159-Article Text-457-1-10-20230704
159-Article Text-457-1-10-20230704
Jurnal Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, 5 (2) 83-95, Juli 2023 E-ISSN: 0000-0000
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan menunjukkan bahwa saksi nikah tidak hanya berfungsi sebagai syarat dan
rukun atau pengumuman dalam konteks pernikahan di era modernis (digitalisasi) saat ini, tetapi
juga memerlukan rumusan hukum yang terperinci dan operasional, melalui pemahaman kombinasi
tematik dan holistik. Metode dan pendekatan dalam tulisan ini menggunakan penelitian mix metode
dengan pendekatan teologis normatif, sosio-historis dan yuridis empiris. Teknik pengumpulan data
yakni berpijak pada dua prosedur, yaitu inferensi tekstual dan inferensi historis. Selanjutnya data
dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, verifikasi data, dan uji validitas data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: Pertama, saksi nikah bermakna sebagai pengumuman atau pemberitahuan
peristiwa pernikahan kepada halayak umum dengan tujuan menjamin hak hukum kedua pasangan,
bilamana terjadi permasalahan hukum akibat dari perkawinan tersebut dikemudian hari. Kedua,
saksi nikah merupakan bukti hukum telah terjadinya peristiwa pernikahan adalah sarana atau alat
untuk menjaga ketertiban dan terciptanya tujuan hukum pernikahan, sehingga apabila ada
perubahan makna konteks sebagai cara yang lebih efektif dan efesian, maka cara itulah yang
digunakan. Ketiga, bahwa saksi nikah dalam konteks sebagai bagian alat bukti telah terjadinya
pernikahan secara sah, tidak hanya sekedar kehadiran saksi pada saat akad, tetapi juga harus
tercatat.
Kata kunci: Saksi Nikah, Tematik-Holistik, Kontekstualisasi Hukum
ABSTRACT
This paper aims to show that marriage witnesses do not only function as conditions and pillars or
announcements in the context of marriage in the current modernist (digitalization) era, but also
require detailed and operational legal formulations, through a combination of thematic and holistic
understanding. The methods and approaches in this paper use mixed methods research with
normative theological, socio-historical and empirical juridical approaches. The data collection
technique is based on two procedures, namely textual inference and historical inference.
Furthermore, the data were analyzed by data reduction, data presentation, data verification, and data
validity test. The research results show that: FirstThe meaning of a marriage witness is an
announcement or notification of a wedding event to the general public with the aim of guaranteeing
the legal rights of both spouses, if there are legal problems resulting from the marriage in the future.
Second, a marriage witness is legal evidence that a marriage event has occurred is a means or tool
to maintain order and create the goals of marriage law, so that if there is a change in the meaning of
the context as a more effective and efficient, then that method is used. Third, that the marriage
witness in the context of being part of the evidence that a legal marriage has taken place, is not just
the presence of witnesses at the time of the contract, but must also be recorded.
Keywords: Marriage Witness, Thematic-Holistic, Legal Contextualizatio
83
ALMAS{HA<DIR P-ISSN: 2654-9115
Jurnal Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, 5 (2) 83-95, Juli 2023 E-ISSN: 2810-0298
hukum pernikahan Islam dengan kajian itu sungguh-sungguh terjadi.2 Pengertian lain
kombinasi tematik-holistik? Sedangkan sub dari kata shahida adalah bentuk masdar
masalahnya adalah bagaimanakah tinjauan nash shahada menurut Al-Jauhari berarti khabar
saksi nikah dengan kajian kombinasi tematik- (berita) yang pasti. Sedangkan kata shahid
holistik dalam pernikahan Islam di Indonesia? adalah orang yang membawa berita dan
Dan bagaimanakah hukum utama (istimbat pelakunya, karena ia menyaksikan hal-hal yang
hukum) kontekstualisasi saksi nikah dalam tidak disaksikan oleh orang lain.3
pernikahan Islam di Indonesia? Bila dilihat arti saksi berdasarkan
Adapun yang menjadi tujuan kajian dalam fungsinya, Abu Zahra berpendapat, semua
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan ulama fikih disetiap waktu setuju bahwa tujuan
menemukan bahwa saksi nikah tidak hanya akhir dari pentingnya saksi nikah adalah
berfungsi sebagai syarat dan rukun atau sebagai pengumuman (‘ilan) kepada
pengumuman dalam konteks pernikahan di era masyarakat tentang adanya perkawinan,4
modernis digitalisasi saat ini, tetapi perlu juga pendapat ini didasarkan karena terdapat
tercatat sebagai alat bukti hukum yang bersifat beberap jalur hadis yang diriwayatkan oleh
operasional dan terperinci untuk menjamin hak imam Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah.
hukum kedua pasangan bahwa telah terjadi Pandangan ini sejalan dengan Wahba Zuhaily
peristiwa nikah secara sah dan berimplikasi bahwa hikmah disyariatkan persaksian dalam
pada hukum-hukum lain antara kedua belah pernikahan adalah memberi pengertian betapa
pihak. Keguanaan kajiannya secara ilmiah yaitu pentingnya pernikahan tersebut untuk
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di diperlihatkan kepada orang-orang demi
bidang hukum Islam, terutama masalah status menangkis desas-desus negatif yang bisa saja
hukum saksi nikah dalam perspektif hukum menimbulkan prasangka adanya dugaan
keluarga Islam di Indonesia. Sedangkan hubungan seks di luar nikah atas kedua
kegunaan praktis, yaitu dapat menjadi referensi mempelai.5
dan bahan bacaan yang dapat memberikan 2. Nash-Nash Tentang Saksi Nikah
informasi secara tegas dan jelas terkait dengan a. Nash al-Qur’an
status hukum saksi nikah pada era modern dan Dalam al-Qur’an teks-teks nash yang
digitalisasi dalam perspektif hukum pernikahan menjelaskan tentang saksi terdapat dalam Q/S.
Islam dalam bingkai hukum nasional Indonesia. al-Baqarah ayat 282, ayat ini berhubungan
B. KAJIAN PUSTAKA dengan penjelasan seorang mukmin yang
1. Defenisi Saksi Nikah apabila bermuamalah tidak secara tunai dalam
Saksi dalam bahasa arab disebut sha>hida. waktu yang ditentukan, maka hendaklah
Sebagaiman dalam Mu’jam al-Wasith, kata menuliskannya sebagaimana firman-Nya:
sha>hid merupakan bentuk isim Fa’il dari kata
….”
shahida yang berarti “yang melihat sesuatu
secara sempuran dan jelas”.1 Dalam kamus
bahas Indonesia kata saksi berarti orang yang
melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa
(kejadian); atau orang yang dimintai hadir pada
2
suatu peristiwa yang dianggap mengetahui Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kejadian tersebut agar pada suatu ketika, KBBI offline Versi 1.1 2010 dengan mengacu pada data
KBBI Daring (edisi III) diambil dari
apabila diperlukan, dapat memberikan http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ (Database hak cipta
keterangan yang membenarkan bahwa peristiwa Pusat Bahasa).
3
Muhammad bin Ismail al-Amir al-Shan’ani,
Subul al-Salam, Juz. 4 (Bandung: Dahlan, t.t), h. 126.
4
Muhammad Abû Zahrah, Muhâdarât fî ‘Aqdi al-
Ziwâj wa Athâruhu (t.tp: Dâr al-Fikr al-‘Arabîyah, t.t.), h.
1 91.
Ibrahim Anis, Mu’jam al-Wasit}, materi syin-ha-
5
dal (tp, t.t), h. 497. Zuhaily, fiqh Islam, h. 73.
85
ALMAS{HA<DIR P-ISSN: 2654-9115
Jurnal Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, 5 (2) 83-95, Juli 2023 E-ISSN: 2810-0298
86
ALMAS{HA<DIR P-ISSN: 2654-9115
Jurnal Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, 5 (2) 83-95, Juli 2023 E-ISSN: 2810-0298
sekarang menuju situasi dimana nash-nash al- utuh, menyatu dan saling mendukung
Qur’an di turunkan dan sunnah Nabi Saw (sinkron).Adapun maksud dan tujuan metode
dikeluarkan, kemudian kembali lagi ke masa perpaduan tematik-komprehensif-kontekstual
sekarang. Proses inilah yang kemudian dikenal dan holistik adalah:
dengan teori yang dikembangkan Fazlur a. Agar ada sinkronisasi dan koherensi antara
Rahman dengan sebutan gerakan ganda (double (1) hukum (law/ahkam), (2) prinsip hukum
movement), yaitu: Pertama adalah seseorang dan (3) tujuan (objective/purpose/maqasid al-
harus mulai dari kasus konkrit yang ada dalam syari`ah).
nash al-Qur’an dan sunnah Nabi Saw dengan b. Agar ada sinkronisasi antara penemuan
mempertimbangkan kondisi sosial yang ada tematik dengan tujuan syari‘ah (maqâşid al-
saat itu, lalu menuju untuk menemukan prinsip syarî‘ah), khususnya menyangkut kebutuhan
umum yang akan menjadi dasar yang lima, yakni: (l) memelihara
inti/generalisasi/prinsip semua ajaran. Kedua, kemaslahatan agama, (2) memelihara jiwa,
dari prinsip umum ini kembali menuju kasus (3) memelihara akal, (4) memelihara
spesifik saat ini, dengan mempertimbangkan keturunan dan kehormatan, serta (5)
kondisi sosial yang ada dan dihadapi sekarang. memelihara harta benda.
Langkah pertama berarti memahami makna Kajian kombinasi tematik dan holistik secara
nash al-Qur’an dan sunnah Nabi Saw sebagai operasional adalah dengan berusaha
suatu keseluruhan di samping dalam batas-batas mensinkronkan antara:
ajaran-ajaran khusus sebagai respon terhadap a. Kajian/penemuan tematik-komprehensif-
situasi-situasi spesifik. Langkah kedua adalah kontekstual dengan.
mneggeneralisasikan jawaban spesifik al- b. Kajian/penemuan holistik-komprehensif-
Qur’an itu dan mengungkapkannya sebagai kontekstual.
pernyataan yang memiliki tujuan-tujuan moral- C. METODE PENELITIAN
sosial umum yang bisa jadi disaring dari ayat- Penelitian ini menggunakan metode
ayat spesifik, yang disesuaikan dengan latar penelitian kualitatif dengan model kajian
belakang sosial yang ada, yang sering library research, dengan jalan sebagai tools
dinyatakan dengan rationes legis (‘illat al- interpertasi, menganalisis data induksi-
hukm).11 interpretasi dan konseptualisasi. Kemudian
Maksud teori holistik ini adalah bahwa hasil penulis menggunakan teknik pengumpulan data
penemuan dengan kajian tematik-komprehensif- dengan metode dokumentasi, yakni
kontekstual masih perlu disinkronkan dengan mengumpulkan sumber data-data primer berupa
seluruh nash (ajaran) al-Qur’an dalam berbagai bahan-bahan buku, artikel jurnal, dokumen dan
aspek, sehingga penemuan kajian tematik subjek yang ada kaitannya, untuk dijadikan rujukan
disinkronkan dengan seluruh nash (ajaran) al- dalam menguraikan fokus masalah yang
Qur’an, baik nash praktis maupun prinsip, sebagai dibahas. Selain itu, dalam tulisan ini
kajian holistik. Sehingga tujuan penggunaan meniscayakan penulis untuk menggunakan
kajian holistik adalah agar temuan kajian pendekatan historis-yuridis normatif, maksud
tematik sinkron dengan seluruh nash. dari penggunaan pendekatan ini yaitu penulis
Dengan sinkronisasi antara tematik dan mengungkap dan menemukan interpertasi
holistik akan ada sinkron antara penemuan tentang beberapa aturan teori-teori berlakunya
tematik-komprehensif-kontekstual dengan kajian hukum keluarga Islam dalam literature-literatur
holistik - komprehensif - kontekstual. Maka atau bahan bacaan yang menjadi sumber data.
penemuan tersebut menjadi satu kesatuan yang Langkah selanjutnya penulis melakukan
comparative approach terhadap konten yang
dibahas dari bahan-bahan yang dijadikan
11
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, h. 7. rujukan dengan tujuan membandingkannya
Lihat juga: Khoiruddin, Hukum Perdata, h. 199-200 dan
Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer,
untuk kemudian di deskriptif dari induksi-
(Yogyakarta: LKis, 2010), h. 176. interpertasi ke deduksi-interpertasi, sehingga
88
ALMAS{HA<DIR P-ISSN: 2654-9115
Jurnal Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, 5 (2) 83-95, Juli 2023 E-ISSN: 2810-0298
mampu memberikan uraian atas fokus masalah menangkis desas-desus negatif yang bisa saja
dengan penjelasan-penjelasan yang konkrit. menimbulkan prasangka adanya dugaan
D. HASIL DAN PEMBAHASAN hubungan seks di luar nikah atas kedua
1. Pengertian Saksi Nikah mempelai.
Saksi dalam bahasa arab disebut sha>hida. 2. Hadis-Hadis Tentang Saksi Nikah
Sebagaiman dalam Mu’jam al-Wasith, kata Agar terarahnya kajian dalam membahas
sha>hid merupakan bentuk isim Fa’il dari kata tema hadis tentang saksi nikah, ada baiknya
shahida yang berarti “yang melihat sesuatu dalam tulisan ini, juga menggambarkan
secara sempuran dan jelas”.12 Dalam kamus sejumlah teks hadis yang berkaitan dengan
bahas Indonesia kata saksi berarti orang yang perintah Rasulullah saw yang menjadi fokus
melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa pembahasan, sebagian di antara teks hadis
(kejadian); atau orang yang dimintai hadir pada tersebut adalah sebagai berikut:
suatu peristiwa yang dianggap mengetahui ( ﻳﻨﻜﺤﻦ أﻧﻔﺴﻬﻦ ﻐ ﺑ ﻨﺔ1
kejadian tersebut agar pada suatu ketika, ( ﻻ ﻧ ﺎح اﻻ ﺸﻬﻮد ﺸﻮاﻫﺪە2
apabila diperlukan, dapat memberikan ( اﺷﻬﺪوا اﻟﻨ ﺎح واﻋﻠﻨﻮاﻫﺎ3
keterangan yang membenarkan bahwa peristiwa ( ﻻ ﻧ ﺎح إﻻ ﺑﻮ وﺧﺎﻃﺐ وﺷﺎﻫﺪي ﻋﺪل4
itu sungguh-sungguh terjadi.13 Pengertian lain Ditambah dengan athar ‘Umar ibn
dari kata shahida adalah bentuk masdar Khattab:
shahada menurut Al-Jauhari berarti khabar ( ﻗﺎل ﻋﻤﺮ ر ﷲ ﻋﻨﻪ ﻻ ا ﺑﺮﺟﻞ ﺗﺰوج اﻣﺮاة ﺸﻬﺎدة1
(berita) yang pasti. Sedangkan kata shahid رﺟﻞ
adalah orang yang membawa berita dan
pelakunya, karena ia menyaksikan hal-hal yang ( ا ﻋﻤﺮ ﺑﻨ ﺎح ﻟﻢ ﺸﻬﺪ ﻋﻠ ﻪ اﻻ رﺟﻞ واﻣﺮاة ﻓﻘﺎل ﻫﺬا2
tidak disaksikan oleh orang lain.14 ﻧ ﺎح اﻟ وﻻ اﺟ ە وﻟﻮ ﻛﻨﺖ ﻗﺪﻣﺖ ﻓ ﻪ ﻟﺮﺟﻤﺖ
Bila dilihat arti saksi berdasarkan Dari teks-teks hadis ini menarik untuk
fungsinya, Abu Zahra berpendapat, semua dikaji demikian juga penting athar digunakan
ulama fikih disetiap waktu setuju bahwa tujuan untuk menambah khazanah kajian dalam tulisan
akhir dari pentingnya saksi nikah adalah ini, berkaitan dengan saksi nikah haruskah
sebagai pengumuman (‘ilan) kepada menjadi mutlak ada dan hadir saat akad
masyarakat tentang adanya perkawinan,15 dilangsungkan, ataukah yang dimaksud
pendapat ini didasarkan karena terdapat berfungsi sebagai pengumuman sekedar
beberap jalur hadis yang diriwayatkan oleh mengukuhkan bahwa telah terjadi peristiwa
imam Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah. pernikahan, dan juga termasuk adanya
Pandangan ini sejalan dengan Wahba Zuhaily perbedaan pendapat para ulama apakah
bahwa hikmah disyariatkan persaksian dalam keberadaan saksi nikah sebagai rukun atau
pernikahan adalah memberi pengertian betapa hanya syarat pelengkap sahnya pernikahan.
pentingnya pernikahan tersebut untuk Berikut dibawah ini adalah hadis-hadis yang
diperlihatkan kepada orang-orang demi dikumpul dari para perawi hadis dalam
beberapa kitab hadis yang mu’tabar yakni:
a) Saksi atas pernikahannya sendiri
12
Ibrahim Anis, Mu’jam al-Wasit}, materi syin-ha- اﻟ ﻐﺎ ﺎ: ( ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋ ﺎس أن اﻟﻨ ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل1
dal (tp, t.t) 497. ( )رواە اﻟ ﻣﺬي16.اﻟﻼ ﻳﻨﻜﺤﻦ أﻧﻔﺴﻬﻦ ﻐ ﺑ ﻨﺔ
13
Setiawan, Ebta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Artinya: Dari Ibnu Abbas, Bahwasanya nabi
KBBI offline Versi 1.1 2010 dengan mengacu pada data
KBBI Daring (edisi III) diambil dari saw bersabda: para wanita pelacur
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ (Database hak cipta adalah para wanita yang menikahkan
Pusat Bahasa). dirinya sendiri tanpa bukti (saksi).
14
Muhammad bin Ismail al-Amir al-Shan’ani,
Subul al-Salam, Juz. 4 (Bandung: Dahlan, t.t) 126.
15
Muhammad Abû Zahrah, Muhâdarât fî ‘Aqdi al- 16
Abu ‘Isa> Muhammad bin ‘Isa> ibn Saurah,
Ziwâj wa Athâruhu (t.tp: Dâr al-Fikr al-‘Arabîyah, t.t.) Sunanu al-Tirmizi. Juz 2 (Bairut Libna>n: Da>r al-Fikri,
91. 2001), h. 354.
89
ALMAS{HA<DIR P-ISSN: 2654-9115
Jurnal Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, 5 (2) 83-95, Juli 2023 E-ISSN: 2810-0298
Al-Turmuzi menyebutkan, bahwa riwayat saw: ( أﻋﻠﻨﻮا ﻫﺬا اﻟﻨ ﺎحumumkanlah pernikahan
ini tidak dinilai marfu’ (riwayatnya tidak ini)20 dan Q.S al-Thalaq ayat 2, yang artinya
besambung sampai kepada Nabi saw) kecuali “dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
oleh Abdul A’la, namun ia pun menilainya yang adil diantara kamu dan hendaklah kamu
mauquf (terhenti pada sahabat) lebih benar, dan tegakkan kesaksian itu karena Allah”.
tidak menyebabkan hadis ini cacat, sebab b) Dua Saksi Nikah yang Adil
Abdul A’la adalah seorang yang tsiqah ( وﻋﻦ ﻋﻤﺮان ﺑﻦ ﺣﺼ ﻋﻦ اﻟﻨ ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ3
(terpercaya/kredibel) sehingga penilaian )رواە أﺣﻤﺪ ﺑﻦ21. ﻻ ﻧ ﺎح إﻻ ﺑﻮ وﺷﺎﻫﺪي ﻋﺪل: ﻗﺎل
marfu’nya dan tambahannya dapat diterima.17 ﺣﻨ ﻞ ﺳ ﻨﻪ( ذﻛﺮە أﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨ ﻞ روا ﺔ اﺑﻨﻪ ﻋ ﺪ
Kata al-Bagaya sinonimnya al-Zawa>ni> ( )ﺻﺤﻴﺢ ﺸﻮاﻫﺪە.ﷲ
jamaknya Bugya dari akar kata al-Baga>u dan al- ﻗﺎل رﺳﻮل ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ ﻻ:( وﻋﻦ ﻋﺎ ﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ4
Za>niyatu dari akar al-Zana> artinya penjina ْ
,...وﺷﺎﻫﺪي ﻋﺪل ﻧ ﺎح إﻻ ﺑﻮ
(pelacur). Adapun kalimat “Biqairi Bayinah” )رواە اﻟﺪارﻗﻄ ( )ﺻﺤﻴﺢ ﻄﺮﻗﻪ وﺷﻮاﻫﺪە( اﻟﺴ
artinya tanpa bukti yang dimaksud adalah tanpa
(23 رﻗﻢ225 3)
saksi, maka tanpa dihadiri oleh saksi adalah
Artinya: Dari ‘Imran bin Husain dari Nabi saw
perjinahan, ini menurut pendapat sya>fi’i dan
bersabda: tidak ada (tidak sah)
Abu Hanifah. Sebagaiman penjelasannya dalam
pernikahan kecuali dengan Wali dan
kitab al-Tirmizi.18
dua orang saksi yang adil.
اﻟﻤ أن ﻋﻤﺮ ﺑﻦ اﻟﺨﻄﺎب أ ﺑﻨ ﺎح ﻟﻢ ( ﻋﻦ أ اﻟ2
ﺛﻨﺎ,( وأﺧ ﻧﺎ أﺑﻮ اﻟﻔﺘﺢ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋ ﺪ ﷲ اﻟ ﺲ ﺎﻟﺮي5
وﻻ, ﻫﺬا ﻧ ﺎح اﻟ: ﻓﻘﺎل,ﺸﻬﺪ ﻋﻠ ﻪ إﻻ رﺟﻞ واﻣﺮأة
, ﺛﻨﺎ أﺑﻮ ﺧﺎﻟﺪ اﻷﺣﻤﺮ,ﺟﻌﻔﺮ ﺑﻦ ﻋ ﺪ ﷲ ﺑﻦ ﻌﻘﻮب
)رواە ﻣﺎﻟﻚ19. وﻟﻮ ﻛﻨﺖ ﺗﻘﺪﻣﺖ ﻓ ﻪ ﻟﺮﺟﻤﺖ,أﺟ ە
ﻋﻦ, ﻋﻦ ﺣﺼ, ﻋﻦ ﺣﺠﺎج,وﻋﺒ ﺪ ﺑﻦ زﺎد اﻟﻔﺮاء
(اﻟﻤﻮﻃﺄ
ﻻ: ﻋﻦ ﻋ ر ﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل, ﻋﻦ اﻟﺤﺎرث, اﻟﺸﻌ
Artinya: Dari Abu al-Zubair al-Makkiyyi, 22.ﻧ ﺎح إﻻ ﺑﻮ وﻻ ﻧ ﺎح إﻻ ﺸﻬﻮد
: وروى ﻋﻨﺪ اﻟﺪارﻗﻄ ﻠﻔﻆ. ﺴﻨﺪ ﺿﻌ ﻒ, اﻟﺴﻮ ﺎ jelas oleh minimal dua orang laki-laki. Karena
اﻟﻮ ّ واﻟﺰوج: ﻻ ﺪ اﻟﻨ ﺎح ﻣﻦ أر ﻌﺔ: ﻋﻦ ﻋﺎ ﺸﺔ ﻗﺎل adanya penafsiran bahwa saksi dalam pernikah
, و إﺳﻨﺎدە أﺑﻮاﻟﺨﺼ ﺐ ﻧﺎﻓﻊ ﺑﻦ ﻣ ة,واﻟﺸﺎﻫﺪﻳﻦ adalah laki-laki, sebagaimana hadis yang
23.ﻫﺬا اﻟﺤﺪ ﺚ ﻟﺪارﻗﻄ ﻣﺠﻬﻮل diriwayatkan Abi Ubaid dari al-Zuhri berkata:
Artinya: Dari Abu Hurairata r.a, dari Nabi saw “sunnah Rasulullah saw yang berlaku adalah
bersabda: tidak ada pernikahan kecuali bahwa kesaksian wanita itu tidak diperbolehkan
dihadiri wali, tunangan (calon Suami), dalam hal pidana, perkawinan dan perceraian”.
dan saksi. Sedangkan kata ﻋﺪلdalam kalimat وﺷﺎﻫﺪي
3. Penjelasan Hadis Secara Rinci ﻋﺪلmerupakan kata sifat menyifati kata syahid
Kata “Laa Nikaha” berarti tidak sah suatu yang berarti adil. Maka saksi yang menghadiri
pernikahan. Sebagaimana diketahui fungsi kata pelaksanaan akad nikah harus bersifat adil. Adil
“La” dalam kaidah bahasa arab itu mempunyai berarti dapat membedakan antara yang baik dan
tiga faedah, yaitu: ﻻ اﻟﻨﺎﻓ ﺔ, ﻻ اﻟﺰاﺋﺪة, ﻻ اﻟﻨﺎﻫ ﺔ.24 yang buruk, yang benar dan yang salah, dapat
Sedangkan kata “La” pada hadis ini berfaedah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jumhur
sebagai ﻻ اﻟﻨﺎﻓ ﺔyang berarti tidak. Alasannya ulama berpendapat bahwa yang dimaksud adil
karena setelah kata “La” merupakan jumlah adalah “orang yang selalu taat beragama,
ismiyah (kalimat nominal) yang tersusun atas senantiasa menjalankan perintah Allah swt.
mubtada’ dan Khabar. Karena itu, kata “La” Tidak pernah melakukan dosa besar dan jarang
berfungsi sebagai kata ﻟ ﺲyakni ﺗﺮﻓﻊ اﻻﺳﻢ melakukan dosa kecil.” Dan sebagai muslim
( وﺗﻨﺼﺐ اﻟﺨmerafa’kan isim dan menasabkan sepakat bahwa adil sifat yang harus melekat
khabar).25 Dalam hal ini, kata yang menjadi pada saksi. Sebagaimana dalilnya dalam Q.S.
khabar ﻟ ﺲdibuang ( ﻣﺤﺬوفmah}dhuf) yang al-Bagarah ayat 282, yang artinya: “Dari saksi-
saksi yang kamu ridhai,”27 dan Juga dalam Q.S
taqdirnya adalah kata “maujudan” (kehadiran).
al-Thalaq ayat 2, artinya: “Dan persaksikanlah
Kenafian “La” tersebut menunjukan keabsahan
dengan dua orang saksi yang adil di antara
akad nikah dengan adanya wali dan dua orang
kamu dan hendaklah kamu tegakkan kasaksian
saksi. Karena itu kehadiran saksi dalam akad
itu karena Allah.”
nikah mutlak diperlukan. Apabila saksi tidak
4. Istimbat Hukum Dalam Pensyari’atan
hadir pada saat akad nikah dilansungkan, maka
Saksi Nikah
mengakibatkan hukum nikah tidak sah.
Mengenai hadis-hadis tentang saksi nikah
Adapun pernyataan إﻻ ﺑﻮ وﺷﺎﻫﺪي ﻋﺪل
ini, oleh para ulama yang menjadikan dalil,
berarti “kecuali (dihadiri) wali dan dua orang
berpendapat bahwa kesaksian dalam pernikahan
saksi”. Perkataan إﻻmerupakan huruf yang
adalah syarat. Oleh al-Tirmizi mengatakan, ini
berfungsi sebagai alat pengecualian, sedangkan
diamalkan oleh para ahli ilmu dari kalangan
kalimat ﺑﻮ وﺷﺎﻫﺪيsebagai mustathna yaitu sahabat Nabi saw, tabi’in dan generasi
yang dikecualikan dari mustathna minhu yaitu setelahnya. Ada juga yang mengatakan, tidak
()ﻻ ﻧ ﺎح. sah pernikahan tanpa saksi. Tidak ada
Kata ﺷﻬﺪyang berarti “yang melihat perbedaan pendapat mengenai hal ini
sesuatu secara sempurna dan jelas”26 jadi ﺷﺎﻫﺪﻳﻦ dikalangan generasi setelahnya, kecuali
(dua orang saksi) dalam teks hadis tersebut segolongan ahli ilmu mutaakhirin. Perbedaan
mempunyai interpretasi bahwa dalam sebuah pendapat ahli ilmu dalam hal ini adalah bila
perkawinan harus dilihat secara sempurna dan pernikahan itu disaksikan oleh satu orang
setelah satu orang (tidak bersamaan).
23
al-Shauka>ni>, Nailu al-Aut}a>r, 95. Sementara mayoritas ahli ilmu Kufah dan
24
Syeikh Mushtofa, Qawaaidu al-Lugah al- lainya mengatakan, tidak boleh ada pernikahan
‘Arabiyah (t.t: Mahfudhah, t.th), h. 93.
25
Al-Syaikh Must}afa al-Ghalayiniy, Jami’ al-
27
Durus al-Arabbiyah Juz. 2 (Beirut: al-Maktabatu al- Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan
‘As}riyyah, 2001), h. 335. Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara/Pentafsir
26 Al-Qur’an, 2019), h. 70.
Anis, Mu’jam, h. 238.
91
ALMAS{HA<DIR P-ISSN: 2654-9115
Jurnal Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, 5 (2) 83-95, Juli 2023 E-ISSN: 2810-0298
sehingga disaksikan oleh dua orang saksi apakah saksi itu termasuk syarat kesempurnaan
bersamaan ketika dilangsungkan akad nikah. yang hal itu diperintahkan ketika hendak
Adapun diriwayatkan dari sebagian ahli ilmu menggauli isteri atau syarat syahnya yang
madinah, bila seorang saksi menyaksikan diperintahkan ketika melakukan akad nikah.
setelah saksi lainnya, maka hal itu boleh, jika Akan tetapi para mazhab sepakat bahwa tidak
pernikahan itu diumumkan. Ini merupakan boleh melakukan nikah secara sirri (rahasia).
pendapat imam malik bin Anas dan yang Demikian pula para imam mazhab berselisih
lainnya. Ahli ilmu lainnya mengatakan, boleh jika mendatangkan saksi dua orang, lalu
persaksian seorang laki-laki dan dua orang keduanya diwasiatkan untuk merahasiakannya,
wanita dalam pernikahan, ini adalah pendapat apakah nikah tersebut termasuk nikah rahasia
Ahmad dan Ishaq.28 atau bukan. Menurut imam malik, itu adalah
Ibnu Taymiyah dalam al-Ikhtiyarat nikah secara rahasia dan harus dibatalkan.
berpendapat, nikah yang diumumkan (dihadiri Sedangkan Abu Hanifa dan Syafi’i mengatakan
orang banyak) adalah sah, meskipun secara bahwa itu bukan termasuk nikah secara
formal tidak ada dua orang saksi. Adapun nikah rahasia.30
secara sembunyi-sembunyi yang dihadiri dua Sebab terjadinya perbedaan pendapat imam
orang saksi masih dipersoalkan kedudukan mazhab, apakah saksi dalam hal ini merupakan
hukumnya. Kemudian apabila pernikahan itu hukum syar’i, atau maksud dari kesaksian itu
diumumkan secara formal dan di saksikan oleh ialah menutup jalan perselisihan atau
dua orang saksi maka tidak diperselisihkan lagi pengingkaran. Ulama yang menyatakan bahwa
tentang keabsahannya, lalu apabila tanpa saksi itu hukum syar’i, mengatakan bahwa kesaksian
dan tanpa diumumkan maka jelas pernikahan adalah akad pernikahan tidak sah tanpa dua
itu batal menurut jumhur ulama. saksi selain wali, karena didasarkan pada hadis-
Selain perbedaan pendapat yang diuraikan hadis tentang saksi nikah yang telah diuraikan
sebelumnya, ulama juga berbeda pendapat di sebelumnya. Dan ulama yang berpendapat
seputar masalah kehadiran saksi dalam akad bahwa persaksian itu hanya untuk pembuktian,
nikah, keadilan saksi ditinjau dari aspek lahir mengatakan termasuk syarat kesempurnaan.
dan batin serta kesaksian laki-laki. Jumhur Dasar dalam hal ini sebagaimana hadis yang
fuqaha seperti syafi’iyah, Hanabilah, Hanafiyah telah dikemukakan dan diuraikan sebelumnya
bersepakat bahwa saksi harus ada dalam yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, tidak ada
pernikahan dan saksi harus hadir dan dari kalangan para sahabat yang menyelisihkan.
menyaksikan akad nikah (ijab-qabul). Ada pula jalur periwayatan dari ‘Aisyah, ‘Ali,
Sedangkan malikiyah berpandangan bahwa dan Abu Hurairata serta Athar dari Umar Ibn
saksi merupakan syarat sah nikah, baik hadir Khatab.
ketika berlangsungnya akad maupun setelah Dalam hal sifat adil seorang saksi,
akad dan sebelum berhubungan suami-isteri. Syafi’iyah dan Hanabilah bersepakat bahwa
Menurut malikiyah persaksian merupakan sifat adil seorang saksi merupakan keharusan
syarat dibolehkannya bersenggama dengan yang dipandang cukup dalam hal lahir saja.
isteri, bukan syarat sahnya akad. Inilah titik Sedangkan menurut Malikiyah, jika orang yang
perbedaan antara para mazhab ulama Malikiyah adil tidak ditemukan maka sah kesaksian orang
dengan lainnya.29 yang tidak dikenal kualitas keadilannya.
Bila dicermati pendapat mazhab Abu Kemudian dalam hal saksi diharuskan laki-laki,
Hanifa, Syafi’i dan Malik mengenai saksi jumhur fuqaha (Syafi’iyah, Malikiyah dan
nikah, telah bersepakat bahwa saksi merupakan Hanabilah) bersepakat dalam hal ini.
syarat untuk sahnya pernikahan. Namun Sedangkan Hanafiah berpendapat bahwa saksi
perbedaan pendapat diantara imam mazhab, tidak diharuskan laki-laki, maka sah kesaksian
28 30
Ibn Saurah, al-Tirmizi, h. 247. Ibnu Rusdy, Bida>yah al-Muztahid wa Niha>yah
29 al-Muqtas}id, Juz. 2 (Mesir: t.p, t.t), h. 14.
Zuhaily, fiqh Islam, h. 72.
92
ALMAS{HA<DIR P-ISSN: 2654-9115
Jurnal Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, 5 (2) 83-95, Juli 2023 E-ISSN: 2810-0298
seorang laki-laki dan dua orang perempuan, menyuruh seorang lelaki untuk menikahkan
tidak sah hanya perempuan saja tanpa adanya putrinya, lantas kemudian menikahkannya,
laki-laki bersama. Menurut jumhur ulama sedangkan ayah dari perempuan tersebut hadir
(Syafi’iyah, Hanabilah dan Malikiyah) bahwa dengan disertai satu saksi lagi, maka akad nikah
orang yang dalam keadaan ihram tidak sah jadi tersebut boleh dilakukan. Tetapi jika sang ayah
saksi pernikahan, sedangkan menurut ulama tidak ada di tempat (majelis akad), maka akad
Hanafiyah sah akad nikah dengan kesaksian nikah tersebut tidak sah. Demikian pula jika
orang yang ihram.31 seorang ayah menikahkan putrinya yang telah
Menurut Wahba Zuhaily, saksi hendaknya baligh dihadapan satu saksi, apabila perempuan
memiliki beberapa sifat tertentu seperti sifat al- yang dinikahkan tersebut hadir dalam majelis
ahliyyah (kapasitas) yang disepakati dan akad maka boleh. Tetapi jika ia tidak hadir
disyaratkan dalam persaksian nikah adalah al- maka tidak boleh.
ahliyah al-kamilah (kapasitas sempurna), antara 4) Lelaki: ini merupakan syarat menurut
lain mampu mendengar ucapan kedua belah jumhur ulama selain Hanafiah. Hendaknya
pihak yang melangsungkan akad dan saksi akad nikah itu adalah dua orang
memahaminya. Dengan demikian saksi lelaki. Pernikahan tidak akan sah dengan
haruslah memenuhi syarat sebagai berikut:32 satu orang saksi perempuan. Demikian juga
1) Berakal: tidak sah orang gila bersaksi tidak sah dengan persaksian satu laki-laki
dalam akad nikah. Sebab tujuan dari dan dua perempuan. Karena mengingat
persaksian yakni mengumumkan dan betapa pentingnya permasalahan akad
menetapkan pernikahan di masa datang, nikah ini.
ketika adanya pengingkaran dari 5) Merdeka: ini merupakan syarat menurut
pernikahan tersebut, sehingga tujuan jumhur ulama, kecuali Hanabilah.
persaksian bagi orang gila tidak akan Hendaknya kedua saksi tersebut adalah
terwujud. orang yang merdeka.
2) Baligh: tidak sah persaksian anak kecil 6) Adil: yang dimaksud istiqamah dan
sekalipun sudah mumayyiz. Karena senantiasa mengikuti ajaran-ajaran agama,
kehadiran anak kecil tidak merealisasikan sekalipun hanya secara lahiriah. Ini
tujuan persaksian yakni mengumumkan merupakan syarat menurut jumhur ulama
dan menghargai prosesi kesakralan dalam pendapat yang paling kuat dari dua
pernikahan. pendapat Imam Ahmad dan pendapat yang
Kedua syarat ini telah disepakati oleh benar menurut Imam Syafi’i.
para ahli fikih. Kedua syarat tersebut dapat 7) Islam: syarat ini sudah disepakati oleh
dikumpulkan dalam satu syarat, yaitu saksi seluruh ulama. Kedua saksi harus
haruslah orang yang mukallaf (orang yang telah dipastikan muslim.
dikenai beban hukum). 8) Dapat melihat: ini merupakan syarat
3) Berbilang: syarat ini disepakati oleh para menurut ulama Syafi’iyah, dalam pendapat
ahli fikih. Akad nikah tidak akan terlaksana yang paling benar. Walaupun dapat melihat
dengan satu orang saksi saja, karena bukan merupakan syarat menurut jumhur
sebagaimana makna yang terkandung ulama.
dalam hadis tentang saksi nikah. 9) Para saksi dapat mendengar perkataan
Walaupun demikian, Wahba Zuhaily pihak yang melakukan akad dan
mengutip dalam kitab Fathul Qadir, bahwa memahaminya, ini merupakan syarat
para ulama Hanafiah menyebutkan barangsiapa menurut mayoritas para ahli fikih.
Untuk menjawab permasalahan seputar
hukum keluarga islam yang diselaraskan
31
‘Abdu al-Rahman al-Jauziah, Kitab al-Fiqh ‘Ala dengan kultur budaya dan sosial masyarakat di
Madhahibu al-‘Arba’ah (Bairut, Libanon: Da>r al-Fikr, Indonesia, maka lahirnya kompilasi hukum
1996), h. 24-25.
32
Zuhaily, fiqh Islam, h. 73-77. islam merupakan hukum materil versi ijtihad
93
ALMAS{HA<DIR P-ISSN: 2654-9115
Jurnal Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, 5 (2) 83-95, Juli 2023 E-ISSN: 2810-0298
fikih ke Indonesian. Olehnya pada kompilasi sendiri suatu peristiwa (kejadian); atau
hukum islam (KHI) bagian keempat pasal 24 orang yang dimintai hadir pada suatu
ayat 1 dan 2 bahwa saksi nikah merupakan peristiwa yang dianggap mengetahui
rukun nikah.33 Sementara syarat-syarat saksi kejadian tersebut agar pada suatu ketika,
terdapat pada pasal 25 yakni: apabila diperlukan, dapat memberikan
“yang dapat ditunjuk menjadi saksi dalam keterangan yang membenarkan bahwa
akad nikah ialah seorang laki-laki muslim, peristiwa itu sungguh-sungguh terjadi.
adil, akil, baliq, tidak terganggu ingatan b. Hadis tentang saksi nikah, sebagaimana
dan tidak tuna rungu atau tuli.”34 imam Turmuzi menyebutkan, bahwa
Bila dipahami dari makna hukum yang riwayat tersebut tidak dinilai marfu’,
tertuang dalam kompilasi hukum Islam (sebagai kecuali oleh Abdul A’la namun ia pun
manifestasi fikih keIndonesian) pada pasal 24 menilainya mauquf lebih benar dan
ayat 1 dan 2 menegaskan bahwa saksi nikah tidak menyebabkan hadis ini cacat,
adalah rukun nikah, dan pada pasal 25 sebab Abdul A’la adalah seorang yang
merupakan penegasan syarat dari seseorang tsiqah sehingga penilaian marfu’nya dan
yang akan menjadi saksi. tambahannya dapat diterima. mengenai
Sebagaimana para fuqaha menetapkan hadis-hadis tentang saksi nikah ini, oleh
sejumlah persyaratan terkait saksi seperti Islam, para ulama yang menjadikan dalil,
cakap hukum, adil, minimal dua orang laki-laki, berpendapat bahwa kesaksian dalam
merdeka, bahkan Syafi’iyah mensyaratkan pernikahan adalah syarat. Tirmizi
saksi itu melihat. Sejumlah persayaratan itu mengatakan, ini diamalkan oleh para
ditetapkan supaya peran saksi sebagai i’lan ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi
menyebarluaskan informasi atau saw, tabi’in dan generasi setelahnya.
mengumumkan pernikahan dapat secara Ada juga yang mengatakan, tidak sah
optimal dilaksanakan. Syarat ini penting, pernikahan tanpa saksi.
bilamana terjadi kasus terhadap status 2. Saran-saran
pernikahan, maka saksi nikah menjadi alat Saksi nikah dalam pernikahan tidaklah
bukti yang kuat dalam membuktikan kebenaran hanya sekedar melengkapi syarat dan rukun
telah terjadinya pernikahan secara sah, baik dalam pernikahan, sebagaimana yang telah
menurut ketentuan syariat agama maupun dilandaskan oleh para fuqaha, bahwa fungsi
pengakuan wilayah al-mazalim (pemerintahan) saksi nikah adalah sarana pengumuman atau
yang dalam hal ini adalah sebagai negara yang pemberitahuan bahwa pernikahanan secara sah
mengatur untuk menjamin kemaslahatan dan telah dilangsungkan. Pemahaman tersebut
ketertiban masyarakatnya. didasarkan pada sejumlah teks hadis tentang
E. PENUTUP saksi nikah. Namun diera modern dan
1. Kesimpulan digitalisasi saat ini, peran dan fungsi saksi
a. Saksi dalam bahasa arab disebut nikah tidak sekedar sarana pengumuman tetapi
shahida. Sebagaimana dalam Mu’jam juga berfungsi sebagai alat bukti hukum bahwa
al-Wasith, kata shahid merupakan telah berlangsung pernikahan yang sah.
bentuk isim Fa’il dari kata shahida yang Olehnya saksi nikah wajib dicatatkan untuk
berarti “yang melihat sesuatu secara menjadi alat bukti hukum bilamana terjadi
sempurna dan jelas”. Dalam kamus permasalahan hukum atau implikasi hukum
bahasa Indonesia kata saksi berarti lainnya akibat dari pernikahan tersebut
orang yang melihat atau mengetahui dikemudian hari.
DAFTAR RUJUKAN
Abû Zahrah, Muhammad. Muhâdarât fî ‘Aqdi
33
Kementerian Agama RI, Kompilasi Hukum al-Ziwâj wa Athâruhu (t.tp: Dâr al-Fikr
Islam Buku I Hukum Perkawinan Bagian Keempat pasal
al-‘Arabîyah, t.t.), 91Zuhaily, Wahba. al-
24 dan 25 (Jakarta 2018), h. 15.
34
Ibid.
94
ALMAS{HA<DIR P-ISSN: 2654-9115
Jurnal Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, 5 (2) 83-95, Juli 2023 E-ISSN: 2810-0298
Fiqhu al-Isla>mi Wa ’Adallatuhu. Juz 7 dengan mengacu pada data KBBI Daring
(Dimaski: Da>r al-Fiqri, 1985 M) (edisi III) diambil dari
Anis, Ibrahim. Mu’jam al-Wasit}, materi syin- http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/
ha-dal (tp, t.t) (Database hak cipta Pusat Bahasa)
Al-Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin Husain bin
‘Ali. al-Sunanu al-Kubra> Juz. 7 (Bairut
Libanon: Da>r al-Kutub al-‘Alamiyyati,
2003 M)
Al-Ghalayiniy, Al-Syaikh Must}afa. Jami’ al-
Durus al-Arabbiyah Juz. 2 (Beirut: al-
Maktabatu al-‘As}riyyah, 2001 M)
Ibn Saurah, Abu ‘Isa> Muhammad bin ‘Isa>.
Sunanu al-Tirmizi. Juz 2 (Bairut Libna>n:
Da>r al-Fikri, 2001 M/1421 H)
Al-Jauziah, ‘Abdu al-Rahman. Kitab al-Fiqh
‘Ala Madhahibu al-‘Arba’ah (Bairut,
Libanon: Da>r al-Fikr, 1996)
Kementerian Agama RI, Kompilasi Hukum
Islam Buku I Hukum Perkawinan Bagian
Keempat pasal 24 dan 25 (Jakarta 2018)
Ma>lik bin Anas, Abu ‘Abdullah. Muwat}t}a> al-
Ima>mu Ma>lik, disadur oleh Muhammad
‘Ali Mahjub (Cet. IV, Kairo:
Jumhuriyyatu Mis}ra> al-‘Arabiyyah, 1994
M/ 1414 H)
Mushtofa, Syeikh. Qawaaidu al-Lugah al-
‘Arabiyah (t.t: Mahfudhah, t.th)
Nasution, Khoiruddin. “Pencatatan Sebagai
Syarat atau Rukun Perkawinan: Kajian
Perpaduan Tematik dan Holistik,”
Musawa 12. No. 2 (2013)
Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan,
Hukum Perdata Islam di Indonesia “Studi
Kritis Perkembangan Hukum Islam dari
Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI
(Jakarta: Kencana, 2004)
Rusdy, Ibnu. Bida>yah al-Muztahid wa Niha>yah
al-Muqtas}id, Edisi pertama, juz. 2
(Mesir: t.p, t.t),
Al-Shan’ani, Muhammad bin Ismail al-Amir
Subul al-Salam, Juz. 4 (Bandung: Dahlan,
t.t), 126.
Al-Shauka>ni>, Muhammad bin ‘Ali.> Nailu al-
Aut}a>r Min Asra>ri Muntaqa> al-Akhba>ri.
Juz 12 (Cet. I, Kairo: Da>r Ibn al-Jauzi>,
1427 H)
Setiawan, Ebta. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, KBBI offline Versi 1.1 2010
95