Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Literature Review Dan Telah Jurnal Mengenai Cara Mengatasi Masalah


Sistem Pernafasan : Faringitis

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Pernapasan,


Kardiovaskuler, dan Hematologi

Dosen Pengampu:

Vivop Marti Lengga, S.Kep., Ners, M.Kep

Disusun Oleh :

Nabila Rizqian 221FK03018 Aulia Padilaul M 221FK03022

Putri Sania Pitaria 221FK03019 Nabilah Dwi Partiwi 221FK03023

Intan Wulan Naulia 221FK03020 Indri Martina 221FK03024

Ariiqarafiid 221FK03021 Zalfa Kamila R 221FK03025

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS FAKULTAS


KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

FEBRUARI, 2024
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kita panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan ridha Allah SWT.
Karena tanpa rahmat dan ridhonya, kita tidak bisa menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan selesai dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Vivop Marti Lengga, S.Kep., Ners,
M.Kep. Selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Pernapasan,
Kardiovaskuler, dan Hematologiyang membimbing kami dalam mengerjakan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman kami
yang selalu setia membantu dalam hal pengumpulan data- data dalam pembuatan
makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Trend dan Issue dalam
Mengatasi Masalah Sistem Pernafasan : Faringitis

Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari teman-teman dan Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Dewasa Sistem Pernapasan, Kardiovaskuler, dan Hematologi, Ibu Vivop
Marti Lengga, S.Kep., Ners, M.Kep.

Akhir kata kami berharap semoga isi dari makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi siapa saja yang membacanya terutama teman-teman Fakultas Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana.

Bandung, Februari 2024

Kelompok B (1)

i
DAFTAR ISI
BAB I ..................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..............................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................................................2

BAB II .................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN .................................................................................................................................3

2.1 Definisi Faringitis .....................................................................................................................3

2.2 Tanda dan Gejala Faringitis ......................................................................................................3

2.3 Penatalaksanaan Faringitis........................................................................................................3

2.4 Komplikasi Faringitis ...............................................................................................................4

2.5 Pemeriksaan Penunjang Faringitis............................................................................................5

2.6 Patogenesis Faringitis ...............................................................................................................5

BAB III................................................................................................................................................6

ANALISIS JURNAL ..........................................................................................................................6

3.1 Analisis Jurnal ...........................................................................................................................6

BAB IV ...............................................................................................................................................9

PENUTUP ...........................................................................................................................................9

4.1 Kesimpulan ...............................................................................................................................9

4.2 Saran..........................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Faringitis, atau sakit tenggorokan, sering kali disebabkan oleh infeksi. Virus
pernapasan umum merupakan penyebab sebagian besar kasus (lihat Faringitis Virus ),
dan biasanya penyakit ini dapat disembuhkan dengan sendirinya. Bakteri juga
merupakan agen etiologi yang penting, dan bila diidentifikasi dengan benar, dapat
diobati dengan antibakteri, sehingga mengurangi gejala lokal dan mencegah gejala sisa
yang serius.

Bakteri penyebab faringitis yang paling umum dan penting adalah Streptococcus
pyogenes (Streptococcus grup A [GAS]). Jika dicurigai, faringitis bakterial harus
dipastikan dengan tes diagnostik rutin dan diobati dengan berbagai antibiotik.

Penyekaan tenggorokan dan pengujian faringitis GAS melalui tes deteksi antigen cepat
(RADT) dan/atau kultur harus dilakukan, karena gambaran klinis saja tidak dapat
membedakan faringitis GAS dari faringitis virus.

Pengecualiannya adalah ketika pasien menunjukkan gejala klinis infeksi virus yang
jelas termasuk rinorea, batuk, sariawan, dan/atau suara serak, yang mana hasil tes
positif mungkin mencerminkan kondisi pembawa virus. Jika tidak diobati, faringitis S
pyogenes dapat menyebabkan komplikasi lokal dan jauh. Pada tingkat lebih rendah,
bakteri selain S pyogenesdiketahui menyebabkan faringitis, dan hal ini dibahas
dalam Penyebabnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Faringitis ?

2. Apa saja tanda dan gejala Faringitis ?

3. Bagaimana penatalaksanaan Faringitis ?

4. Apa komplikasi yang terjadi pada Faringitis ?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada Faringitis ?

6. Bagaimana patogenesis pada Faringitis ?

7. Bagaimana analisis jurnal terkait Faringitis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Faringitis

2. Untuk mengetahui tanda dan gejala Faringitis

3. Untuk mengetahui penatalaksanaan Faringitis

4. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada Faringitis

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Faringitis

6. Untuk mengetahui patogenesis pada Faringitis

7. Untuk mengetahui Jurnal terkait Faringitis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Faringitis


Farigitis adalah sebuah penyakit yang menyerang tenggorokan atau faring. Kadang
kala juga disebut juga sebagai radang tenggorokan. Radang ini bisa disebabkan oleh
virus atau kuman, disebabkan daya tahan lemah. Pengobatan dengan anti biotika
hanya efektif apabila karena terken kuman. Kadangkala makan makanan yang sehat
dengan buah buahan yang banyak, disertai dengan vitamin juga bisa bantu menolong.

2.2 Tanda dan Gejala Faringitis


Gejala radang tenggorokan seringkali merupakan pertanda penyakit flu atau pilek.
Jika sakit dibagian tenggorokan, batuk, susah bernafas, dan kadang disertai demam,
pastilah kita menyebutnya radang tenggorokan. Padahal, dengan keluhan tersebut, ada
3 bagian atau organ sekitar tenggorokan yang harus diwaspadai:

1. Tenggorokan (faring)
2. Adenoid yang berada dibelakang hidung
3. Sepasang amandel di kiri dan kanan tenggorokan (tonsil palatina)

Ada tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa sakit
dibagian tersebut, susah menelan, susah bernafas, batuk, dan demam.

2.3 Penatalaksanaan Faringitis


Pada pasien faringitis, antibiotik harus diberikan bila pasien sudah dipastikan
terinfeksi oleh bakteri. Pasien dengan infeksi streptococcus group A harus mendapat
terapi antibiotik yang tepat untuk mengeradikasi organisme penyebabnya. Terdapat
beberapa regimen terapi pada pasien faringitis akibat Regimen terapi pada infeksi
bakteri streptococcus group A. Antibiotik umumnya diberikan selama 10 hari.
Penicillin atau amoxicillin direkomendasikan sebagai drugs of choice untuk pasien
yang tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat ini. Pemilihan ini didasari oleh harga,
spektrum yang sempit, dan efektivitasnya. Pada pasien yang memiliki riwayat alergi
3
penicillin, dapat diberikan generasi pertama cephalosporin (erythromycin) selama 10
hari, clindamycin atau clarithromycin selama 10 hari, atau azithromycin selama 5 hari.
Perlu dipahami bahwa infeksi kronis juga dapat terjadi, walaupun pasien sudah
mendapatkan terapi yang adekuat.

2.4 Komplikasi Faringitis


Komplikasi dari faringitis, seperti demam reumatik. Beberapa komplikasi faringitis
akut yang dapata terjadi ialah demam scarlet, yang ditandai dengan demam dan bitnik
kemerahan, demam reumatik, yang dapat menyebabkan inflmasi sendi, atau
kerusakan pada katup jantung, glomerulonephritis yakni komplikasi berupa respon
inflamasi terhadap protein spesifik. Kompleks antigen-antibody yang terbentuk dan
berakumulasi pada glomelurus ginjal serta abses peritonsillar biasanya disertai nyeri
faringeal, disfagia, demam dan dehidrasi.

4
2.5 Pemeriksaan Penunjang Faringitis
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil eodem serta eritem, faring hiperemi, nyeri
tekan sendi dan lutut, murmur diastolik, dan leukositosis. Pada pemeriksaan rontgen
thorax didapatkan kardiomegali, immunoserologi Anti Streptolisin O dengan hasil 400
IU/ml dan pada pemeriksaan ekokardiografi terdapat dilatasi ventrikel kiri, regurgitasi
aorta sedang dan mitral regurgitasi ringan.

2.6 Patogenesis Faringitis


Nasofaring dan orofaring adalah tempat untuk organisme ini kontak langsung
dengan mukosa nasofaring atau orofaring yang terinfeksi atau dengan benda yang
berkota minasi seperti sikat gigi merupakan cara penularan yang kurang berperan,
demekian juga penularan melalui makanan penyebaran streptokokus beta hemolitikus
grup a (SBHGA) memerlukan pejamu yang rentan dan di fasislitasi dengan kontak
yang erat infeksi jarang terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun, mungkin karena
kurang kuatnya SBHGA melekat pada sel-sel epiel. Infeksi pada toddler paling sering
melibatkan nasofaring atau kulit ( infertigo). Remaja biasanya telah mengalami
kontak dengan organisme beberapa kali sehingga terbentuk kekebalan, oleh karena itu
infeksi SBHGA lebih jarang pada kelompok ini. Bakteri maupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring yang kemudian menyebabkan respon peradangan
local.

5
BAB III

ANALISIS JURNAL

3.1 Analisis Jurnal


1. Penelitian ke -1

Judul : Upaya Penanganan Gangguan Nyeri Akut Pada An. C Dengan


Faringitis

Populasi : Penelitian pada an.c dengan umur 9tahun dengan diagnosa faringitis di
desa Njeron.

Intervensi : penelitian ini menggunakan teknik non farmakologi untuk


mengurangi gangguan nyeri akut, melaporkan bahwa gangguan nyeri akut berkurang,
mampu mengenali gangguan nyeri akut yaitu sekala, intensitas, frekuensi dan
tanda-tandanya. Dan untuk rencanakeperawatannya adalah melakukan pengkajian
nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan factor prespitasi, ajarkan tentang teknik non farmakalogi yaitu napas dalam dan
kompres dingin, tingkatkan istirahat, dan monitoring vital sign.

Comperation : Penanganan kasus pada pasien faringitis dengan gangguan utama


yaitu gangguan nyeri akut akibat terjadinya kerusakan jaringan pada tenggorokan
memerlukan penanganan segera agar gangguan nyeri akut dapat berkurang ataupun
hilang agar aktivitas tidak terganggu oleh gangguan nyeri akut. Salah satu tindkan
yang dilakukan adalah melakukan kompres dingin, selain melakukan kompres dingin
juga diberikan edukasi tentang penyakit faringitis dan pemberian perasan air jeruk dan
madu agar keluarga paham dan dapat menerapkan secara mandiri.

Outcome : Berdasarkan data dari Universitas Toronto, Kanada menunjukkan


prevalensi faringitis streptokokus sebesar 13,8% dengan angka tertinggi pada
6
kelompok umur 3-14 tahun (36,2%) dan 10,7% pada kelompok umur 15-44 tahun,
serta hanya 1,3% pada kelompok umur >45 tahun. Data kunjungan penderita di
poliklinik THT-KL RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2011
menunjukkan sebanyak 726 kunjungan penderita faringitis akut dari total 7256
kunjungan (±10%)(Sari dkk, 2014).

Time : penelitian ini dilakukan 14 februari 2017-16 februari 2017

2. Penelitian ke -2

Judul : Perbandingan Daya Hambat Madu Alami Dengan Madu Kemasan


Secara In Vitro Terhadap Streptococcus Beta Hemoliticus Group A Sebagai Penyebab
Faringitis

Populasi : menginfeksi 5-15% pasien dewasa dan 20-30% pasien anak.

Intervensi : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan daya hambat


madu alami dengan madu kemasan secara in vitro terhadap Streptococcus beta
hemoliticus Group A. sebagai penyebab faringitis. Jenis penelitian ini adalah
eksperimental dengan rancangan posttest only control group design yang
dilaksanakan dari September sampai Desember 2013 di laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Outcome : Berdasarkan data dari Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) tahun 2005,
angka konsumsi madu pada masyarakat Indonesia antara 7.000-15.000 ton pertahun.

7
Keadaan ini tidak diimbangi oleh produksi madu di Indonesia yaitu sekitar
4.000-5.000 ton pertahun, sehingga madu kemasan diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap madu. Hal ini mengakibatkan madu alami yang
beredar di pasaran lebih sedikit dibandingkan madu kemasan yaitu sekitar 10%. 7

Comparation : Pada penelitian Elsi Wineri1 , Roslaili Rasyid2 , Yustini Alioes3


2013.dapat diambil kesimpulan bahwa Madu alami memiliki efek antibakteri terhadap
bakteri Streptococcus beta hemoliticus Group Asebagai penyebab faringitis. Madu
kemasan memiliki efek antibakteri terhadap bakteriStreptococcus beta hemoliticus
Group Asebagai penyebab faringitis. Madu alami memiliki efek antibakteri yang lebih
kuat terhadap bakteri Streptococcus beta hemoliticus Group A dibandingkan dengan
madu kemasan.

Time : Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas Padang pada bulan September sampai Desember
2013.

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada penelitian Elsi Wineri1 , Roslaili Rasyid2 , Yustini Alioes3 2013.dapat
diambil kesimpulan bahwa Madu alami memiliki efek antibakteri terhadap bakteri
Streptococcus beta hemoliticus Group Asebagai penyebab faringitis. Madu kemasan
memiliki efek antibakteri terhadap bakteriStreptococcus beta hemoliticus Group
Asebagai penyebab faringitis. Madu alami memiliki efek antibakteri yang lebih kuat
terhadap bakteri Streptococcus beta hemoliticus Group A dibandingkan dengan madu
kemasan.

4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat memperoleh ilmu yang
lebih tentang Trend dan Issue dalam Mengatasi Masalah Sistem Pernafasan :
Faringitis

9
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Pauji Safri, and Muhammad Iqbal Batubara. "Penerapan Metode Dempster
Shafer Dalam Mendiagnosa Penyakit Faringitis." J. Media Inform. Budidarma
3.1 (2019): 59.

Jayanti, Ni Putu Satya Deva, et al. "DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA


FARINGITIS STREPTOCOCCUS GROUP A." WICAKSANA: Jurnal
Lingkungan dan Pembangunan 6.2 (2022): 88-95.

Adelia, N. G., Kep, M., Zul’irfan, N. M., Kep, M., Roni, N. Y., Kep, M., ... & Kep, M.
(2023). Patofisiologi Sistem Pernapasan. CV Pena Persada.

Ni’mah, Alfina Ulin, and Mohamad Ananto Cahyoajibroto. "LAKI-LAKI USIA 16


TAHUN DENGAN DEMAM REMATIK: LAPORAN KASUS." (2020).

Wineri, Elsi, Roslaili Rasyid, and Yustini Alioes. "Perbandingan daya hambat madu
alami dengan madu kemasan secara in vitro terhadap Streptococcus beta
hemoliticus Group A sebagai penyebab faringitis." Jurnal Kesehatan Andalas 3.3
(2014).

10

Anda mungkin juga menyukai