Modul 2
Modul 2
KELOMPOK PENYELENGGARA
PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)
Modul Tata Kerja, Kode Etik dan Kode Perilaku
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
Penulis:
M. Khuwailid
Yenli Elmanoferi
Sekarlinasti
Ratna Yuniarti
Andi Tenri Sompa
Editor:
Wahyu Yudi Wijayanti
Rochani
Theodorus Kossay
Rusman Sudarsono
Abdullah Sapi’i
Andika Pranata Jaya
Mey Nurlela
Muhammad Tarmizi
I Gede John Darmawan
Penerbit:
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
– Jakarta, Januari 2024 Ukuran Buku :
ISBN :
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit.
PEMBINA
Ketua KPU
Hasyim Asy’ari
Anggota KPU
Parsadaan Harahap
Yulianto Sudrajat
Betty Epsilon Idroos
Mochammad Afifuddin
Idham Holik
August Mellaz
PENGARAH
Bernad Dermawan Sutrisno
PENANGGUNG JAWAB
Wahyu Yudi Wijayanti
TIM PENYUSUN
M. Khuwailid
Yenli Elmanoferi
Sekarlinasti
Ratna Yuniarti
Andi Tenri Sompa
TIM EDITOR
Rochani
Theodorus Kossay
Rusman Sudarsono
Abdullah Sapi’i
Andika Pranata Jaya
Mey Nurlela
Muhammad Tarmizi
I Gede John Darmawan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan modul ini. Modul ini disusun sebagai
bahan pelatihan bagi Fasilitator di lingkungan Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan
Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan,
Panitia Pemungutan Suara, serta Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dalam
mengikuti Pelatihan Modul Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, sehingga baik
Fasilitator maupun Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan mempunyai
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terstandar dalam menjalankan
tugasnya.
Kami menyadari betapa pentingnya kompetensi Fasilitator dalam menjalankan
tugasnya untuk berbagi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara berjenjang pada
pelatihan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara ini. Melalui modul ini, diharapkan
para fasilitator KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan,
Panitia Pemungutan Suara, bahkan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dapat
memahami substansi Tata Kerja, dan Kode Etik serta Kode Perilaku KPPS dengan baik,
sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemilu secara mandiri,
transparan, dan profesional.
Modul ini mencakup Tata Kerja, Kode Etik dan Kode Perilaku Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara sehingga akan sangat relevan dengan pemahaman yang
harus dimiliki oleh setiap fasilitator di setiap tingkatan, serta khususnya KPPS. Kami
berharap modul ini dapat menjadi acuan yang berguna dan dapat membantu para fasilitator
pada umumnya serta KPPS pada khususnya untuk penyelenggara pemilihan umum dalam
melaksanakan tugasnya secara efektif.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa bahkan dari segi materinya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami mengharapkan segala saran dan kritik agar dapat
memberikan masukan terhadap modul ini. Akhir kata, kami berharap semoga modul ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi dalam proses pelatihan bagi Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara.
i
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat dan dapat
meningkatkan kompetensi para fasilitator dan penyelenggara Pemilu di lingkungan Komisi
Pemilihan Umum.
Akhir kata, kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh pimpinan komisi pemilihan Umum, yang telah memberikan kesempatan
kepada tim penulis untuk mencurahkan pengetahuan dalam bentuk karya pelatihan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara melalui modul Tata Kerja, Kode Etik dan Kode Perilaku
KPPS.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. DESKRIPSI SINGKAT
1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Materi pokok dan sub materi pokok pada modul pelatihan ini, sebagai berikut:
2
BAB II
TATA KERJA KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA
A. IDENTITAS
B. DESKRIPSI SINGKAT
Pokok bahasan ini memberikan pemahaman kepada peserta mengenai Tata Kerja
KPPS termasuk di dalamnya kedudukan, susunan, tugas wewenang dan kewajiban,
hubungan kerja, evaluasi kinerja, pemberhentian, dan pengambilalihan KPPS pada
pelaksanaan Pemilihan Umum.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
3
E. PENDAHULUAN
F. KEDUDUKAN
Dalam hal terjadi pemungutan dan/atau penghitungan suara ulang, Pemilu susulan
atau Pemilu lanjutan, masa kerja KPPS diperpanjang dan KPPS dibubarkan paling lambat
2 (dua) bulan setelah pemungutan dan/atau penghitungan suara ulang, Pemilu susulan atau
Pemilu lanjutan. Apabila terjadi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden putaran kedua, masa kerja KPPS diperpanjang, dan KPPS dibubarkan
paling lambat 1 (satu) bulan setelah pemungutan suara putaran kedua.
4
G. SUSUNAN
1. Anggota KPPS berjumlah 7 (tujuh) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua
merangkap anggota dan 6 (enam) orang anggota.
2. Ketua KPPS dipilih dari dan oleh anggota KPPS.
5
3. Menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah penghitungan suara dan
setelah kotak suara disegel;
4. Menyerahkan hasil penghitungan suara kepada PPS dan Panwaslu Kelurahan/Desa;
5. Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara kepada PPK melalui PPS pada hari yang sama;
6. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, dan PPS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tugas, wewenang, dan kewajiban Ketua KPPS dalam rapat pemungutan suara di
TPS meliputi:
1. Memimpin kegiatan KPPS;
2. Memimpin pelaksanaan kegiatan pemungutan suara;
3. Membuka rapat pemungutan suara tepat waktu;
4. Memandu pengucapan sumpah/janji para anggota KPPS dan saksi yang hadir;
5. Menandatangani berita acara bersama-sama paling sedikit 2 (dua) orang anggota
KPPS;
6. Menandatangani tiap lembar surat suara;
7. Memberikan penjelasan terkait dengan ketersediaan dan tata cara penggunaan alat
bantu tunanetra (template); dan
6
8. Mengakhiri kegiatan pemungutan suara tepat waktu.
Tugas, wewenang, dan kewajiban Ketua KPPS dalam rapat penghitungan suara di
TPS meliputi:
1. Memimpin pelaksanaan penghitungan suara;
2. Menandatangani berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara bersama-sama
paling sedikit 2 (dua) orang anggota KPPS, dan dapat ditandatangani oleh saksi yang
memiliki surat mandat dari peserta Pemilu atau Pemilihan;
3. Memberikan 1 (satu) rangkap salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan
suara kepada saksi peserta Pemilu atau Pemilihan, Panwaslu Kelurahan/Desa dan PPK
melalui PPS;
4. Menyerahkan hasil penghitungan suara kepada PPS dan Panwaslu Kelurahan/Desa;
dan
5. Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara, sertifikat hasil penghitungan
suara dan alat kelengkapan pemungutan suara kepada PPK melalui PPS pada hari yang
sama, dengan mendapat pengawalan dari Petugas Ketertiban TPS.
I. HUBUNGAN KERJA
J. EVALUASI KINERJA
7
pertimbangan bagi KPU Kabupaten/Kota dalam melakukan pengangkatan kembali KPPS.
Komponen evaluasi kinerja KPPS digunakan untuk pelaksanaan tahapan Pemilu,
kesesuaian penggunaan anggaran; dan koordinasi pada tiap tingkatan.
Berdasarkan Keputusan KPU Nomor 534 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 476 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum, Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota, KPPS
wajib melaporkan pelaksanaan tahapan Pemilu atau Pemilihan dan kinerja kepada PPS
paling sedikit 1 (satu) kali dalam masa kerjanya. Pada akhir masa jabatan KPPS, dilakukan
penilaian kinerja dengan mempertimbangkan aspek:
1. Pelaksanaan tahapan Pemilu atau Pemilihan pada tingkatan KPPS;
2. Penegakan kode etik, kode perilaku, sumpah/janji, dan pakta integritas penyelenggara
Pemilu; dan
3. Hasil laporan.
Penilaian dilakukan dengan metode 180 derajat pada akhir masa jabatan yang
melibatkan PPS dan KPPS sesuai dengan wilayah kerja KPPS. Penghitungan nilai evaluasi
KPPS menjadi tanggung jawab PPS. PPS melaporkan hasil penilaian evaluasi KPPS
kepada KPU Kabupaten/Kota melalui PPK.
K. PEMBERHENTIAN
Anggota KPPS diberhentikan oleh PPS atas nama Ketua KPU Kabupaten/Kota,
karena:
1. Meninggal dunia;
2. Berhalangan tetap, meliputi keadaan tidak diketahui keberadaannya, dan tidak mampu
melaksanakan tugas secara permanen; atau
3. Mengundurkan diri dengan alasan yang dapat diterima.
Anggota KPPS diberhentikan dengan tidak hormat oleh KPU Kabupaten/Kota,
apabila:
1. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota KPPS;
2. Melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau kode etik;
3. Tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban tanpa alasan yang sah;
8
4. Dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana Pemilu dan/atau tindak pidana lainnya;
atau
5. Melakukan perbuatan yang terbukti menghambat KPU kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan
KPPS dalam mengambil keputusan dan penetapan sebagaimana ketentuan peraturan
perundang-undangan.
L. PENGAMBILALIHAN TUGAS
Berdasarkan ketentuan Pasal 78 ayat (3) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor
8 Tahun 2022 tentang Pembentukan dan Tata Kerja badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan
Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan
Walikota dan Wakil Walikota, apabila terjadi hal-hal yang mengakibatkan KPPS tidak
dapat menjalankan tugasnya, tahapan penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan oleh PPS.
9
BAB III
KODE ETIK DAN KODE PERILAKU
KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA
A. IDENTITAS
B. DESKRIPSI SINGKAT
Pokok bahasan ini memberikan pemahaman kepada peserta mengenai Kode Etik
Penyelenggara Pemilu dan Kode Perilaku Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
E. PENDAHULUAN
Selain daripada itu, dalam melaksanakan tugas wewenang dan tanggung jawab,
10
Penyelenggara pemilu selain harus patuh dan taat asas Penyelenggara Pemilu juga harus
mematuhi Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Kode etik penyelenggara pemilu wajib
dipatuhi oleh seluruh anggota KPU pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Kewajiban
serupa berlaku untuk para panitia Ad Hoc dari tingkat kecamatan hingga tempat
pemungutan suara (PPK, PPS, KPPS, PPLN, KPPSLN). Untuk menindak apabila ada
pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu yang dilakukan oleh penyelenggara ad hoc,
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu sudah mengeluarkan Peraturan Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017
tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilihan Umum yang bertujuan
untuk menjaga integritas, kehormatan, kemandirian,dan kredibilitas anggota KPU, KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, KPPSLN serta anggota
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS.
Untuk menjaga integritas dan profesionalitas, KPPS wajib berpedoman pada kode
perilaku, sebagaimana Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi
11
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan KPU
Nomor 12 Tahun 2023.
Kode Perilaku bagi KPPS sebagaimana dimaksud, meliputi:
1. Netral atau tidak memihak salah satu Peserta Pemilu dan/atau tim kampanye;
2. Menghindari intervensi dari pihak lain dalam pengambilan keputusan sebagai
Penyelenggara Pemilu;
3. Tidak memakai, membawa, atau mengenakan simbol, lambang atau atribut yang secara
jelas menunjukkan keberpihakan kepada Peserta Pemilu;
4. Tidak memberitahukan dan menanyakan pilihan politiknya kepada orang lain;
5. Menyampaikan informasi yang benar kepada publik sesuai dengan data dan/atau fakta;
6. Melayani pemilih dalam memenuhi hak konstitusionalnya;
7. Memperlakukan dan memberi kesempatan yang sama setiap Peserta Pemilu;
8. Menaati aturan dan prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
9. Tidak memberikan tafsiran pribadi terhadap suatu aturan yang sudah ditetapkan;
10. Memberikan akses dan pelayanan kepada Pemilih, Peserta Pemilu, dan para pemangku
kepentingan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
11. Memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan
informasi Pemilu;
12. Menjamin kualitas pelayanan kepada pemilih, Peserta Pemilu dan para pemangku
kepentingan sesuai dengan standar profesional administrasi Penyelenggaraan Pemilu;
13. Bertindak berdasarkan standar operasional prosedur dan substansi profesi administrasi
Pemilu dan Pemilihan;
14. Berani menghadapi dan menerima konsekuensi keputusan;
15. Menciptakan kondisi yang kondusif dalam Penyelenggaraan Pemilu;
16. Menyampaikan informasi terkait kepemiluan kepada penyandang disabilitas,
minoritas, dan kelompok marginal;
17. Memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas, minoritas, dan kelompok
marginal untuk menggunakan hak pilihnya; dan
18. Memberikan kesempatan yang sama kepada penyandang disabilitas, minoritas dan
kelompok marginal untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pemilu.
12
BAB V
PENUTUP
Badan Adhoc merupakan perwakilan KPU di tingkat paling bawah penyelenggara
Pemilu/Pemilihan. Panitia Pemilihan Kecamatan merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu di tingkat Kecamatan atau nama lain. Panitia
Pemungutan Suara merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan Pemilu di tingkat kelurahan/desa atau nama lain. Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara merupakan kelompok yang dibentuk oleh Panitia Pemungutan Suara
untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara. Kemampuan dan
kondisi anggota Badan Adhoc sangat beragam. Kondisi ini mengakibatkan adanya perbedaan
kualitas dari tiap wilayah kerja dengan begitu perlu adanya penyampaian informasi dan
pengetahuan teknis yang detail pada kegiatan Peningkatan Kapasitasnya. Modul pelatihan
KPPS pada setiap tahapan, akan didapat Badan Adhoc yang berkompeten sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Agar penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan serentak dapat memenuhi asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, sumber daya manusia yang terlibat sebagai
penyelenggara Pemilu dan Pemilihan haruslah merupakan sumber daya manusia
professional, berkompeten, berdedikasi tinggi, dan berintegritas harus diberikan pelatihan
yang terstandarisasi. Pemberian materi tentang Tata Kerja, Hubungan Kelembagaan, dan
Kode Etik Penyelenggara Pemilu yang komprehensif, jelas, dan padat dapat menjadi jawaban
untuk terwujudnya sukses Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2024.
Modul ini menjelaskan tentang Tata Kerja KPPS meliputi kedudukan, susunan, tugas
wewenang dan kewajiban, hubungan kerja, evaluasi kinerja, pemberhentian, penggantian,
dan pengambilalihan, juga memberikan pemahaman kepada peserta tentang Kode Etik dan
Kode Perilaku KPPS yang meliputi asas dan kode etik, kode perilaku, sumpah/janji, pakta
integritas dan mekanisme penanganan pelanggarannya, serta pedoman perilaku dan pada
pelaksanaan Pemilihan Umum. Dengan disusunnya modul pelatihan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara ini diharapkan terwujud penyelenggara pemilu dalam hal
ini Kelompok Penyelenggara Pemilu yang berkompeten, akuntabel, dan transparan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata kerja Komisi Pemilihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata kerja Komisi Pemilihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 21 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Tata kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Tata kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 472 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 534 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 476 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
14
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum, Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2023 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Tata kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1669 Tahun 2023 tentang Perubahan ketiga atas
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 476 Tahun 2022 tentang Pedoman Teknis
Pembentukan Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Dan Walikota dan Wakil Walikota.
15