. Namun, tidak ada upaya pembangunan di teritori Australia serta adanya
kepentingan oleh Amerika Serikat, membuat munculnya 2 wilayah berpisah dan memunculkan
sebuah organisasi yang bernama Organisasi Papua Merdeka.Seiring berjalannya waktu, OPM terus
berupaya untuk mendeklarasikan kemerdekaan Papua dan rencana tersebut telah ditentukan pada
tahun 1971 oleh Nicolaas Jouwe bersama dua komandan OPM yaitu Jacob Hendrik Prai dan Seth
Jafeth Roemkorem. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 1 Juli 1971 yang dilakukan oleh
Roemkorem dan Prai dengan mendeklarasikan Republik Papua Barat.
Pembentukan TPNPB atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat merupakan sayap militer
dari Organisasi Papua Merdeka (OPM). TPNPB didirikan pada tanggal 26 Maret 1973 setelah
dilakukan Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat pada tanggal 1 Juli 1971 di Markas Victoria.
Pembentukan dari TPNPB berdasarkan pada Konstitusi Semetara Republik Papua Barat yang telah
ditetapkan pada tahun 1971 Bab V di bagian Pertahanan dan Keamanan. Sedangkan Panglima
Tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat dijabat oleh Jendral Goliath Tabuni sejak tahun
2012.

Bentuk Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka


Sejak dirikan OPM melakukan banyak aksi dengan melakukan berbagai macam teror. Salah
satunya yang terjadi pada tahun 1978 dengan mengirim surat ancaman kepada perusahan
pertambangan Freeport Indonesia untuk melakukan kerja sama pemberontakan. Tentu saja
rencana tersebut ditolak oleh Freeport sehingga OPM mulai melancarkan aksinya terhadap
Freeport dengan cara memotong jalus pipa slurry dan bahan bakar, pembakaran gudang hingga
meledakan beberapa fasilitas perusahaan. Akibat kejadian tersebut Freeport mengalami kerugian
hingga mencapai $123.871,23.
Di tahun 1986, Dewan Revolusi OPM atau OPMRC berusaha meraih kemerdekaan dengan jalur
kampanye diplomasi internasional. Mereka bertujuan mendapatkan pengakuan secara internasional
dalam upaya kemerdekaan Papua Barat di dalam forum – forum internasional seperti PBB, Forum
Pasifik Selatan, Gerakan Non-Blok hingga ASEAN.Pada tahun 1996, OPM berhasil menyandra
sejumlah orang Eropa dan Indonesia. Mereka terbagi menjadi grup peneliti dan yang lain berasal
dari kamp hutan. Namun dua sandra dari grup peneliti berhasil dibunuh sedangkan sisanya
dibebaskan.Di Bulan Juli 1998, bendera Bintang Kejora berhasil dikibarkan oleh OPM di atas
menara air di Kota Biak di Pulau Biak. OPM berhasil menguasai tempat tersebut selama beberapa
hari hingga akhirnya militer Indonesia berhasil membubarkannya. Salah satu tokoh OPM, Filep
Karma berhasil ditangkap.
Pada tanggal 8 April 2012, OPM berhasil menyerang sebuah pesawat milik Trigana Air setelah
melakukan pendaratan di Bandara Mulia, Puncak Jaya, Papua. Ada sekitar 5 militan bersenjata
OPM melepaskan tembakan ke arah pesawat secara tiba – tiba hingga pesawan kehilangan kendali
dan menabrak sebuah bangunan. Seorang jurnalis Papua Pos bernama Leiron Kogoya tewas
setelah tertembak di bagian leher. Pilot Beby Astek dan Kopilot Willy Resubun terluka oleh pecahan
peluru, seorang ibu rumah tangga terluka di lengan kanan bersama anaknya berusia 4 tahun yang
terluka di lengan kiri.

Tokoh-tokoh organisasi papua merdeka:


1.Goliath Tabuni adalah panglima tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat. Goliath
Tabuni bermarkas di Tingginambut Puncak jaya Papua.
2.Nicolaas Jouwe (lahir di Jayapura, Papua, 24 November 1923 – meninggal di Jakarta, 16
September 2017 pada umur 93 tahun) adalah mantan tokoh OPM.
3.Kelly Kwalik (lahir di Agimuga, Mimika, Papua, Nugini Belanda, 1955 - meninggal di Timika,
Papua, Indonesia, 16 Desember 2009) adalah seorang pemimpin separatis senior dan komandan
dari sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM)
4.Mako Tabuni (lahir di Wamena, Jayawijaya, Papua - meninggal di Jayapura, Papua, Indonesia,
14 Juni 2012) adalah aktivis Papua dan wakil ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB), sebuah
ormas yang berkampanye untuk kemerdekaan wilayah Papua Barat.
5.Seth Rumkorem, lengkapnya Seth Jafeth Rumkorem (meninggal 12 Oktober 2010) adalah
seorang mantan militer, politikus, aktivis atau pejuang Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Akhir dari gerakan OPM


Bagi OPM dan simpatisannya, perjuangan Papua Merdeka adalah Harga Mati. Sementara bagi
pemerintah dan kaum nasionalis, mempertahankan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia
juga adalah Harga Mati. Kedua ideologi ini telah mengkristal dalam hati dan pikiran kedua bela
pihak. Fanatisme kedua ideologi telah memakan banyak korban jiwa.
Ada sembilan aktor yang mesti dilibatkan dalam dialog. Kesembilan aktor yang dimaksudkan
adalah TNI, Polri, OPM (ULMWP, TPNPB, KNPB termasuk beberapa organisasi dan simpatisan),
Orang Papua yang ada di Papua, Paguyuban di Papua, Orang Papua yang berada di luar negeri,
Investor, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Pusat.

Penanggulangan dan cara mengatasi Disintegrasi Operasi Papua Merdeka


Penanggulangan yang dilakukan pemerintah Indonesia dari dulu hingga sekarang cenderung
bersifat kekerasan. Tentu bisa saja hal itu bisa membuat rakyat Papua yang pro-Indonesia
membelot menjadi pro-Papua karena tidak senang dengan perlakuan Indonesia terhadap
bangsanya. Hal itu tentu lebih merugikan Indonesia.Sebenarnya tanpa melakukan kekerasan,
pemerintah Indonesia bisa menanggulangi dengan menempuh jalan damai. Sudah tentu
pemerintah harus mensejahterakan rakyat Papua lebih dahulu terlebih kepada pendidikannya.
Pemerataan pendidikan harus merata bukan terpusat hanya di Jawa saja.Hukum di Papua juga
harus disamakan dengan hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila demi menjaga persatuan
(integrasi). Hukum harus tegas dan keadilan harus dijunjung tinggi agar tidak ada penyalahgunaan
hukum ataupun penindasan. Pemerintah juga harus meningkatkan toleransi antar agama, suku,
dan ras agar tidak terjadi konflik. Rasa nasionalisme rakyat Papua harus ditingkatkan agar mereka
lebih mengenal Indonesia dan mencintai Indonesia. Upaya integrasi nasional harus dijalankan
semaksimal mungkin dan hal ini juga harus
dilakukan oleh setiap warga negara agar senantiasa rakyat Papua tidak merasa tersubordinasikan
dan merasakan kesetaraan sosial dengan masyarakat Indonesia non-Papua.
Satu hal yang perlu dipahami bersama adalah bahwa dialog bukanlah solusi. Dialog hanyalah
sarana bagi pihak yang bermasalah untuk merumuskan solusi terbaik. Karena itu, semua aktor
mesti duduk bersama, menentukan mediator, menyepakati teknis dialog: tempat, waktu, masalah
yang ingin dibicarakan. Hanya melalui dialog, persoalan Papua akan diselesaikan secara
bermartabat tanpa pertumpahan darah.

Kesimpulan
Penyebab dari terjadinya Gerakan Separatisme dapat disebabkan oleh dua pendekatan, yaitu
pendekatan kultural dan struktural. Pendekatan Kultural meliputi keberagaman etnik, budaya, dan
agama. Beragamnya entik, budaya, dan agama menyebebkan mudahnya timbul gesekan antar
etnik, budaya, dan agama. Gesekan yang terjadi ini kadang menimbulkan hasrat bagi sebagian
kelompok etnis, budaya, dan agama untuk memisahkan diri dan menciptakan daerah kedaulatan
baru demi kepentingan entik, budaya, atau agama itu sendiri. Sedangkan pendekatan struktural
meliputi ekonomi, politik, dan hukum.
Sampai saat ini pembangunan ekonomi masih belum sepenuhnya dilakukan secara merata oleh
pemerintah. Sebagai contohnya saja di daerah-daerah terpencil/pelosok di Indonesia.
Kesejahteraan rakyat tidak merata karena kurangnya pendidikan yang menyebabkan masyarakat di
daerah tidak mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga jumlah angka pengangguran semakin
bertambah, bahkan kemiskinan pun belum bisa di atasi oleh pemerintah sampai saat ini.
Ketimpangan pendidikan yang menyebabkan timpangnya pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat juga dapat menimbulkan hasrat untuk menciptakan suatu Gerakan
Separatisme di kalangan masyarakat.

Nama kelompok :
-Razy Rizki Azzkia
-Muhammad Dzikrinal Hakim
-Septian Noval

Anda mungkin juga menyukai